Merumuskan masalah dan maksud riset merupakan langkah awal dalam proses
penelitian. Sering kali peneliti mengalami masalah untuk mengidentifikasi suatu
masalah. Penelitian tidak mungkin dilakukan tanpa merumuskan masalah terlebih
dahulu,oleh karena itu peneliti perlu memahami dan menyatakan dengan jelas dan
tepat dengan menggunakan istilah yang sesuai ketika merumuskan masalah dalam
proposal penelitian yang disusunkannya.
Agar suatu masalah dapat dijadikan masalah riset, peneliti perlu memerhatikan
kriteria masalah penelitian yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Subakhir
(1995) berikut ini :
1. Feasible
Jumlah subyek yang adekuat
Keterampilan tekhnik yang adekuat
Waktu dan dana mencukupi
Bidang yang mampu dikelola
2. Menarik
Menarik bagi peneliti
3. Novel
Menemukan sesuatu yang baru
Menolak atau menginformasi penemuan terdahulu
Mengembangkan dan memperjelas hasil penemuan terdahulu
4. Etis
Tidak bertentangan dengan etika penelitian
5. Relevan
Bagi ilmu pengetahuan
Dengan kebijakan dalam bidang klinik dan kesehatan
Dengan arah riset selanjutnya
Masalah harus dinyatakan dengan jelas, singkat dengan menggunakan
istilah yang tepat. Pada umumnya rumusan masalah dinyatakan dalam
kalimat tanya dengan memperlihatkan komponen sebagai berikut :
1. Tentukan batas masalah yang akan diteliti.
Apa masalah utamanya dengan membatasi yang bukan masalah utama
seminimal mungkin
2. Istilah harus didefinisikan secara operasional, jika perlu gunakan
kamus istilah.
3. Asumsi peneiliti harus mempunyai dasar yang kuat, walaupun apa
yang diasumsikan peneliti bisa saja belum pernah dipikirkan oleh
orang lain.
4. Manfaat peneliti yang direncanakan untuk dilakukan.
Hipotesis merupakan tujuan khusus yang dapat menguji suatu teori. Dengan
demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk
menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan
kepada para peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan
diamati adalah fakta yang ada hubungannnya dengan pertanyaan tertentu.
berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara
fakta-fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan
gambaran pola, yang penting untuk memahami persoalan. Pola semacam ini
tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis
yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan
penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan divalidasi (pengujian
kesahiannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita
untuk memperluas pengetahuan.
3. Karakteristik Hipotesis
Suatu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan
benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan atau membiaskan
hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya
harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
a. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara
operasional. Aturan untuk menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
c. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi
suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
d. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya
dalam hipotesis.
e.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode
penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul
karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat
diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah
diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan
masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat
digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan
masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit dalam
penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji
coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
c.
Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu
hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d. Formulasi hipotesa
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat
berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan
tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas
menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel
jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
e.
Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah
ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok
dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha
menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa.
Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat
konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f.
Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
c.
1. Nama variabel
2. Definisi verbal variabel
3. Parameter
4. Alat ukur (instrumen)
5. Skala
6. Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap konsep yang ada dalam
permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun Definisi Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan
alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan
definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti
harus membuat definisi nominal terlebih dahulu atau menentukan variabel
penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara
eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi nominal dapat
diangkat dari berbagai pendapat para ahli yang memang banyak membicarakan,
menulis tentang variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan halhal yang dianggap penting. Definisi operasional tidak sama dengan definisi
teoritis. Definisi operasional hanya berlaku pada area penelitian yang sedang
dilakukan, sedangkan definisi teoritis diambil dari buku-buku literatur dan berlaku
umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti suatu
variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel tersebut. Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi
yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan katakata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Young, dikutip oleh
Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata
dapat diobservasi. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap
suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama,
yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut
Tipe A, Tipe B dan Tipe C.
1. Definisi Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi
nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata. Contoh: Konflik didefinisikan sebagai keadaan
yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana
masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang
akan dapat mencapainya.
2. Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan
nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3. Definisi Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti
apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan
sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing,
kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung
secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).
RISET KEPERAWATAN
KERANGKA KONSEP, KERANGKA TEORI, DEFINISI
OPERASIONAL DAN JENIS-JENIS VARIABEL PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
1. Pengertian
Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep atau
teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Pembuatan konsep ini mengacu
pada masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti atau berhubungan
dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram (A. Aziz Alimul H. 2007)
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar suatu topic yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab
tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupkan ringkasan dari
tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variable yang diteliti.
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi ddari hal-hal
khusus. Oleh karena konsep merupakn abstraksi, maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui
konstruksi atau yang lebih dikenal dengan nama variable. Jadi variable adlah
symbol atau lambing yang menunjukan nilai atau bilangan dari konsep.
Contoh :
Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang halhal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi seseorang.
Untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak maka pengukuran konsep
sehat tersebut harus melalui kontruksi atau variable-variabel, misalnya : tekanan
darah, denyut nadi, Hb drarah, dan sebaginya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb
drarah, dan sebaginya ini adalah variable-variabel yang akan digunakan untuk
mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.
2. Tahap penyusunan kerangka konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu
B. Kerangka Teori
Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktorfaktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Arti teori adalah sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan
dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel
yang diobservasi.
Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan
alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu
berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori harus
berlandaskan fakta empiris karena tuijuan utamanya adalah menjelaskan dan
memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang
Hasil kajian pustaka adalah dukungan teori (apa yang dikenal dengan
kerangka teori dan kerangka berpikir. Kerangka teori adalah bagian dari
penelitian, tempat bagi peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada
dalam penelitiannya.
Agar bagian kerangka teori dapat baik sesuai dengan ketentuan, (calon)
peneliti dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:
1. yang ada dalam permasalahan penelitiannya. Yang dimaksud dengan
lengkap adalah bahwa semua konsep yang tercakup dalam permasalahan
atau judul penelitian diberi dukungan teori.
2. Kerangka teori bukan hanya langsung memberikan penjelasan tentang
variabel yang dimaksud, tetapi mulai dari beberapa penjelasan umum
kemudian mengarah pada alternatif yang dimaksudkan
3. Kerangka teori tidak selalu hanya dicari dari sumber yang menyangkut
bidang yang diterangkan tetapi dapat diambil dari bidang-bidang lain yang
relevan.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (A. Aziz
Alimul H. 2007)
Variable-variabel penelitian sebenarnya merupakan kumpulan konsep
mengenai fenomena yang diteliti. Pada umumnya, karena merumuskan variable
itu masih bersifat konseptual, maka maknanya masih sangat abstrak walaupun
mungkin secara intuitif sudah daapat dipahami maksudnya. Dalam pelaksanaan
penelitian, batasan atau definisi suatu variable tidak dapat dibiarkan ambiguous,
yakni memiliki makna ganda, atau tidak menunjukkan indicator yang jelas. Hal
itu disebabkan data mengenai variable yang bersangkutan akan diambil lewat
suatu prosedur pengukuran sedangkan pengukuran yang valid hanya dapat
dilakukan terhadap atribut yang sudah didefinisikan secara tegas dan operasional.
Variable yang masih berupa konsep teoritis, belum dapat diukur. (Dr. Saifudin
Anwar. 2010)
Bayangkan suatu konsep yang sudah sangat kita kenal, misalkan miskin.
Setiap orang boleh dikatakan mengetahui dengan baik apa yang dimaksudkan
dengan keadaan miskin dalam komunikasi sehari-hari. Seseorang yang
mengatakan bahwa si A adalah miskin langsung dapat kita pahami maksudnya,
begitu pula orang yang mengatakan bahwa si B tidak miskin. Masalahnya jadi lain
apbila kemudian konsep miskin tersebut kita bawa kedalam penelitian ilmiah.
Sewaktu kita akan meletakkan seseorang, kedalam kategori miskin tentu kita tidak
dapat mengikuti saja pengakuannya atau perkiraan kita saja. Kita tidak dapat
mengatakan seseorang itu miskin hanya karena melihat ia berpakain murah,
karena pakaian murah dapat saja menjadi indicator kesederhanaan. Kita juga tidak
dapat mengatakan bahwa seseorang itu miskin dengan mengetahui bahwa ia
hanya membeli makanan yang murah karena membeli makan yang murah
mungkin saja tanda bahwa ia seorang yang hemat tau seorang yang kikir.
Kalaupun kita mengetahui berapa banyak harta yang dimiliki oleh seseorang maka
konsep miskin (dan lawannya, yaitu tidak miskin) tidak langsung dapat diterapkan
pada kondisi orang tersebut. Mengapa ? Karena miskin itu relative dan tergantung
pada norma dan kriteria mana yng digunakan.
Penelitian ilmiah tentu tidak dapat didasarkan pada konsep yang bermakna
ganda, yang terbuka pada penafsiran subyektif setiap orang. Sifat ilmiah menuntut
pengertian objektif yang paling tidak harus merupakan kesepakatan bersama
mengenai makna sesuatu.
Pada saat itulah kita memerlukan suatu definisi yang memiliki arti tunggal dan
diterima secara obyektif bilaman indicator variable yang bersangkutan tersebut
tampak, yang dinamakn definisi operasioanal. Definisi operasional adalah suatu
definisi mengenai variable yang dirumuskan berdasarkan karakteristikkarakteristik variable tersebut yang dapat diamati. Proses pengubahan definisi
konseptual yang lebih menekankan kriteria hipotetik menjadi definisi operasional
disebut dengan operasionalisasi variable penelitian.
Banyak cara untuk merumuskan definisi operasional :
1. Definisi operasional dapat dirumuskan berdasarkan proses apa yang harus
dilakukan agar variable yang didefinisikan itu terjadi. Sebagai contoh, variabel
Kecemasan dapat dioperasionalkan sebagai suatu keadaan akibat subjek
dihadapkan pada ancaman keselamatan.
Karen terbentuknya definisi operasional tergantung pada manipulasi atau proses
yang menyebabkan timbulnya variable yang bersangkutan maka cara definisi tipe
ini sangat cocok untuk mengoperasionalkan variable bebas.
2. Definisi operasional dibuat berdasarkan bagaimana cara kerja variable yang
bersangkutan, yaitu apa yang terjadi sifat dinamiknya. Sebagai contoh, konsep
mengenai orang yang cerdas dioperassionalkan sebgai orang yang berhasil
menjawab lebih dari 75% soal pada suatu tes kemampuan umum.
Dikarenakan cara pendefinisian variable didasarkan pada sifat dinamis yang ada
pada subjeknya, maka cara operasionalisasi seperti ini sangat cocok untuk
mendefinisikan variable tergantung.
3. Definisi operasional dibuat berdasarkan kriteria pengukuran yang diterapkan
pada variable yang didefinikan. Dalam hal ini angka atau skor pada alat ukur
dianggap representasi dari konsep mengenai variable yang diukur. Sebagai contoh,
variable Kecerdasan yang secara konseptual memiliki banyak sekali definisi
dapat dioperasionalkan sebagai IQ pada skala WAIS, atau dioperasionalkan
sebagai angka yang diperoleh pada tes SPM.
D. Jenis-jenis Variabel Penelitian
Istilah variable merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam
setiap jenis penelitian, F.N. Kerlinger menyebut variable sebagai sebuah konsep
seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep
keasadaran.
Sutrisno Hadi mendefinisikan variable sebagai gejala yang bervariasi misalnya
jenis kelamin, karenajenis kelamin mempunyai variasi : laki-laki perempuan ,
berat badan, karena ada berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek
penelitian, sehingga variable adalah objek penelitian yang bervariasi.
Identifikasi variable merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan
variable-variabel yang ada dalam penelitian seperti variable independen,
dependen, moderator, control dan intervening. Jenis variable penelitian
keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variable Independen (Variabel Bebas)
Variable independen ini merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variable dependen (terikat). Variable ini juga dikenal dengan nama
variable bebas artinya bebas dalam memengaruhi variable, variable ini punya
nama lain seperti variable predictor, risiko, atau kausal.
2. Variable Dependen
Variable dependen ini merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variable bebas. Variable ini tergantung dari variable bebas terhadap
perubahan.
3. Variable Moderator
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dr. Saifuddin MA. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.