PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan sebagian organ
intra abdominal yang keluar dari kavum abdomen melalui lakus minoris (Facial
defek) dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum. (Monica, E, 2002 : hal
22). Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap
tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia yang paling banyak
dijumpai pria dan wanita.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis
medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7
kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus. Peningkatan angka kejadian penyakit hernia inguinalis lateralis di
Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah diperkirakan karena ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Sejalan dengan hal tersebut, maka
permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan
ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha
memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi
pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat
yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh
(Sugeng & Weni, 2010, hal 151).
Salah satu penyebab penyakit hernia yaitu akibat bekerja berat seperti
mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang
dapat menyebabkan konstipasi sehingga terjadi aktivitas mengejan saat defekasi.
Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan
intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot otot abdomen yang dapat
1.4.Pengorganisasian Seminar
Ketua
Wakil Ketua
: Khairunnisa
Sekretaris
Notulen
: Winda Wulandari
Moderator
Tim Askep
:
1. Nopi Pahrunisa
2. Hasanah Eka Wahyu Ningsih
3. Yuli Intan Permata Sari
4. Surya Atika
5. Tandry Angka
6. Novita Sari Narto
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Hernia adalah suatu Protrusion atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu
protrusion/penonjolan abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui
struktur yang secara normal berisi bagian yang lemah (Black, 2006).
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus
(Mansjoer, 2002).
2.2.Anatomi Fisiologi
2.2.1. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulotranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi
oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga
hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
2.2.2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun
dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
2.3.Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
6
1) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu
hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu
hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang
mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui
kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).
2.4.Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002) dalam Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
1) Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
c. Trauma
2) Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan (Konstipasi)
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3) Faktor resiko : Kelainan congenital
2.5.Patofisiologi
Pathways :
2.6.Manifestasi Klinis
1) Penonjolan di daerah inguinal
2) Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram dan distensi abdomen.
4) Terdengar bising usus pada benjolan
5) Kembung
6) Perubahan pola eliminasi BAB
7) Gelisah
8) Dehidrasi
9) Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat
pasien berdiri atau mendorong.
2.7.Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Gunakan celana penyangga
d. Istirahat (tirah baring)
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif)
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.8.Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
10
Proses Keperawatan
2.10.1. Pengkajian
11
c. Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber
sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan
yang ada.
d. Data Dasar
1. Aktifitas / istirahat
Gejala
Tanda
2. Eliminasi
Gejala
Konstifasi,
mengalami
kesulitan
dalam
defekasi,
adanya
3. Integritas ego
Gejala
12
Tanda
4. Neurosensori
Gejala
Tanda
5. Kenyaman / nyeri
Gejala
Tanda
6. Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan,
bengkak, demam dan penurunan fungsi.
7. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
Rencana pemulangan
Pertimbangan
3.1.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Post Operasi
hernia inguinalis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan
daerah operasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
13
pengetahuan
tentang
proses
perawatan
post
operasi
hingga hilang
Kriteria Hasil :
a) Klien memperlihatkan rasa nyaman
b) Skala nyeri klien 1-3
c) Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi
Kaji tingkat nyeri
Rasional
Untuk mengetahui skala nyeri yang
dirinya
Ciptakan lingkungan yang terapeutik
Agar pasien merasa tenang dan nyaman
Kolaborasi dalam pemberian analgesic Mengurangi nyeri dan mencegah
dan antibiotic
14
Tujuan
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi
b) TTV klien dalam keadaan normal
c) Luka mengering
Intervensi
Periksa luka jahitan setiap hari
Rasional
Luka basah akan memungkinkan terjadi
infeksi
Menghindari terjadinya kontaminasi
Mengurangi resiko terjadinya infeksi
Adanya demam sebagai tanda adanya
Kolaborasi
dengan
dokter
infeksi
dalam Mencegah terjadinya infeksi
pemberian antibiotic
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
Tujuan
perawatan.
Kriteria hasil :
a) Penyembuhan luka sesuai waktu
b) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi
Kaji ulang integritas luka dan observasi
Rasional
Untuk mengetahui tingkat kerusakan
tubuh pasien
kesehatan klien
Mencegah keparahan dan memperbaiki
Menghindari dekubitus
klien
Menghindari adanya decubitus pada
klien
Mempercepat proses penyembuhan
luka operasi dan decubitus.
tanpa kesulitan
Kriteria Hasil :
a) Dalam 8-10 jam pasca pembedahan pasien berkemih tanpa kesulitan
b) Klien mengeluarkan urin sebanyak =100 ml setiap perkemihan.
Kaji
dan
Intervensi
dokumentasikan
Rasional
distensi Temuan ini dapat memberikan tanda
suprapubik atau laporan pasien tentang bila ada kerusakan jaringan lanjut dan
tidak dapat berkemih
mengidentifikasi
indikasi
yang diharapkan
Untuk mengatasi dan mencegah infeksi
Kriteria hasil :
16
Rasional
Karena aktivitas fisik dan mental yang
dapat
aktivitas
mengakibatkan
yang
stimulasi
kebingungan,
terprogram
tanpa
berlebihan
yang
mengantuk
Menghilangkan nyeri post operasi
tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b) Mempertahankan posisi fungsional
c) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
d) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi
Pertahankan tirah baring dalam posisi Tirah
yang diprogramkan
Rasional
baring
mengistirahatkan
muskuloskelektal
sehingga
aktivitas
17
latihan
bertahap
dapat
beraktivitas
dan
mobilisasi,
Meningkatkan
keamanan
klien
kenyamanan
dan
dan
mencegah
dekubitus.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan
Terangkan
Intervensi
tentang penyakit
Rasional
dan Pasien mengerti dan mau bekerja sama
pengobatan
18
tentang
pengobatan penyakitnya.
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
3.1.Pendahuluan
Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi Kabupaten Musi
Banyuasin
PERMATA
MUBA
2017,
Pemerintah
Republik
Indonesia
(BLU), Rumah Sakit Umum Daerah sekayu mengalami perubahan status institusi
dari Unit Pelaksana Teknisi Daerah (UPTD) Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan
Layanan Umum Daerah Musi Banyuasin berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Musi Banyuasin No. 451 tahun 2008 pada tanggal 31 Maret 2008, tentang
penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
Tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin mengubah status
kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) adalah memberikan kewenangan dalam pengelolaan
keuangan dan tetap sebagai Badan Layanan Umum nirlaba dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatannya
BLUD berfungsi sosial, profesional, dan etis dengan pengelolaan yang ekonomis
serta tidak semata-mata mencari keuntungan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan
RSUD Sekayu sebagai Rumah Sakit Daerah yang berstandar Internasional,
merupakan rumah sakit rujukan dari 2 (dua) buah rumah sakit (RSUD Bayung
Lincir dan RSUD Sungai Lilin), 25 (dua puluh lima) unit Puskesmas, 103 (seratus
tiga) Puskesmas Pembantu, 142 (seratus empat puluh dua) Poliklinik Desa dan 22
(dua puluh dua) unit Puskesmas keliling serta sebagai lahan praktek bagi Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Institusi Pendidikan
Kesehatan lainnya yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain melayani masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin dengan
Jamkesmas Muba Semesta (bagi penduduk MUBA), juga melayanai masyarakat
luar kabupaten baik dengan jamkessos Sumsel Semesta, maupun Jamkesmas
Nasional, sehingga RSUD Sekayu mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Muba dan sekitarnya, dengan
pelayanan unggulan di bidang Penyakit Dalam khususnya Diabetes dan Klinikklinik Rawat Jalan.
3.2.VISI dan MISI
20
Sekayu
dilaksanakan
secara
berkesinambungan
sehingga
21
derajat
kesehatan
masyarakat
dan
senantiasa
fungsi
sistem
rujukanyang
responsif
dan
berkesinambungan
22
1. Gedung A
1) Poli klinik
2) Farmasi
3) IGD
4) Radiologi
5) Ruang rapat staf
6) Aula
7) Ruang komite medik
8) Administrasi
9) Kantin
10) Bank Sumsel
11) Ruang verifikator jaminan pelayanan
12) Rehabilitasi medik
13) Klinik bungur (VCT)
14) Ruang humas
15) ICU/ICCU/NICU
16) Kebidanan (VK dan neonatus)
17) Kamar Bedah
18) Hemodialisa
19) Rekam medik
2. Gedung B
1) Ruang perawatan rawat inap
a. Kelas III noneinfeksi diberi nama Ruang Sungkai
b. Kelas III Infeksi diberi nama Ruang Medang
c. Kelas II diberi nama Ruang Meranti (kelas II dan III bangsal
kebidanan dan rawat gabung)
d. Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
e. Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
23
Jumlah
10
20
20
22
40
40
4
4
5
165 tempat tidur
24
: Fazilah, SKM
: Zalmah, HY, SE
: H. Achmadi, SKM, M. Si
6. Kepala Instalasi
25
: Dr. Erma
e. Instalasi ICU
: Dr. Joko
f. Instalasi Farmasi
g. Instalasi Laboratorium
h. Instalasi Radiologi
j. Instalasi Gizi
: Farida SKM
: Fauziah, SKM
l. Instalasi Ambulance
: M. Firanha, Amd
: Sumartono, AmK
b. Kepala Ruang OK
: Rohimi, SKM
: Nirwan Gautama
26
27
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1.
Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Nama
: Tn. A
Umur
: 83 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
28
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Status
: Kawin
Alamat
Tanggal MRS
: 28 Oktober 2013
Tanggal Pengkajian
: 31 Oktober 2013
No Registrasi
: 16-24-63
Diagnosa Medis
: Hernia Inguinalis
: Tn. S
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SMP
Status
: Kawin
Alamat
29
Klien mengatakan pada lipatan paha kiri terdapat benjolan. Hal ini dialami
klien sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
dirasakan klien keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar bila klien
mengangkat beban berat atau berjalan jauh dan benjolan akan masuk
kembali bila klien beristirahat (tiduran). Sebelum masuk RS klien tidak
merasakan nyeri, mual muntah, serta demam. Frekuensi kencing 3 kali
sehari, kencing tidak terputus-putus, tidak dirasakan nyeri saat BAK. BAB
dirasakan biasa/normal.
Kemudian oleh keluarga klien dibawa ke RSUD Sekayu, dan setelah
diperiksakan oleh dokter, klien dianjurkan untuk operasi pada tanggal 30
Oktober 2013. Pada saat melakukan pengkajian pada klien post operasi
pada hari ke 1 yaitu pada tanggal 31 Oktober 2013, didapatkan
keluhan/data sebagai berikut:
Paliatif
Quality
Region
Severity
aktivitas
sehari-hari
seperti
makan,
30
31
No
Pola Kebiasaan
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Klien mengatakan
Keluarga klien
Cairan
hari
Pola Eliminasi
/hari
Klien mengatakan
BAB
Kadang-kadang 2x dalam
Pola Eliminasi
Klien mengatakan
BAB,
Selama dirumah sakit
BAK
kencing 3 4 x, warna
eliminasi pasien
Pola Istirahat
Klien mengatakan
endapan darah
Selama sakit klien
dan Tidur
mengatakan kesulitan
tidur, terkadang
32
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran
E4V5M6 = 15
Compos mentis
b. Tanda-tanda Vital :
N
o
1
Hari/Tanggal
Hasil Pemeriksaan
Kamis
Tekanan darah
: 120/80 mmhg.
31 Oktober 2013
Nadi
: 84 x/menit.
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu axila
: 36,5 oC.
Jumat
Tekanan darah
: 120/70 mmhg.
01 November 2013
Nadi
: 80 x/menit.
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu axila
: 36,9 oC.
Sabtu
Tekanan darah
: 120/80 mmhg.
02 November 2013
Nadi
: 82 x/menit.
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu axila
: 37 oC.
2. Pemerisaan Persistem
a) Kepala
b) Mata
33
c) Leher
d) Thoraks
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
e) Abdomen
a. Inspeksi
c. Palpasi
d. Perkusi
f) Inguinalis
Inspeksi
g) Tulang belakang
h) Extremitas
a. Superior et Inferior
Hari/Tanggal
Jenis Pemeriksaan
o
1
Senin
Hematologi
28 Oktober
1. Hb
Hasil
12,6 g/dL
34
2013
2. Leukosit
6.500 /mm3
3. Trombosit
135.000 / mm3
4. CT
7 menit
5. BT
Kimia klinik
2 menit
1. Ureum
30 mg/dL
2. Glukosa sewaktu
93 mg/dL
6. Terapi Medis
N
o
1
Hari/Tanggal
Jenis Terapi
Dosis
Kamis
500 cc
31 Oktober
b) Cefepime
2 x 1 gr
2013
c) Metronidazole Fls
3 x 100 ml
d) Keterolac
3 x 1 amp
Jumat
e) Ranitidin
a) IVFD RL gtt 20 x/menit
2 x 1 amp
500 cc
01 November
b) Cefepime
2 x 1 gr
2013
c) Metronidazole Fls
3 x 100 ml
d) Keterolac
3 x 1 amp
Sabtu
e) Ranitidin
a) IVFD RL gtt 20 x/menit
2 x 1 amp
500 cc
02 November
b) Cefepime
2 x 1 gr
2013
c) Metronidazole Fls
3 x 100 ml
d) Keterolac
3 x 1 amp
e) Ranitidin
2 x 1 amp
35
Data
Etiologi
Tindakan
Pembedahan
bagian
bawah
Problem
berhubungan
dengan
pembedahan.
Nyeri
perut
36
insisi
DO :
Klien
tampak
meringis
Nyeri
menahan nyeri
2.
DS :
Tindakan
Selama sakit klien mengatakan
kesulitan
tidur,
Pembedahan
terkadang
1 jam
Nyeri
DO :
DS :
Tindakan
Keluarga
klien
mengatakan
Pembedahan
Gangguan mobilitas
fisik
karena
nyeri
tidak
mampu
untuk
bergerak
Nyeri
DO :
DS :
Tingkat pendidikan
Klien / keluarga mengatakan
rendah
Kurang
pengetahauan
37
tentang
post operasi
proses pembedahan
Kurangnya informasi
DO :
Klien
dan
operasi
keluarga tampak
bingung
saat
ditanya
komplikasi,
cara
perawatan
pengetahuan
tentang
proses
perawatan
post
operasi
38
perawatan
3.5.Intervensi Keperawatan
3.6.
3.7.
3.8.
No
3.12. 3.13.
1
Diagnosa
insisi pembedahan.
3.14.
3.9.
3.17.
Tujuan
Setelah
Intervensi
dilakukkan
DS :
perawatan 3 x 24 jam
3. Ciptakan lingkungan
untuk bergerak
hingga hilang
3.18.
Kriteria Hasil :
a) Klien
DO :
memperlihatkan
rasa nyaman
3.15.
3.10.
yang terpeutik
4. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic d
antibiotic
3.16.
tenang
3.19.
3.20. 3.21.
2
DS :
dengan nyaman
3.26.
Kriteria hasil :
a) Klien
1. Berikan kesempatan
untuk beristirahat /
tidursejenak, anjurkan
mengungkapkan
turunkanaktivitas men
kemampuan
untuk tidur.
3.25.
b) Klien tidak
merasa lelah
perkembangan hari de
ketika bangun
hari.
39
3.24.
DO :
tidur
c) Kualitas dan
tidak bertenaga
kuantitas tidur
normal.
punggung
3.27.
3.29. 3.30.
3
3.35.
Kerusakan
berkurang
setelah
diprogramkan
kontinuitas jaringan
dilakukan
tindakan
3.31.
DS :
keperawatan.
3.32.
karena
nyeri
Kriteria hasil :
3. Instruksi klien/bantu
a) Meningkatkan
mobilitas
pada
tingkat
paling
tinggi
yang
4. Jelaskan pandangan da
bergerak
mungkin
DO :
Klien bedrest di tempat tidur
3.34.
yang sakit
3.33.
2. Tinggikan ekstrimitas
b) Mempertahankan
posisi fungsional
c) Meningkatkan
keterbatasan dalam
aktivitas
kekuatan/fungsi
yang sakit
40
d) Menunjukkan
tehnik
mampu
bantuan sesuai
kebutuhan. Awasi
melakukan
aktivitas
dengan melakukan
aktivitas
6. Ubah posisi secara
periodic tiap 2 jam
3.37.
3.38. 3.39.
3
Kurangnya pengetahuan
3.44.
Setelah
dilakukkan
perawatan 1 x 24 jam
kurangnya informasi
klien mengetahui
3.40.
perawatan lanjutan
setelah pembedahan
pengobatan
(operatif)
3.47.
proses pembedahan
3.45.
Kriteria Hasil :
a) Memperlihatkan
nyaman
b) Klien mengetahui
3.41.
3.42.
DS :
1. Terangkan tentang
DO :
tentang proses
41
c) Klien mengetahui
penyakitnya
perawatan
lanjutan
dari hernia
penyakitnya
3.46.
Implementasi Keperawatan
4.5.
4.6.
Nama Klien
: Tn A
Ruang
Tanggal
Medang
4.7.
31
Oktober 2013
4.8.
4.9.
Tang
g
a
4.10.
Waktu
4.13.
4.11.
N
4.12.
4.15.
4.16. 4.17.
31.1
09.20
.
1
3
Tanda
Tan
gan
l
4.14.
0
Implementasi
Melakukan
4.18.
pearawatan luka
WI
B
4.20.
4.21. 4.22.
10.00
WI
B
4.25.
4.26. 4.27.
10.15
Mengatur
posisi
42
WI
dan
menganjurkan
pasien
B
4.30.
untuk beristirahat
4.31. 4.32.
Mengajarkan
teknik
10.30
WI
B
4.35.
4.36. 4.37.
11.45
Berkolaborasi dengan
tim medis
WI
B
4.40.
4.41. 4.42.
12.15
4.45.
13.12
WI
4.49.
B
4.50.
01.1
20.25
1
.
1
3
4.53.
pasien
WI
B
4.55.
4.56. 4.57.
22.00
Memberikan
terapi
WI
B
4.60.
4.61. 4.62.
22.15
senyaman mungkin
WI
B
4.65.
4.66. 4.67.
23.00
WI
Memberikan
43
B
4.70.
4.71. 4.72.
05.15
Memberikan
terapi
4.73.
Memberikan motivasi
4.78.
WI
4.74.
B
4.75.
4.76. 4.77.
02.1
14.15
1
.
1
3
dan
WI
reinforcement
positif
untuk klien
B
4.80.
4.81. 4.82.
15.00
Memberikan
terapi
analgetic
WI
B
4.85.
4.86. 4.87.
15.05
Memberikan
WI
B
4.90.
4.91. 4.92.
16.08
Menganjurkan
klien
WI
B
4.94.
4.95.
Evaluasi keperawatan
4.96.
4.97.
Nama Klien
: Tn A
Ruang
Tanggal
Medang
4.98.
31
Oktober 2013
4.99.
4.100.
4.101.
Tangg
al
4.104.
4.105.
4.103.
4.102.
4.106.
Catatan Perkembangan
S:
anda
Tangan
4.114.
44
01.11.
13
4.107.
O:
KU klien sedang
TTV klien
4.108. TD : 120/80 mmHg
4.109. N : 84 x/menit
4.110. RR : 20 x/menit
4.111. T : 36,5
4.115.
4.116.
2
4.112.
4.113.
4.117.
P : Intervensi dilanjutkan
S:
4.121.
4.118.
4.123.
3
O:
4.119.
4.120.
4.124.
P : Intervensi dilanjutkan
S:
4.128.
4.125.
O:
4.126.
4.127.
P : Intervensi dilanjutkan
45
4.130.
4
4.131.
S:
4.135.
4.132.
4.136.
02.11.
4.137.
1
O:
KU klien sedang
4.133.
4.134.
4.138.
P : Intervensi diteruskan
S:
13
4.146.
4.139.
O:
KU klien sedang
TTV klien
4.140. TD : 120/70 mmHg
4.141. N : 80 x/menit
4.142. RR : 18 x/menit
4.143. T : 36,9
4.144.
Masalah
teratasi
sebagian
4.147.
4.148.
2
4.145.
4.149.
P : Intervensi dilanjutkan
S:
4.153.
4.150.
O:
4.151.
Masalah
teratasi
46
sebagian
4.155.
3
4.152.
4.156.
P : Intervensi dilanjutkan
S:
4.160.
4.157.
O:
KU klien sedang
4.158.
Masalah
teratasi
sebagian
4.162.
4
4.159.
4.163.
P : Intervensi dilanjutkan
S:
Klien
mengatakan
mengenai
penyakitnya
4.167.
paham
dan
prosedur pengobatannya
4.164.
O:
KU klien baik
4.168.
03.11.
4.169.
1
4.165.
A : Masalah teratasi
4.166.
4.170.
P : Intervensi dihentikan
S:
13
4.178.
4.171.
O:
KU klien baik
47
TTV klien
4.172. TD : 120/80 mmHg
4.173. N : 82 x/menit
4.174. RR : 20 x/menit
4.175. T : 37
4.180.
2
4.176.
A : Masalah teratasi
4.177.
4.181.
P : Intervensi dihentikan
S:
4.186.
4.182.
4.188.
3
O:
KU klien baik
4.183.
A : Masalah teratasi
4.184.
P : Intervensi dihentikan
4.185.
4.189.
S:
4.193.
4.190.
O:
KU klien sedang
4.191.
A : Masalah teratasi
4.192.
P : Intervensi dihentikan
4.194.
4.195.
4.196.
4.197.
4.198.
4.199.
48
4.200.
4.201.
4.202.
4.203.
4.204.
4.205.
4.206.
4.207.
4.208.
4.209.
4.210.
4.211.
4.212.
4.213.
4.214.
4.215.
4.216.
4.217.
BAB V
PEMBAHASAN
4.218.
4.219. Telah dilakukan pengkajian, seorang pasien laki-laki bernama Tn.
A, umur 83 tahun yang dirawat di ruang Medang, bangsal PDL RSUD Sekayu
dengan diagnosa medis hernia inguinalis lateralis yang telah menjalani operasi
herniotomi pada tanggal 30 Oktober 2013 lalu.
4.220. Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis di dapatkan
data bahwa klien mengeluh nyeri pada luka operasi di bagian bawah perut sebelah
kiri, luka terasa panas dan menusuk-nusuk, sakit bertambah saat bergerak. 1 hari
sebelumnya klien telah menjalani operasi herniotomi, yang dilakukan di bagian
bawah perut sebelah kiri, dengan panjang luka 7 cm.
4.221. Dari riwayat penyakit terdahulu, klien mengatakan bahwa ia belum
pernah menderita penyakit ini sebelumnya, klien juga belum pernah menjalani
49
operasi sebelumnya, ini adalah pertama kalinya klien dirawat dengan keluhan
tersebut.
4.222. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan
umum klien sedang, dengan tingkat kesadaran compos mentis. Pada pemeriksaan
persistem, yaitu pada pemeriksaan abdomen didapatkan data bahwa turgor kulit
klien baik, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, terdapat insisi operasi
lokasi di daerah bawah perut sebelah kiri, tepatnya di selangkangan kiri sepanjang
7 cm. Kondisi luka tertutup kassa steril. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak
ada pembengkakan.
4.223. Sementara itu hasil pemeriksaan laboratorium klien didapatkan
data sebagai berikut:
4.224.
4.225.4.226.
N
Hari/Tan
4.227.
Jenis
4.228.
Pemeriksaan
ggal
4.229.4.230.
4.232.
Senin
1. Hb
4.231.
2. Leukosit
28
3. Trombosit
Okto
4. CT
ber
5. BT
Hematologi
asil
4.233.
4.234.
2,6 g/dL
4.235.
6.500 /
mm3
4.236.
2013
35.000 /
mm3
4.237.
menit
4.238.
4.239.4.240.
4.241.
Kimia klinik
3. Ureum
4. Glukosa sewaktu
menit
4.242.
4.243.
0 mg/dL
4.244.
50
3 mg/dL
4.245.
4.246.
4.247. Setelah dilakukan operasi klien mengatakan bahwa ia merasa nyeri
pada luka operasi tersebut, nyeri semakin bertambah berat ketika klien
beraktivitas. Akibat nyeri yang dirasakan, klien tidak mampu melakukan
aktivitasnya secara mandiri, selain itu klien juga mengalami gangguan tidur.
Setelah dibandingkan dengan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien post
op herniotomi, klien hanya mengalami 4 masalah keperawatan, yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri post
operasi
4. Kurangnya
pengetahuan
tentang
proses
perawatan
post
operasi
4.254.
4.255.
BAB VI
PENUTUP
4.256.
6.1.Kesimpulan
51
4.257.
4.258. Tn A yang berumur 83 tahun, dirawat di ruang medang RSUD
Sekayu dengan diagnosa medis hernia inguinalis lateralis. Satu hari sebelum
pengkajian klien menjalani operasi herniotomi, pada bagian bawah perut sebelah
kiri. Sehari setelah menjalani operasi klien mengatakan bahwa ia merasa nyeri
pada luka operasi tersebut, nyeri semakin bertambah berat ketika klien
beraktivitas. Akibat nyeri yang dirasakan, klien tidak mampu melakukan
aktivitasnya secara mandiri, selain itu klien juga mengalami gangguan tidur.
4.259. Setelah
dilakukan
anamnese
dan
pemeriksaan
fisik
serta
52