Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
:
:
:
:
:
I.
PENDAHULUAN
Darah adalah salah satu cairan tubuh yang beredar dalam sistem
pembuluh darah yang tertutup yang tersusun atas plasma dan sel darah. Volume
darah umumnya 6-8% dari berat badan, dipengaruhi oleh faktor umur, status
kesehatan, makanan, ukuran tubuh, laktasi, derajat aktivitas dan lingkungan.
Menurut Marieb (1988), sel darah dibentuk oleh tiga elemen yakni, sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah. Fungsi darah
menurut Thomas (1983) adalah sebagai alat transportasi yang bekerja dengan
cara:
1.
2.
3.
4.
merupakan
unit
aktif
dari
sistem
pertahanan
tubuh.
dan bentuknya.
Mengetahui persentase sel-sel imun pada berbagai hewan.
II.
MATERI DAN CARA KERJA
II.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah darah ayam, ikan,
mencit dan manusia, larutan Giemsa 7%, alkohol 70%, minyak emersi, methanol
dan akuades.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah object glass, lancet
dan pen, spuit injeksi, mikroskop dan alat tulis.
II.2 Cara Kerja
1.
2.
3.
Pada ujung object glass yang sudah bersih dan bebas lemak, diteteskan 1
tetes darah ikan yang telah diambil sebelumnya.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Sel-Sel Imun Granulosit dan Agranulosit
Kelompok
Preparat
1
2
3
4
Ayam
Ikan
Manusia
Mencit
Perhitungan
Limfosit
(%)
32 %
46,7 %
80,95 %
43 %
Monosit
(%)
16 %
30 %
12 %
Neutrofil
(%)
33 %
6,7 %
19,04 %
31 %
Eosinofil
(%)
14 %
16,7 %
10 %
Basofil
(%)
5%
2%
Limfosit
Eosinofil
Monosit
III.2
Neutrofil
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan yng dilakukan oleh
rombongan IV, bahwa jenis leukosit yang meliputi basofil, eosinofil, neutrofil,
limfosit dan monosit memiliki jumlah persentase yang berbeda-beda. Persentase
hasil perhitungan jenis limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil pada
ayam adalah 32%, 16%, 33%, 14% dan 5%. Kemudian persentase hasil
perhitungan jenis limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil pada ikan
adalah 46.7%, 30%, 6.7%, 16.7% dan 0. Selanjutnya persentase hasil
perhitungan jenis limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil pada manusia
adalah 80.95%, 0, 19.04%, 0 dan 0. Sedangkan persentase hasil perhitungan
jenis limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil pada mencit adalah 43%,
12%, 31%, 19% dan 2%. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Baratawidjaja (2009) untuk neutrofil dalam darah normal adalah berkisar antara
50-70 %, nilai normal eosinofil antara 1-3%, nilai normal basofil antara 0-1 %,
nilai normal monosit berkisar antara 2-8 % dan nilai normal limfosit adalah
sekitar 20-40% karena didapatkan hasil untuk neutrophil di bawah rata-rata dan
terdapat limfosit hingga 80.95%.
sel tumor, dan allograft. Fungsi efektor CD4+ adalah menjadi mediator reaksi
hipersensitifitas tipe lambat pada organisme intraseluler seperti Mycobacterium.
Semua sel dalam sistem imun berasal dari stem cells yang pluripoten di
dalam
sumsum
tulang
(bone
marrow),
berkembang
melalui
proses
hematopoeisis. Terbagi dalam 2 jalur diferensiasi yaitu jalur mieloid dan jalur
limfoid. Macam-macam sel imun itu antara lain:
1. Sel Fagosit
Granular atau Polimorfonuklear
a.
Neutrofil
Neutrofil (Polimorf), sel ini berdiameter 1215 m memilliki inti yang
khas padat terdiri atas sitoplasma pucat di antara 2 hingga 5 lobus dengan
rangka tidak teratur dan mengandung banyak granula merah jambu
(azuropilik) atau merah lembayung. Granula terbagi menjadi granula primer
yang muncul pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada
stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil matang.Kedua granula
berasal dari lisosom, yang primer mengandung mieloperoksidase, fosfatase
asam dan hidrolase asam lain, yang sekunder mengandung fosfatase lindi
dan lisosom.(Hoffbrand & Pettit, 1996).
Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis dan mikrobiosidal. Menurut
Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih
yang berperan penting dalam melindungi tubuh dalam melawan penyakit
dan infeksilewat proses fagositosis. Menurut Dellmann (1989), neutrofil
merupakan garis pertahanan pertama yang mampu keluar dari sirkulasi
darah menuju jaringan tempat terjadinya peradangan akibat infeksi bakteri
atau agen penyakit lainnya. Fungsi neutrofil terjadi secara efisien dalam
jaringan dan efektivitasnya dipengaruhi oleh defisiensi beberapa komponen
selular atau humoral, obat-obatan dan produk toksik bakterial.
b.
Eosinofil
Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih
kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa)
dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Waktu perjalanan dalam darah
untuk eosinofil lebih lama daripada neutrofil. Eosinofil memasuki eksudat
peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi,
Basofil
Basofil hanya terlihat kadang-kadang dalam darah tepi normal.
Diameter basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 m. Jumlahnya
1% dari total sel darah putih. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma
yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Dalam jaringan,
basofil menjadi mast cells. Basofil memiliki tempat-tempat perlekatan
IgG dan degranulasinya dikaitan dengan pelepasan histamin. Fungsinya
berperan dalam respon alergi (Hoffbrand & Pettit, 1996).
Basofil menurut Tizard (1988) mempunyai fungsi yang menyerupai
selmast, yakni membangkitkan proses peradangan akut pada tempat
deposisi antigen dengan melepaskan mediator seperti histamin, bradikinin
dan serotonin untuk aktivitas peradangan dan alergi. Menurut Dellmann
(1989), basofil juga ikut berperan dalam metabolisme trigliserida dan
memiliki reseptor untuk IgE dan IgG yang menyebabkan degranulasi
melalui eksositosis. Granula basophil mengandung heparin, histamin, asam
hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotakti.
Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah dan mempercepat
Monosit
Bentuk monosit bermacam-macam, biasanya lebih besar daripada
Limfosit
Sebagian besar limfosit yang terdapat dalam darah merupakan sel kecil
CD16 + atau CD3-. Sel ini akan aktif setelah bertemu dengan IL-2 dan IFN-
yang kemudian akan menjadi sel LAK. Sel NK (limfosit granular besar),
ditemukan di seluruh jaringan tubuh tetapi terutama dalam sirkulasi, merupakan
5-10% dari limfosit dalam darah manusia. Mengandung zat sitotoksik yang
penting untuk perlindungan terhadap virus dan beberapa tumor, serta mensekresi
sitokin yang mencegah replikasi virus dan membantu untuk mengaktifkan
kekebalan sel dimediasi T (Hoffbrand & Pettit, 1996).
3. Sel Mast
Sel mast adalah sel jaringan ikat bulat sampai lonjong, bergaris tengah 2030 m, yang sitoplasmanya terisi dengan granula basofilik. Intinya agak kecil,
bulat, letaknya di pusat, seringkali tertutup oleh granula sitoplasma.
Bertanggung jawab untuk me-rilis terbentuknya ledakan sitokin, kemokin,
histamine. Fungsi dari sel mast sendiri adalah untuk kekebalan terhadap parasite
dan fagositosis berbagai bakteri (Hoffbrand & Pettit, 1996).
4. Sel Basofil
Basofil adalah granulosit yang memberikan noda biru dengan pewarna
dasar dan hadir dalam jumlah yang sangat rendah dalam sirkulasi (<0,2% dari
leukosit granular). Morfologi basofil dan sel mast sangat mirip. Keduanya
mengandung dan melepaskan butiran karakteristik elektron-padat besar dalam
sitoplasma mereka selama reaksi alergi. Seperti semua granulosit, basofil
dihasilkan dari sel induk di sumsum tulang (Hoffbrand & Pettit, 1996).
Praktikum kali ini menggunakan beberapa alat dan bahan untuk
menunjang keberhasilan acara praktikum. Pada acara kali ini digunakan darah
sebagai sambel untuk memeriksa kadar sel imun granulosit dan agranulosit.
Selanjutnya, menggunakan methanol yang akan berfungsi sebagai larutan
fiksatif, yaitu larutan yang berguna untuk memfiksasi sel-sel imun yang terdapat
di dalam darah. Kemudian juga digunakan larutan giemsa sebagai larutan
pewarna dan alkohol 70% yang berfungsi untuk membersihkan object glass dari
sisa-sisa minyak yang masih ada (Guyton, 1997).
Teknik diagnosa pemeriksaan sel dapat dilakukan dengan menggunakan
apusan darah, deteksi antigen, dan PCR. Menurut Ndao et al. (2004), teknik
diagnosa pemeriksaan sel yang banyak dilakukan adalah menggunakan apusan
darah dengan larutan Giemsa. Penggunaan apusan darah ini diamati dengan
mikroskop. Menurut Jawetz (1974), apusan darah merupakan salah satu cara
mengamati materi-materi yang ada dalam darah baik materi padat atau cair.
Materi padat terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
Pembuatan apusan darah menggunakan pewarnaan Giemsa. Saat pewarnaan
preparat menggunakan larutan Giemsa harus ditunggu sampai kering terlebih
dahulu baru dicuci dengan air mengalir sebab apabila belum kering tetapi sudah
dicuci maka ketika diamati menggunakan mikroskop maka darah akan terlihat
menggumpal. Jenis apusan darah yaitu sediaan darah tipis dan sediaan darah
tebal.
Menurut Lagler (1977), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh,
stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri septicoemia,
kehamilan, dan partus. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit
yang banyak karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Jumlah sel
sel sistem imun dalam darah berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti adanya penyakit, alergi terhadap suatu
bahan tertentu, faktor genetik dan usia. Pada penderita leukimia misalnya jumlah
leukosit dalam darah akan sangat berlebihan dan ini akan sangat berbahaya.
Selain itu jumlah eosinofil pada orang yang terkena alergi akan lebih banyak
dibandingkan dengan orang sehat. Seseorang yang menderita infeksi mempunyai
banyak neutrofil untuk membunuh kuman. Hal ini dapat diperlihatkan dengan
menginkubasi sediaan apus darah yang tidak difiksasi dengan NBT. Neutrofil
yang diaktivasi mengandung butir-butir besar formazan berwarna hitam dalam
sitoplasmanya. Pada orang normal kurang dari 10% neutrofil mengandung
formazan. Pada penderita dengan infeksi jumlah neutrofil dalam darah yang
mengandung formazan dapat mencapai 45% (Widmann, 1995).
IV.
KESIMPULAN
Sel-sel imun terbagi menjadi sel agranulosit yang terdiri dari monosit dan
limfosit serta sel granulosit yang terdiri dari eosinofil, basofil dan neutrofil.
Masing-masing sel imun tersebut memiliki fungsinya masing masing dalam
menghadapi jika adanya serangan benda asing di dalam tubuh.
2.
Terdapat persentase normal dari masing masing sel imun yaitu neutrofil dalam
darah normal adalah berkisar antara 50-70 %, nilai normal eosinofil antara 13%, nilai normal basofil antara 0-1 %, nilai normal monosit berkisar antara 2-8
% dan nilai normal limfosit adalah sekitar 20-40%.
DAFTAR REFERENSI
Baratawidjaja, Karnen, dan Rengganis, Iris. 2009. Imunologi Dasar edisi ke-8.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Bevelander, G. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Dellmann, H. D., dan Brown, E. M. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Hartono
(Penerjemah). Jakarta: UI Press.
Dubey, A. 2015. Issues Pertaining to Blood Transfusion in Immunocompromised
Patients. Journal of Immune Research, 2(2), pp. 1-2.
Ganong W. F. 2002. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-20. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton A. C., dan Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Hoffbrand, A. V. dan Pettit J. E., 1996. Kapita Selekta : Hematologi (Essential
Haematology). Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jawetz, Melnick, and Alderbergs. 1974. Medical Microbiology Twenty Second
Edition. New York: Mc. Graw Hill.
Kresno, S. B. 2004. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi
keempat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lagler, K. F. 1977. Ichtiology 2nd Edition. New York: Jhon Willey and Sons.
Mardihasbullah, E., Idris, M., dan Sabilu, K. 2013. Akumulasi Nikel (Ni) Dalam
Darah Ikan Bandeng (Chanos chanos forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar
Area Tambang. Jurnal Mina Laut Indonesia, 1(1), pp. 1-9.
Mayer, G. 2003. Virology Chapter Twelve Virus Host Interactions University of
South Caorlina.Rastogi SC 1977 Essential of Animal Physiology. New Delhi:
Willley Easterm Limited.
Marieb, E. 1988. Essentials of Human Anatomy and Physiology. Ed ke-2. California:
The Benjamin Cummings Pub.
Ndao, Momar, E. Bandyayera, E. Kokosin, T. W. Gyorkos, J. D. Maclean, and B. J.
Ward. 2004. Comparison of Blood Smear, Antigen Detection, and NestedPCR Methods for Screening Refugees from Regions Where Malaria Is
Endemic after a Malaria Outbreak in Quebec, Canada. Journal of clinical
microbiology, 42(6)
Raphael, S. S. 1987. Lynch's Medical Laboratory Technology. Philadelphia: W. B.
Saunders Company.