Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI TUBA EUSTACHIUS

Tuba auditoria menghubungkan cavitas tympanica dgn nasopharyx bermuara di belakang


meatus nasalis inferior pada cavitas nasi.
Bagian sepertiga posterior terdiri dari tulang dan sisanya berupa tulang rawan dilapisi
membran mukosa

yg ke posterior sinambung dgn membran mukosa cavitas tympanica

sedangkan anterior sinambung dgn membran mukosa nasopharynx.


Berfungsi sebagai pemerata tekanan dalam auris media dan tekanan udara lingkungan,
dengan demikian memungkinkan bahwa membran tympani dapat bergerak secara bebas. Dengan
memungkinkan udara memasuki dan meninggalkan cavitas tympani, tekanan dikedua sisi
membran tympani disamakan.

Tuba auditoria merupakan jalan bagi infeksi untuk meluas dari nasopharynx ke cavitas
tympanica. Tuba auditoria dengan mudah tersumbat karna pembengkakan membran
mukosanya, bahkan oleh infeksi ringan karna dinding-dinding bagian kondral biasanya
saling berhadapan.

Pada penyumbatan tuba auditoria, udara residual dalam cavitas tympani biasanya diserap
kedalam pembuluh darah membran mukosa. Karenanya, terjadi penurunan tekanan di
dalam cavitas tympani dan menran tympani tertarik mundur (retraksi) dan gerak
bebasnya terganggu.

OTITIS MEDIA AKUT


DEFINISI OMA
Otitis media akut adalah radang akut telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi saluran
nafas atas yang bersifat akut kurang dari 3 minggu.

EPIDEMIOLOGI

Sering terjadi pada anak-anak

Meningkat pada anak yang terkena infeksi saluran napas atas

Pada bayi >> akibat tube Eustachius nya pendek, lebar dan letaknya horizontal

ETIOLOGI
Disebabkan

oleh

adanya

infeksi

Bakteri

Piogenik

seperti

Streptococcus

Haemolitikus/ anhaemolitikus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus


influenza, Proteus Vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.

FAKTOR RESIKO

Umur

RAS

Infeksi bakteri di saluran nafas atas

Status Imunologik, disfungsi tuba Eustachius

Status Sosial dan ekonomi

PATOGENESIS

STADIUM OMA
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang membran timpani tampak normal
(tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Dari anamnesis didapatkan Tinnitus, gangguan
pendengaran dan rasa penuh di telinga.

2. Stadium Hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah dibentuk bersifat
eksudat sehingga sukar dilihat. Dari anamnesis didaptkan gejala stadium oklusi dan pada stadium
ini mulai di dapatkan rasa nyeri.

3. Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta
terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol
(bulging) kearah liang telinga luar. Terdapat bagian berwarna pucat kekuningan. Didapatkan
anamnesis berupa keluhan nyeri semakin meningkat, suhu badan dan nadi meningkat.

4. Stadium Perforasi
Penuh sekret purulen, membran timpani hiperemis dan perforasi. Dari
anamnesis didapatkan hasil keluhan berkurang, pendengaran

berkurang, suhu

tubuh menurun, anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, anak dapat tertidur
nyenyak. Keadaan ini disebut dgn OMA stadium perforasi. Karna beberapa sebab
sprti pemberian antibiotik/virulensi kuman tinggi menyebabkan ruptur membran
timpani dan nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar.

5. Stadium Resolusi
Membran timpani kembali ke keadaan normal jika membran timpani masih
tetap utuh. Bila sudah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Apabila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi
dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Bila stadium resolusi gagal terjadi maka
akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK).

GEJALA KLINIS

Demam

Nyeri di telinga

Rasa penuh di telinga

Gangguan pendengaran

DIAGNOSIS
Menurut Kerschner (2007) kriteria diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal sebagai berikut
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut
2. Ditemukan adanya tanda efusi (pengumpulan cairan di telinga tengah) dengan tanda
menggelembungnya membran timpani atau bulging, terdapat bayangan cairan di
belakang membran timpani dan terdapat cairan yang keluar dari telinga
3. Teradapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah seperti kemerahan pada membran
timpani, nyeri telinga dll
TERAPI
1. Stadium Oklusi
Obat tetes hidung. HCl efedrin 0,5% dlm larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dlm lar fisiologik utk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Diberikan juga Antibiotik
Ampisilin atau Amoksisilin, Eritromisin.
2. Stadium Hiperemi
Antibiotik, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotik diberikan golongan penisilin im
jika alergi ganti dengan eritromisin selama minimal 7 hari.
3. Stadium Presupurasi
Antibiotik, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotik diberikan golongan penisilin im
jika alergi ganti dengan eritromisin selama minimal 7 hari.
4. Stadium Supurasi
Selain diberikan antibiotik, disertai dengan miringotomi bila membran timpani masih
utuh. Dengan miringotomi gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
5. Stadium Perforasi
Beri antibiotik, dan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari. Sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 sampai 10 hari.

6. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
timpani menutup. Bila resolusi gagal, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Jika 3 mgg
stlh pengobatan sekret tetap banyak kemungkinan terjadi mastoiditis.
KOMPLIKASI

Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal
sampai komplikasi yang berat yaitu meningitis dan abses otak

Setelah adanya antibiotik semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapatkan sebagai
komplikasi dari OMSK

PROGNOSIS
Dubia et bonam pada OMA apabila penanganan dan terapi dilakukan secara tepat dan
cepat dapat memperbaik keadaan.

Anda mungkin juga menyukai