Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan pertanian lahan kering merupakan usaha dan penelitian dimana paradigma
lahan sawah sebagai tulang punggung pertanian dan sebagai pemenuhan utama produksi pangan
nasional. masalah lingkungan yang dihadapi ini pada dasrnya adalah masalah pengolahan
tanaman yang tidak sesuai dengan lahan dan produksi yang didapatkan. Masalah itu timbul
karena perubahan kondisi iklim yang menyebabkanlahan itu kurang sesuai lagi untuk
mendukung kesuburan tanah. Jika hal ini tidak segera diatasi pada akhirnya berdampak kepada
terganggunya kesejahteraan para petani
Kerusakan lahan yang terjadi dikarenakan kondisi cuaca yang ekstrim pada
umumnyamenyebabkan terjadinya degradasi bagi lahan. Kerusakan lahan ini telah mengganggu
proses alam, sehingga banyak fungsi dari lahan yang menyebabkan tetumbuhan menjadi
menurun atau kurang mengalami pertumbuhan dengan baik.
Meskipun potensi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan pertanian sangat besar,
perlu dicermati pula bahwa ciri khas agroekosistem lahan kering relatif rentan terhadap degradasi
sehingga dalam pengelolaan jangka panjang harus lebih berhati-hati dengan tetap memperhatikan
aspek kelestarian dan kesinambungan produktivitas lahan (dryland sustainable agriculture).
Tidak sekedar masalah biofisik lahan yang lemah, lahan kering juga memiliki masalah sosialekonomi yang cukup kompleks. Pendekatan dalam pengelolaan pertanian lahan kering
tampaknya harus berorientasi pada pendekatan agroekosistem wilayah dengan tetap
memperhatikan aspek sosial budaya spesifik daerah sebagai komponen pendekatan wilayah.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik dari lahan kering serta mengetahui masalah-masalah
yang ada pada lahan kering dengan tujuan memberikan solusi atau rekomendasi pada masalah
atau kendala dalam pertanian lahan kering

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik lahan kering
Pertanian Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan kehutanan) yang dilakukan di lahan kering.
Salah satu manfaat dari pengolahan lahan kering yaitu dengan menanam Sumber pakan
dilahan kering karena hasilnya dapat mencukup dengan beragam dan bervariasi pakan, selain
yang bersumber dari lahan penggembalaan atau lahan umum yang selama ini berfungsi sebagai
penyuplai HMT. Tanpa adanya upaya-upaya perbaikan dan pelestarian vegetasi maka akan
terjadi penurunan kemampuan daya suplainya. Berkaitan dengan bertambahnya populasi ternak
tanpa adanya eksplorasi sumber pakan maka akan terjadi kekurangan pakan pada musim
kemarau, hal ini yang seringkali terjadi pada daerah lahan kering. Namun bila kita melihat pola
usahatani yang ada di suatu wilayah pedesaan memiliki potensi sebagai sumber-sumber pakan
alternatif. Disamping itu lahan-lahan usahatani masih memungkinkan untuk ditanami jenis
hijauan pakan ternak unggul dengan kriteria tahan kekeringan, produksi tinggi dan memiliki
kandungan nutrisi yang baik sehingga akan menjamin kontinuitas pakan ternak sepanjang tahun
(Sasongko dkk, 2012).
Potensi lahan kering yang cukup besar memiliki ekosistem yang rapuh dan mudah
terdegradasi apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan cara-cara yang tepat, topografi
umumnya berbukit dan bergunung, ketersediaan air tanah yang terbatas, teknologi diadopsi dari
teknologi lahan basah yang tidak sesuai untuk lahan kering, infrasturktur tidak memadai.
Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering
sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang
terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran
angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan perputaran angin yang
searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa. jenis iklim di daerah lahan kering,
khususnya diindonesia yakni :

1. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian
denga mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan
peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di
perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.
2. Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam
area lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan
basah. Di Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat
beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
2.2. Sumber Lahan Kering
Lahan kering terbagi atas dua yaitu: lahan kering beriklim basah dan lahan kering
beriklim kering.
Lahan Kering Beriklim Basah
Berdasarkan kemiringan lereng, lahan kering yang dinilai potensial untuk pertanian
adalah yang berkemiringan <15%, Kesuburan tanah pada lahan ini sangat tergantung pada
lapisan tanah yang bersifat labil dan cepat menurun, sehingga tanpa pengolahan bahan organik
secara memadai produktivitas lahan akan cepat menurun (Partohardjono et al., 1993 dalam
Sopandie dan Utomo, 1995). Berdasarkan curah hujan, lahan kering beriklim basah berada pada
wilayah dengan tipe iklim A (9 bulan basah) dan B (7-9 bulan basah).

Lahan Kering Beriklim Kering


Lahan kering beriklim kering banyak dijumpai di wilayah timur Indonesia (Nusa
Tenggara, Timor Timur, Sulawesi, dan Maluku). Dari segi kimia tanah relatif lebih baik
dibandingkan dengan lahan kering beriklim basah, karena pH mendekati netral dan pelindiannya
terbatas, sehingga relatif kaya unsur-unsur basa seperti K, Ca, dan Mg. Curah hujan yang rendah
dan umumnya juga bersifat eratik merupakan kendala utama bagi pengembangan tanaman
pangan (Partohardjo et al., 1993 dalam Soepandi dan Utomo, 1995). Lahan kering beriklim
kering dicirikan dengan curah hujan rendah 1.000-1.500 mm/tahun selama 3-4 bulan dengan
distribusi tidak teratur. Fluktuasi curah hujan sangat tinggi, pada suatu saat bisa mencapai 100
mm per hari atau bisa berhenti sama sekali selama 2-3 minggu.

Melihat kondisi iklim di lahan kering yang berbuah-ubah maka ada beberapa strategi
yang dapat dikembangkan dalam mengola sistem pertanian dilahan kering
2.3 masalah lahan kering dan pengelolaannya
Adapun masalah-masalah dalam lahan kering seperti keseimbangan unsure hara, sifat
fisik tanah, serta kurangnya air pada lahan tersebut dan ada juga simbiont yang sangat rendah
menimbulkan rendahnya siklus haradalam tanah
Dalam jurnal yang dilakukan balai penelitian cimanggu, bogor diddapatkan bahwa
penanaman Tanaman Penutup Tanah yang dimaksudkan selain untuk menambah bahan organik
tanah, juga serta dapat membantu mengurangi erosi dalam tanah yang juga dapat membantu
membenahi struktur fisik tanah. Dengan demikian erosi tanah pada lahan tegalan dan kebun
campuran dapat dihambat. Tanaman penutup tanah dianjurkan menggunakan jenis legume,
karena bahan organik yang dihasilkan cukup baik untuk keseimbangan hara tanah (Dariah et al.,
2007; Fattet et al., 2011). Adpaun jenis tanaman yang dianjurkan yaitu Centrosema sp., Puraria
javanica dan Arachis pintoi. Penanaman dapat dilakukan dengan cara pemberian bahan organic
terlebih dahulu
(ridwan 2010)
Jurnal diatas didukung oleh jurnal lain bahwa bahan organik sangat berpengaruh pada
struktur dan kimia tanah yang diutuhkan oleh tanaman hal ini dibuktikan melalui jagung dengan
perlakuan tot dank ld pada lahan kering dimana hasil dari sistem kld lebih tinggi daripada sistim
tot daam hal hasil per ton jagung.
(deddy erfandi, 2010)
Penggunaan sisa tanaman untuk mengurangi dampak dari tanah lapisan atas melalui
sistem pengolahan lahan dan system pengolahan air dapat meningkatkan hasil panen meliputi
polusi air, penurunan tenaga kerja, energi, dan persyaratan peralatan. Dalam banyak kasus,
gabungan efek dari menggunakan sistem pengolahan lahan telah memberikan hasil lebih tinggi
dalam produksi tanaman daripada yang menggunakan sistem persiapan lahan bersih. pengolahan
lahan dapat digunakan sebagai penangulangan erosi serta dampak lain dari lahan kering
(J.F.Parr,1990)
Dalam perbaikan pada aktivitas biologi yaitu dilkukan pengolahan pada lahan tersebut
terlebih dahulu serta memberikan lahan yang optimal dan sesuai pada pertumbuhan biologi

tanah.dalam hal ini berkaitan dengan sifat fisik tanah serta hara dalam tanah serta tanaman yang
dapat digunakan sebaai simbiont. Setelah terentuk lahan yang sesuai baru digunakan
penamabahan mikroorganisme tanah dengan cara introduksi hal ini disbut juga sebagai
bioteknologi tanah. Ada beberapa mikrooganisme yang dapat menghambat pathogen tanaman
dan hal ini sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini pathogen yang sering kali
menyerang tanaman pada lahan kering yaitu pyhtium spp.
(J.F.Parr,1990)

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, I.N., Suprapto, I.M.R. Yasa, dan P. Suratmini. 2012. Pemberdayaan Masyarakat
Miskin di Lahan Kering bali Utara melalui Integrasi Tanaman dan Ternak Sapi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bali. ntb.litbang.deptan.go.id
Erfandi deddy, 2010. TEKNIK KONSERVASI TANAH LAHAN KERING UNTUK
MENGATASI DEGRADASI LAHAN PADA DESA MOJOREJO, LAMONGAN, Balai
Penelitian Tanah, Pertanian Cimanggu, Bogor
J. F. Parr, B. A. Stewart, S. B. Hornick, R. P. Singh (auth.), R. P. Singh, J. F. Parr, B. A. Stewart
(eds.)Advances in Soil Science Dryland Agriculture Strategies. Springer-Verlag New York
Berlin Heidelberg London Paris Tokyo Hong Kong.volume 13
Ridwan dan Yulinar Zubaidah, 2010. SITEM PERSIAPAN LAHAN DAN PEMBERIAN
BAHAN ORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG DI LAHAN KERING. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Sopandie, D., dan I. H. Utomo. 1995. Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi di
Lahan Kering. Makalah Penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan
Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Bogor, 27 September 1995.

Anda mungkin juga menyukai