Download
Download
pada tanggal 16 Februari 2001 merupakan wujud dari pelaksanaan Otonomi Daerah dan di
mekarkan menjadi sebuah Provinsi baru yang di mekarkan menjadi sebuah Provinsi baru dari
Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai Provinsi baru, Gorontalo diberikan tanggung jawab oleh
pemerintah pusat dalam mengelolah daerahnya sendiri, sehingga hambatan dan tantangan yang
di hadapi sangat besar dalam merealisasikan tujuan dari pemekaran Provinsi.
Seiring dengan adanya keinginan untuk mengejar ketertinggalan dengan Provinsi lain
agar bisa sejajar dalam hal pembangunan, Provinsi Gorontalo menetapkan 10 bidang
pembangunan didalamnya terdapat 3 program unggulan yaitu :
1. Penataan Sumber Daya Manusia
2. Provinsi Agropolitan, memiliki Kompotensi dibidang Pertanian, dan
3. Pengembangan Ekonomi Kelautan, Pengembangan Perikanan.
Secara Geografi, Provinsi Gorontalo terletak antara 0,19 1,15 lintang utara dan 121,33
- 123,43 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Gorontalo 11.967.64 km atau 0,64% dari luas
wilayah Indonesia yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Sementara itu, sebagian
besar penduduk Gorontalo dikategorikan sebagai penduduk agraris karena mata pencahariannya
adalah bercocok tanam. Penduduk Gorontalo berjumlah 1.040.164 jiwa dengan kepadatan 86
jiwa.
Pintu masuk ke Provinsi Gorontalo terdapat 3 pintu yaitu Pintu Masuk Darat, Udara, dan
Laut. Pintu masuk dari sisi Darat meliputi Kendari, Palu, Makassar, Manado dan Bolaang
Mongondow. Pintu masuk dari sisi Laut yang melayani Provinsi Gorontalo hanya ada 1 Kapal,
yaitu Tilongkabila yang melayani rute Gorontalo-Sulawesi Tengah. Dan pintu yang terakhir
adalah pintu masuk sisi Udara yaitu Bandar Udara Djalaludin Gorontalo yang melayani rute
beberapa Provinsi di Indonesia. Dari ketiga pintu masuk diatas yang sering digunakan oleh
wisatawan ataupun masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata ataupun perjalan dinas
lainnya mereka lebih memilih pintu masuk dari sisi Udara, karena pintu masuk sisi Udara
ataupun dengan menggunakan maskapai penerbangan, akan lebih mempersingkat waktu tempuh
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu pintu masuk Utama ke Provinsi Gorontalo adalah Bandar
Udara Djalaludin Gorontalo, karena Pintu Darat hanya melayani rute antara Pulau Sulawesi
begitu halnya dengan pintu masuk sisi laut hanya melayani rute pulau Sulawesi saja
: GTO / WAMG
2. Nama Bandara
: Djalalaudin
3. Alamat
4. Kelas
: Kelas II
5. Telephone
6. Pengelola
: HUB
8. Rute Bandara
: Domestik
9. Jenis Penyelenggaraan
: Bandara Umum
: Boeing 737-400
13. Elevasi
: 32 KM
: 2.500 M x 45 M
b. Azimuth
: 09-27
c. PCN
: 38 FCYT
: 230
f. Kapasitas apron
: 2 Pesawat B-737
: 1050 M
b. Hanggar
: N/A
c. Kargo
: 550 M
d. Operasional
: 591 M
e. Administrasi
: 480 M
Panjang landasan yang di perkirakan akan di bangun pada tahun 2020 dengan panjan landasan
2500 M, namun rupanya pada tahun 2010 panjang landasan sudah mencapai 2500 M.
Djalaludin Gorontalo, untuk type pesawat boing 737-900 ER, dan 737-800 NG di perbolehkan
mendarat di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo pada tahun 2020, tapi pada tahun 2010 sudah
mendarat di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo.
Untuk pembangunan terminal baru sudah akan di laksanakan pada tahun 2013 sedangkan Epron
untuk tahun ini pembangunannya sudah di laksanakan.
Peran Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo terhadap pengembangan
Bandar Udara Djalaludin Gorontalo yaitu mengkoordinasikan dan bersama-sama dengan pihak
Bandar Udara Djalaludin Gorontalo untuk mengusulkan pengembangan Bandar Udara ke
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Sedangkan
dalam
bidang
Perencanaan,
pengelolaan
serta
pengawasan
dalam
pengembangan fasilitas Bandar Udara Djalaludin Gorontalo, di tangani langsung oleh pihak
pemerintah dalam hal ini Kementrian Perhubungan Dirjen Udara melalui Bandar Udara
Djalaludin Gorontalo.
Kebijakan pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi
Gorontalo hanya memiliki 2 kebijakan dalam pengembangan fasiltas Bandar Udara Djalaludin
Gorontalo yaitu kebijakan strategis yaitu meliputi amdal, penyusunan, kawasan keselamatan
operasional penerbangan (KKOP), serta master plan, sedangkan kebijakan operasional yaitu
meliputi pembebasan tanah dan pengembangan bandara untuk 28 HA.
Untuk pelayanan yang disediakan oleh pihak Dinas Perhubungan dan Pariwisata saat ini
adalah pembebasan tanah sekitar 68 HA. Untuk lebih lanjutnya yang mengelolah dan
mengembangkan adalah pihak otoritar bandara itu sendiri. Selain pelayanan pihak pemerintah
juga menemukan hambatan dalam pengembangan Bandar Udara Djalaludin Gorontalo seperti
masih begitu banyak status tanah yang berstatus milik keluarga, Sumber Daya Manusia daerah
sendiri khususnya Provinsi Gorontalo masih belum ada sehingga harus mendatangkan Sumber
Daya Manusia dari luar daerah, dan yang terakhir adalah aturan yang regulasi yang artinya
keterbatasan kewenangan berdasarkan regulasi yang ada di daerah dan di pusat masih ada
batasan. Ini semua merupakan hambatan pemerintah dalam hal pengembangan Bandar Udara
Djalaludin Gorontalo.
Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan.
Berikut ini merupakan hasil pengamatan.
Tabel 3.1
Tabel fasilitas bandara Djalaludin Gorontalo
Fasilitas Bandar
No
Jumlah
Kapasitas
kondisi
Udara Djalaludin
Gorontalo
1
Ruang kedatangan
100
Cukup baik
Ruang
100
Cukup baik
keberangkatan /
ruang tunggu
3
Ruang check in
30
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Security check
Kurang baik
Peralatan :
X ray
Luggage cart
Kurang baik
Area pelayanan
Kurang baik
Apron
Cukup baik
10
Maskapai
Baik
50
50
Cukup baik
Kurang baik
penerbangan
11
Area parkir
kendaraan
12
Toilet
Gambar 3.1
Pengembangan Bandara Djalaluddin Tahap I Target 2010
a. Runway
Tahun 2009 = 2.250 m x 45 m
250 m x 30 m
Tahun 2010 = 2.500 m x 45 m
Designation = 09 27
Konstruksi Asphalt Concrete dengan kekuatan PCN 41 F/C/Y/T (tahun 2008)
Kapasitas Maksimum Pesawat yang bisa mendarat = Boeing 737 900 ER
b. Taxiway
Tahun 2009 = 2 buah uk. (115 m x 23 m)
c.
Apron
= 44,95 Ha
b. Apron
= 20,01 Ha
c. ILS
= 19,54 Ha
TOTAL
= 84,5 Ha.
Tabel 3.3
Aktifitas Bandara Djalaluddin Gorontalo 5 Tahun Terakhir
PESAWAT
PENUMPANG
BAGASI (Kg)
TAHUN
Tiba
2006
1,036
2007
1,103
Brkt
Tiba
Brkt
1,035
79,021
83,599
1,102
89,811
89,238
Transit
Bongkar
Muat
1,176
1,277,611
1,016,503
2,064
1,427,764
1,315,504
2008
901
2009
1,011
2010
1,286
Jumlah
9,419
900
89,358
96,000
1,069
115,889 115,292
1,284
135,596 137,288
9,469
681,355 709,415
124
1,471,743
1,139,782
101
1,631,888
1,253,580
164
1,646,537
1,332,475
15,384
9,857,774
8,256,687
Gambar 3.2
Arus Pesawat Bandar Udara Djalaludin
1,103
2007
2008
1,286
901
1,011
2009
2010
1,035
1,102
Tiba
900
1,069
Brkt
Gambar 3.3
Arus Penumpang Bandar Udara Djalaludin Gorontalo
1,284
89,811
79,021
89,358
2007
2008
2009
2010
137,288
115,292
89,238
83,599
96,000
1,1762,064 124 101 164
Tiba
Brkt
Transit
3.1.2 Pembahasan
Pengembangan fasilitas Bandar Udara Djalaludin Gorontalo membuat titik positif bagi
pengembangan kepariwisataan Provinsi Gorontalo pada khususnya, karena Bandar udara adalah
salah satu prasarana perhubungan udara yang dapat mempersingkat waktu tempuh (perjalanan)
wisatawan yang ingin berkunjung ke Gorontalo. Semua aktifitas perjalanan sekarang di sebut
juga dengan berwisata, seperti contoh orang yang akan datang ke Gorontalo untuk tujuan Dinas,
ataupun Meeting dan lain sebagainya, pasti juga akan melakukan perjalan ke tempat-tempat
wisata pada umumnya. Ini menambah nilai positif untuk Provinsi Gorontalo, karena semakin
banyak wisatawan atau businessmen lainnya yang berkunjung ke Gorontalo, ini akan menambah
pendapatan Provinsi Gorontalo. Khususnya dalam bidang kepariwisataan.
Pihak pemerintah dalam hal ini dinas perhubungan dan pariwisata provinsi gorontalo,
hanya berintegrasi untuk mengembangkan Bandar udara djalaludin gorontalo.
Menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan
dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagian
angkutan Udara untuk masyarakat".
Dukungan infrastruktur dapat menunjang pembangunan Provinsi Gorontalo pada
umumnya dan Kecamatan Tibawa pada khususnya dan selanjutnya dapat memberikan dampak
yang lebih baik serta mendorong masyarakat untuk melakukan pergerakan yang makin tinggi,
komplek dan lebih meluas. Dalam usaha pengembangan ekonomi, guna meratakan pembangunan
secara regional sangat di dukung oleh adanya prasarana perhubungan Udara yang akan dapat
mempersingkat waktu tempuh (perjalanan) bagi kalangan dunia pariwisata dan kalangan dunia
usaha lainnya yang akan datang ke Provinsi Gorontalo
Seperti yang tercantum pada tabel fasilitas bandara Djalaludin Gorontalo bahwa:
A. Untuk Ruang Kedatangan di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo hanya ada 1 dan
hanya dapat menampung kapasitas 100 pax, apabila berlebihan akan terasa sesak.
B. Ruang keberangkatan di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo hanya ada 1 juga dan
hanya dapat menampung kapasitas 100 pax, apabila berlebihan akan tersa sesak.
C. Ruang check in di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo hanya ada 1 dan sangat sempit
karena hanya bisa menampung kapasitas 30 pax.
D. Untuk area souvenir shop di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo sebenarnya tidak
teratur, karena tempat tersebut terpisah-pisah.
E. Area kantor airlines di Bandar Udara Djalaludin Gorontalo terdapat 4 kantor yaitu,
Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, dan Batavia Air.
F. Security Check pada Bandar Udara Djalaludin Gorontalo hanya 1 dan hanya dapat
menampung kapasitas 5 pax, ini sangat perlu di kembangkan lagi, karena mengingat
Menurut Prof. Kurt Morgenroth ( 2000 ; 25 ) Kepariwisataan dalam arti sempit adalah
lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk
berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan
kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka
ragam dari pribadinya
Maka dari itu pengembangan Bandar Udara Djalaludin ini sangat membuahkan titik
positif dalam perekonomian Gorontalo pada khususnya bidang kepariwisataan, melihat
pariwisata Gorontalo sementara berkembangng.