Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN : 1. KONSEP DASAR MEDIS
Pengertian
Anatomi fisiologi
Komponen sistem induksi jantung
Peace maker
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi klinik
Penatalaksanaan medis
Tes diagnostik
Komplikasi
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
diagnosa keperawatan
intervensi keperawatan
tujuan
perencanaan pemulangan
implementasi
evaluasi
PENUTUP : a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Medis
a. Pengertian
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya
penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal
duktus arteriousus battoli.
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik
dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.
Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang kaya akan
oksigen ke seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru. Cabang pertama dari aorta
mengalirkan darah ke tubuh bagian atas (lengan dan kepala). Kemudian darah
mengalir ke tubuh bagian bawah (perut dan tungkai).
b. Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri
yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung. Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan
2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke

berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran
sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh
suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi
jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali
kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah
ini, diantaranya yaitu :
Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta
ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm
seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak
100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau
setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan
berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kirakira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi
kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada
ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. Selaput yang
membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan
serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar
tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan
paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana
lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan
endokardium.
Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya
adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel
dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya
tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding
otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal
dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara
kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum).
Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain
melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.

Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup
AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup
AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya
yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai
katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi
sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari
atrium ke ventrikel.
1. KatupTrikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini
terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan.
Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan
dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup
trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2. Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan
kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3
daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis.

3.Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
ventrikel.Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.

4. Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini
akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir

keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
c. Komponen Sistem Induksi Jantung
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV, LV
d. Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi
tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan
listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului
oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA)
yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus
SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan
timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh
otot ventrikel.
e. Etiologi
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik,
seperti sindroma Turner (disgenosis gonad : suatu keadaan pada anak perempuan,
dimana salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau hilang seluruhnya).
Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup
aorta (misalnya katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000
orang. Biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40
tahun.
f. Patofisiologi
Koartasio aorta dapat terjadi sebagai obstruksi jukstaduktal tersendiri atau atau
hipoplasia tubuler aorta transversum mulai pada salah satu pembuluh darah kepala
atau leher dan meluas ke daerah duktus (koartasio preduktal). Seringkali kedua
komponem ada. Dirumuskan bahwa koartasio dimulai pada kehidupan janin pada
adanya kelainan jantung yang menyebabkan aliran darah melalui katup aorta
berkurang (misalnya, katup aorta biskupid, VSD).
Sesudah lahir, pada koartosio jukstaduktal tersendiri, darah aorta asendens akan
menggalir melalui segmen sempit untuk mencapai aorta desendens. walaupun akan
menghasilkan hipertensi dan hipertrofi ventrkel kiri. Pada umur beberapa hari
pertama, duktus arterius paten dapat berperan melebarkan area aorta justadukal dan
memberi perbaikan obstruksi sementara. Pada bayi ini terjadi shunt duktus dari kiri
kekanan dan mereka tidak sianosis. Sebaiknya, pada koartasio justadukal yang lebih
berat atau bila ada hipoplasia arkus transversum, darah ventrikel kanan terejeksi
melalui duktus untuk memasuk aorta desenden, seperti dilakukan selama kehidupan
janin. Perfusi tubuh bagian bawah kemudian tergantung pada curah ventrikel kanan.
Pada keadaan ini, nadi pemoralis dapat teraba, dan perbedaan tekanan darah

mungkin tidak membantu dalam membuat diagnosis. Namun shunt dari kanan
kekiri duktus akan bermanifestasi sebagai sianosis diferensial dengan ekstremitas
atas merah (pink) dan ekstremitas bawah biru (sianosis).
Bayi bayi demikian mungkin menderita hipertensi pulmonal dan tahanan paskuler
pulmonal yang tinggi. Tanda tanda gagal jantung nyata. Kadang kadang, segmen
hipoplastik isthmus aorta yang berat dapat menjadi artetik sempurna, menghasilkan
arkus aorta ternganggu dengan arteria subklavia kiri keluar sebelah proksimal atau
distal gangguan. Dahulu, koartasio yang disertai dengan hipoplasia arkus dirujuk
sebagai tipe infantil, karena ia biasanya. Tipe dewasa disebut koartasio jukstadukal
saja, yang jika ringan biasanya tidak datang sampai masa anak akhir. Istilah ini telah
dinganti dengan istilah anatomi yang lebih tepat yang disebut sebelumnya
menggambarkan lokasi dan keparah defek.
Tekanan darah naik pada pembuluh darah yang keluar sebelah proksimal koartasio.
Tekanan darah juga tekanan nadi dibawah konstrisi lebih rendah. Hipertensi bukan
karena obstruksi mekanik saja, tetapi juga melibatkan mekanisme ginjal. Jika tidak
dioperasi pada masa bayi, koartasi aorta biasanya menimbulkan pertumbuhan
sirkulasi kolateral yang luas, terutama dari cabang cabang thoraks dan subkapiler
arteria aksilaris dapat juga membesar sebagai saluran kolateral. Pembuluh darah ini
bergabung dengan cabang cabang epigastrik inferior arteria femoral membentuk
saluran darah arterial untuk memintas daerah koartasio. Pembuluh darah yang turut
membentuk sirkulasi kolateral dapat menjadi sangat besar dan berkelok kelok
pada awal masa dewasa.
g. Manifestasi Klinis
Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat
bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.
Gejalanya berupa:
1. pusing
2. pingsan
3. kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
4. tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas)
5. kaki atau tungkai teraba dingin
6. kekurangan tenaga
7. sakit kepala berdenyut
8. perdarahan hidung
9. nyeri tungkai selama melakukan aktivitas.
Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus menutup,
beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernafasan yang berat,
bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam
di dalam darah (asidosis metabolik).
1. Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
2. Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
3. Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
Pada arteri radialis lebih kuat
Pada arteri femoralis teraba lebih lemah

h.

i.

j.

2.
a.

4. Auskultasi :
Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.
Penatalaksanaan Medis
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan
dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu
dengan Open Heart
Kelainan ini sebaiknya segera diperbaiki pada awal masa kanak-kanak untuk
mengurangi beban kerja pada ventrikel kiri. Pembedahan biasanya dilakukan pada
usia prasekolah (biasanya umur 3-5 tahun). Jika terjadi gagal jantung, segera
diberikan prostaglandin untuk membuka duktus arteriosus dan obat lainnya untuk
memperkuat jantung serta pembedahan darurat untuk memperbaiki aorta. Bagian
aorta yang menyempit dapat dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan
tindakan non-bedah berupa kateterisasi balon untuk melebarkan bagian yang
menyempit. Pada pembedahan, bagian aorta yang menyempit dibuang. Jika bagian
yang terbuang hanya sedikit, kemudian dibuat anastomisis (penyambungan kembali
kedua ujung aorta) atau kedua ujung aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron.
Kekambuhan koartasio aorta jarang terjadi jika:
1. pembedahan dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
2. sampai masa dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara lengan dan
tungkai.
Koartasio kambuhan biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-bedah atau
dengan pencangkokan suatu bahan melalui prosedur kateterisasi.
Test Diagnostik
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Angiografi koroner
2. CT scan dada
3. MRI dada
4. Ekokardiografi
5. USG Doppler aorta
6. Rontgen dada
7. EKG (menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri)
8. Kateterisasi jantung.
Komplikasi
1. Perdarahan otak
2. Ruptur aorta
3. Endokarditis
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger

4. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari


5. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh
dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
6. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap
penyakit anak.
c. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan curah jantung yang
1. Observasi kualitas dan kekuatan
adekuat :
denyut jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis
(sirkumoral, membran mukosa,
clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,
takikardi, tachypnea, sesak, mudah
lelah, periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali)
4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai
order, dengan menggunakan teknik
pencegahan bahaya toksisitas.
5. Berikan pengobatan untuk
menurunkan afterload
6. Berikan diuretik sesuai indikasi.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
Tujuan
Intervensi
Mengurangi adanya peningkatan
1. Monitor kualitas dan irama
resistensi pembuluh paru:
pernafasan
2. Atur posisi anak dengan posisi
fowler
3. Hindari anak dari orang yang
terinfeksi
4. Berikan istirahat yang cukup

5. Berikan nutrisi yang optimal


6. Berikan oksigen jika ada indikasi
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh
dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan tingkat
1. Ijinkan anak untuk sering
aktivitas yang adekuat :
beristirahat, dan hindarkan
gangguan pada saat tidur
2. Anjurkan untuk melakukan
permainan dan aktivitas ringan
3. Bantu anak untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan usia,
kondisi dan kemampuan anak.
4. Hindarkan suhu lingkungan yang
terlalu panas atau terlalu dingin
5. Hindarkan hal-hal yang
menyebabkan ketakutan /
kecemasan pada anak
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan pertumbuhan
1. Sediakan diit yang seimbang,
berat badan dan tinggi badan
tinggi zat-zat nutrisi untuk
yang sesuai
mencapai pertumbuhan yang
adekuat
2. Monitor tinggi badan dan berat
badan, dokumentasikan dalam
bentuk grafik untuk mengetahui
kecenderungan pertumbuhan anak
3. Timbang berat badan setiap hari
dengan timbangan yang sama dan
waktu yang sama
4. Catat intake dan output secara
benar
5. Berikan makanan dengan porsi
kecil tapi sering untuk menghindari
kelelahan pada saat makan
6. Anak-anak yang mendapatkan
diuretik biasanya sangat haus, oleh
karena itu cairan tidak dibatasi.
5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
Tujuan
Intervensi

Anak tidak akan menunjukkan


tanda-tanda infeksi

1. Hindari kontak dengan individu


yang terinfeksi
2. Berikan istirahat yang adekuat
3. Berikan kebutuhan nutrisi yang
optimal
6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
Tujuan
Intervensi
Memberikan support pada orang
1. Ajarkan keluarga / orang tua
tua
untuk mengekspresikan
perasaannya karena memiliki anak
dengan kelainan jantung,
mendiskudikan rencana
pengobatan, dan memiliki peranan
penting dalam keberhasilan
pengobatan
2. Ekplorasi perasaan orang tua
mengenai perasaan ketakutan, rasa
bersalah, berduka, dan perasaan
tidak mampu
3. Mengurangi ketakutan dan
kecemasan orang tua dengan
memberikan informasi yang jelas
4. Libatkan orang tua dalam
perawatan anak selama di rumah
sakit
5. Memberikan dorongan kepada
keluarga untuk melibatkan anggota
keluarga lain dalama perawatan
anak.
d. Hasil Yang Diharapkan
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
3. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
4. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
5. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
6. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan
kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan
bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
e. Perencanaan Pemulangan

1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan


2. Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan
kondisi penyakit
3. Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
Teknik pemberian obat
Teknik pemberian makanan
Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda
komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
f. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini
penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan
dianatranya: peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya
bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta
adanay peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.
g. Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan
di lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan
diagnosa yang ada di lapangan.
PENUTUP
A.

Kesimpulan

KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya
penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal
duktus arteriousus battoli.
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik,
seperti sindroma Turner (disgenosis gonad : suatu keadaan pada anak perempuan,
dimana salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau hilang seluruhnya).
Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup
aorta (misalnya katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000
orang. Biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40
tahun.
B.

Saran

Diharapkan mahasiswa/perawat dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, maupun

mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psiko-

sosio-spiritual

Anda mungkin juga menyukai