Anda di halaman 1dari 5

Paradoks Revolusi Indonesia

Judul Buku
: Sukarno: Paradoks Revolusi
Indonesia
Pengarang
: Zulkifli, Arif
Penerbit
: Kepustakaan Populer Gramedia
Bahasa
: Indonesia
Tahun Terbit
: 2010
Tempat Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman
: 124 halaman
Ukuran Buku : 23 cm

40 tahun semenjak meninggalnya Sukarno, nama serta


wajahnya tidak benar benar lumat terkubur. Kampanye puluhan
tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya
memperkuat kenangan orang akan kebesarannya, simpati pada
epilog hidupnya yang tragis, serta maaf atas kekeliruannya di masa
silam. Pada Pemilihan Umum 1999, dia hadir sebagai juru kampanye
in absentia bagi Partai PDIP yang dipimpin putrinya, Megawati dan
Sukarno memenanginya. Untuk pertama kalinya sejak tragedi
berdarah 1965, dia memperoleh kembali kehormatan yang menjadi
haknya.
Sukarno dilahirkan di Surabaya, pindah sebentar ke Sidoarjo,
kemudian menetap di Mojokerto. Sukarno mulai bersekolah di
sekolah dasar zaman Belanda hingga kelas lima, lalu melanjutkan
sekolahnya ke Europeesche Lagere School (ELS). Pada 1951,
Sukarno masuk Hoogere Burger School (HBS) dan tinggal di rumah
Tjokroaminoto yang kemudian menjadi mentor politiknya. Ia berhasil
menyelesaikan sekolahnya di HBS hanya dalam waktu lima tahun.
Pada 21 Januari 1921 artikel Sukarno pertama kali terbit di
halaman depan koran Oetoesan Hindia milik Sarekat Islam. Dan
pada tahun itu juga ia diterima sebagai mahasiswa di sekolah tinggi
teknik (Technische Hooge School Institut Teknologi Bandung) di
jurusan teknik sipil. Pada 25 Mei 1926 ia akhirnya berhasil
mendapatkan gelar insinyur dari THS.
Ia kemudian berhasil membangun sebuah gabungan berbagai
gerakan kemerdekaan yang mempunyai program Mengusahakan
Kemerdekaan Indonesia. Dan pada kongres 1928, gerakan itu
memproklamasikan diri sebagai partai dengan nama Partai Nasional
Indonesia (PNI). Debut politik pertamanya adalah ikut mendirikan
Klub Studi Umum di Bandung pada 1926. Namanya semakin
terkenal ketika ia menulis artikel yang berjudul Nasionalisme,
Islam, dan Marxisme. Di artikel itu, Sukarno menyampaikan
pentingnya sebuah persatuan nasional, kaum nasionalis, islamis,
dan marxisme dalam satu front untuk melawan Belanda. Dengan
kata-katanya, Sukarno menjembatani dan menyatukan berbagai
pendapat yang berbeda. Dengan itu, Sukarno berjasa memberikan
ide atau gagasan pada Sumpah Pemuda 1928 dan merumuskan
dasar negara Pancasila.
Sukarno dan tokoh PNI lainnya ditangkap pada 1930 dengan
tuduhan merencanakan pemberontakan kepada Belanda. Namun
dalam persidangannya ia tampil dengan pidato pembelaannya yang
sangan terkenal, Indonesia Menggugat. Hukuman Sukarno
dipotong dua tahun. Desember 1931 Sukarno dibebaskan, tetapi PNI
yang bertumbu padanya pecah karena kehilangan tokoh besarnya.
Kemudian ia memilih masuk Partindo. Pada 1 Agustus 1933 Sukarno
ditangkap untuk kedua kalinya. Ia dituduh melakukan kegiatan yang
menentang Belanda lagi. Sukarno keluar dari Partindo pada 21
November bahkan ia juga menulis surat minta ampun kepada
pemerintahan Belanda dan berjanji menghentikan aktivitas

politiknya. 17 Februari 1934, Sukarno diasingkan ke Ende, Flores.


Untungnya, Sukarno selama ditahan dan diasingkan didampingi oleh
Inggit yang merupakan sumber semangatnya. Tetapi kemudian
pengasingan Sukarno dipindahkan ke Bengkulu. Disana ia menjadi
guru sekolah Muhammadiyah. Disitu pula ia bertemu dengan
Fatmawati dan kemudian menikahinya pada 1943.
Akhirnya Sukarno dapat dikembalikan ke Pulau Jawa pada
1942. Ia akhirnya mendapatkan kembali rasa simpati masyarakat
dan berhasil menjadi pemimpin pergerakan Indonesia di zaman
Jepang. Sukarno bekerja sama dengan pemerintah Jepang
membentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat) pada 16 April 1943. Tetapi
kemudian disalah gunakan oleh Jepang, mereka ternyata
memanfaatkan Putera untuk dipakai sebagai pekerja paksa
(romusha). Pada awalnya tujuan romusha adalah untuk
merehabilitasi dan membangun Pulau Jawa dengan cara
memperkerjakan jutaan penggur. Pada awalnya pekerja romusha
bekerja di wilayah mereka masing-masing dan mendapatkan
makanan yang cukup, namun pada akhir 1943, kerja paksa berubah
menjadi perbudakan.
Sukarno juga membantu bekerjasama dengan pemerintah
Jepang untuk melawan sekutu. Penguasa Jepang juga menjanjikan
kemerdekaan Indonesia di kemudian hari tanpa diberitahu waktu
yang spesifik. Dalam rapat BPUPKI pada 1 Juni 1945, Sukarno
memberikan ide dan menciptakan istilah Pancasila yang kemudian
dijadikan dasar negara Indonesia. Dalam rapat itu juga UndangUndang Dasar 1945 disepakati sebagai konstitusi negara Indonesia.
Pada 16 Agustus para pemuda menemui Sukarno dan
meminta Sukarno agar segera memprokalamasikan kemerdekaan
Indonesia, tetapi Sukarno menolak tuntutan itu dengan alasan
belum mendapatkan kepastian apakah Jepang sudah menyerah atau
belum dalam perang. Para pemuda kemudian memutuskan untuk
menculik Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak
mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya pada 17 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta, atas nama
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
melakukan sidang dan menetapkan Sukarno sebagai presiden
Indonesia dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Pada 18 September 1948, terjadi pemberontakan PKI Madiun
yang dipimpin oleh Musso. Sukarno mengancam Hidup bersama
Bung Karno atau mati bersama Musso, lewat radio. Pemberontakan
itupun dapat dikalahkan. 17 Oktober 1952 terjadi peristiwa dimana
tentara-tentara angkatan darat mengarahkan meriamnya ke Istana,
menuntut Sukarno membubarkan parlemen. Hal ini terjadi karena
angkatan darat marah terhadapat keputusan yang diajukan PNI
untuk menyelidiki seluruh reorganisasi tentara.
Sukarno juga merupakan pelopor berlangsungnya Konferensi
Asia Afrika 18 April 1955. Ini merupakan salah satu prestasi besar

Sukarno, karena konferensi tingkat dunia ini menyatukan aneka ras,


warna kulit, bahkan blok komunis dan blok barat.
Pada 31 Desember 1956 Hatta mengundurkan diri dar
jabatannya sebagai wakil presiden. Hal ini disebabkan oleh
beberapa
faktor
diantaranya
kabinet
yang
jatuh-bangun,
perpecahan pada tubuh angakatan darat, dan kekecewaanya
terhadap Sukarno karena dianggap tidak pernah menyelesaikan
revolusi sosialnya.
Pada 21 Februari 1957, Sukarno menetapkan sistem
Demokrasi Terpemimpin menggantikan Demokrasi Parlementer
yang sudah berlangsung sejak 1950. Karena perubahan sistem ini,
menyebabkan pemberontakan di daerah sehingga Kabinet Ali
Sastroamidjoj jatuh. Akhrirnya pada 14 Maret 1957, Sukarno
memberlakukan keadaan perang karena banyaknya pemberontakan
militer yang terjadi di daerah. Ia baru berhasil menumpas kasus ini
dua tahun kemudian.
Sukarno pada 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
berisi pembubaran DPRS dan kembali ke Undang-Undang Dasar
1945.
3O September 1960, di depan Majelis Umum PBB, Sukarno
berpidato menguraikan tentang Pancasila dan memperjuangkan
pembebasan Irian Barat. Dalam pidatonya itu, Sukarno mengkritik
perbandingan kuat-lemahnya
kekuasan dunia, yang masih
menunjukkan negara yang menindas dan ditindas. Sukarno juga
menyinggung Irian Barat, pulau yang berhasil ia rebut dari
kekuasaan Barat dan ia berharap agar PBB menjadi pendukung
negara-negara yang baru saja merdeka. Namun, lima tahun
kemudian Sukarno mengumumkan Indonesia keluar dari PBB karena
lembaga itu memasukkan Malaysia yang merupakan kolonialisme
Inggris sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.
Pada 14 Oktober 1965 Mayor Jenderal Soeharto dilantik
sebagai Menteri Panglim Angakatan Darat dan memberhentikan
segala kegiatan PKI dan organisasi massanya.
Pada penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal Angakatan
Darat 30 September 1965 di Jakarta, PKI yang merupakan partai
yang dilindungi oleh Sukarno dituding sebagai pelaku yang
merencanakan pembunuhan itu. Sidang Umum ke-4 MPRS di Jakarta
menetapkan, apabila presiden berhalangan tetap, Soeharto menjadi
presiden menggantikan Sukarno. Pidato pertanggungjawaban
Sukarno pada 10 Januari, ditolak oleh MPRS dan DPRGR, terdapat
petunjuk yang menyimpulkan bahwa Sukarno terlibat dalam
peristiwa 30 September. 22 Februari 1967 Sukarno diberhentikan
dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan dengan Jenderal
Soeharto.
21 Juni 1970, Sukarno wafat di Istana Bogor karena sakit.
Permintaan terakhir Sukarno adalah untuk dikuburkan di halaman
rumahnya di Batutulis, Bogor. Tetapi permintaan itu tidak dapat
dikabulkan karena tidak diizinkan oleh Soeharto karena pemikiran
bahwa makamnya akan menjadi tempat ziarah populer yang terlalu

dekat dengan Jakarta merisaukan pemerintahan baru. Akhirnya


Sukarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, di samping makam
ibunya

Anda mungkin juga menyukai