(A1C214003)
Ani Harimini
(A1C214006)
Agusman Bahri
(A1C214027)
Doly Satria BB
(A1C214028)
Faska Kristiani
(A1C214031)
(A1C214042)
Jamilatul Insaniyah
(A1C214043)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Teori
Sibernetik dan PMRI ini hingga selesai.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra. Roseli Theis, M.S selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar Matematika yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami
untuk menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberikan doa, motivasi, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun materi penyampaiannya. Dengan menyadari hal tersebut maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Namun demikian, kami berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi berbagai pihak yang
membutuhkan.
Jambi,
Agustus
2015
DAFTAR ISI
1.2
1.3
ii
Kesimpulan ............................................................................................. 22
3.2
Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu penyiapan kondisi agar terjadinya suatu
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah :
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah ini di tulis untuk mendeskripsikan:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teori Sibernetik
berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke
satu target tujuan tertentu. Sedangkan cara berpikir heuristic, yaitu cara berpikir
divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep
yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk
menggunakan cara berpikir heuristic.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak
dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik
adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linear,
sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan
dalam bentuk terbuka dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi
dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami rumus matematika,
mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus terbut
disajikan dengan algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya
mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target
tertentu. Namun untuk memahami suatu konsep yang lebih luas dan banyak
mengandung interpretasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih
baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang menyebar atau berpikir
heuristic, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatic atau linier.
b. Teori belajar menurut Pask dan Scott
Ahli lain yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott.
Menurut mereka, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara
berpikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang di kemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah
berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Siswa tipe ini cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak yang lebih khusus.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan
beberapa hal seperti ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang, dan yang
berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan
5
informasi. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan
seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tapi
juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
Asumsi di atas direfleksikan ke dalam suatu model belajar dan
pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses mental dalam belajar yang
secara terstruktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini
dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
1)
2)
3)
a. Sensory Receptor
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SR informasi informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu atau berganti
b. Working Memory
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang
diberi perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi
oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas
yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan
kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 2)
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya,
agar informasi dapat bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak
melebihi kapasitas WM di samping melakukan rehearsal.
c. Long Term Memory
Long Term Memory (LTM) diasumsikan, 1) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa
sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan lupa pada tahap ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan.
Jika
informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan
pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard
(1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu
suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi
sebagai kerangka untuk mengaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain,
Tennyson (1989) mengemukakan proses penyimpanan informasi merupakan
proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki,
yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base).
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Reigeluth dan Stein (1983)
mengatakan bahwa pengetahuan di tata dalam struktur kognitif secara hirarkhis.
Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu
oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
Reigeluth, Bunderson, dan Memrl (1977) mengembangkan suatu strategi penataan
isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah, yaitu;
pemilihan, penataan urutan, rangkuman,dan sintesis (Budiningsih,2012:82-84).
Berdasarkan pembahasan di atas proses pengolahan informasi dalam ingatan
dimulai dari proses penyajian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan
informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasiinformasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan yang terdiri dari
struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara
hirarkhis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling
umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Kapabilitas Belajar
Unjuk Kerja
Informasi Verbal
Menyatakan Informasi
Keterampilan Intelektual
Menggunakan
simbol
untuk
dimensi
fisik
yang
berlainan.
- Konsep konkret
Mengidentifikasi
konkret
contoh-contoh
- Konsep abstrak
Mengklasifikasikan
contoh
dengan
contohmenggunakan
Menunjukkan
aplikasi
suatu
kaidah.
- Kaidah tingkat lebih tinggi
Mengembangkan
kaidah
baru
Strategi Kognitif
memecahkan
Menggunakan
masalah.
berbagai
cara
Sikap
Keterampilan Motorik
cekatan,
serta
dengan
10
b.
c.
d.
Pengembangan informasi :
Teorema Phytagoras atau yang lebih dikenal Dalil Pythagoras merupakan
salah satu dalil yang paling sering digunakan secara luas. Dalil ini pertama kali
ditemukan oleh Pythagoras, yaitu seorang ahli matematika bangsa Yunani yang
hidup dalam abad keenam Masehi ( kira-kira pada tahun 525 sebelum Masehi ).
Dalil ini sesungguhnya telah dikenal orang-orang Babilonia sekitar 1.000
tahun sebelum masa kehidupan Pythagoras dan sampai saat ini masih digunakan
antara lain untuk pelayaran, astronomi, dan arsitektur.
Teorema Pythagoras ini adalah teorema yang sangat terkenal. Teorema ini
akan sering digunakan dalam menghitung luas bangun datar. Selain digunakan
dalam perhitungan pada bangun datar, perhitungan pada dimensi 3 atau yang lain
juga sering menggunakan teorema Pythagoras.
Pengembangan informasi :
Teorema Pythagoras atau yang lebih dikenal Dalil Pythagoras merupakan
salah satu dalil yang paling sering digunakan secara luas. Dalil ini pertama kali
ditemukan oleh Pythagoras, yaitu seorang ahli matematika bangsa Yunani yang
hidup dalam abad keenam Masehi ( kira-kira pada tahun 525 sebelum Masehi ).
11
(a+b)2 = c2 + 4. .a.b
a2 + 2ab + b2 = c2 + 2ab
a2 + b2 = c2
Dalam materi teorema pythagoras terdapat tripel pythagoras di mana tripel
Pythagoras adalah tiga bilangan asli yang memenuhi teorema/Dalil Pythagoras.
Untuk memperoleh Tripel Pythagoras dapat digunakan salah satu rumus yang
umum digunakan, yaitu: a = m2 - n2, b = 2mn, dan c = m2 + n2 di mana m dan n
adalah bilangan asli dengan m > n serta c dianggap sebagai sisi
terpanjang/hipotenusa. Salah satu manfaat dari tripel Pythagoras adalah untuk
menentukan apakah sebuah segitiga siku-siku atau tidak.
Persoalan pada materi teorema pythagoras dapat diselesaikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Amati dan analisis soal ( amati jika persoalan dalam bentuk gambar dan
analisis jika soal berbentuk cerita)
2.
Tentukan apa saja yang diketahui dari persoalan yang dipertanyakan pada
teori pythagoras
3.
4.
12
2.2
13
2.
3.
4.
mengisolasi diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah. Selain itu, kurang
14
relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, dan terlalu
berkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan
pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.
Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal
sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
di
Indonesia
yang
didominasi
oleh
persoalan
bagaimana
2.
Peserta
didik
memperoleh
pengetahuan
15
baru
dengan
membentuk
3.
4.
Pengetahuan baru yang dibangun oleh peserta didik untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
5.
Setiap peserta didik tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin
mampu memahami dan mengerjakan matematika.
2.
3.
Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu peserta
didik dalam menafsirkan persoalan riil.
4.
Guru harus aktif dalam mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik
maupun sosial.
2.
3.
16
2.2.7 Harapan
Dengan penerapan PMR
peserta didik meningkat, baik dalam mata pelajaran matematika maupun mata
pelajaran lainnya. Sejalan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana yang
di kemukakan Zamroni, (2000), pada aspek prilaku diharapkan peserta didik
mempunyai ciri-ciri berikut.
1.
Mereka aktif diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan, serta aktif dalam
mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tengah
dipelajari;
2.
3.
4.
(2014:134-135)
menyatakan
bahwa
ada
beberapa
prinsip
17
b. Pembukaan
c. Proses pembelajaran
d. Penutup
1. Mengajak peserta didik menarik kesimpulan tentang apa yang telah mereka
lakukan dan pelajari.
2. Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah(PR)
Persiapan
1.
Masalah
Masalah yang berhubungan dengan teorema pythagoras di
antaranya adalah pengukuran sisi miring baik sisi miring.
2.
Alat peraga
Guru menyiapkan alat peraga seperti gambar dibawah ini untuk
menjelaskan
maksud
permasalahan
yang
diangkat
18
untuk
b.
Pembukaan
1.
2.
Setelah
pemberian
masalah
guru
meminta
siswa
untuk
19
c.
permasalahan
dan
arah
permasalahan
dalam
penyelesaiannya
2.
3.
4.
d.
Penutup
1.
20
2.
P 2cm
2.
8cm
3. Markus,
seorang
mahasiswa,
Nusantara
Gedung
Bhayangkara
mengikuti
kelas
menuju
untuk
matematika.
diukur
berdasarkan
diagonalnya.
Sebuah
21
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
22
23
pemahaman
peserta
didik
tentang
matematika
dan
12.
24
didik
meningkat,
bersifat
demokratis,
yakni
berani
(2014:134-135)
menyatakan
bahwa
ada
beberapa
prinsip
Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyaknya kekurangan dan
kekeliruan dan tentu tidak sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya. Namun, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
khususnya tenaga pendidik.
25
DAFTAR PUSTAKA