Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI


KONSEP PROYEK INDUSTRI COKELAT SOLOK SUMATERA BARAT
Dosen Pengampu
Dr. Ir. Endah Rahayu Lestari, MS
Review ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada Mata Kuliah
Perencanaan Proyek Industri Semester Genap 2015-2016

Oleh :
Nama : Rodi Jumadil Akhir Hs
NIM

: 155100309011002

Kelas : C

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di Indonesia dipengaruhi
oleh tanah subur yang dapat menumbuhkan segala bentuk tanaman dan
tumbuhan baik buah-buahan maupun sayuran. Sehingga dimanfaatkan oleh
para petani untuk bercocoktanam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
mereka dengan menjualnya ke masyarakat. Salah satu tanaman yang cocok
ditanam di Indonesia yaitu kakao.
Kakao (Theobroma cacao) adalah tumbuhan tahunan (perennial)
berwujud pohon yang tingginya mencapai 10 meter dan berasal dari daerah
tropis Amazon. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat
tidak lebih dari 5 meter tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini
dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Biji tumbuhan ini
menghasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Biji Kakao
merupakan bahan baku utama untuk membuat pasta cokelat, bubuk cokelat,
dan lemak.
Para petani di Solok Sumatera Barat, menanam tanaman kakao atau
biasanya masyarakat menyebutnya pohon cokelat kemudian hasilnya dijual
ataupun diolah. Banyaknya pengolahan yang tidak layak menurut beberapa
pihak industri cokelat yang melakukan kunjungan ke daerah tersebut
menyebabkan petani hanya menjualnya ke industri pengolahan cokelat
dengan jarak yang jauh. Kakao yang dihasilkan memiliki kualitas yang
sangat bagus, sehingga banyak hasilnya digunakan oleh industri dalam
negeri maupun industri luar negeri seperti negara tetangga Malaysia bahkan
negara cokelat seperti Belgia.
Sebagai anak negeri, penulis melihat kesempatan ini untuk dijadikan
konsep proyek industri cokelat yang akan berlokasi di Solok, Sumatera
Barat. Industri dibuat mendekati bahan baku sehingga rantai pasok tidak
panjang dan menimalisir biaya transportasi seperti yang dideskripsikan
diatas. Konsepnya dibuat secara detail tanpa mempertimbangkan faktor
biaya atau finansial.
1.2. Tujuan
1. Membuat konsep proyek Industri Cokelat Solok Sumatera Barat.
2. Menentukan keunggulan konsep proyek.

3. Membuat analisis aspek-aspek konsep proyek tanpa mempertimbangkan


aspek finansial.

BAB II
INFORMASI UMUM
2.1. Rancangan Produk
Menurut Philip Kotler (1986), sebuah produk adalah sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau
dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan
konsumen. Produk yang akan diproduksi industri ini diklasifikasi menjadi
dua yaitu produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi yaitu
Pasta Kakao Kasar, Pasta Kakao Halus, Bubuk Cokelat Murni, dan Lemak
Kakao. Produk jadi dibagi atas dua jenis yaitu Bubuk Cokelat dan Permen
Cokelat. Macam-macam Bubuk Cokelat yaitu Bubuk Cokelat 3in1 Milk dan
Cokelat 3in1 Dark. Macam-macam Permen Cokelat yaitu Permen Cokelat
Milk, Permen Cokelat Milk Mente, Permen Cokelat Makadamia, Permen
Cokelat Dark, Permen Cokelat Dark Mente, Permen Cokelat Mika Tabung,
Permen Cokelat Mika Piramid, Permen Kemasan Toples, Permen Cokelat
Trapesium, Permen Cokelat Segitiga, dan Permen Cokelat Premium. Setiap
produk dikemas dalam berbagai kemasan kemasan mulai dari kapasitas
besar hingga kapasitas kecil. Beriku produk-produk yang akan dihasilkan
dan spesifiknya.

No.

Jenis Produk

1.

Pasta Kakao Kasar/Halus

2.

Lemak Kakao

3.

Bubuk cokelat murni

4.

Bubuk Cokelat 3in1 Milk

Spesifik
bentuk beku
warna cokelat
bentuk beku
warna kuning
bentuk bubuk
warna cokelat
bentuk bubuk
rasa susu
warna cokelat
rasa dominan cokelat yang pahit

5.

Bubuk Cokelat 3in1 Dark

6.

Permen Cokelat Milk

lemak kakao

Permen Cokelat Milk

bentuk bar
rasa susu dengan mente

Mente

lemak kakao

7.

warna cokelat
rasa susu

8.

Permen Cokelat

bentuk bar
lemak kakao

Makadamia

bentuk bar
rasa dominan cokelat yang pahit

Permen Cokelat Dark

lemak kakao
bentuk bar
rasa dominan cokelat yang pahit dengan

10.

Permen Cokelat Dark

mente

Mente

lemak kakao
bentuk bar
bentuk pralin

11.

12.

Permen Cokelat Mika

rasa susu dengan mente

Tabung

lemak kakao

Permen Cokelat Mika


Piramid

kemasan mika tabung


bentuk pralin
lemak nabati
kemasan mika pramid
rasa yaitu milk mente, dark mente, milk,
dan dark

13.

Permen Kemasan Toples

lemak kakao dan nabati


bentuk pralin

14.

15.

Permen Cokelat
Trapesium

Permen Cokelat Segitiga

kemasan toples
rasa milk dan dark
lemak kakao
bentuk trapesium
rasa milk dan dark
lemak kakao
bentuk segitiga
rasa dark

16.

Permen Cokelat Premium

lemak kakao
bentuk premium (kotak-kotak)

2.2. Rancangan Organisasi


Menurut Suparjati (2000), struktur organisasi adalah suatu susunan
dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu
organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk

mencapai tujuan. Organisasi industri ini bertipe lini atau garis yaitu hubungan
setiap atasan terhadap bawahannya pada setiap cabang dan bawahan
diperintah atas satu atasan. Kelebihan organisasi lini yaitu manajemen
mudah karena pemimpin hanya seorang, pengambilan keputusan lebih
cepat, solidaritas karyawan tinggi, dan gaji karyawan rendah. Kekurangan
organisasi lini yaitu keputusan dan tanggung jawab bergantung pada satu
atasan, cenderung otoriter, perkembangan karyawan terbatas. Bagan
organisasi industri ini dapat dilihat pada gambar berikut.

2.3. Pemilihan Lokasi


Pemilihan lokasi di desa dikarenakan dekat dengan bahan baku
utama yaitu kakao, di area yang dilewati sungai sehingga air tercukupi,
sebagai

lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar industri,

dan

meningkatkan perekonomian masyarakat karena banyaknya pengunjung


yang berkunjung ke industri. Kelebihan pemilihan lokasi di desa yaitu pabrik
mendapatkan bahan baku (buah kakao) dengan mudah, murah, cepat, dan
biaya pengangkutan yang rendah, kebutuhan air tercukupi, perluasan tanah
lebih mudah, tenaga kerja dengan gaji yang rendah, dan bahan baku tidak
rusak dikarenakan pulpa yang mengering serta tidak terkontaminasi asap

kendaraan yang mengangkut sesuai SNI 2323:2008. Kekurangan pemilihan


lokasi yaitu jauh dari pasar sehingga menimbulkan biaya dan pembangkit
listrik yang tidak memadai sehingga membuat pembangkit listrik sendiri.
2.4. Keunggulan Konsep
Keunggulan konsep ini yaitu:
1. Produk hasil olahan kakao bervariasi.
2. Organisasi industri bersifat lini yaitu manajemen mudah karena pemimpin
hanya seorang, pengambilan keputusan lebih cepat, solidaritas karyawan
tinggi, dan gaji karyawan rendah.
3. Pemilihan lokasi di desa yaitu pabrik mendapatkan bahan baku (buah
kakao) dengan mudah, murah, cepat, dan biaya pengangkutan yang
rendah, kebutuhan air tercukupi, perluasan tanah lebih mudah, tenaga
kerja dengan gaji yang rendah, dan bahan baku tidak rusak dikarenakan
pulpa yang mengering serta tidak terkontaminasi asap kendaraan yang
mengangkut sesuai SNI 2323:2008.

BAB III
DESKRIPSI PROYEK
3.1. Aspek Pemasaran
Menurut Sunyoto (2012), konsumen sasaran merupakan target
konsumen

yang

dapat

dipilih

oleh

perusahaan

setelah

melakukan

segmentasi. Konsumen sasaran dibagi berdasarkan tiga segmentasi yaitu


geografi, demografi, psikografi, dan behavioristik. Segmentasi konsumen
sasaran berdasarkan geografi dibagi dalam unit-unit geografi yang berbeda
seperti negara, negara bagian, provinsi, wilayah, daerah, kota, dan desa.
Segmentasi demografi merupakan pembagian pasar ke dalam kelompokkelompok berdasarkan variabel-variabel demografi seperti usia, jenis
kelamin, jumlah penduduk, jumlah keluarga, pendapatan, pekerjaan, jenjang
pendidikan, dan kewarganegaraan. Segmentasi psikografi, konsumen dibagi
ke dalam kelompok yang berbeda-beda berdasarkan kelas sosial, gaya
hidup, dan ciri-ciri kepribadian. Serta segmentasi behavioristik (perilaku)
para

konsumen

dibagi

ke

dalam

kelompok-kelompok

berdasarkan

pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan mereka terhadap produk.


Kosumen sasaran industri dengan strategi segmentasi ini sebagai
berikut:
a. Berdasarkan geografi
Meliputi konsumen yang berdomisili di Solok, Padang, Bukittinggi,
Pekanbaru, Jambi, dan daerah sekitar. Sehingga distribusi produk cokelat
hanya di oulet-outlet yang berada di kota-kota tersebut.
b. Berdasarkan demografi
Meliputi semua usia dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Berdasarkan demografi ini maka produk cokelat dibuat dengan berberapa
rasa seperti rasa pepaya, nanas, dan strawberry. Produk juga dibuat
beberapa bentuk seperti pralin, bar kecil, dan bar besar.
c. Berdasarkan psikografi
Mencakup kelas sosial atas, menengah, dan bawah sehingga
setiap jumlah, bentuk, dan kemasan produk memiliki harga-harga yang
berbeda.
d. Berdasarkan behavioristik
Mencakup semua konsumen yang memiliki kecanduan dan
kesukaan terhadap cokelat sehingga cokelat dibuat denga jenis cokelat
dark, cokelat milk, dan cokelat lemak nabati.

3.2. Aspek Teknis dan Operasi


3.2.1.Perencanaan Kapasitas
Menurut Heizer (2006), kapasitas produksi merupakan jumlah
maksimum produk yang dapat diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
Sebelum memaparkan kapasitas produksi industri perlu diketahui bahwa
estimasi sekali pembuatan formula cokelat memerlukan waktu 5 hari.
Sehingga pabrik memproduksi setiap hari untuk memenuhi permintaan
konsumen dengan menggunakan bahan baku sebanyak 30 kg yang masuk
dalam proses. Proses produksi selain secara manual juga menggunakan
mesin dengan kapasitas terpasang sebanyak 5 kg, 25 kg, 50 kg, dan 150
kg.
Menurut Rauf (2012), kapasitas terpakai adalah kemampuan mesin
memproses jumlah bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan
setiap kerja mesin, sedangkan kapasitas terpasang adalah kemampuan
mesin dalam menampung jumlah maksimum bahan.
1. Estimasi kapasitas mesin yang dibutuhkan untuk pembuatan makanan
cokelat menghasilkan sebanyak 350 buah/hari cokelat pralin dan 100
buah/hari cokelat bar sebagai berikut:
a. Kapasitas terpasang mesin steamer sebanyak 150 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 130 kg air dan biji kakao.
b. Kapasitas terpasang mesin roaster sebanyak 50 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 31,8 kg biji kakao basah.
c. Kapasitas terpasang mesin desheller sebanyak 50 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 27,65 kg biji kakao kering.
d. Kapasitas terpasang mesin pemasta sebanyak 25 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 22,2 kg nib.
e. Kapasitas terpasang mesin ballmill sebanyak 25 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 22,08 kg pasta cokelat.
f. Kapasitas terpasang mesin koncing sebanyak 50 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 38,706 kg adonan cokelat.
g. Kapasitas terpasang mesin pencetak sebanyak 50 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 38,512 kg adonan cokelat.
2. Estimasi kapasitas mesin yang dibutuhkan untuk pembuatan bubuk
cokelat menghasilkan sebanyak 40 kg/jam sebagai berikut:
a. Kapasitas terpasang mesin pengempa sebanyak 25 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 22,2 kg pasta.
b. Kapasitas terpasang mesin penghancur atau penghalus sebanyak 25
kg dan kapasitas terpakai sebanyak 15,23 kg bungkil cokelat.
c. Kapasitas terpasang mesin ayak getar sebanyak 25 kg dan kapasitas
terpakai sebanyak 15,2 kg bubuk cokelat.

d. Kapasitas terpasang mesin pencampur sebanyak 25 kg dan


kapasitas terpakai sebanyak 9,229 kg bubuk halus yang sudah
dicampur susu dan gula.
3.2.2.Perencanaan Proses dan Fasilitas Produksi
Menurut Houghton (1985), mesin adalah alat yang mengandung
satu atau lebih bagian yang menggunakan energi untuk melakukan suatu
tindakan yang dimaksudkan, dan mesin biasanya didukung oleh mekanik,
kimia, termal, atau listrik berarti, dan sering bermotor. Menurut Alwi (1985)
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mesin adalah perkakas
untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yg dijalankan dengan roda,
digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan
bahan bakar minyak atau tenaga alam.
Mesin untuk pengolahan hulu kakao yaitu Mesin Pemecah dan
Pemisah Biji, Mesin Pengering (Dryer), dan Mesin Sortasi Meja Getar
(Mesin Ayak). Mesin untuk pengolahan produk setengah jadi yaitu
Steamer, Mesin Sangrai (Roaster), Mesin Pemisah Kulit dan Nib, dan
Mesin Pemasta. Mesin untuk membuat makanan cokelat adalah Mesin
Ballmill, Mesin Koncing, dan Mesin Pencetak. Sedangkan mesin dan
peralatan produksi untuk pembuatan bubuk cokelat yaitu Mesin Pengempa,
Grinder, Mesin Koncing, Mesin Ayak Bubuk, Mesing Sangrai, dan Mesin
Pencampur. Pengemasan menggunakan Mesin Pengemas. Spesifikasi
mesin-mesin tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Mesin Pemecah dan Pemisah Biji


Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao atau pod breaker
memiliki kapasitas 3000 kg buah/jam. Mesin ini bergerak menggunakan
motor bakar 5,5 PK. Mesin Pemecah buah dan pemisah biji dilengkapi
dengan ayakan pemisah kulit dan kakao. Ayakan terdiri dari tiga tingkat
dengan mesh yang berbeda-beda. Mesin ini memiliki panjang 3200 mm,
lebar 1300 mm dan tinggi 2050 mm.
b. Mesin Pengering (Dryer)
Pengeringan dilakukan secara mekanis menggunakan mesin
pengering mekanis atau dryer. Mesin pengering atau dryer berkapasitas
1500 kg/batch. Mesin ini bergerak menggunakan mesin diesel china6-7
PK. Panas yang diperoleh dari tungku kayu dan kipas.

c. Mesin Sortasi Meja Getar (Mesin Ayak)


Sortasi dilakukan menggunakan mesin sortasi atau grader.
Mesin sortasi terdiri dari tiga tingkat ayakan yang memiliki ukuran mesh
berbeda-beda. Setiap tingkat ayakan menghasilkan mutu yang berbedabeda pula.Mesin sortasi berkapasitas 1200 kg/jam. Mesin ini bergerak
menggunakan motor bakar.
d. Steamer
Kapasitas Steamer 30 kg/hari dengan suhu titik didih air 100oC.
Fungsinya untuk mengukus biji kakao dan mengurangi bakteri yang ada
pada biji kakao.
e. Mesin Sangrai (Roaster)
Alat yang digunakan dalam penyangraian adalah mesin sangrai
atau roaster. Mesin sangrai memiliki kapasitas 10 kg/batch. Mesin ini
bergerak menggunakan motor listrik HP 220 V.Sumber panas pada
mesin penyangrai diperoleh dari LPG atau kayu bakar. Mesin sangrai
dilengkapi dengan alat pendingin. Pendinginan dilakukan dengan
menggunakan kipas sentrifugal HP. Mesin penyangrai memiliki
panjang 1400 mm, lebar 755 mm dan tinggi 1965 mm.
f.

Mesin Pemisah Kulit dan Nib


Pemisahan kulit biji dilakukan menggunakan mesin pemecah biji
dan kulit kakao atau desheller. Mesin desheller bergerak menggunakan
motor listrik HP. Kapasitas mesin desheller adalah 25 kg/jam. Prinsip
kerja mesin desheller adalah menghancurkan biji kakao dengan rotary
cutter. Kulit yang bersifat rapuh akan hancur dan dihisap oleh alat
penghisap sedangkan nib yang bersifat ulet akan menjadi pecahanpecahan besar dan seragam yang kemudian akan jatuh kebawah. Mesin
desheller memiliki panjang 1050 mm, lebar 780 mm dan tinggi 1420
mm.

g. Mesin Pemasta
Pemastaan dilakukan menggunakan mesin pemasta kasar atau
screw type. Pemastaan ini disebut juga primary grinding (penghancuran
awal). Mesin ini berkapasitas 50 kg/jam dan alat penggeraknya
menggunakan motor listrik 3 HP. Prinsip kerja mesin ini menghancurkan
nib atau daging biji dengan menggunakan ulir. Pasta yang keluar dalam
bentuk cair karena lemak didalam biji meleleh. Lemak meleleh

dikarenakan gesekan biji dengan mesin. Lemak kakao akan meleleh


pada suhu 32C. Mesin pemasta ini memiliki panjang 1180 mm, lebar
830 mm dan tinggi 1400 mm.
h. Mesin Ballmill
Proses penghalusan dilakukan menggunakan mesin ball mill.
Mesin ini berkapasitas 25 kg/batch dan bergerak menggunakan mesin
listrik 2 HP. Sistem pemanas diperoleh dari elemen pemanas 2000 Watt
dengan media air. Didalam mesin dilengkapi dengan bola-bola besi yang
membantu menghaluskan bahan-bahan yang ada didalam mesin.
Penghalusan dilakukan selama 20-30 jam sampai ukuran partikel < 20
m.
i.

Mesin Koncing
Prinsip kerja Mesin Koncing yaitu silinder mesin berputar searah
berlawanan arah dengan arah jam secara horizontal diikuti dua roda
granit yang berputar menggilas adonan cokelat secara vertikal. Dari
mesin penghalusan pasta masih memiliki aroma asam yang tidak
diinginkan. Disini aroma diuapkan sehingga cokelat memiliki aroma
cokelat yang khas. Koncing juga dilakukan untuk menghomogenkan
semua bahan sampai susu, cokelat dan gula dapat diselimuti dengan
baik oleh lemak. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin
conching.

Mesin

ini

berkapasitas

15

kg/batch

dan

bergerak

menggunakan motor listrik 1 HP. Pemanas yang digunakan adalah


pemanas listrik 700 W.
j.

Mesin Pencetak
Pencetakan dilakukan menggunakan mesin pencetakan dengan
kapasitas 15 kg/batch. Mesin ini bergerak menggunakan motor listrik
HP. Tempat pencetak memiliki bentuk bermacam-macam. Ada pralin,
cokelat bar kecil, bar besar, trapesium kecil dan trapesium besar.

k. Mesin Pengempa
Pengempaan dilakukan menggunakan alat press lemak kakao
atau butter press. Mesin ini berkapasitas 5 kg/batch dan bergerak
menggunakan motor listrik 20 HP. Silinder pengempa terbuat dari bahan
stainless stell dengan tebal 20 mm. Pasta yang dikempa nantinya akan
menghasilkan lemak kakao dan bungkil. Prinsip kerjanya mesin
meremas pasta untuk memisahkan lemak kakao dan tuas harus ditarik

dalam beberapa menit untuk mambantu peremasan mesin. Hingga


lemak kakao habis dari pasta sehingga menghasilkan bungkil kakao.
l.

Grinder
Mesin ini berkapasitas 25 kg/jam. Didalam mesin grinder
dilengkapi dengan pendingin untuk menjaga suhu bubuk tetap dingin.
Karena apabila terlalu panas bubuk akan menggumpal dan tidak bisa
dihancurkan atau digrinding. Didalam mesin grinder terdapat dua ruang
yang memiliki suhu yang berbeda. Ruang pertama adalah ruang umpan
dengan suhu 26C. Ruang kedua adalah ruang pendingin dengan suhu
10-12C. Mesin ini memiliki panjang 104 cm, lebar 84 cm dan tinggi 150
cm.

m. Mesin Koncing
Mesin conching ini untuk pembuatan minuman bubuk cokelat 3 in
1 yang berkapasitas 40 kg/jam. Tetapi dalam prosesnya tidak bisa
langsung 40 kg karena akan membuat kehalusannya tidak merata.
Sehingga dalam sekali proses hanya 2 kg selama 3 menit. Mesin
penghalus ini bergerak menggunakan motor listrik HP. Mesin ini
dilengkapi silinder penghalus yang terbuat dari bahan pelat SS dengan
tebal 3 mm. Panjang mesin ini adalah 860 mm, panjangnya 710 mm,
dan tingginya 1090 mm.
n. Mesin Ayak Bubuk
Mesin ayakan ini berkapasitas 2 kg/batch dengan waktu
pengayakan 1 jam. Mesin ini bergerak menggunakan motor listrik 1 HP.
Dimensi mesin ayakan adalah panjang 1220 mm, 1020 mm dan tinggi
870 mm. Ayakan terdiri dari dua tingkat.Bubuk yang lolos ayakan ini
yang nanti siap dijual atau digunakan untuk minuman 3 in 1. Sedangkan
yang tertinggal diatas ayakan 120 mesh akan dihaluskan kembali.
o. Mesin Pencampur
Pencampuran

dilakukan

dengan

menggunakan

mesin

pencampuran. Didalam mesin bubuk yang sudah disangrai dicampur


dengan gula, susu full cream dan creamer. Mesin pencampuran
berkapasitas 10 kg/batch. Setiap sekali proses waktunya 20 menit.
Mesin ini bergerak menggunakan motor listrik 3 HP. Mesin pencampur
memiliki panjang 750 mm, lebar 940 mm dan tinggi 1230 mm.
p. Mesin Pengemas

Pengemasan bubuk cokelat menggunakan pengemas otomatis


atau packing roll. Kapasitas mesin packing roll 40-100 pack/menit.
Mesin ini bergerak menggunakan motor listrik 1 HP. Bahan yang akan
dikemas dengan mesin ini harus dalam keadaan kering. Dimensi mesin
pengemas ini yaitu panjang 630 mm, lebar 850 mm dan tinggi 1750 mm.
Menurut Nurhayadi (2006), peralatan adalah pesawat mekanik atau
pesawat sederhana yang memiliki susunan dan mekanisme yang
sederhana dan digunakan secara manual untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Peralatan untuk pengolahan hulu kakao yaitu Peti Fermentasi.
Peralatan untuk pengolahan produk setengah jadi yaitu Silo. Peralatan
untuk membuat makanan cokelat adalah Almari Es dan Etalase (Almari).
Peralatan untuk pembuatan bubuk cokelat yaitu Alat Pemecah dan Box.
Sedangkan peralatan untuk pengemasan menggunakan Sealer. Spesifikasi
peralatan-peralatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Peti Fermentasi
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan peti fermentasi.
Kapasitas peti fermentasi adalah 40-50 kg/batch dengan ukuran panjang
40 cm, lebar 40 cm dan tinggi 50 cm.
b. Silo
Selain disimpan didalam gudang biji kakao juga disimpan
didalam silo. Silo merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum
biji tersebut diolah. Kapasitas penyimpanan 500 kg biji kakao.
c. Almari Es
Almari es berfungsi untuk memadatkan cokelat dan mencegah
serta mematikan bakteri serta membuat cokelat lebih tahan lama
dengan suhu 10-15oC selama 7 hari.
d. Etalase (Almari)
Etalase berfungsi untuk proses tempering dengan suhu 16-20 oC
sebelum dikemas untuk memadatkan cokelat dalam cetakan.
e. Alat Pemecah
Pemecahan bungkil dilakukan secara manual menggunakan alat
pemecah bungkil. Prinsip kerja alat ini seperti hummer, yaitu
memecahkan bungkil menjadi pecahan-pecahan besar.
f.

Box

Bubuk yang sudah halus dapat langsung dijual. Tetapi di


Puslitkoka bubuk dikembangkan lagi menjadi minuman 3 in 1. Untuk
menjadi minuman 3 in 1 bubuk dialkalisasi manual didalam box dengan
menambahkan soda, vanili, gula dan maizena.
g. Sealer
Pengemasan seal dilakukan dengan menggunakan sealer
dengan suhu 60

C untuk dapat merekatkan. Prinsip kerjanya

alumunium foil kemudian diseal dengan mesin diantara dua penjepit


hingga lampu merah mati secara otomatis yang menyatakan sudah
diseal.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka.
Jakarta
Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi Edisi Ketujuh. Salemba
Empat. Jakarta
Houghton, Mifflin dkk. 1985. The American Heritage Dictionary. Hills. USA
Kotler, P. 1989. Manajemen Pemasaran: Kunci/Penyelesaian Soal Soal.
Erlangga. Jakarta
Nurhayadi, Yadi dkk. 2006. Fisika SMP Kelas VIII. Penerbit Grasindo. Jakarta
Rauf, Muhiddin dkk. 2012. Jurnal Analisa Kapasitas Terpasang dan Terpakai
Mesin SMAW Berdasarkan Permintaan Pekerjaan Reparasi Kapal.
https://www.jurnal.reportstory.uhs.ac.id/analisa-kapasitas-terpasang-danterpakai-mesin-smaw-berdasarkan-permintaan-pekerjaan-reparasi-kapal.
html. Diakses pada tanggal 12 April 2016 pukul 20:09 wib
Suparjati, dkk. 2000. Tata Usaha dan Kearsipan. Kanisius. Yogyakarta
Sunyoto, D. 2012. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran: Konsep, Strategi, dan
Kasus. CAPS. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai