Anda di halaman 1dari 3

Pengendalian dan Penanganan Cacingan

Pengendalian dan penanganan kasus cacingan pada sapi dapat dilakukan


dengan cara yang sederhana, yaitu memutus siklus hidup dari parasit
cacing tersebut. Cara ini dianggap cukup murah dan sangat efektif untuk
memberantas kasus cacingan pada sapi yang selalu berulang dari tahun
ke tahun. Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait upaya
pengendalian dan penanganan kasus cacingan pada sapi di antaranya :
1. Program pemberian anthelmintika (obat cacing)
Pengobatan mecitocirrusis umumnya single dosis Albendazol untuk sapi dosis 7,5 10
mg/kg, Fenbendazol untuk sapi 7,5 mg/kg, Febantel untuk sapi 7,5 mg/kg
2. Sanitasi kandang dan lingkungan
3. Sistem penggembalaan dan pemberian rumput
4. Kualitas Pakan
5. Monitoring telur dan larva cacing

Pemberian anthelmintika merupakan langkah utama dalam upaya


pengendalian dan
penanganan cacingan baik pada pedet maupun sapi dewasa. Pemberian
anthelmintika sebaiknya tidak hanya dilakukan pada ternak sapi yang
telah dipastikan positif cacingan mengingat hampir sebagian besar sapi
terutama yang dipelihara secara tradisional menderita cacingan. Program
pemberian anthelmintika sebaiknya dilakukan sejak masih pedet (umur 7
hari) dan diulang secara berkala setiap 3-4 bulan sekali guna membasmi
cacing secara tuntas dan memutus siklus hidup parasit tersebut (Agrina,
2011).
Beberapa produk anthelmintika Medion yang dapat digunakan untuk
memberantas cacing gilig pada sapi yaitu Nemasol-K, Vermizyn
SBK, Wormectin Injeksi dan Wormzol-B. Produk Wormzol-B selain
efektif untuk semua stadium cacing gilig, dapat juga digunakan untuk
memberantas cacing pita dan cacing hati dewasa pada sapi.
Sanitasi kandang dan lingkungan
Kasus cacingan pada sapi akan menjadi lebih sulit diberantas jika tidak
ditunjang dengan sanitasi kandang dan lingkungan yang baik. Upaya yang
dapat dilakukan di antaranya menjaga drainase kandang dan lingkungan
di sekitarnya sehingga tidak lembab dan becek serta menghindari adanya

kubangan-kubangan air pada tanah. Selain itu, tanaman dan rumputrumput liar di sekitar kadang dibersihkan serta melakukan desinfeksi
kandang secara rutin menggunakan Antisep, Neo
Antisep, Formades atau Sporades.
Sistem penggembalaan dan pemberian rumput
Saat menggembalakan sapi, sebaiknya hindari tempat-tempat
penggembalaan yang becek dan padang rumput yang diberi pupuk
kandang tanpa diketahui dengan jelas asal usulnya. Selain itu, ternak sapi
sebaiknya tidak digembalakan terlalu pagi karena pada waktu tersebut
larva cacing biasanya dominan berada di permukaan rumput yang masih
basah. Guna memutus siklus hidup cacing, sebaiknya sistem
penggembalaan dilakukan secara bergilir. Artinya sapi tidak terusmenerus digembalakan di tempat yang sama. Pada padang
penggembalaan juga dapat ditaburkan copper sulphate untuk mencegah
perkembangan larva cacing hati. Untuk sapi yang dipelihara secara
intensif, pemberian rumput segar sangat tidak dianjurkan. Sebaiknya
rumput dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan pada sapi guna
menghindari termakannya larva cacing yang menempel pada rumput.
1. Padang rumput tidak becek
2. Digembalakan tidak terlalu pagi
3. System penggembalaan bergilir
4. pemberian rumput yang sudah dilayukan
5. pakan baik rumput atau konsentrat cukup nutrisi

Populasi inang antara

Mengingat beberapa spesies cacing membutuhkan inang antara seperti


siput air tawar untuk kelangsungan hidup cacing hati, maka populasinya
menjadi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian dan
penanganan kasus cacingan. Populasi siput air tawar dapat dikurangi
dengan cara memelihara itik atau bebek yang berperan sebagai predator
alami inang antara tersebut. Selain itu, lingkungan harus dijaga supaya
tidak terlalu lembab dan basah karena kondisi tersebut sangat baik untuk
kelangsungan hidup siput air tawar.
Kualitas Pakan
Percaya atau tidak, bahwa kualitas pakan mempengaruhi tingkat kejadian
cacingan pada ternak sapi. Kualitas pakan, baik rumput maupun
konsentrat, yang baik dapat membantu meningkatkan daya tahan ternak
sapi karena nutrisi yang diperlukan tercukupi.
Monitoring telur dan larva cacing

Sebagaimana kita ketahui bahwa penularan kasus cacingan sangat mudah


terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya monitoring secara rutin (2-3 bulan sekali) terhadap
telur dan larva cacing melalui uji feses. Untuk menunjang hal tersebut,
saat ini Medion telah memiliki laboratorium yang dapat melayani uji
tersebut, yaitu MediLab yang telah tersebar di beberapa wilayah di
Indonesia.
Upaya pengendalian dan penanganan cacingan ini sebenarnya sangat
sederhana dan dapat dilakukan oleh semua kalangan peternak. Namun,
untuk menunjang hal ini diperlukan sebuah komitmen dan kesadaran
yang tinggi dari seluruh peternak bahwa upaya pengendalian dan
penanganan kasus cacingan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Jika
kedua modal utama tersebut hanya dimiliki oleh sebagian peternak, maka
dapat kita ramalkan tingkat keberhasilan pun menjadi lebih kecil.
Nah sahabat Tebi dari seluruh bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
penyakit cacingan telah menjadi penyakit ekonomi yang menimbulkan
kerugian cukup besar. Guna mengatasi kasusnya yang terus berulang
diperlukan pengendalian dan penanganan dengan memutus siklus hidup
cacing yang sifatnya berkelanjutan dengan ditunjang oleh komitmen dan
kesadaran yang tinggi dari seluruh peternak. Sebagai pemegang kendali
atas profesi dokter hewan, mari kita terus belajar guna menciptakan
lingkungan yang berkesinambungan antara alam dan manusia

Anda mungkin juga menyukai