Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN PENGETAHUN IBU POST PARTUM SEBELUM

DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN TENTANG


HIPERBILIRUBIN DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:
NUR AMROATUN
NPM. 12320055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016

PERBEDAAN PENGETAHUN IBU POST PARTUM SEBELUM


DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN TENTANG
HIPERBILIRUBIN DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:
NUR AMROATUN
NPM. 12320055

Disusun sebagai salah satu syarat untuk


mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRAK
PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM SEBELUM
DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN TENTANG
HIPERBILIRUBIN DI RSUD Dr.H.ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016
Oleh :
Nur Amroatun *)
Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator kesehatan
antara lain kematian perinatal salah satunya hiperbilirubin sebanyak 6%. Hasil pre
survey yang peneliti lakukan diperoleh data pada tahun 2015 sebanyak 160 ibu
dengan bayi mengalami hiperbilirubin sebanyak 135 bayi. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu post partum sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang hiperbilirubin di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2016.
Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan one group pretest post test design
dengan metode pendekatan quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah ibu
post partum yang ada diruang rawat kebidanan RSUD Dr.H.Abdul Moeleok
Provinsi lampung sejumlah 105 ibu post partum. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sejumlah 83 ibu post partum. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan menggunakan analisa data uji t test.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan (p value : 0,000)
dengan perbedaan pengetahuan ibu post partum sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan tentang hiperbilirubin di RSUD Dr.H.Abdul Moeleok Provinsi
Lampung tahun 2016. Diharapkan kepada pihak RSUD Dr.H.Abdul Moeloek
Provinsi Lampung agar meningkatkan pengetahuan ibu tentang hiperbilirubin
dengan metode penyuluhan dengan cara ceramah umum dan media cetak.
Kata Kunci : Hiperbilirubin, Pengetahuan, Penyuluhan
Kepustakaan : 18 (2007 2016)
*) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

ABSTRACT
DIFFERENCES IN KNOWLEDGE OF POST PARTUM MOTHER
BEFORE AND AFTER COUNSELING ABOUT HIPERBILIRUBIN
IN HOSPITALS Dr.H. ABDUL MOELEOK LAMPUNG
PROVINCE IN 2016
By :
Nur Amroatun *)
The degree of public health can be measured by a variety of health indicators
include one hiperbilirubin perinatal mortality as much as 6%. Preliminary results
for the reaserchers dis a survey obtained data on 2015 is 160 mother with babies
have hiperbilirubin as many as 135 babies. The purpose of this study to determine
differences in knowledge of post partum mother before and after counseling about
hiperbilirubin in hospitals Dr. H. Abdul Moeleok lampung province in 2016.
This type of quantitative research design one group pretest posttest design with
metodhs quasi eksperimen. This study population was post partum mother in
maternity wards hospital Dr. H. Abdul Moeleok Lampung province some 105 post
partum mother. Samples used in this study is the 83 post partum mother. Data
collection using questionnaires using test data analisis was t test.
The result showed that there were differences in knowledge (p value : 0,000) with
post partum maternal knowledge gaps before and after counseling about
hiperbilirubin in hospital Dr. H. Abdul Moeleok Provinsi Lampung tahun 2016.
Expected that the hospital Dr. H. Abdul Moeleok Provinsi Lampung in order to
improve knowledge of mother about hiperbilirubin with public lecture and print
media.
Keyword
: Hiperbilirubin, Knowledge, Counseling
Bibliography : 18 (2007 2016)
*) Nursing Science Faculty Of Medicine, University of Malahayati

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat
dapat di ukur dengan berbagai
indikator kesehatan antara lain
kematian perinatal, angka kematian
bayi, dan angka kematian balita.
Badan kesehatan dunia (WHO)
menyatakan bahwa angka kematian
bayi sebagian besar disebabkan oleh
asfiksia (20-60%), infeksi (25- 30%),
trauma
persalinan
(5-10%),
hiperbilirubin (6%) dan prevalensi
bayi berat badan lahir
rendah
diperkirakan 15%
dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan
3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi
di negara - negara berkembang atau
sosial ekonomi
rendah
(Riset
Kesehatan Dasar, 2013).
Salah satu penyebab tidak
langsung mortalitas pada bayi baru
lahir
adalah
hiperbilirubin.
Hiperbilirubin merupakan salah satu
kegawatan yang sering terjadi pada
bayi baru lahir, sebanyak 25-50%
terjadi pada bayi cukup bulan dan
80% pada bayi dengan berat lahir
rendah dan merupakan diagnosa
awal sebelum terjadinya kern
ikterus. Hal ini dapat disebabkan
dari turunan ibu bayi itu sendiri
serta dapat pula dari kondisi bayi
itu sendiri (Vivian nany, 2010).
Di Indonesia diperoleh data
ikterus neonatorum dari Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr Cipto
Mangunkusumo (RSCM) ditemukan

prevalensi ikterus pada bayi baru


lahir pada tahun 2003 sebesar 58%
untuk kadar bilirubin 5 mg/dL dan
29,3% untuk kadar bilirubin 12
mg/dL pada minggu pertama
kehidupan. Sedangkan di RSUD
Raden Mattaher jambi didapatkan
sebanyak 13,2 % mengalami ikterik
dari jumlah 370 neonatus ditemukan
prevelansi ikterus pada bayi baru
lahir pada tahun 2013 sebesar 55,8 %
merupakan ikterus fisiologis dan
44,2 %
merupakan ikterus non
fisiologis (Tazami, Mustarim, Syah,
2013).
Faktor
resiko
kejadian
hiperbilirubin
diantaranya
inkompatibilitas golongan darah
ABO, defisiensi enzim G6PD,
BBLR, sepsis neonatorum, riwayat
anak
sebelumnya
mendapatkan
fototep, ASI ekslusif dengan cara
perawatan tidak baik dan kehilangan
berat badan yang berlebihan dan
prematuritas merupakan penyebab
tersering ikterus neonatorum di
wilayah Asia dan Asia Tenggara
(Kosim et all, 2014).
Penyebab terjadinya bayi
BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga
kadang
mengalami
kesulitan
untuk
melakukan tindakan pencegahan.
Namun, penyebab terbanyak bayi
BBLR adalah kelahiran prematur.
Semakin muda usia kehamilan
semakin besar resiko jangka pendek
dan jangka panjang dapat terjadi
(Proverawati, 2010). Usia kehamilan

merupakan
salah
satu
faktor
terjadinya bayi lahir dengan berat
bayi lahir rendah, wanita dengan
persalinan preterm umur kehamilan
34-36 minggu memiliki risiko bayi
BBLR namun dengan persalinan
cukup bulan juga memiliki risiko
bayi BBLR ( Leonardo, 2011).
Menurut Zabeen B (2010)
menyatakan bahwa BBLR dan
prematuritas
merupakan
faktor
risiko tersering terjadinya ikterus
neonatorum di wilayah asia tenggara,
sedangkan menurut Sukadi (2008)
menjelaskan
bahwa
Ikterus
neonatorum adalah keadaan klinis
pada bayi yang di tandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan
sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus
secara klinis akan mulai tampak
pada bayi baru lahir bila kadar
bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Penelitian yang dilakukan
Tazami, dkk (2013) diketahui bahwa
angka kejadian hiperbilirubinemia
meningkat pada neonatus jenis
kelamin laki-laki
dibandingkan
perempuan, meningkat pada kasus
neonatus
dengan
preterm
dibandingkan
dengan
neonatus
aterm, dan pemberian ASI yang
kurang dari 8 kali/hari (72% )
dibandingkan dengan frekuensi
menyusui ASI yang lebih dari 8
kali/hari (27,9% ).
Kurangnya informasi pada
orang tua yang tidak menyusui
bayi secara efektif memiliki resiko
masuknya / dirawatnya
kembali

bayi
di
rumah sakit. Jika
didapatkan bayi yang baru lahir
dengan hiperbilirubinemia, pesan
yang sering tidak
sengaja
disampaikan kepada ibu adalah
bahwa itu disebakan oleh menyusui
yang kurang efektif. Pendidikan
prenatal harus menjamin
bahwa
orang tua mengetahui tanda-tanda
menyusui
efektif
dan kapan
meminta bantuan. Perawat yang
memberikan pendidikan kesehatan
pada ibu yang telah melahirkan harus
berpengalaman dalam inisiasi dini,
menyususi ekslusif, tanda-tanda bayi
cukup asupan dan dukungan untuk
menyusui
bayi
dengan
hiperbilirubinemia (Mannel, 2010).
Pencegahan dan penanganan
hiperbilirubinemia
yaitu
mempercepat metabolisme
dan
pengeluaran bilirubin dengan early
feeding pemberian makanan dini
pada neonatus dapat mengurangi
terjadinya ikterus fisiologik pada
neonatus, karena dengan pemberian
makanan yang dini itu terjadi
pendorongan gerakan usus dan
mekonium lebih cepat dikeluarkan,
sehingga peredaran enterohepatik
bilirubin berkurang. Menyusui bayi
dengan ASI (Air Susu Ibu), bilirubin
juga dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urin. Untuk
itu bayi harus mendapatkan cukup
ASI. Seperti
diketahui, ASI
memiliki zat -zat terbaik bagi bayi
yang dapat memperlancar BAB dan
BAK. Akan tetapi pemberian ASI
juga harus dibawah pengawasan

dokter karena pada beberapa kasus


ASI justru meningkatkan kadar
bilirubin bayi (breast milk jaundice).
Di dalam ASI memang ada
komponen
yang
dapat
mempengaruhi kadar bilirubinnya
(Kosim et all, 2014).
Hasil penelitian (Riyantini,
2010) dengan
judul
pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan ibu serta kejadian
hiperbilirubinemia pada bayi baru
lahir di RSAB Harapan Kita Jakarta
didapat pengetahuan, sikap dan
keterampilan ibu sesudah diberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
hiperbilirubinemia ada peningkatan
yang signifikan dengan nilai p<
0,05. Hal ini
menunjukkan
efektivitas pendidikan kesehatan
yang diberikan pada ibu sesuai
dengan
uji
homogenitas
karakteristik
responden
pada
kelompok intervensi dan kontrol
dengan nilai p > 0.05.
Berdasarkan data dari dinas
kesehatan
Provinsi
Lampung
jumlah ibu melahirkan pada tahun
2014 sebanyak 77,5% , dan terdapat
bayi dengan kejadian hiperbilirubin
sebesar 65 % dan angka kematian
neonatal
dengan
hiperbilirubin
sebanyak 27 % . Sedangkan pada
tahun 2015 terdapat 82,5% jumlah
ibu yang melahirkan dengan
kejadian
hiperbilirubin pada
neonatus dengan jumlah 72 %
dengan angka kematian bayi

dengan hiperbilirubin sejumlah 31,5


%.
Hasil pre survey yang peneliti
lakukan di RSUD Dr.H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung data
ibu yang melahirkan pada tahun
2014 sebanyak 155 (77,5%) dengan
bayi yang mengalami hiperbilirubin
sebanyak 103 (51,5% ) dan terdapat
angka kematian sebanyak 28 (14%).
Sedangkan
pada
tahun
2015
menyebutkan bahwa data ibu yang
melahirkan sebanyak 160 (80%)
dengan bayi yang mengalami
hiperbilirubin sebanyak 135 (67,5%)
dan terdapat angka kematian bayi
sebesar 32 (16%). Berdasarkan hasil
pre survey
tersebut
terdapat
peningkatan kejadian hiperbilirubin
pada
bayi
yaitu sebesar 30%
(Rekam Medik RSUD Dr. H Abdul
Moeleok, 2015).
Berdasarkan latar belakang
diatas bahwa pengetahuan ibu post
partum untuk mengetahui tanda
dan gejala
serta penyebab
hiperbilirubin masih kurang dan
kejadian hiperbilirubin terbanyak
terdapat di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek, maka peneliti tertarik
untuk meneliti masalah perbedaan
pengetahuan
ibu post
partum
sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan tentang hiperbilirubin
di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2016.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Perbedaan
Pengetahuan Ibu Post Partum

Sebelum
Dan
Sesudah
Diberikan
Penyuluhan
Tentang Hiperblirubin Di
RSUD Dr. H. Abdul Moeleok
Provinsi Lampung Tahun
2016.
2. Tujuan Khusus
1. mengetahui
distribusi
frekuensi
karakteristik
responden meliputi umur
ibu, tingkat pendidikan
dan pekerjaan.
2. Untuk menegtahui rerata
pengetahuan ibu post
partum
tentang
hiperbilirubin
sebelum
diberikan penyuluhan di
RSUD
Dr.H.
Abdul
Moeloek
provinsi
lampung tahun 2016.
3. Untuk mengetahui rerata
pengetahuan ibu post
partum
tentang
hiperbilirubin
setelah
diberikan penyuluhan di
RSUD
Dr.H.
Abdul
Moeloek
Provinsi
Lampung tahun 2016.
4. Untuk mean perbedaan
pengetahuan ibu post
partum sebelum dan
sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin di RSUD
Dr.H.Abdul
Moeloek
provinsi Lampung tahun
2016.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil
penelitian
dapat
dijadikan sebagai bahan
untuk
menambah

kepustakaan dan referensi


untuk peneliti selanjutnya
terutama yang berkaitan
dengan hiperbilirubin.
2. Manfaat Aplikatif
Sebagai
masukan
bagi
petugas kesehatan sehingga
dapat
meningkatkan
kepedulian
untuk
memberikan
informasi
melalui penyuluhan tentang
hiperbilirubin.
Sebagai
bahan informasi tentang
hiperbilirubin sehingga dapat
meningkatkan peran serta
masyarakat dalam mencapai
pengetahuan ibu post partum
tentang hiperblirubin.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan quasi
eksperimen. Variabelnya adalah
pengetahuan ibu post partum tentang
hiperbilirubin. Penelitian dilakukan
pada tanggal 26 maret 30 juni
2016. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua
ibu post partum yang ada di ruang
rawat delima RSUD Dr. H.Abdul
Moeloek
Provinsi
Lampung.
Pengambilan
sampel
dalam
penelitian ini menggunakan metode
purposive
sampling.
Alat
pengumpulan data yang digunakan
adalh kuesioner. Dilakukan uji
instrumen penelitian yaitu uji
validitas dengan teknik korelasi
product moment dan uji reliabilitas
menggunakan
teknik
alpha
cronbrach.
Analisis
distribusi
frekuensi untuk menggambarkan
pengetahuan ibu post partum tentang
hiperbilirubin.

HASIL PENELITIAN
Sebagaimana tujuan penelitian, bab
2. Pendidikan
ini menyajikan hasil analisis
Tabel 4.2
mengenai perbedaan pengetahuan
ibu post partum di RSUD
Distribusi Frekuensi Responden
Dr.H.Abdul
Moeleok
Provinsi
Berdasarkan
Pendidikan di RSUD
Lampung
Dr.H.Abdul Moeleok
Pendidikan
Frekuensi Persen
tahun 2016,
Provinsi Lampung
Lulus SD
23
27.7
dimana
tahun 2016
Lulus SMP
26
31.3
Lulus SMA
28
33.7
Lulus PT
6
7.2
Jumlah
83
100.0
Berdasarkan
respondennya adalah ibu post partum
tabel 4.2 dapat diketahui
yang berjumlah 83 orang. Kemudian
bahwa
sebagian
besar
dari hasi pengolahan diperoleh hasil
responden
dengan
sebagai berikut.
pendidikan lulus SMA yaitu
sebanyak 28 responden
A. Gambaran
karakteristik
(33.7%).
responden
1. Umur
3. Pekerjaan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur di RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2016
Umur
Frekuensi
20-29 Tahun
61
30-36 Tahun
22
Jumlah

83

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui


bahwa sebagian besar responden
dengan usia antara 20-29 tahun yaitu
sebanyak 61 responden (73.5%).

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan di RSUD
Dr.H.Abdul Moeleok Provinsi
Lampung tahun 2016
Pekerjaa Frekuens Persent
n
i
ase
Bekerja
37
44.6
Tidak
46
55.4
Bekerja
Jumlah
83
100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui
bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja/ Ibu Rumah Tangga
yaitu sebanyak 46 responden
(55.4%).
A. Analisa Univariat
Tabel 4.4

Rerata Pengetahuan ibu post


partum sebelum diberikan
penyuluhan tentang hiperbilirubin
di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2016
Variabel
Mean
Pengetahuan sebelum
penyuluhan

52.56

Berdasarkan tabel 4.2 dapat


diketahui bahwa nilai pengetahuan
dari 83 orang ibu post partum
sebelum diberi penyuluhan tentang
hiperbilirubin di RSUD dr. H.Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun
2016 dengan nilai mean adalah
52.56, standar deviasi 15.138 dengan
nilai minimum = 0 dan nilai
maksimum = 75.

Tabel 4.5
Rerata Pengetahuan Ibu Post
Partum Setelah Diberikan
Penyuluhan Tentang
Hiperbilirubin Di RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2016
Variabel
Mean
Pengetahuan sesudah
68.78
penyuluhan
Berdasarkan tabel 4.3 dapat
diketahui bahwa nilai pengetahuan
dari 83 orang ibu post partum
sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang hiperbilirubin di RSUD
dr.H.Abdul Moeloek
Provinsi

Lampung tahun 2016 dengan nilai


mean adalah 68.78 , standar deviasi
8.298 dengan nilai minimun = 75 dan
nilai maksimum = 85.
B. Analisa Bivariat
Setelah dilakukan pengolahan data
menggunakan uji t (paired sample
t-test), dari perbedaan mean nilai
pengetahuan ibu post partum,
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6
Perbedaan pengetahuan ibu post
partum sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang
hiperbilirubin di RSUD
Dr.H.Abdul Moeleok Provinsi
Lampung tahun 2016
Variabel
Mean
Pengetahuan
16.220
Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan
Berdasarkan
tabel
4.4
dapat
disimpulkan
bahwa
mean
pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan adalah 16.220,
dengan standar deviasi 12.585 dan
standar error mean 1.390. Hasil uji
statistik di dapatkan nilai p value
0.000, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan pada
pengetahuan ibu post partum di
RSUD dr.H.Abdul Moeleok Provinsi
Lampung tahun 2016 sebelum dan
sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang hiperbilirubin.

SD
12.585

PEMBAHASAN
Hasil analisa data diketahui
bahwa nilai pengetahuan dari 83
orang ibu post partum sebelum
diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin di RSUD dr.H.Abdul
Moeleok Provinsi Lampung tahun
2016 dengan nilai mean 52,56,
standar deviasi 15,138, dengan nilai
minimum = 0 dan nilai maksimun =
75.
Hasil analisa data diketahui
bahwa nilai pengetahuan dari 83
orang ibu post partum sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin dengan nilai mean
68,78, standar deviasi 8,298 dengan
nilai minimum = 50 dan nilai
maksimum = 85.
Berdasarkan analisa data,
interpretasi
dan
perbedaan
pengetahuan ibu post partum
sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan tentang hiperbilirubin
diperoleh nilai 2 mean adalah 16.220
(p - value 0,000) yang berarti ada
perbedaan sebelum dan sesudah
penyuluhan.
Hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa
dengan
diberikannya penyuluhan tentang
hiperbilirubin
memberikan
perbedaan peningkatan pengetahuan
ibu post partum yang terlihat dari
hasil posstest pengetahuan ibu post
partum
yang
meningkat
dibandingkan dengan hasil pretest.
Peningkatan pengetahuan tersebut
dapat terlihat dari peningkatan yang
signifikan dari skor evaluasi setelah
dilakukan
penyuluhan
dengan
adanya perbedaan rata- rata (52,56
menjadi 68,78).
Pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya (mata,


hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan
sendirinya
waktu
pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan
tersebut
sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian
besar
pengetahuan
seseorang
dipengaruhi oleh indra pendengaran
(telinga), dan indra penglihatan
(mata).
Pengetahuan
seseorang
terhadap objek yang mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda
beda (Notoadmodjo, 2012).
Selain itu ada tiga faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang yaitu umur atau usia, hal
ini dikarenakan usia ibu masih
cenderung
muda
sehingga
pengetahuan yang didapatkan belum
terlalu banyak dimana semakin
bertambah usia maka akan semakin
bertambah baik pengetahuan dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperoleh dari hasil membaca
dapat dirangkai dan dimengerti
khususnya tentang hiperbilirubin.
Salah satu faktor yang
lainnya adalah pendidikan yang
artinya pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami
sesuatu hal. Tidak dapat di pungkiri
bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula
mereka menerima informasi dan
pengetahuan yang dimiliki akan
semakin banyak. Sebaliknya, jika
seseorang
memiliki
tingkat
pendidikan yang rendah, maka akan
menghambat perkembangan sikap
orang tersebut terhadap penerimaan
informasi.
Faktor yang ketiga adalah
pekerjaan, sebagian besar responden
tidak bekerja/ ibu rumah tangga,

mereka mempunyai banyak waktu


luang untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar untuk mencari
informasi baik dengan tetangga,
sahabat atau dari saudara yang
pernah melahirkan.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan
bahwa
pendidikan
kesehatan
merupakan suatu proses perubahan
diri manusia yang ada hubungannya
dengan tercapainya tujuan kesehatan
perorangan
atau
masyarakat.
Pendidikan kesehatan bukanlah suatu
yang dapat diberikan oleh seseorang
kepada orang lain dan bukan pula
suatu rangkaian tata laksana yang
akan dilaksanakan ataupun hasil
yang akan dicapai, melainkan suatu
proses perkembangan yang selalu
berubah secara dinamis dimana
seseorang dapat menerima atau
menolak keterangan baru, sikap baru
dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup
(Susilo, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan
teori
diatas
dimana
pengetahuan responden sebelum
diberikan penyuluhan sebanyak 4
(2%)
responden
yang
pengetahuannya
menurun.
Sedangkan pengetahuan responden
setelah
diberikan
penyuluhan
mengalami peningkatan menjadi 76
(38%)
responden. Rendahnya
pengetahuan ibu post partum
dikarenakan tingkat pendidikan
responden sebanyak 28 (33,7%)
berpendidikan SMA, Perguruan
Tinggi sebanyak 6 (7,2%), responden
yang berpendidikan SMP sebanyak
26 (31,7%) dan berpendidikan SD
sebanyak 23 (27,7%).
Hasil penelitian (Riyantini,
2010) dengan judul pengaruh

pendidikan
kesehatan
terhadap
pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu serta kejadian hiperbilirubinemia
pada bayi baru lahir di RSAB
Harapan Kita Jakarta didapat
pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang hiperbilirubinemia
terdapat peningkatan yang signifikan
dengan nilai p< 0,05. Hal ini
menunjukkan efektivitas pendidikan
kesehatan yang diberikan pada ibu
sesuai dengan uji homogenitas
karakteristik
responden
pada
kelompok intervensi dan kontrol
dengan p > 0,0.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh (Yurika, 2009)
dengan judul efektivitas pendidikan
kesehatan
terhadap pengetahuan,
sikap dan keterampilan ibu dalam
pemantauan perkembangan balita di
kelurahan sukaramai kecamatan
baiturrahman
banda
aceh
menunjukkan adanya peningkatan
yang bermakna pada pengetahuan (p
value 0,004), sikap (p value 0,05)
dan keterampilan (p value 0,019) ibu
sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh
perawat diharapkan akan mengubah
pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu post partum dalam memberikan
perawatan pada bayi baru lahir,
terutama untuk mengurangi angka
kejadian hiperbilirubin.
Setelah diberikan penyuluhan
tentang hiperbilirubin kepada 83
responden. Terdapat 76 (38%)
responden yang pengetahuannya
meningkat, 3 (1,5%) responden yang
pengetahuannya tetap sama dan 4
(2%) responden yang pengetahuan
belum ada peningkatan saat diberi
penyuluhan disebabkan beberapa

faktor yaitu kondisi ibu yang lemah


pasca melahirkan, ruangan yang
padat dan bising, serta dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan responden
yang lulusan SD dan SMP. Tetapi
ada
juga
responden
yang
pendidikannya tinggi mengalami
penurunan tentang pengetahuan
disebabkan oleh beberapa faktor
adalah kurang konsentrasi pada
waktu penyuluhan dan waktu
penyuluhan terbatas.
Penyuluhan yang diberikan
kepada ibu post partum dapat
memberikan
peningkatan
pengetahuan ibu post partum tentang
hiperbilirubin. Sehingga nantinya
diharapkan ibu dapat melakukan
pencegahan dan menangani tanda
dan gejala hiperbilirubin.

Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi


Lampung tahun 2016 dengan
mean 52,56.
3. Diketahui pengetahuan ibu post
partum
sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin
di
RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2016 dengan
nilai mean adalah 68,78.
4. Diketahui
perbedaan
pengetahuan ibu post partum
sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin
di
RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
lampung tahun 2016 dengan
nilai beda 2 mean 16.220 (p
value 0,000).

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan
pembahasan
perbedaan
pengetahuan ibu sebelum dan
sesudah
diberikan
penyuluhan
tentang hiperbilirubin di RSUD
Dr.H.Abdul
Moeloek
Provinsi
Lampung
tahun
2016
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik ibu post partum
yang menjadi responden dalam
penelitian ini sebagian besar
dengan umur 20-29 tahun
sebanyak 61 orang (73,5%),
memiliki tingkat pendidikan
SMA/sederajat sebanyak 28
orang (33,7%), dan pekerjaan
responden sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 46 orang
(55,4%).
2. Diketahui pengetahuan ibu post
partum
sebelum
diberikan
penyuluhan
tentang
hiperbilirubin
di
RSUD

B. Saran
1. Bagi Pelayanan kesehatan
Diharapkan kepada pihak
rumah
sakit
agar
dapat
meningkatkan promosi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan
ibu
post
partum
tentang
hiperbilirubin, baik dengan cara
diskusi atau dengan media
media lainnya.
2. Bagi masyarakat
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan
wawasan kepada masyarakat
untuk mengenali tanda dan gejala
hiperbilirubin, serta mengetahui
cara pencegahan dan perawatan
bayi dengan hiperbilirubin.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini
terdapat banyak kendala dan
hambatan berhubungan dengan
keadaan ibu yang masih dalam
kondisi lemah pasca melahirkan,

keadaan ruangan yang ramai dan


bising
sehingga
kurang
kondusifnya waktu penyuluhan.
Disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk menambahkan
sampel lebih banyak lagi dan
bisa mengkondisikan keadaan
responden pada saat penyuluhan
agar penyuluhan tetap efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arif & Weni (2010), Neonatus dan
Asuhan Keperawatan Anak,
Yogyakarta, Nuha Medica.
Budiman & Agus (2013), Kapita
selekta Pengetahuan dan sikap
dalam penelitian kesehatan,
jakarta, Salemba Medika.
Kosim, et, all (2014), Buku Ajar
Neonatologi, Jakarta, Badan
Penerbit IDAI.
Maryanti, D, Sujianti & Tribudiarti
(2011), Buku Ajar Neonatus,
Bayi dan Balita, Jakarta, cv.
Trans Info Media.
Maryunani, A & Nurhayati (2010),
Asuhan
Kegawatdaruratan
dan Penyulit neonatus, Jakarta,
Penerbit Buku Kesehatan
Nany, Vivian (2010), Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak
Balita,
Jakarta,Salemba
Medika.
Notoatmodjo,Soekidjo
(2012),
Metodologi
Penelitian
Kesehatan, Jakarta, Rineka
Cipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo
(2007),
Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku,
Cipta.

Jakarta,

Rineka

Paullete (2013), Asuhan Neonatus


Rujukan Cepat, Jakarta, EGC.
Proverawati, A & Cahyoismawati
(2010), Berat Badan Lahir
Rendah, Yogyakarta, Nuha
Medica.
Rahmawati, dkk (2014), Gambaran
Pengetahuan
Ibu
Nifas
Tentang Ikterus Neonatorum
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngadirejo
Kabupaten
Temanggung Tahun 2014.
Diunduh pada tanggal 21 maret
2016
dari
http://perpusnwu.web.id/karyai
lmiah/documents/3732.docx.
Reza,

dkk (2016), Perbedaan


Kejadian Ikterus Neonatorum
Antara Bayi Prematur Dan
Cukup Bulan Pada Bayi
Dengan Berat Badan Lahir
Rendah Tahun 2016. di unduh
pada tanggal 21 maret dari
http://eprints.ums.ac.id/41639/
1/NASKAH%20PUBLIKASI
%20.Pdf

Riyantini, Yanti (2010), Pengaruh


Pendidikan
Kesehatan
Terhadap Pengetahuan, Sikap,
Dan Keterampilan Ibu Serta
Kejadian Hiperbilirubinemia
Pada Bayi Baru Lahir Di
RSAB Harapan Kita Jakarta.
Di unduh pada tanggal 21
maret
2016
http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/137200-T%20Yanti
%20Riyantini.pdf.
Suriadi & Rita yulyani (2010),
Asuhan Keperawatan Pada

Anak Edisi 2, Jakarta, Sagung


Seto

dokteran/article/view/1252/854
.

Susilo,Rakhmat (2010), Pendidikan


Kesehatan
dalam
Keperawatan,
Yogyakarta,
Nuha Medica.

Yurika, Dewi (2009), Efektivitas


Pendidikan
Kesehatan
Terhadap Penegtahuan, Sikap,
Dan Keterampilan Ibu Dalam
Pemantauan Perkembangan
Balita
Di
Kelurahan
Sukaramai
Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh. Di
unduh pada tanggal 01 maret
2016
dari
http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/124680TESIS0556%20Dew
%20N09e-Efektivitas
%20Pendidikan-HA.Pdf.

Sujarweni, V Wiratna (2014),


Metodologi
Penelitian
Keperawatan,
Yogyakarta,
Penerbit Gava Media.
Tazami, Mustarim, Syah (2013),
Gambaran Faktor Resiko
Ikterus Neonatorum pada
Neonatus
di
ruang
Perinatologi RSUD Raden
Matahher Jambi tahun 2013.
Di unduh pada tanggal 21
maret 2016 dari http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/ke

Anda mungkin juga menyukai