Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1

PERCOBAAN 7
SISTEM ZAT CAIR 3 KOMPONEN

DISUSUN OLEH :
NAMA

: Yulianti Siako

STAMBUK

: A25115079

KELOMPOK : III
ASISTEN

: MOHD. RIZWAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

Lembar Koreksi

Nama

: Yulianti Siako

Stambuk

: A 251 15 079

Kelompok

: III

Asisten

: Mohd. Rizwan

JudulPercobaan

: Sistem Zat Cair Tiga Komponen

No
.

Hari/ Tanggal

Keterangan

Paraf

PERCOBAAN VII
SISTEM ZAT CAIR 3 KOMPONEN

I.TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan fraksi mol komponen
dalam campuran dan menggambarkan diagram ternernya.
II.
DASAR TEORI
Pemisahan suatu larutan dalam campuran dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Bila suatu campuran cair, misalnya komponen A&B dicampurkan tidak
saling melarutkan sehingga membentuk dua fasa. Maka untuk memisahkannya
digunakan pelarut yang kelarutannya sama dengan salah satu komponen dalam
campuran tersebut. Sehingga ketiganya membentuk satu fasa. Jika ke dalam
sejumlah air kita tambahkan terus-menerus zat terlarut lama kelamaan tercapai
suatu keadaan dimana semua molekul air akan terpakai untuk menghidrasi
partikel yang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang
akan ditambahkan. Dapat dikatakan larutan tersebut mencapai keadaan jenuh. Zat
cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainnya, dapat dinaikkan kelarutannya
dengan menam bahkan suatu zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang
lebih dahulu dicairkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya larut dalam suatu zat
cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua zatcair yang terdahulu itu
akan menjadi lebih kecil. Tetapi bila zat cair yang ketiga itu larut dalam kedua zat
cair yang terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu akan
menjadi besar. Gejala ini dapat terlihat pada sistem CCl 4 asam asetat-air
(Saputra,2013).
Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak
hanya dalam komposisi kimianya tetapi juga dalam keadaan fisiknya. Contohnya:
dalam sistem terdapat fasa padat, fasa cair dan fasa gas. Banyaknya fasa dalam
sistem diberi notasi P. Gas atau campuran gas adalah fasa tunggal ; Kristal adalah
fasa tunggal dan dua cairan yang dapat bercampur secara total membentuk fasa
tunggal. Campuran dua logam adalah sistem dua fasa (P=2), jika logam -logam itu

tidak dapat bercampur, tetapi merupakan sistem satu fasa (P=1), jika logamlogamnya dapat dicampur (Syabatini,2008)
Sudut fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian
sistem yang lain oleh balasan yang jelas dan baik. Campuran padat atau dua cairan
tidak dapat bercampur, tetapi dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan
campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol
umum untuk fase biasanya adalah p (Levine, 2011)
Komponen merupakan suatu hal yang biasanya terdapat di dalam suatu
campuran, baik cairan, padatan, maupun gas. Jumlah komponen-komponen dalam
suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah minimum dari variabel bebas pilihan
yang dibutuhkan untuk menggambarkan suatu komposisi tiap fase dari suatu
sistem. Jumlah komponen didalam suatu campuran dilambangkan dengan c
(Dogra, 2009).
Jumlah minimum variabel intensif yang harus dipilih agar keberadaan
variabel intensif dapat ditetapkan disebut dengan derajat kebebasan. Jumlah
minimum variabel intensif dapat berupa temperatur, tekanan, dan konsentrasi.
Untuk derajat kebebasan yang invariant dilambangkan dengan V=0, bila unvarian
dilambangkan dengan V=1 dan bila bivarian dilambangkan dengan V=2. Namun
secara umum, derajat kebebasan dilambangkan dengan V atau F. (Levine, 2011).
Dengan C (komponen) dan p (fase). Hubungan tersebut dapat dinyatakan
kedalam sebuah rumus umum yaitu:
V=CP+2
Di dalam buku S.Dogra rumus untuk derajat kebebasan Gibb dinyatakan ke
dalam:
F = C P + 2.
Menurut aturan fase, derajat kebebasan untuk system 3 komponen diberikan
dengan rumus:

F=CP+2
=5P
Dan jikalau system tersebut berada dalam suhu dan tekanan yang konstan maka
persamaan tersebut akan menjadi: F = 3 P (Dogra,2009).
Untuk suhu dan tekanan yang tetap, system dengan 3 komponen akan
memiliki jumlah derajat kebebasan Gibb maksimum = 2. Hal ini dikarenakan
jumlah fase minimum yang terbentuk adalah 1 fase (saling melarutkan dan
homogen). Diagram fase ini dapat kita gambarkan dalam sebuah diagram fase satu
bidang. Dimana dalam menggambarkan system 3 komponen dapat dilakukan
dengan mendapatkan sebuah kertas grafik segitiga atau yang kita kenal dengan
istilah Diagram Terner(Dogra,2009).
Diagram Terner merupakan suatu diagram fase berbentuk segitiga sama
sisi dalam satu bidang datar yang dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat
dalam berbagai fase. Dalam membuat diagram fasa, biasanya dalam pencampuran
komponen A, B, dan C, ada komponen A-B dan B-C yang saling melarutkan,
tetapi A-C tidak bisa saling melarutkan. Ini menyebabkan pada diagram terner
terdapat daerah kritis. Diagram terrner memudahkan untuk memahami bagaimana
pengaruh penambahan suatu zat terhadap kelarutan dua campuran yang tadinya
saling larut sempurna. (Dedi, 2011).
Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan
mendapatkan suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan
istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner
(C = 3) sesuai dengan: XA + XB + XC = 1. Diagram fasa yang digambarkan
segitiga sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah
jarak ke sebuah titik di dalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisisisinya sama dengan panjang sisi segitiga itu, yang dapat diambil sebagai satuan
panjang. Puncak puncak dihubungi ke titik tengah dari sisi yang berlawanan
yaitu : Aa, Bb, Cc.Titik nol mulai dari titik a,b,c dan A,B,C menyatakan komposisi

adalah 100% atau 1, jadi garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi A,B,C
merupakan konsentrasi A,B,C (Dogra,2009).
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang
bebas,katakanlah X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat
dialurkan dalam koordinat cartesius dengan X2pada salah satu sumbunya, dan
X3 pada sumbu yang lain dengan dibatasi garis X 2+X3=1.Karena X tidak simetris
terhadap ketiga komponen, komposisi dialurkan pada suatu segitiga sama sisi
dengan setiap sudutnya menggambarkan suatu komponen murni.Bagi suatu
segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik didalam segitiga ketiga sisinya
sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak antara setiap sudut ke tengah tengah
sisi dibagi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam
persen. Untuk memperoleh titik tertentu dilakukan dengan mengukur jarak
terdekat ketiga sisi segitiga (Dogra,2009).
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol. sistem
tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat
kebebasan paling banyak.Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen
bergantung

pada

daya

saling

dan temperatur.Dalam eksperimen

ini,

larut

antar

metode

zat

titrasi

cair
digunakan

tersebut
untuk

memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya
saing larut antara zat cairtersebut dan suhu percobaan. Apabila pada suhu dan
tekanan yang tetap digunakan kurva bimodal untuk menentukan kelarutan C
dalam berbagai komposisi A dan B. Pada daerah di dalam kurva merupakan
daerah dua fasa, sedangkan yang di luarnya adalah daerah satu fasa. Untuk
menentukan kurva bimodal yaitu dengan menambahkan zat B ke dalam campuran
A dan C (Dogra,2009).

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Alat
1. Erlenmeyer 6 buah
2. Klem dan Statif
3. Buret 1 buah
4. Pipet Tetes 3 buah
5. Gelas Ukur 2 buah
b. Bahan
1. AsamAsetat Glacial
2. Aquades
3. Kloroform
IV.
PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
1. Menyiapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai alat titrasi
3. Memasukan 9 mL kloroform kedalam gelas ukur dan memasukkannya ke
dalam erlenmeyer 100 mL
4. Memasukan 1 mL larutan asam asetat Glasial kedalam gelas ukurdan
memasukkannya ke erlenmeyer yang telah berisi larutan kloroform 9 mL.
5. Menitrasi campuran larutan tersebut dengan aquades hingga larutan
menjadi keruh
6. Mengulangi langkah 3-5 untuk volume larutan kloroform 8,7,6,5,4,3,2,1
dan larutan asamasetat glasial 2,3, 4,5,6,7,8,dan 9.
7. Mencatat hasil pengamatan dalam table hasil pengamatan.

V.

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

VI.

Erlemeye
r
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Komponen A

Komponen B

Komponen C

9
8
7
6
5
4
3
2
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9

1
0,9
0,4
1,1
2
2,7
3,9
5,7
11,1

PERHITUNGAN

Dik : CHCl3

= 1,447 gram/mL.

CH COOH = 1,049 gram / mL


3

H2O
Mr CHCl3
Mr CH3COOH
Mr H2O

= 1,00 gram/ mL
= 119 gram/mol
= 60 gram/mol
= 18 gram/mol

A. Erlenmeyer 1
1. Menghitung massa
a. Massa (A)

V
A

=1,447 gram/mL 9 ml
= 13,023gram
b. Massa (B)

V
B

= 1,049 gram/ml 1ml


= 1,049gram
V
=

c. Massa (C)

=1,00 gram/mL 1mL


=1,000gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A)

Massa A
Mr A

13, o 23 gram
119 gram/mol

b. Mol (B)

Massa B
Mr B

1,049 gra m
60 gram/mol = 0,017mol

c. Mol (C)

Massa C
Mr C

1,000 gram
18 gram/mol

3. Menghitung fraksimol

= 0,109mol

= 0,056mol

massa A

100
massa A+massa B+massaC

a. Fraksimol (A) =

0,109 mol

100
0,109m 0 l+ 0,017 mol+0,056 mol

0,109mol

100
0,182mol

= 59,89
massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

b. Fraksimol (B) =

0,017 mol

100
0,109mol +0,017 mol+ 0,056 mol

0,017 mol

100
0,182mol

= 9,34
massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

c. Fraksimol (C) =

0,056 mol

100
0,109mol +0,017 mol+ 0,056 mol

0,056 mol

100
0,182mol

= 30,77
B. Erlenmeyer 2
1. Menghitungmassa
a. Massa (A) =

V
A

=1,447 gram/mL 8 mL
= 11,576gram
b. Massa (B) = B VB
=

1,049 gram/mL 2 mL

= 2,098gram
c. Massa (C) = C VC
=1,00 gram/mL 0,9 mL
= 0,900 gram
2. Menghitung mol
Massa A
11,576 gra m
a. Mol (A) =
= 119 gram/mol
Mr A

= 0,097mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

2,098 gram
60 gram/mol

= 0,035mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

0,900 gram
18 gram/mol

= 0,056mol

3. Menghitung fraksimol
a. Fraksimol (A) =

massa A

100
massa A+ massa B+massaC
0,092 mol

100
0,097 mol+0,035 mol+ 0,056 mol

0,097 mol

= 0,188 mol
100
= 51,59
b. Fraksimol (B) =

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC
0,035 mol

100
0,097 mol+0,035 mol+ 0,056 mol

0,035 mol

100
0,188 mol

= 18,61
c. Fraksimol (C) =

C. Erlenmeyer 3
1. Menghitungmassa
a. Massa (A) =

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

0,056 mol

100
0,092mol+ 0,039 mol+0.056 mol

0,050 mol

100
0,187 mol

= 29,78

V
A

= 1,447 gram/mL 7mL


= 10,13 gram
b. Massa (B) =

V
B

=1,049 gram/mL 3mL


= 4,23 gram
c. Massa (C) =

V
C

=1,00 gram/mL 0,4mL


= 0,400 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

10,13 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

4,23 gram
60 gram/mol

= 0,07 mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

0,400 gram
18 gram/mol

= 0,020 mol

= 0,085 mol

3. Menghitungfraksimol
a. Fraksimol (A)

massa A

100
massa A+ massa B+ massaC

0,085 mol

100
0,085mol +0,07 mol+ 0,020 mol

0,085 mo
l
100
0,175mol

= 48,57
b. Fraksimol (B)

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

0,07 mol

100
0,085mol +0,07 mol+ 0,020 mol

0,07 mol

100
0,175mol

= 40
c. Fraksimol (C)

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

0,020 mol

100
0,085mol +0,07 mol+ 0,020 mol

0,020 mol

100
0,157 mol

= 13,07

D. Erlenmeyer 4
1. Menghitungmassa
a. Massa (A) =

V
A

=1,447 gram/mL 6mL


= 8,68gram
b. Massa (B) = B VB
=1,049 gram/mL 4mL
= 4,196gram
c. Massa (C) = C VC
=1,00 gram/mL 1,1mL
= 1,100gram

2. Menghitung mol
Massa A
a. Mol (A) =
Mr A

8,68 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

4,196 gram
60 gram/mol

= 0,06mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

1,100 g ram
18 gram/mol

= 0,061mol

3. Menghitung fraksi mol

= 0,07mol

a. Fraksimol (A)

massa A

100
massa A+ massa B+ massaC

0,07 mol

100
0,07 mol+0,06 mol +0,061 mol

0,07 mol

100
0,191mol

= 36,65
b. Fraksimol (B)

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

0,06 mol

100
0,07 mol+0,06 mol +0,061 mol

0,06 mol

100
0,191mol

= 31,41
c. Fraksimol (C)

massa C

100
massa A+ massa B+ mas sa C

0,061 mol

100
0,07 mol+0,06 mol +0,061 mol

0,061mol

100
0,191mol

= 31,94
E. Erlenmeyer 5
1. Menghitung massa
a. Massa (A)

V
A

=1,447 gram/mL 5mL


= 7,244 gram
b. Massa (B)

V
B

= 1,049 gram/mL 5mL


= 5,25 gram
= C VC

c. Massa (C)

= 1,00 gram/mL 2mL


= 2,00 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

7,24 gram
119 gram/mol

= 0,06 mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

5,25 gram
60 gram/mol

= 0,09 mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

2 gram
18 gram/ mol

= 0,111 mol

3. Menghitung fraksi mol


a. Fraksimol (A) =

massa A

100
massa A+massa B+massaC
0,06 mol

100
0,06 mol+0,09 mol+ 0,111mol

0,006 mol

100
0,261mol

= 22,98
massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

b. Fraksimol (B) =

0,009 mol

100
0,06 mol+0,09 mol+ 0,111mol

0,09 mol

100
0,261mol

= 34,38
massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

c. Fraksimol (C) =

0,111 mol

100
0,06 mol+0,09 mol+ 0,111mol

0,111 mol

100
0,261mol

= 42,53

F. Erlenmeyer 6
1. Menghitungmassa
a. Massa (A)

V
A

= 1,447 gram/mL 4mL


= 5,79 gram

b. Massa (B)

V
B

= 1,049 gram/mL 6mL


= 6,294 gram
c. Massa (C)

V
C

= 1,00 gram/mL 2,7mL


= 2,700 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

5,79 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

6,29 g ram
60 gram/mol = 0,10mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

2,7 gram
18 gram/ mol = 0,15mol

3. Menghitung fraksi mol


a. Fraksi mol (A)

massa A

100
massa A+ massa B+ massaC

0,05 mol

100
0,05mol +0,10 mol+ 0,15mol

0,05mol

100
0,30 mol

= 16,66
b. Fraksimol (B)

= 0,05mol

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

0,10 mol

100
0,05mol +0,10 mol+ 0,15 mol

0,10 mol

100
0,30 mol

= 33,33
c. Fraksimol (C)

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

0,15 mol

100
0,05mol +0,10 mol+ 0,15 mol

0,15mol

100
0,30 mol

= 50
G. Erlenmeyer 7
1. Menghitung massa
a. Massa (A)

V
A

= 1,447 gram/mL 3mL


= 4,341gram
V
=

b. Massa (B)

= 1,049 gram/mL 7mL


= 7,34 gram
= C VC

c. Massa (C)

= 1,00 gram/mL 3,9mL


= 3,9 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

4,341 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

gram
60 gram/mol

= 0,036mol
=0,12mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

3. Menghitung fraksi mol


a. Fraksimol (A)

3,9 gram
18 gram/ mol = 0,216 mol

massa A

100
massa A+ massa B+ massaC

0,036 mo l

100
0,036 mol+0,12 mol+0,216 mol

0,036 mol

100
0,282mol

= 12,76
b. Fraksimol (B)

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

0,12 mol

100
0,036 mol+0,12 mol+0,216 mol

0,12mol

100
0,282mol

= 42,55
c. Fraksimol (C)

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

0,216 mol

100
0,036 mol+0,12 mol+0,216 mol

0,216 mol

100
0,282mol

= 76,59

H. Erlenmeyer 8
1. Menghitung massa
a. Massa (A)

V
A

=1,447 gram/mL 2mL


= 2,89gram
= B VB

b. Massa (B)

=1,049 gram/mL 8mL


= 0,39gram
= C VC

c. Massa (C)

=1,00 gram/mL 5,7mL


= 5,7 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

2,89 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

0,39 gram
60 gram/mol = 0,006 mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

5,7 gram
18 gram/ mol = 0,317 mol

3. Menghitung fraksi mol


a. Fraksimol (A)

= 0,02 mol

massa A

100
massa A+ massa B+ mass aC

0,02 mol

100
0,02mol +0,006 mol+0,317 mol

0,02 mol

0,34 mol

= 5,88

100

b. Fraksimol (B)

massa B

100
massa A+ massa B+ massaC

0,006 mol

100
0,02mol +0,006 mol+0,317 mol

0,006 mol

100
0,34 mol

= 1,76
c. Fraksimol (C)

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC

0,317 mol

100
0,02mol +0,006 mol+0,317 mol

0,317 mol

100
0,34 mol

= 93,23

I. Erlenmeyer 9
1. Menghitungmassa
a. Massa (A)

V
A

=1,447 gram/mL 1mL


b. Massa (B)

= 1,447 gram
= B VB
= 1,049 gram/mL 9 mL

= 9,441 gram
c. Massa (C)

V
C

=1,00 gram/mL 1 mL
= 1 gram
2. Menghitung mol
a. Mol (A) =

Massa A
Mr A

1,447 gram
119 gram/mol

b. Mol (B) =

Massa B
Mr B

9,441 gram
60 gram/mol = 0,15mol

c. Mol (C) =

Massa C
Mr C

11,1 gram
18 gram/ mol = 0,616mol

3. Menghitung fraksi mol


a. Fraksimol (A) =

= 0,012 mol

massa A

100
massa A+massa B+massaC

0,012 mol

100
0,012mol+ 0,15 mol+0,616 mol

0,012mol

100
0,778 mol

= 1,5
b. Fraksimol (B) =

massa B

100
massa A+ mass a B+ massaC

0,15 mol

100
0,012mol+ 0,15 mol+0,616 mol

0,15mol

100
0,778 mol

= 19

c. Fraksimol (C) =

massa C

100
massa A+ massa B+ massaC
0,616 mol

100
0,012mol+ 0,15 mol+0,616 mol
0,616 mol

100
0,778 mol

= 79

DIAGRAM TERNER

A. ERLENMEYER 2

B. ERLENMEYER 3

C. ERLENMEYER 4

D. ERLENMEYER 5

E. ERLENMEYER 6

F. ERLENMEYER 7

G. ERLENMEYER 8

H. ERLENMEYER 9

VII.

PEMBAHASAN
Pemisahan suatu larutan dalam campuran dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Bila suatu campuran cair, misalnya komponen A&B dicampurkan tidak
saling melarutkan sehingga membentuk dua fasa. Maka untuk memisahkannya
digunakan pelarut yang kelarutannya sama dengan salah satu komponen dalam
campuran tersebut. Sehingga ketiganya membentuk satu fasa. Jika ke dalam
sejumlah air kita tambahkan terus-menerus zat terlarut lama kelamaan tercapai
suatu keadaan dimana semua molekul air akan terpakai untuk menghidrasi
partikel yang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang
akan ditambahkan. Dapat dikatakan larutan tersebut mencapai keadaan jenuh. Zat
cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainnya, dapat dinaikkan kelarutannya
dengan menambahkan suatu zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang
lebih dahulu dicairkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya larut dalam suatu zat
cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua zatcair yang terdahulu itu
akan menjadi lebih kecil. Tetapi bila zat cair yang ketiga itu larut dalam kedua zat

cair yang terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu akan
menjadi besar. Gejala ini dapat terlihat pada sistem CCl 4 asam asetat-air
(Saputra,2013).
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya
saling larut antara zat cair tersebut dan suhunya. Apabila pada suhu dan tekanan
yang tetap digunakan kurva bimodal untuk menentukan kelarutan C dalam
komposisi A dan B. Pada daerah di dalam kurva merupakan daerah dua fasa.
Sedangkan yang diluarnya adalah daerah satu fasa, untuk menentukan kurva
bimodal yaitu dengan menambahkan zat B kedalam campuran A dan C.
Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B. ( Dedi, 2011)
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat kurva kelarutan suatu cairan
yang terdapat dalam dua cairan tertentu.
Prinsip percobaan ini adalah like dissolve like yaitu suatu senyawa
terlarut sempurna pada pelarut yang kepolarannya cenderung sama. Misalnya
senyawa polar pelarut pada polar terlarut ataupun sebaliknya. Selain itu juga
menggunakan prinsip kelarutan tiga komponen menurut aturan fasa Gibbs
(Atkins,1993).
Cairan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kloroform, asam asetat
glasial, dan aquades. Tiga jenis larutan ini memiliki sifat yang berbeda-beda.
Aquades bersifat polar, kloroform bersifat nonpolar, dan asam asetat glasial
bersifat semipolar. Kloroform sebagai zat A, asam asetat glasial sebagai zat B,
serta akuades sebagai zat C. Digunakan kloroform sebagai titrannya
karena kloroform bersifat non polar. Karena sifat non polar itulah, kloroform tidak
dapat larut dalam campuran larutan air serta asam asetat glasial, dimana air
bersifat polar, sedangkan asam asetat glasial bersifat semi polar
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah titrasi (dengan
menambahkan zat ketiga yang mampu menambahkan atau mengurangi kelarutan
dari dua campuran yaitu asam asetat glasial dan aquades).Serta mencari volume
titran pada titik akhir titrasi (yaitu pada saat tidak terjadi perubahan warna yaitu

dari larutan bening menjadi larutan keruh). Asam asetat glasial dan kloroform
dapat bercampur sempurna membentuk fase tunggal (Dogra, 1990).
Dari percobaan ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan

digunakan, mengambil 9 erlenmeyer dan memberi kertas

label,mengambil erlemeyer 1 secara bergantian sampai erlemeyer 9 dan


menitrasinya dengan aquades dengan memasukan klorofom dan asam asetat
glacial ke dalam 9 erlenmeyertersebut dengan perbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5,
4:6, 3:7, 2:8 dan 1:9. Tujuan diberikannya larutan CH 3COOH glasial dengan
klorofom karena kedua larutan tersebut dapat bercampur dengan sempurna dan
dapat membentuk fase tunggal. ( Sukardjo, 2009 ).
Dari percobaan ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan

digunakan, mengambil 9 erlenmeyer dan memberi kertas

label,mengambil erlemeyer 1 secara bergantian sampai erlemeyer 9 dan


menitrasinya dengan aquades dengan memasukan klorofom dan asam asetat
glacial ke dalam 9 erlenmeyertersebut dengan perbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5,
4:6, 3:7, 2:8 dan 1:9. Tujuan diberikannya larutan asam asetat glasial dengan
klorofom karena kedua larutan tersebut dapat bercampur dengan sempurna dan
dapat membentuk fase tunggal. ( Sukardjo, 2009 ).
Pada hasil pengamatan volume aquades yang dibutuhkan pada titrasi
klorofom 9 mL dan CH3COOH 1 mL adalah 1 mL, klorofom 8 mL dan
CH3COOH 2 mL adalah 0,9 mL, klorofom 7 mL dan CH3COOH 3 mL adalah 0,4
mL, klorofom 6 mL dan CH 3COOH 4 mL adalah 1,1 mL, klorofom 5 mL dan
CH3COOH 5 mL adalah 2 mL, klorofom 4 mL dan CH 3COOH 6 mL adalah 2,7
mL, klorofom 3 mL dan CH 3COOH 7 mL adalah 3.9 mL, klorofom 2 mL dan
CH3COOH 8 mL adalah 5,7 mL, klorofom 1 mL dan CH3COOH 9 mL adalah 11,1
mL.
Dari hasil percobaan diatas bahwa didapatkan hasil berupa peningkatan
fraksi mol CH3COOH dengan semakin meningkatkan komposisi aquades didalam
Erlenmeyer. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya komposisi atau volume
CH3COOH, maka volume klorofom yang terdapat dalam Erlenmeyer berkurang

sehingga fraksi mol etanolnya menjadi lebih besar dari fraksi mol klorofom
karena mol berbanding lurus dengan volume ( Sukardjo,1997)
Pada saat kesembilan asam asetat glasial dan klorofom ini dititrasi dengan
aquades, larutan berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena pecahnya tiga
larutan komponen menjadi dua larutan konjugat terner. Pevariasian volume
dimaksudkan untuk memudahkan untuk membuat kurva dan mengolahnya
menjadi diagram terner. Pada kurva tertentu harus didapatkan beberapa titik,
karena kurva terdiri lebih dari satu titik. Jadi dengan memvariasikan volume
aquades ( C ), klorofom ( A ) akan didapatkan lebih dari suatu titik untuk
diplotkan pada kurva. Pada saat titrasi warna keruh yang dihasilkan tidak boleh
terlalu keruh karena jika terlalu keruh berarti kelarutan aquades pada larutan
CH3COOH dan klorofom tersebut sudah jenuh.
Dari data pengamatan akan terlihat bahwa peningkatan fraksi mol air diikuti
dengan penurunan fraksi mol benzena. Hal ini karena sesuai prinsip like dissolve
like. Kepolaran asam asetat glasial berbeda dengan kepolaran air, sehingga asam
asetat glasial semakin sulit larut dengan banyaknya air yang ada, kalaupun
biasanya asam asetat glasial lebih akan cenderung ke kloroform yang semipolar.
Karena itu peningkatan fraksi mol asam.
Dari hasil ini, akan diolah menjadi suatu kurva atau diagram terner (yaitu
suatu diagram fasa system zat cair tiga komponen yang digambarrkan dalam suatu
segitiga sama sisi). Diagram terrner memudahkan untuk memahami bagaimana
pengaruh penambahan suatu zat terhadap kelarutan dua campuran yang tadinya
saling larut ssempurna. Dari hasil pembuatan kurva kelarutan suatu cairan pada
sistem tiga komponen ini dapat diketahui bahwa asam asetat banyak larut dalam
kloroform, sedangkan pada air, asam asetat hanya akan larut sedikit atau larut
sebagian.

VIII.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini yaitu :

1. Pada sistem tiga komponen, membuat kurva kelarutan suatu cairan dilakukan
dengan menghubungkan fraksi mol yang telah didapatkan dan digambarkan dalam
diagram fasa berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Dalam
praktikum ini komponen A (kloroform), komponen B (asam asetat glasial) dan
komponen C (aquades).

DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Etal. (2011). Laporan Praktikum Kimia Fisik Terapan II. Bandung : Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Dogra. (2009) .Kimia Fisik dan Soal-soal. Bandung : Erlangga
Levine, Adam. (2011). Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen.
London : Chapmann and Hall
Saputra.2008.Kimia Fisik 1.Sistem Zat cair 3 komponen. Bali : Universitas
Udayana.

Anda mungkin juga menyukai