a. Alokasi dan Penetapan Areal Pembangunan HTR dilakukan oleh Menteri Kehutanan dengan Kriteria
: Kawasan HP yang tidak produktif, tidak dibebani izin/hak dan diutamakan dekat dengan Industri
Hasil Hutan.
b. Untuk pembangunan HTR, Ditjen Planologi atas nama Menteri Kehutanan menyampaikan peta
arahan indikatif lokasi HTR per provinsi kepada Bupati dengan tembusan kepada : Dirjen BUK,
Sekjen, Gubernur, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota dan
Kepala Balai BUKH.
c. Dirjen BUK melakukan sosisalisasi program Pembangunan HTR dan peta arahan indikatif lokasi
HTR kepada Gubernur dan Bupati/Walikota.
d. Sekjen Kemenhut melaksanakan sosialisasi tentang Pembiayaan Pembangunan HTR melalui BLU
cq. Pusat Pembiayaan Pembangunan Kehutanan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota.
e. Kepala BPKH memberikan asistensi teknis kepada Dinas Kehutanan provinsi/kabupaten/kota
berdasarkan petunjuk teknis dari Dirjen Planologi.
f. Kepala Dinas Kehutanan kabupaten/kota menyampaikan pertimbangan teknis kawasan areal
tumpang tindih perizinan, rehabilitasi dan reboisasi, program pembangunan daerah kepada
Bupati/Walikota dilampiri dengan peta lokasi HTR Skala 1: 50.000.
g. Bupati/Walikota menyampaikan usulan rencana pembangunan HTR kepada Menteri Kehutanan
dilampiri peta usulan lokasi HTR Skala 1: 50.000 yang ditembuskan kepada Dirjen BUK dan Dirjen
Planologi.
h. Dirjen Planologi melakukan verifikasi peta usulan lokasi HTR lalu menyiapkan lokasi pencadangan
areal HTR dan hasilnya disampaikan kepada Dirjen BUK.
i. Dirjen BUK melakukan verifikasi administrasi dan teknis lalu menyiapkan konsep keputusan
Menteri Kehutanan tentang penetapan lokasi pencadangan areal HTR dan dilampiri peta pencadangan
areal HTR serta mengusulkannya kepada Menteri Kehutanan.
j. Menteri Kehutanan menerbitkan pencadangan areal untuk pembangunan HTR dan disampaikan
kepada Bupati/Walikota dengan tembusan Gubernur
k. Bupati/Walikota menyampaikan sosialisasi ke desa/masyarakat, bisa melalui LSM pusat, provinsi
atau kabupaten/kota.
Mekanisme Perijinan HTR
Dalam mekanisme perijinan ini di bagai dalam dua kelompok yaitu :
A. Perorangan atau Kelompok Tani
a. Pemohon (perorangan atau kelompok tani) mengajukan permohonan IUPHHKHTR kepada
Bupati/Walikota melalui Kepala Desa, pada areal yang telah dialokasikan dan ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan
b. Persyaratan permohonan yang diajukan oleh Pemohon yakni Foto copy KTP, Surat
Keterangan dari Kepala Desa bahwa benar pemohon berdomisili di desa tersebut dan sketsa areal
yang dimohon dilampiri dengan susunan anggota kelompok.
c. Kepala Desa melakukan verifikasi keabsahan persyaratan permohonan oleh perorangan atau
Kelompok Tani dan membuat rekomendasi kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada
Camat dan Kepala BP2HP
d. Kepala BP2HP melakukan verifikasi persyaratan administrasi dan sketsa/peta areal yang
dimohon hasilnya disampaikan kepada Bupati sebagai pertimbangan teknis.
e. Kepala BPKH atau pihak lain yang mewakili melakukan pengukuran, verifikasi lahan dan
perpetaan dan hasilnya disampaikan kepada Bupati sebagai pertimbangan teknis.
f. Bupati/ Walikota menerbitkan Keputusan IUPHHK-HTR kepada perorangan atau Kelompok
atas nama Menteri Kehutanan yang dilampiri peta areal kerja skala 1: 50.000 dengan tembusan
Menteri Kehutanan, Dirjen BUK, Dirjen Planologi dan Gubernur.
g. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutanan melaporkan kepada Menteri
Kehutanan, rekapitulasi penerbitan Keputusan IUPHHK-HTR secara periodik tiap 3 (tiga) bulan.
B. Koperasi
Selain untuk perorangan, pengajuan IUPHHK-HTR ini dapat dilakukan melalui koperasi yang
dibentuk oleh perorangan/kelompok tani yang berminat. Adapun mekanisme permohonan perijinannya
adalah sebagai berikut :
a. Pemohon mengajukan permohonan IUPHHK-HTR kepada Bupati/Walikota pada areal yang
telah dialokasikan dan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan
b. Persyaratan permohonan yang diajukan oleh Pemohon yakni Foto copy Akte Pendirian
koperasi, Surat Keterangan dari Kepala Desa bahwa benar Koperasi dibentuk di desa tersebut dan
Peta areal yang dimohon dilampiri dengan Skala 1:5000 atau 1:10.000 serta dilampiri dengan
susunan anggota Koperasi
c. Kepala Desa melakukan verifikasi keabsahan persyaratan permohonan oleh koperasi dan
membuat rekomendasi kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Camat dan Kepala
BP2HP
d. Kepala BP2HP melakukan verifikasi persyaratan administrasi dan sketsa/peta areal yang
dimohon hasilnya disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai pertimbangan teknis.
e. Kepala BUKH atau pihak lain yang mewakili melakukan pengukuran, verifikasi lahan dan
perpetaan dan hasilnya disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai pertimbangan teknis.
f. Bupati/ Walikota menerbitkan Keputusan IUPHHK-HTR kepada koperasi atas nama Menteri
Kehutanan yang dilampiri peta areal kerja skala 1: 50.000 dengan tembusan Menteri Kehutanan,
Dirjen BUK, Dirjen Planologi dan Gubernur.
g. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutanan melaporkan kepada Menteri
kehutanan, rekapitulasi penerbitan Keputusan IUPHHK-HTR secara periodik tiap 3 (tiga) bulan.
Dalam skema pembangunan HTR, jenis tanaman yang dapat dikembangkan terdiri dari :
A. Tanaman Hutan Berkayu,
Tanaman hutan berkayu ini di bagi dalaam beberapa kelompok jenis yaitu :
1. Kayu Pertukangan, antara lain :
a. Kelompok Jenis Meranti (Shorea sp)
b. Kelompok Jenis Keruing (Dipterocarpus sp)
c. Kelompok Jenis Non Dipterocarpaceae :
1. Jati (Tectona grandis)
2. Sengon (Paraserianthes falcataria)
3. Sonokeling (Dalbergia latifolia)
4. Mahoni (Swietenia macrophylla)
5. Kayu Hitam (Diospyros celebica)
6. Akasia (Acacia mangium)
7. Rajumas (Duabanga molucana)
8. Sungkai (Peronema canescens)
2. Kayu Serat, antara lain :
1. Eucaliptus (Eucalyptus spp)
2. Akasia (Acacia mangium)
3. Tusam (Pinus merkusii)
4. Gmelina (Gmelina arborea)
B. Tanaman Budidaya Tahunan Berkayu
Yang termasuk jenis tanaman budidaya tahunan berkayu tersebut adalah :
1. Karet (Hevea brasiliensis)
2. Durian (Durio zibethinus)
3. Nangka (Artocarpus integra)
4. Mangga (Mangifera indica)
5. Rambutan (Nephelium lapaceum)
6. Kemiri (Aleuritus moluccana)
a) Proses birokrasi hendaknya lebih disederhanakan sehingga waktu pengurusan IUPHHK-HTR dan
Penetapan Pencadangan Lokasi HTR bisa lebih dipercepat.
Lengkap/
tolak
(1-8 thn)
PANEN
Ya
Gagal/Tolak
Pemohon
HTR
BP2H
(Lai-Adm)
Cek Lapangan
Akad Kredit
Pembangunan
Hutan Tanaman Rakyat
BP2H
(Evaluasi)
Pencairan bertahap
b) Penetapan Lokasi pembangunan dan pengembangan hutan tanaman rakyat secara cermat dengan
memperhatikan sebaran lokasi industri pengolahan kayu, pasar kayu olahan, serta ketersediaan
sarana-prasarana untuk menjangkau industri dan pasar.
c) Peran aktif pemerintah daerah dalam sosialisasi pembangunan HTR .
d) Pengembangan HTR ini sebaiknya terintegrasi dengan pengembangan KPHP.
e) Pelibatan lembaga penelitian kehutanan dalam hal ini Badan Litbang Kehutanan untuk proses alih
teknologi peningkatkan kemampuan masyarakat dalam pembangunan (termasuk teknik
pembukaan lahan yang ramah lingkungan) dan pengelolaan hutan tanaman (termasuk
pengendalian hama-penyakit), serta pemasaran hasil dari hutan tanaman .
f) Pendampingan yang intensif untuk mengembangkan kelembagaan masyarakat.
g) Kemudahan bagi masyarakat untuk mencapai sumber pendanaan.
h) Fasilitasi oleh pemerintah untuk membangun kemitraan antara masyarakat dengan industri dan
pasar kayu agar nantinya pola kemitraan pada pembangunan HTR tidak menjadi sistem ijon baru
dan justru merugikan masyarakat.