Anda di halaman 1dari 13

Nama

: Reynaldi Putra

Nim

: 12513021

Mata Kuliah

: Pengelolaan Pencemaran Laut

Kelompok

:1

Isu Pembelajaran

:1

1. Faktor Faktor Abrasi Pantai


Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi
ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Abrasi pantai
diakibatkan oleh dua faktor utama yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan faktor
alam, yaitu :
a. Faktor Aktivitas Manusia
Penambangan pasir pantai yang berlebihan akan menghabiskan sebagian
besar volume pasir yang seharusnya dapat menahan gelombang pasang air
laut. Pengurangan volume pasir ini berpengaruh pada kecepatan air laut
yang akan menghantam pantai secara langsung dank eras. Tentu saja hal
ini menyebabkan pengikisan sedikit demi sedikit daratan di daerah pantai.

Hilangnya

vegetasi

mangrove

(hutan

bakau)

di

pesisir

pantai.

Sebagaimana diketahui, mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akarakarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat terjadinya
pengikisan pantai. Sayangnya hutan bakau ini banyak yang telah dirusak
oleh manusia.

Akibat eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan laut mulai dari ikan,


terumbu karang dan lain sebagainya sehingga arus dan gelombang laut
secara besar-besaran mengarah ke daerah pantai dan berpotensi

menyebabkan abrasi.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya kutub es sehingga padatan
es itu berubah menjadi volume lautan yang mengalir ke berbagai daratan
di sekitarnya. Pemanasan global ini disebabkan karena gas-gas berbahaya
yang merusak lapisan ozon sehingga intensitas panas cahaya matahari
bertambah dan mencairkan es di kutub utara.
Pendirian bangunan yang melewati garis pantai sehingga
pasir atau tanah di sekitar pantai menjadi tidak kuat.

b. Faktor Alam
Fenomena fenomena alam seperti pasang surut air laut, angin di atas
lautan yang menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan
merusak. Faktor yang demikian hampir tidak bisa dielakkan sebab laut
memiliki siklus tersendiri pada suatu periode, angin bertiup sangat

kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang besar.


Terjadi bencana alam seperti tsunami. Tsunami terjadi akibat adanya
gempa di lempengan dalam laut yang menyebabkan kenaikan gelombang
yang tinggi dan menghempas pantai sedemikian rupa. Bencana ini akan
mengikis daratan di pantai dan bahkan merusak segala hal yang berada di

sekitarnya.
Proses fragmentasi sedimen juga merupakan penyebab abrasi karena
butiran pasir atau sedimen kasar lambat laun akan mengalami proses
fragmentasi menjadi butiran halus yang lebih mudah terbawa oleh arus
dan ombak.

Rusaknya bibir pantai di perairan Indonesia akibat abrasi itu tidak terlepas dari
kondisi geologi, kekuatan ombak laut serta pusaran angin.
2. Proses Abrasi Pantai

Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di
atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk

mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau
batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan.

Gambar Proses Terjadinya Abrasi di Pantai


Gambar di atas menunjukkan skema arah gelombang laut yang mengikis pantai. Abrasi
terjadi ketika angin yang bergerak di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju pantai.
Arus dan angin tersebut lama kelamaan menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang
pantai menggetarkan tanah seperti gempa kecil. Kekuatan gelombang terbesar terjadi pada
waktu terjadi badai sehingga dapat mempercepat terjadinya proses abrasi.
Contoh abrasi karena faktor alam, misalnya adalah Pura Tanah Lot di pulau Bali yang terus
terkikis

Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan
pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah
tempat penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan
sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.

Gambar aktivitas penambangan pasir liar di Magelang, Jateng.

3. Dampak Abrasi Pantai


Menurut Muhammad Arsyad (2012) menyatakan: abrasi tentu sangat berdampak
terhadap kehidupan. Pada umumnya abrasi lebih banyak memiliki dampak negatif
dibandingkan dampak positif. Dampak negatif yang dihasilkan dari abrasi juga sangat
merugikan lingkungan khususnya manusia. Berikut ini akan dipaparkan bukti-bukti
kerugian yang diakibatkan abrasi.
a) Air laut tidak pernah diam. Air laut bergelombang di permukaannya,
kadang-kadang

besar

kadang-kadang

kecil,

tergantung

pada

kecepatan angin dan kedalaman dasar lautnya. Semakin dalam dasar


lautnya makin besar gelombangnya. Gelombang mempunyai
kemampuan untuk mengikis pantai. Akibat pengikisan ini banyak
pantai yang menjadi curam dan terjal.
b) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi
penduduk yang tinggal di pinggir pantai.

c) Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai karena terpaan ombak


yang didorong angin kencang begitu besar.
d) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau.
e) Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi
wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya
sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia
karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan
mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel,
restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan
mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material
yang tidak sedikit.
f) Pemukiman penduduk yang berada di areal pantai akan kehilangan
tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi.
g) Kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan luas pulau-pulau di
Indonesia banyak yang akan berkurang dan banyak pulau yang akan
tenggelam.
h) Dalam beberapa tahun terakhir garis pantai di beberapa daerah di
Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Di
beberapa daerah abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang
membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu
dibiarkan

berlangsung,

pengembangan

potensi

dikhawatirkan
kelautan

di

dapat

daerah

menghambat

tersebut

secara

keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun


pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.
i) Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak.
Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak
sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi
pantai ini.
4. Pencegahan Abrasi Pantai
Berdasarkan analisis dari penyebab abrasi pantai serta sifat dan karakteristik
abrasi sendiri, berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi
pantai :

a. Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau


Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air
pantai. Pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas
daerah yang berair dengan daerah pantai yang berpasir. Ketika pohon ini tumbuh dan
berkembang, akarnya akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan
arus laut agar tidak sampai menghancurkan bebatuan atau berbagai macam jenis jenis
tanah (pasir) di daerah pantai kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit.

b. Pemeliharaan Terumbu Karang


Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut
yang akan menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan
dilindungi, gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi
pantai dapat diminimalisir.

c. Pelarangan Tambang Pasir


Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi
pantai. Jika persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang,
gelombang atau arus laut tidak akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi
bisa dihindarkan karena penyebab utamanya dihalangi menyentuk sasaran. Namun
demikian, hal tersebut merupakan PR yang demikian besar.

5. Penanggulangan Abrasi Pantai


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat)
masalah abrasi pantai ini menurut Islahudin (2012), yaitu:

1. Untuk mengatasi masalah abrasi di Pamekasan seperti yang dipaparkan


sebelumnya, Sekjen DKP menempatkan Kabupaten Pamekasan sebagai tempat
pelaksanaan jambore mitigasi mangrove. Beliau berharap dengan adanya
jambore mitigasi mangrove yang digelar di Pamekasan ini masyarakat bisa lebih
peduli untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mereka juga berharap agar
kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini saja, akan tetapi bisa tetap
berkelanjutan sehingga tanaman mangrove di pesisir pantai di Pamekasan ini
bisa terjaga dengan baik.
2. Pemulihan hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena dampak abrasi
tersebut. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya rehabilitasi untuk
memperbaiki tanaman mangrove yang rusak tersebut. Pada 2004 dan 2005
pemerintah mampu menghijaukan 34.601 hektar hutan mangrove (bakau),
sedangkan pada tahun 2006 sekitar 2.790 hektar.
3. Pelestarian terumbu karang, yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir yang
hutan bakaunya sudah punah, baik akibat dari abrasi itu sendiri maupun dari
pembukaan lahan tambak. Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi
kekuatan gelombang yang sampai ke pantai. Oleh karena itu, perlu pelestarian
terumbu karang dengan membuat peraturan untuk melindungi habitatnya.
4. Pelarangan penggalian pasir pantai. Perlu peraturan baik di tingkat pemerintah
daerah maupun pusat yang mengatur pelarangan penggalian pasir pantai secara
besar-besaran yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.
5. Usaha membangun pengaman pantai. Pengaman pantai bertujuan untuk
mencegah erosi pantai dan penggenangan daerah pantai akibat hempasan
gelombang (overtopping). Berdasarkan strukturnya pengaman pantai dibedakan
menjadi dua, yaitu pengamanan lunak (soft protection) dan pengamanan keras
(hard protection).

a. Pengamanan lunak dilakukan dengan tiga cara yaitu:


Pengisian pasir, pengisian pasir bertujuan untuk mengganti
pasir yang hilang akibat erosi dan memberikan perlindungan
pantai terhadap erosi dalam bentuk sistem tanggul pasir. Hal
yang harus diperhatikan adalah lokasi pasir harus memiliki
kedalaman yang cukup sehingga pertambahan kedalaman
akibat penggalian pasir tidak mempengaruhi pola gelombang
dan arus yang pada gilirannya akan mengakibatkan erosi ke
pantai-pantai sekitarnya.

Terumbu karang, merupakan bentukan yang terdiri dari


tumpukan zat kapur. Bentukan terumbu karang dibangun oleh
hewan karang dan hewan-hewan serta tumbuhan lainnya yang
mengandung zat kapur melalui proses biologis dan geologis
dalam kurun waktu yang relatif lama. Fungsi terumbu karang
selain sebagai bagian ekologis dari ekosistem pantai yang
sangat kaya dengan produksi perikanan juga melindungi
pantai dan ekosistem perairan dangkal lain dari hempasan

ombak dan arus yang mengancam terjadinya erosi.


Hutan bakau (mangrove forest), merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis
pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur. Fungsi dari hutan bakau selain
sebagai tempat wisata dan penghasil kayu adalah sebagai
peredam gelombang dan angin badai, pelindung erosi,
penahan lumpur dan penangkap sedimen. Sebenarnya telah
banyak orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan
bakau bagi lingkungan. Namun, dalam prakteknya di lapangan
masih banyak pula yang belum memanfaatkan hutan bakau
sebagai sarana untuk mencegah atau mengatasi abrasi.
Padahal, mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akarakarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat
terjadinya pengikisan pantai.
Selain mencegah atau mengatasi abrasi, hutan bakau dapat

membawa keuntungan-keuntungan lebih daripada hanya sekedar


membangun pemecah gelombang buatan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain:
1. Menjaga kestabilan garis pantai.
2. Menahan atau menyerap tiupan angin laut yang kencang.
3. Dapat mengurangi resiko dampak dari tsunami.
4. Membantu proses pengendapan lumpur sehingga kualitas air laut
lebih terjaga dari endapan lumpur erosi.
5. Menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi manusia, hewan, dan
tumbuhan.
6. Mengurangi polusi, baik udara maupun air.
7. Sumber plasma nutfah.
8. Menjaga keseimbangan alam.

9. Sebagai habitat alami makhluk hidup seperti burung, kepiting, dan


lain sebagainya.
Beberapa hal di atas merupakan sebagian dari berbagai keuntungan yang dapat
diperoleh dari penanaman hutan bakau dalam usaha mencegah atau mengatasi abrasi.
Selain itu pemerintah tidak perlu lagi berulang kali membangun pemecah gelombang
sehingga dapat menghemat pengeluaran dan dapat mengalokasikan dana untuk
keperluan-keperluan lain (tentunya yang berguna untuk masyarakat).

b. Pengamanan keras dilakukan dengan 5 cara, yaitu:


Revetment (pelindung tebing pantai), stuktur pelindung
pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki
permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri dari beton,
timbunan batu, karung pasir, dan beronjong (gabion). Karena
permukaannya terdiri dari timbunan batu atau blok beton
dengan rongga-rongga diantaranya, maka revetment lebih
efektif untuk meredam energi gelombang. Bangunannya
dibuat untuk menjaga stabilitas tebing atau lereng yang
disebabkan oleh arus atau gelombang. Ada beberapa tipe dari
revetment, seperti: Rip-rap (batuan yang dicetak dan
berbentuk seragam), Unit armour (beton), dan batu alam(blok

beton).
Seawall (dinding), hampir serupa dengan revetment, yaitu
dibuat sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif
tegak atau lengkung. Seawall pada umumnya dibuat dari
konstruksi padat seperti beton, turap baja atau kayu,
pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak
meredam

energi

gelombang,

tetapi

gelombang

yang

memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan

menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.


Groin (groyne), struktur pengaman pantai yang dibangun
menjorok relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan
konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton), dan

batu.
Pemecah Gelombang Sejajar Pantai, dibuat terpisah ke arah
lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah

(breaking zone). Bagian sisi luar pemecah gelombang


memberikan

perlindungan

dengan

meredam

energi

gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya


dapat dikurangi. Pantai di belakang struktur akan stabil
dengan terbentuknya endapan sedimen. Pencegahan abrasi
dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar
pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi
tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai
(seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu
karang). Akibatnya, dalam beberapa tahun kemudian abrasi
kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut
tidak mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang
laut. Namun, sering kali pengalaman tersebut tidak dijadikan
pelajaran dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dalam
upaya mencegah ataupun mengatasi abrasi. Yang sering
terjadi di lapangan ketika pemecah gelombang telah rusak
adalah pemerintah setempat membangun pemecah geombang
buatan lagi dan tanpa dibarengi dengan penanaman bakau
atau konservasi terumbu karang yang rusak. Hal tersebut
seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila dipikir lebih
jauh, tentunya hal tersebut akan berimbas terhadap dana yang
harus dikeluarkan daerah setempat. Seandainya, dalam
mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil Pemerintah
yaitu dengan membangun pemecah gelombang buatan (pada
awal usaha mengatasi abrasi atau jika kondisi abrasi benarbenar parah dan diperlukan tindakan super cepat) dengan
dibarengi penanaman bakau di sekitar daerah yang terkena
abrasi atau bahkan bila memungkinkan dibarengi pula
dengan konservasi terumbu karang, tentunya pemerintah
setempat

tidak

perlu

secara

berkala

terus

menerus

membangun pemecah gelombang yang menghabiskan dana


yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam beberapa tahun
sejak penanaman, tanaman-tanaman bakau tersebut sudah
cukup untuk mengatasi atau mengurangi abrasi yang terjadi.

Stabilisasi Pantai, dilakukan dengan membuat bangunan


pengarah
gelombang

sedimen

seperti

tanjung

sejajar

pantai,

dan

dikombinasikan

dengan

pengisian

buatan,

karang
pasir.

pemecah

buatan
Metode

yang
ini

dilakukan apabila suatu kawasan pantai terdapat defisit


sedimen yang sangat besar sehingga dipandang perlu untuk
mengembalikan kawasan pantai yang hilang akibat erosi.
Pada saat ini, konsep pengamanan di atas akan dan sedang
diterapkan, misalnya untuk Pantai Sanur, Nusa Dua, dan
Kuta. Sedangkan untuk Pura Tanah Lot diamankan dengan
pemecah gelombang terendam. Dalam hal ini kita sebagai
warga negara yang baik hendaknya ikut beperan dalam
proses pengamanan pantai tersebut, yaitu dengan ikut
melestarikan ekosistem laut beserta isinya, melakukan
pembangunan sesuai peraturan yang berlaku agar tidak
melewati garis pantai, serta tidak melakukan penambangan
pasir atau perusakan karang.
6. Mereklamasi bekas lubang tambang pasir atau barang tambang di daerah pesisir
pantai.
7. Untuk mengantisipasi abrasi yang lebih parah, program penanaman mangrove
mulai digencarkan di wilayah pesisir Kota Semarang. Belum lama ini, puluhan
anggota Linmas dan elemen masyarakat Kelurahan Wonolopo Kecamatan
Mijen, melakukan bakti sosial penanaman 1.500 pohon bakau atau mangrove di
sisa-sisa Pulau Tiram Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu.
8. Penyediaan bibit penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai.
9. Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Sumber Daya Air juga
melaksanakan pembuatan bangunan pantai yang terutama di tunjukan untuk
pengamanan atau perlindungan garis pantai dari kerusakan yang disebabkan
oleh gelombang dan arus laut. Bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Krib, adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi
untuk mengendalikan pergerakan material-material seperti pasir
pantai yang bergerak secara alami yang disebabkan oleh arus
yang sejajar pantai (Litoral Drift). Bentuk krib biasanya

dibangun lurus, namun ada pula yang berbentuk zig-zag atau


berbentuk Y, T, atau L.
2) Tembok pantai atau tanggul pantai, dibangun untuk melindungi
daratan terhadap erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang
disebabkan oleh hempasan gelombang. Tembok pantai ada yang
bersifat meredam energi gelombang dan ada yang tidak. Adapun
bahan yang digunakan ada yang dari beton atau pasangan batu
kosong (rublemounts).
3) Pemecah gelombang yang putus-putus (Detached Break Water),
dibuat sejajar pantai dengan jarak tertentu dari pantai. Bangunan
ini berfungsi untuk mengubah kapasitas transport sendimen yang
sejajar

ataupun

mengakibatkan

tegak
terjadinya

lurus

dengan

endapan

pantai

(akresi)

dan
di

akan

belakang

bangunan yang biasa disebut dengan tombolo.


4) Konservasi pantai, kegiatan yang tidak hanya sekedar pengaman
tepi pantai dari ancaman arus atau gelombang laut namun,
memiliki kepentingan yang lebih jauh misalnya untuk rekreasi,
tempat berlabuh kapal-kapal pesiar dan sebagainya. Salah satu
yang dikerjakan ialah dengan membuat tanjung-tanjung buatan
(artificial headland), di mana di antara tanjung-tanjung buatan
tersebut dapat digunakan kapal pesiar untuk berenang, tempat
tersebut diisi dengan pasir yang berkualitas baik yang biasanya
diambil dari laut agar tidak merusak lingkungan. Di Indonesia
konversi pantai baru dikerjakan di Pantai Kuta dan Sanur di
Pulau Bali.

Anda mungkin juga menyukai