SATUAN OPERASI
Dosen Pengampu
Dr. Ir. Kurnia Herlina Dewi, MP
Oleh Kelompok IV :
Irfan Wardoyo
Edo kevin Atika
Anistasia Yunita
Sari Ayu S
Efranata sinuraya
Relly kuraini
PERCOBAA
N1
SORTASI DAN
PENGECILAN
UKURAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering.
Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan
simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
Pengecilan ukuran merupakan tujuan utama operasi atau bagian dari
operasi. Beberapa produk sering mengandung sedikit cairan dan tetap kering
selama penggilingan, tetapi lainnya setelah pengecilan ukuran secara ekstrim,
berubah menjadi masa yang lebih atau kurang padat.
Salah satu kegiatan yang dapat memperpanjang daya simpan hasil
pertanian dan mengurangi ukuran bahan dengan kerja mekanis serta
membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil adalah dengan pengecilan
ukuran, yang dapat dilaksanakan secara langsung atau dengan tidak langsung
dengan pengolahan bahan baku tersebut menjadi produk-produk yang
mempunyai daya tahan simpan yang relatif tinggi dan mempunyai ukuran
bahan yang relatif kecil.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam
berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk,
ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran ), kimia ( komposisi
bahan, bau dan rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan jumlah kerusakan oleh
serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian
berbentuk bijian ) (Kartasapoetra, 1994).
Ada dua
kering. Sortasi
Proses
dilakukan
pada
yaitu
saat
bahan
masih
segar.
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak,serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal
tersebut
mikroba yang
bagian-bagian
tanaman
benda-benda
asing
yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau
secara mekanik (Earle, 1982.).
Sifat fisik buah dan sayur sering diamati yaitu warna, aroma, rasa,
bentuk, berat, ukuran dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari. Sifat
fisik ini diamati secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif
dengan menggunakan timbangan sedangkan ujicoba kimia dapat dilakukan
terhadap PH, total asam, padatan terlarut (soloble solid), dan vitamin C, apabila
buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tapi
kandungan asamnya menurun (Sosrodiharjo, 1989).
Pengecilan ukuran merupakan istilah yang umum yang di dalamnya
meliputi pemotongan, pemecahan dan penggilingan. Pengecilan ukuran
dilakukan secara mekanis tanpa terjadi perubahan sifat-sifat kimianya.
Pemecahan bahan menjadi bagian-bagian kecil atau sebaliknya pembentukan
satuan-satuan yang
lebih besar dari bahan yang terpecah halus adalah operasi yang penting
dalam industri pangan (Sosrodiharjo, 1989).
Pengecilan ukuran dapat dibedakan menjadi pengecilan ukuran yang
ekstrim atau penggilingan penecilan ukuran yang relatif masih berukuran lebih
besar atau sering menjadi bentuk khusus atau pemotongan. Pengecilan ukuran
merupakan usaha untuk mengurangi ukuran bahan dengan kerja mekanis,
membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Kartasapoetra, 1994).
Pada umumnya produk percobaan berada dalam bentuk padat dan umunya
sulit untuk di tangani dibandingkan dengan cairan atau gas. Pada saat proses,
bentuk padat bias berupa benda dengan ukuran yang besar dan tidak beraturan.
Sehingga sangat penting untuk menenmukan cara untuk memanipulasi ke suatu
bentuk akhir produk yang lebih mudah untuk ditangani. Pengecilan ukuran
adalah
suatu
proses
yang
mencakup
proses
pemotongan,
pemecahan,
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat
Pisau
Nampan
Blender
Cup
Alumunium fopil
3.2 Bahan
Jahe putih dengan berat 10 gr, 20, gr dan 30 gr.
3.3 Prosedur Kerja
Sortasi dan Pengecilan ukuran
1. Menyortir jahe dengan ukuran S, M dan L
2. Menimbang jahe putih tersebut yang telah disortir
3. Mengiris tipis-tipis jahe dengan menggunakan pisau dengan ukuran S, M
dan L
4. Menimbang jahe dengan berat 10 gr, 20, gr dan 30 gr.
5. Memblender sisa jahe dan menimbang seberat 30 gr
6. Letakkan jahe kedalam.
7. Menjemur jahe di dalam rumah kaca dan menyimpan kedalam
desikator apabila hujan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil pengamatan sortasi S, M dan L
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan sortasi dan pengecilan ukuran.
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai fraksi
kualitas berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk, ukuran, berat
jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran ), kimia ( komposisi bahan, bau dan
rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga,
jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk
bijian ). Sementara itu, Pengecilan ukuran merupakan istilah yang umum yang
di dalamnya meliputi pemotongan, pemecahan dan penggilingan. Pengecilan
ukuran dilakukan secara mekanis tanpa terjadi perubahan sifat-sifat kimianya.
Pemecahan bahan menjadi bagian-bagian kecil atau sebaliknya pembentukan
satuan-satuan yang lebih besar dari bahan yang terpecah halus adalah operasi
yang penting dalam industri pangan
Pada sortasi ini kami mengelompokan jahe putih kedalam tiga kelompok
yaitu dengan ukuran S, M dan L. Sortasi yang dilakukan ini bertujuan untuk
mendapatkan jahe dengan ukuran dan kwalitas yang terbaik.jahe dengan ukuran
kecil dikelompokan dengan ukuran S, jahe ukuran sedang dikelompokan dengan
ukuran M dan jahe dengan ukuran besar dikelompokan dengan ukuran M.
Ada dua
yaitu
kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari
bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut
dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber
Sementara
itu
pengecilan
ukuran
yang
dilakukan
pada
jahe
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kelembutan
dan
jumlah
bahan
6.2 Saran
Dalam praktikum ini sebaiknya praktikan mengikuti petunjuk
praktikum, saran co ast dan dosen. Karena praktikum ini membutuhkan
kesabaran dan ketelitian. Di dalam pengecilan ukuran juga praktikan
harus hati-hati karena menggunakan pisau dan blender yang apabila praktikan
tidak hati-hati maka akan terjadi kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, M.K.Kemala, 2008, Proses Cleaning, Sortasi, Grading dan Size Reduction .
Jakarta . Erlangga
Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Bogor. Sastra
Budaya.
Kartasapoetra, AG. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta. Rhineka
Cipta.
Raharjo, M. 1976. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Purwokerto. Gama
Excata.
Sosrodiharjo, S. 1989. Peranan Teknologi Pasca Panen. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Widyastuti, Yuli. 1997, Penanganan Hasil Panen Tanman Obat Komersial.
Semarang. Trubus Agriwidya.
Wiratakusumah, Aman. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal Perguruan
Tinggi. Pusat Antar Universitas. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
PERCOBAAN 2
PENGERINGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengeringan atau dehidrasi merupakan proses pengeluaran air dari bahan
hasil pertanian atau bahan pangan. Pengeringan didentifikasikan sebagai suatu
metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dan bahan
dengan menggunakan energi panas, sehigga tingkat kadar air kesetimbangan
dengan kondisi udara (atmosfir) normal atau tingkat kadar air yang
setara dengan nilai aktifitas air (Aw) yang aman dan kerusakan ini
krobiologis, enzimatis atau kimiawi. Pada dasarnya pengeringan memiliki
keuntungan yaitu bahan menjadi awet, volume bahan lebih ringkas sehingga
memudahkan dan menghemat ruang pengangkutan dan pengemasan serta berat
bahan menjadi lebih ringan dan biaya transfortasi menjadi lebih murah. Oleh
sebab itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari dan memahami prinsip
pengeringan dalam bahan produk pertanian dengan bertujuan tak lain dan tak
bukan adalah untuk mengefisiensi biaya pengeluaran dan mendapatkan
keuntungan ekono mi yang meningkat.
1.2 Tujuan
1.
2.
Mahasiswa dapat
menghitung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengeringan merupakan metoda tertua pada pengawetan bahan
pangan dengan pemindahan air dari bahan pangan. Pada kebanyakan
peristiwa, pengeringan berlangsung dengan penguapan air yang terdapat di
dalam bahan pangan dan untuk ini panas laten penguapan harus diberikan. Dua
faktor proses pengawasan penting yang dimasukkan kedalam satuan operasi
pengeringan yaitu : a.
dibutuhkan.
b.
Pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan kemudian keluar bahan
untuk mengetahui pemisahan dari bahan pangan (Earle R.L, 1969).
Penjemuran merupakan pengeringan alamiah dengan menggunakan
sinar
oleh
mikroba
dan
lalat
karena
factor
lama
penjemuran
(Wirakartakusumah, 1992).
Pengeringan memiliki beberapa tujuan yaitu mengurangi volume bahan
sehingga lebih memudahkan transportasi, pengepakan dan penyimpanan,
membuat suatu produk dengan ukuran yang dikehendaki, meningkatkan retensi
nutrien selama penyimpanan, meningkatklan nilai ekonomis bahan, memudahkan
dalam mengkon-sumsi produk kering dan juga dapat menekan biaya operasional
(Gaman, P.M, 1994).
Pengirisan adalah
salah
satu
upaya pengecilan
ukuran,
yang
Untuk mendapatkan kandungan air dibawah 12% dalam jahe merah yang
dikeringkan dengan cara yang berbeda (diangin-anginkan, sinar matahari
dan oven) diperlukan waktu pengeringan antara 1-7 hari. Pengeringan dengan
oven memerlukan waktu paling cepat, yakni sekitar satu hari x 24 jam) pada
suhu 55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Jahe Putih
Pisau
Jahe Merah
Pemarut slice
Jahe Giling
Oven
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(gr/cm )
Berat
jam
Berat (gram)
A
Jumlah
Ke
10
2
gr/cm
20
2
gr/cm
30
2
gr/cm
Ratarata
10
10
10
30
10
4,57
2,25
4,62
11,44
3,01
1,62
2,25
3,12
6,52
2,17
12
1,06
1,78
3,00
5,79
1,93
16
1,1
1,7
2,8
5,6
1,86
20
1,1
1,9
2,33
5,23
1,47
24
1,1
1,8
1,81
4,17
1,57
20
20
20
60
20
11,47
3,76
11,42
10,65
6,21
6,02
3,55
7,04
16,61
5,53
12
3,06
3,34
5,07
11,47
3,82
16
3,0
3,3
4,57
10,87
3,62
20
2,5
3,5
3,52
9,52
3,17
24
2,64
3,3
2,98
8,92
2,97
30
30
30
90
30
20,46
16,41
20,19
57,06
10,02
12,88
5,12
12,17
30,17
10,525
12
5,86
4,78
7,20
17,84
5,94
16
5,2
4,8
5,98
15,98
5,23
20
5,6
5,1
4,25
14,95
4,98
24
5,6
4,8
3,98
14,38
4,79
30
30
30
90
30
17,59
14,56
17,26
49,41
16,47
8,64
3,42
10,19
21,65
7,21
12
4,56
2,73
9,20
20,49
6,83
gr/cm
16
4,4
2,6
7,81
14,01
4,93
(Halus)
20
4,2
3,0
5,12
12,32
4,10
24
4,6
2,8
4,30
11,7
3,9
30
4.1.2 Hasil Pengamatan berat jahe utuh selama pengeringan pada Jahe Merah
Kapasitas
2
(gr/cm )
Berat
jam
Berat (gram)
A
Jumlah
Ke
10
2
gr/cm
20
2
gr/cm
Ratarata
10
10
10
30
10
2,08
2,40
3,6
8,08
2,69
1,7
1,23
1,8
4,2
1,4
12
1,1
1,09
1,56
3,82
1,27
16
1,1
1,1
1,3
3,5
1,16
20
1,1
1,32
1,2
3,62
1,20
24
1,13
1,26
1,2
3,59
1,19
20
20
20
60
20
7,34
4,73
7,3
19,27
6,45
2,13
2,13
2,6
6,86
2,25
12
2,02
2,03
2,3
6,35
2,11
16
2,1
2,0
1,8
5,9
1,96
20
2,02
1,98
1,7
5,65
1,88
24
2,13
1,92
1,69
5,42
1,91
30
30
30
90
30
14,53
13,99
17,8
46,32
15,44
4,34
5,04
8,4
17,78
5,92
30
12
3,7
3,72
4,2
11,62
3,87
16
3,6
3,6
3,3
10
3,5
20
3,7
3,56
3,0
10,26
3,42
24
3,81
3,51
3,1
10,42
3,47
30
30
30
90
30
13,65
7,43
10,6
39,68
15,22
3,49
3,54
5,6
12,63
4,21
12
3,27
3,36
4,8
11,43
3,81
16
3,3
3,9
3,7
10,9
3,63
(Halus)
20
3,12
3,45
3,4
9,97
3,32
24
3,21
3,44
3,49
10,14
3,38
gr/cm
30
gr/cm
berat
(gram)
20
Slice/iris 20 gram
15
Slice/iris 30 gram
10
Blender/Halus 30
5
gram
0
0
12
ja
m
16
20
24
35
30
25
20
berat
(gram)
slice/iris 10 gram
slice/iris 20
15
gram slice/iris
30 gram
10
blender/halus 30 gram
5
0
0
12
ja
m
16
20
24
BAB V
PEMBAHASAN
Proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bijibijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah. Pengeringan
adalah metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian aiar dari suatu
bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air kesetimbangan dengan
kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw)
yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi.
Pada praktikum kali ini, pengeringan dilakukan dengan dua metode, yaitu
pengeringan secara alami dengan menggunakan (sun drying) sinar matahari atau
penjemuran dan pengeringan buatan dengan menggunakan alat pengering (oven)
Alat ini terdiri dari suatu ruangan dimana didalamnya berisi rak-rak yang
digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan diletakkan diatas
rak yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan
lubang-lubang tersebut yaitu untuk mengalirkan udara panas dan uap air
(Gunarif,
1987). Sample yang ada di berikan beberapa perlakuan yang berbeda yaitu ; ada
yang di slice/di iris dan ada yang di blander/halus dari 2 jenis bahan yang
berbeda seperti jahe putih dan jahe merah. Dari jenis jahe tersebut dibagi
berdasarkan ukuran atau berat yang pertama 10 gram, yang kedua 20 gram dan
yang ketiga 30 gram, serta 30 gram yang halus atau yang sudah diblender dan
begitu juga pada jahe merah. Dari hasil pengamatan kami dilakukan selama 7 hari
sampai waktu 24 jam. Pengamatan ini dilakukan setiap 4 jam sekali sampel
diambil untuk diamati berapa
ditimbang
beratnya
kadar
air
yang
keluar
dengan
cara
perlakuan seperti ini bertujuan untuk mengetahui berapa air yang hilang dan
berapa kadar air yang masih terkandung.
Sampel yang diamati ini dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari
(sun drying) sehingga membutuhkan pencahayaan yang lebih karena jika
cahaya matahari kurang maka akan mengganggu proses penguapan air yang
ada pada sampel sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk
mendapatkan hasil yang baik. Setelah dilakukan pengamatan selama 7 hari
dalam waktu 24 jam
Pengeringan dengan sinar matahari atau (Sun drying) dalah pengeringan yang
memerlukan sinar matahari langsung. Cara pengeringan ini terutama digunakan
untuk mengeringkan bahan rimpang lunak yang mengandung senyawa aktif
mudah menguap, tetapi memerlukan waktu paling lama (7 x 24 jam),
sedangkan
o
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
2.
menggunakan
menggunakan
sinar
alat
matahari
pengering
(sun
buatan
drying)
(oven)
pada
atau
berbagai
5.2 Saran
Sebaiknya
pada
saat
akhir
praktikum atau
akhir
melakukan
serta bisa
langsung
dilampirkan pada laporan utuh dan juga tidak terkesan mendadak dan
tergesa-gesa dalam pengerjaan laporan utuhnya, sehingga tidak menghambat
atau mengganggu pembuatan laporan akhir praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Almasyhuri. 2012. Pebedaan Cara Pengirisan Dan Pengeringan Terhadap
Kandungan Minyak Atsiri Dalam Jahe Merah. Jakarta : PS Farmasi
Universitas Pakuan-Bogor.
Earle, H.L. 1969. Satuan operasi dalam Pengolahan Pangan. Jakarta: PT Sastra
Hudaya.
Gaman, P.M. dan K.B. Sherrington. 1994.
PERCOBAAN 3
PENDINGINAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan jaman bahan pangan yang mudah rusak
ternyata dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin
dibandingkan dengan pada saat musim panas dengan cara pendinginan.
Pendinginan itu sendiri
pendinginan bahan,
pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendinginan atau refrigerasi adalah proses pengambilan panas dari suatu
bahan sehingga suhunya akan menjadi lebih rendah dari sekelilingnya. Bila suatu
medium pendingin kontak dengan benda lain misalnya bahan pangan, maka akan
terjadi pemindahan panas dari bahan pangan tersebut ke medium pendingin
sampai suhu keduanya sama atau hampir sama. Pendinginan telah lama
digunakan sebagai salah satu upaya pengawetan bahan pangan, karena dengan
pendinginan tidak hanya citarasa yang dapat dipertahankan, tetapi juga
kerusakan-kerusakan kimia dan mikrobiologis dapat dihambat.
Sebelum pendinnginan dilakukan, biasanya ada perlakuan-perlakuan
khusus yang diterapkan pada bahan. Salah satu jenis perlakuannya adalah
blanching. Proses blanching mempunyai beberapa tujuan. Namun demikian tidak
dapat diaplikasikan untuk semua buah dan sayuran yang diperlakukan. Ada
beberapa reaksi yang merugikan yang dapat mempengaruhi kualitas produk
(Larousse, 1997).
Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi
metabolisme. Ketentuan umum menyatakan bahwa setiap penurunan suhu
sebesar 180 F. kecepatan respirasi akan berkurang setengahnya. Karena itu
penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup
dari jaringan-jaringan di dalam bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan
bukan hanya karena keaktifan resfirasi menurun, tetapi juga karena
pertumbuhan. Pendinginan tidak dapat membunuh mikroorganisme tetapi
hanya menghambat pertumbuhannya, oleh karena itu setiap bahan pangan yang
akan didinginkan terlebih dahulu harus dibersihkan. Untuk mencegah
kehilangan air dan memberikan kilap pada bahan yang didinginkan terutama
buah-buahan, kulit buah dapat dilapisi oleh malam (wax) atau parafin atau
campuran malam dengan parafin (Desrosier, 1988).
Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pendinginan
Untuk
pendinginan suatu
komoditas,
pengaturan suhu
ruang
Terjadinya fluktuasi
Di samping
12 C, jika tidak akan terjadi chilling injury atau cacat suhu dingin. Cacat suhu
dingin menyebabkan metabolit seperti asam amino dan gula serta garam-garam
mineral dari sel dan bersama-sama dengan degradasi struktur sel menyediakan
substrat yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogen, terutama
fungi. Jamur ini sering terdapat sebagai organisme laten atau mengkontaminasi
bahan segar. Simptom cacat suhu dingin biasanya muncul pada saat bahan itu
berada pada suhu rendah namun kadang-kadang hanya nampak setelah bahan
diambil dari tempat pendingin dan ditempatkan pada suhu yang lebih besar.
Metoda yang paling tepat untuk pengendalian cacat suhu dingin adalah
menentukan suhu kritis untuk perkembangannya dalam buah-buahan tertentu dan
komoditas ini tidak diperlakukan terhadap suhu dibawah suhu kritis. Namun
perlakuan hanya dalam waktu pendek terhadap suhu dingin dan diikuti dengan
penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi dapat mencegah pengembangan cacat.
Cara inin telah diketahui efektif untuk mencegah pewarnaan hitam pada hati
nenas yang dikenal dengan nama black heart Penurunan berat pada bahan pangan
yang didinginkan disebabkan karena air dalam bahan pangan tersebut mengalami
penguapan selama
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Alat pendingin
Termometer
Timbangan
Bahab :
loyang. d.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah kami laksanakan, maka didapatkan
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Jahe Iris Kering
o
Kapasitas
Menit
Suhu ( C)
(gram)
Ke
Jumlah
Rata-rata
31
30
31
92
30,66
30
28
28
28
84
28
60
29
29
30
88
29,33
90
29
29
29
87
29
120
29
29
29
87
29
150
27
28
30
85
28,33
180
27
29
29
85
28,33
210
29
29
30
88
29,33
240
29
29
28
86
28,66
Kapasitas
Menit
Suhu ( C)
(gram)
Ke
Jumlah
Rata-rata
30
30
31
91
30,33
30
29
27
28
84
28
60
30
29
30
89
29,66
90
28
28
29
85
28,33
120
27
29
29
85
28,33
150
28
28
30
86
28,66
180
27
29
29
85
28,33
210
29
29
29
87
29
240
28
29
27
84
28
Kapasitas
Menit
Suhu ( C)
(gram)
Ke
Jumlah
Rata-rata
30
31
31
92
30,66
30
29
30
29
88
29,33
60
29
28
29
86
28,66
90
28
28
29
85
28,33
120
27
28
29
84
28
150
28
29
29
86
28,66
180
29
29
29
87
29
210
28
29
28
85
28,33
240
28
29
28
85
28,33
Kapasitas
Menit
Suhu ( C)
(gram)
Ke
Jumlah
Rata-rata
31
31
32
94
31,33
30
28
29
29
86
28,66
60
27
28
29
84
28
90
27
28
29
84
28
120
27
27
29
83
27,66
150
26
27
29
82
27,33
180
26
29
29
84
28
210
27
29
29
85
28,33
240
27
29
26
82
27,33
32
31
SLICE KERING
30
29
IRIS KERING
28
SLICE BASAH
27
26
HALUS BASAH
25
0
30
60
90
120
150
180
210
240
BAB V
PEMBAHASAN
Pendinginan atau refrigerasi adalah proses pengambilan panas dari suatu
bahan sehingga suhunya akan menjadi lebih rendah dari sekelilingnya. Kegunaan
pendinginan ini sendiri adalah untuk pengawetan, penyimpanan dan distribusi
bahan pangan yang gampang rusak. Tujuan dilakukan percobaan ini adalah
melakukan perhitungan laju pendinginan bahan, mengetahui tahapan perubahan
suhu pada proses pendinginan dan
pendinginan dan pembekuan. Pada percobaan ini bahan utama yang digunakan
adalah jahe, yang dibagi menjadi 4 macam yaitu jahe iris kering, jahe iris basah,
jahe halus kering dan jahe halus basah. Percobaan ini dilakukan dengan cara
menimbang terlebih dahulu semua jenih jahe dengan ukuran atau bobot
yang sama, kemudian
maksimal.
suhu
terjadi
karena
pertumbuhan
hanya
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
dapat ditransfer dari benda yang berenersi tinggi ke benda yang berenersi
rendah.
2. Adapun perbedaan perubahan suhu pada proses pendinginan dan pembekuan
adalah suhu yang digunakan pada pendinginan masih berada di atas
o
titik beku bahan (-2 C sampai -100 C), sedangkan pada pembekuan ada
o
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, et. al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia. Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta
: Penerbit
Universitas Indonesia.
Larousse. 1997. Food Canning Technology. Canada: Wiley-VHC, Inc.
Tranggono. 1989. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Proyek
Pengembangan
Pusat Fasilitas Bersama antar Universitas (Bank Dunia XVII)
PAU Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
PERCOBAA
N4
PEMBEKUA
N
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembekuan merupakan penyimpanan bahan dalam keadaan beku.
0
suhu
pada
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Pembekuan bahan pangan bersifat kompleks. Kristal-kristal es yang
terbentuk lama-kelamaan menyusun suatu struktur jaringan dari Kristal es dan
dalam proses ini akhirnya kebebasan bergerak dari molekul-molekul air yang
belum membeku terhambat. Mikroba psikrofilik akan tumbuh pada suhu
pembekuan
air
yaitu
0C
atau
di
bawahnya.
Pada
suhu
tersebut
pertumbuhan mikroba akan semakin lambat. Jika air dalam makanan telah
sempurna membeku maka mikroba tidak akan berkembang biak, tetapi pada
beberapa bahan pangan sebagian air belum membeku sampai suhu mencapai
o
-70 C samapai -60 C atau di bawahnya, hal ini disebabkan adanya kandungan
gula, garam atau zat-zat lain yang menurunkan titik bekunya. Kerusakan bahan
pangan beku biasanya terjadi setelah bahan pangan tersebut mengalami peristiwa
thawing karena pada saat itu mikroorganisme akan cepat tumbuh kembali.
(Tranggono dan Sutardi, 1989).
Untuk menurunkan populasi mikroorganisme dapat diusahakan beberapa
cara, yaitu:
1. Kebersihan dan sanitasi lingkungan dan peralatan pengolahan pangan.
2. Mempertahankan keutuhan pangan sampai saat akan dipakai.
3. Sortasi bahan yang rusak dan busuk (trimming).
4. Membersihkan bahan pangan sebelum disimpan pada suhu rendah
(disimpan di lemari pendingin) dari kotoran dan debu.
5. Pengeringan setelah dicuci atau diangin-anginkan.
6. Melakukan pengemasan yang sesuai dengan sifat-sifat bahan.
(Tranggono dan Sutardi, 1989).
Pendinginan dan pembekuan adalah salah satu metode penyimpanan
bahan pangan dengan menggunakan suhu rendah untuk menghentikan aktivitas
mikroorganisme sehingga menambah masa simpan dan kesegaran suatu bahan
pangan. Pendinginan adalah penyimpanann bahna pangan pada suhu rendah yaitu
antara 2oC sampai 10oC. Sedangkan pembekuan adalah penyimpanan bahan
pangan dalam keadaan beku pada suhu -12oC sampai -24oC. Pendinginan dapat
mengawetkan bahan pangan sampai beberapa hari atau minggu tergantung pada
bahan yang digunakan. Sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan
sampai beberaoa bulan bahkan beberapa tahun. Pendinginan dan pembekuan
dalam pengawetan atau penyimpanan tidak dapat menghentikan atau membunuh
mikroorganisme
yang
ada,
sehingga
ketika
cepat.
Pendinginan
bahan
dibiarkan
pembusuk
dan
mencair
akan
pembekuan
hanya
dapat
adalah
penurunan
suhu
di
bawah
0C
yang
pengeringan.
bahan pangan
yang
Terhambatnya
beku
pertumbuhan mikroorganisme
disebabkan
karena
air tidak
tersedia
dalam
lagi,
Pengawetan
yaitu pembekuan
pangan
dengan pembekuan
pada umumnya
terdiri
-400C,
dari
dua
kemudian
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat pendingin
Termometer
Timbangan
Jahe halus kering
Jahe halus segar
Jahe slise segar
Jahe slise kering
3.2 Cara Kerja
3.2.1. Pembekuan pada jahe halus kering / segar
1. Menimbang jahe halus kering dan segar seberat 100 gram.
2. Menyiapkan loyang pengering berukuran 10 x 10 cm.
3. Meletakkan sampel secara rata diatas loyang.
4. Memasukkan ke dalam ruang pembekuan ( freezer ).
5. Melakukan pengamatan selama 4 jam .
6. Mencatat dan membuat grafik perubahan suhu selama pembekuan.
3.2.2. Pembekuan pada jahe slise kering / segar
1. Menimbang jahe yang telah diberi perlakuan pendahuluan seberat
100 gram.
2. Menyiapkan loyang berukuran 10 x 10 cm.
3. Meletakkan sampel secara rata diatas loyang.
4. Memasukkan ke dalam ruang pembekuan ( freezer ).
5. Melakukan pembekuan selama 4 jam.
6. Mencatat dan membuat grafik perubahan suhu selama pembekuan.
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil Pengamatan
Kapasitas
3
( gr/cm )
Berat
menit ke
0
32 C
32 C
30
24 C
10 C
Jahe Slise
60
23 C
17 C
2,8 gram
90
17 C
20 C
120
20 C
14 C
150
29 C
17 C
180
25 C
9 C
210
28 C
8 C
240
27 C
8 C
Berat
Kapasitas
3
( gr/ cm )
0
0
0
0
0
0
0
0
0
menit ke
0
32 C
32 C
30
19 C
24 C
60
15 C
19 C
Jahe halus
90
18 C
19 C
2,8 gram
120
15 C
13 C
150
25 C
13 C
180
26 C
15 C
210
28 C
10 C
240
27 C
18 C
0
0
0
0
0
0
0
0
20
slice kering
slice
15
basah
halus
kering
10
halus basah
5
0
0
30
60
90
Menit
ke
120
150
180
210
240
BAB V
PERMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembekuan pada sampel
jahe, yang terdiri dari jahe slise kering dan basah dan jahe halus (blender) kering
dan basah. Proses pembekuan dilakukan dengan selang waktu 30 menit selama 4
jam dan mencatat setiap perubahan suhunya. Sesuai dengan prosedur kerja yang
ada, pertama kami menimbang berat jahe adalah 2,8 gram, suhu awal pada
semua
sampel jahe adalah 32
mulai
berubah, pada sampel jahe slise kering suhu 24 C, slise basah 10 C, dan pada
0
sampel jahe halus kering suhu 19 C, pada jahe halus basah suhu 24 C.
Selanjutnya pada waktu menit ke 60 suhu mengalami perubahan kembali,
0
pada jahe slise kering suhu 23 C pada jahe slise basah suhu 17 C, sedangkan
0
C pada slise
basah suhu 20 C. Sedangkan pada jahe halus kering suhu 18 C pada jahe halus
0
basah suhu 19 C. Pada menit ke 120 suhu pada jahe slise kering 20 C pada slise
0
basah 14 C, pada sampel jahe halus kering suhu 15 C pada jahe halus basah
suhu
0
13
suhu mengalami perubahan kembali setelah diukur, pada jahe slise kering suhu
0
29 C jahe slise basah suhu 17 C, pada jahe halus kering 25 C pada jahe halus
0
basah suhu 13 C. Selanjutnya pada menit ke 180 suhu pada jahe slise kering
0
adalah 25
C pada jahe slise basah suhu 9 C. Pada jahe halus kering suhu 26 C pada jahe
0
halus basah suhu 15 C. Pada menit 210 suhu jahe slise kering 28
0
C pada
0
jahe slise basah suhu 8 C. Sedangkan pada jahe halus kering suhu 28 C pada
0
jahe halus basah 10 C. Selanjutnya pada menit ke 240 atau sudah 4 jam suhu
pada jahe slise kering menjadi 27
0
C dan
pada jahe halus kering suhu 27 C dan pada jahe halus basah suhu 18 C.
Setelah kami melakukan percobaan pembekuan ini, kami mendapati data suhu
yang tidak signifikan atau data yang kami dapat cenderung naik turun suhu
ketika kami ukur, hal ini disebabkan karena kemungkinan kami kurang teliti
dalam
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Perhitungan
laju
pembekuan
dapat
dilakukan dengan
3.
Pada
proses
pembekuan
jahe
suhu
yang
cenderung
mengalami perubahan yang baik adalah pada sampel jahe halus basah
dan slise basah.
DAFTAR PUSTAKA
Desrosier, N. W. 1969. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah: Muchji
Mulijohardjo.
Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Tranggono dan Sutardi. 1989. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen.
Yogyakarta. Proyek
Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama antar Universitas (Bank Dunia
XVII) PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Tjahjadi, C., dkk. 2011. Bahan Pangan dan Dasar-dasar Pengolahan. Jatinangor.
Universitas Padjadjaran.
LAPORAN kELOMPOK
PT BIO NNUSANTARA TEKNOLOGI (BNT)
PT Bio menerima bahan baku dari buah kebun sendiri maupun dari pihak
petani ada 2 pemasok ang diproses dipabrik. Untuk buah kebun sendiri itu
memang sudah Bagus memiliki rendemen sekitar 2`1% keatas. Mayoritas 95% buah
dari kebun sendiri itu buah kinera, dimana untuk buah luar petani itu variabel
banyak sekali ada buah dura, buah kinera, mayoritas buah dura bisa dikatakan
85% buah dura. Itu permasalahan dipabrik (BNT) sehingga rendemenna menjadi
turun karena buah dura sendiri. Buah dura itu adalah mesokafnya tpis/daging yang
tipis Cuma natnya tebal, natnya/cangkangnya yang tebal, kalo buah kinera natnya
tebal, tetapi cangkangnya tipis, pabrik menginginkan buah kinera untuk
diolah/diproduksi, ada 3 kategori didalam buah; buah kinera, buah pisifera, buah
dura, buah pisifera memiliki daging buah yang sangat tebal, cangkang dan intinya
itu kecil sekali, sehingga pihak pabrik tidak menggunakannya untuk diproduksi
karena bermasalah pada saat mengepress kerjanya menjadi kurang optimal. Oleh
sebab itu, pabrik-pabrik besar kebanyakan melakukan persilangan untuk
menghasilkan bauah kinera yang diinginkan. Buah- buah yang berasal dari petani ini
masih belum begitu paham sekali tentang buah kinera sehingga mereka asal
menanam buah dura. Sehingga sangat merugikan sekali bagi pabrik selaku
pengolah TBS. Itulah yang terjadi apa boleh buat masih tetap pihak pabrik
mengelolahna sesuai dengan tingkat kematangan dari buah.
Semula yang masuk kedalam timbangan, buah akan ditimbang masuk
kedalam sortasi, didalam sortasi akan disortir mana buah ang kecil dibawah 5
akan dipilih berdasarkan ukurannya, dipisahkan menurut ukuran besar kecilna
buah., sehingga kita dapat mengetahui buah yang layak diolah dan buah yang
tidak layak diolah. Buah yang biasa diterima untuk diolah adalah buah fraksi 1/ sudah
mau membrondol atau sudah matang berwarna merah dan jika buah berwarna hitam
gelap itu belum matang. Buat buah petani mendapatkan potongan wajib 3% karena
ada hujan ada potongan lain lagi, karena ada air hujan akan terkontaminasi dengan
TBS, pihak pabrik mengaku rugi 4% karena TBS menyerap air 4% . buah akan
dikembalikan melihat buah jika ada sampah sesuai dengan pipa sehingga akan
mendapatkan net ketimbangan setelah itu masuk ke loading ram tempat
penampungan sementara kemudian buah akan masuk ke lowri (loury) ini semua
menggunakan mesin hidrolik, sehingga operator tinggal mengatur handlenya saja.
Selanjutnya akan dipindahkan ke rll sebelahnya yang akan
masuk
kedalam
stearilizer/perebusan masing-masing louri memiliki kapasitas adalah 2,6 ton/2600
kg. Setelah masuk kedalam rel-rel yang masuk baru dimasukkan kedalam
rebusan/stearilizer baru akanb dimasak atau dikukus seperti kita memasak nasi
dirumah. Dikukus supaya masak dan stearilizer ini berfungsi
sebagai pemisah tandan dengan jamkos, memisahkan mesokaf dengan nat terus
menonaktifkan enzi,m, supaya tidak terjadi ALB ( Kenaikan Asam Lemak
Bebas). Didalam perebusan ini sudah memiliki tensi dalam pengaturan jadi otomatis,
operator tinggal memasukan buah kedalam rebusan buka tutup pintu setelah itu kita
tekan tombol dan akan bekerja dengan sendirinya berdasarkan perintah komputer.
Setelah didalan stearilizer akan diangkat nose, oisting prance, alat
menaikan louri untuk ditumpahkan ke tresser untuk memisahkan jamkos dengan
brondolan itu didalam drum dengan perputaran 21 rpm, selanjutrnhya akan masuk
kedalam under preasure mayor semuanya yang ada disini otomatis yang namanya
auto fidle untuk mendorong buah ke tresser otomatis dengan sendirinya sudah diatur
dengan waktunya kemudian jamkos akan dikeluarkan berupa minyak melalui
pankres.