S1 2015 267553 Introduction
S1 2015 267553 Introduction
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, saat ini mengalami pertumbuhan di
berbagai sektor salah satunya sektor ekonomi. Pertumbuhan yang terjadi pada
sektor ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan kawasan perkotaan khususnya kota
metropolitan dan kota-kota besar. Kota metropolitan dan kota-kota besar
mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional sebagai sumber
dan pusat pertumbuhan perekonomian. Di Indonesia pada tahun 2007 kontribusi
kota metropolitan pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 23.2%
sedangkan kota-kota besar sebesar 8.8% dan kota-kota menengah sebesar 7.6%
(BKPRN, 2012). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berdampak pada pesatnya
pertumbuhan kawasan perkotaan yang terlihat dari meningkatnya pembangunan
serta urbanisasi. Pertumbuhan kota yang begitu cepat dapat menimbulkan
permasalahan perkotaan baik permasalahan lingkungan maupun permasalahan
sosial.
Permasalahan lingkungan yang umumnya terjadi di kawasan perkotaan
adalah terjadinya berbagai pencemaran, perubahan fisik lahan perkotaan dan
penurunan kualitas lingkungan hidup. Indonesia merupakan negara ketiga
penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, terutama pada kawasan
perkotaan yang merupakan sumber penghasil emisi gas rumah kaca tertinggi hasil
dari penggunaan bahan bakar fosil untuk keperluan listrik, industri, rumah tangga,
transportasi, perdagangan dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat kawasan
perkotaan sangat rentan terhadap dampak pemanasan global serta perubahan iklim
(BKPRN, 2012).
Selain permasalahan lingkungan, pertumbuhan kawasan perkotaan juga
berakibat pada timbulnya berbagai permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang
terjadi di kawasan perkotaan adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk,
terjadinya kesenjangan sosial, dan peningkatan jumlah pengangguran. Ketiga
mendukung terwujudnya kota hijau. Peta dapat digunakan sebagai media untuk
menganalisis fenomena fenomena keruangan di Kota Yogyakarta yang
berpotensi untuk mendukung perwujudan Kota Yogyakarta sebagai kota hijau.
Peta memiliki peran penting dan strategis sebagai media penyajian
fenomena spasial atau keruangan yang juga merupakan sarana untuk memahami
potensi suatu wilayah (Handoyo, 2009). Selain memahami potensi wilayah, peta
juga dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap
permasalahan keruangan yang berhubungan dengan lingkungan, ekonomi, sosial
dan budaya. Fungsi peta menurut Sukwardjono et al (1997) yaitu sebagai alat
untuk menganalisa kenampakan permukaan bumi dan juga alat yang digunakan
dalam melakukan perencanaan suatu wilayah. Dengan melakukan pemetaan
terhadap atribut-atribut kota hijau yang ada di Kota Yogyakarta, dapat dilakukan
analisis mengenai sebaran atribut kota hijau yang ada di Kota Yogyakarta.
1.2
Perumusan Masalah
Perkembangan kawasan perkotaan yang pesat dapat berdampak terhadap
terutama berupa peta yang menampilkan atribut-atribut kota hijau. Hal tersebut
menunjukan perlunya dibuat peta-peta yang menampilkan informasi spasial
tentang atribut-atribut kota hijau yang ada di Kota Yogyakarta. Selain itu, peta
yang akan dihasilkan dalam penelitian ini juga akan digunakan untuk
menganalisis pola sebaran atribut-atribut kota hijau. Analisis terhadap pola
persebaran atribut-atribut kota hijau dilakukan untuk mengetahui bagaimana
persebaran spasial atribut-atribut kota hijau di Kota Yogyakarta yang dapat
digunakan dalam pengembangan konsep kota hijau di Kota Yogyakarta
kedepannya.
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka timbul pertanyaan
penelitian yaitu :
1. Bagaimana menyajikan informasi tentang atribut-atribut kota hijau di
Kota Yogyakarta dalam bentuk peta sesuai dengan kaidah kartografis
yang berlaku?
2. Bagaimana pola persebaran spasial atribut-atribut kota hijau di Kota
Yogyakarta?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Menyajikan informasi mengenai atribut-atribut kota hijau di Kota
Yogyakarta kedalam bentuk peta sesuai dengan kaidah kartografis.
2. Mengetahui pola sebaran spasial atribut-atribut kota hijau di Kota
Yogyakarta melalui analisis peta-peta yang dihasilkan.
1.4
mengenai
Pemetaan
atribut-atribut
kota
hijau
Kota
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1
Kartografi
navigasi
baik
dalam
berlayar
maupun
berburu.
Seiring
perkembangannya, saat ini kegunaan peta tidak hanya sebatas sebagai alat
navigasi namun banyak digunakan untuk berbagai kepentingan oleh banyak
disiplin ilmu. Banyak ilmuan yang sepakat bahwa peta merupakan alat bantu yang
tidak dapat ditinggalkan dan sangat penting digunakan terutama dalam kegiatan
penelitian dan perencanaan yang berhubungan dengan ilmu keteknikan dan ilmu
dasar.
1.5.1.4 Fungsi Peta
Beberapa contoh yang dapat disebutkan sebagai fungsi peta menurut
Sukwardjono et.al (1997) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa fungsi peta dalam kegiatan perencanaan antara lain :
1. Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang
karakteristik suatu wilayah.
2. Sebagai alat dalam menganalisis untuk mendapatkan kesimpulan dari
permasalahan suatu wilayah
3. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan dari suatu
peneliatian yang dilakukan.
4. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang akan diajukan.
10
Nilai
Tekstur
Warna
Orientasi
Bentuk
Variabel visual yang ada pada tabel 1.1 tersebut digambarkan sesuai
dengan karakter tiap variable dalam memvisualisasikan sebuah simbol yang
digunakan dalam sebuah peta. Keenam variable visual tersebut dapat digambarkan
seperti pada gambar 1.3
Keterangan :
Sh : Shape (bentuk)
Si : Size (ukuran)
V : Value (nilai)
T : Teksture (teksur)
C : Color (warna)
Or : Orientation (orientasi)
11
seperti grid, pola aliran, relief, jalan, batas administrasi serta nama-nama geografi.
Dalam penyusunan sebuah peta dasar diperlukan sebagai kerangka untuk
penempatan unsur-unsur ataupun obyek yang dipetakan. Unsur-unsur tersebut
tidak ditampilkan seluruhnya, namun unsur-unsur yang terkait dengan tema
pemetaan yang dilakukan saja yang ditampilkan. Peta dasar sendiri merupakan
peta yang dapat diturunkan dari peta topografi, peta dunia, dan peta dunia lainnya
dengan berbagai variasi skala yang berbeda (Sukwardjono et.al, 1997).
2.
Desain Simbol
Sebagai media komunikasi grafis, peta memberikan informasi berupa
gambar atau simbol. Hal tersebut membuat peta mempunyai peran yang sangat
penting dalam sistem komunikasi kartografis. Dalam peta-peta tematik simbol
merupakan informasi utama dalam menunjukan informasi yang ada dalam sebuah
peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan sebagai suatu gambar atau tanda
yang mempunyai makna atau arti. (Sukwardjono et.al, 1997).
Menurut bentuknya simbol dikelompokan menjadi simbol titik, simbol garis
dan simbol bidang atau area. Sedangkan menurut wujudnya, simbol dibedakan
atas simbol geometri, huruf atau angka dan simbol piktorial.. Simbol huruf pada
sebuah peta berupa huruf yang menjadi huruf awal pada kata obyek yang
dipetakan. Bentuk dan wujud simbol merupakan komponen yang penting dalam
sebuah peta, hubungan kedua komponen ini dapat dilihat pada tabel 1.2
12
Simbol
Wujud
Bentuk
Titik
Piktorial
Taman Publik
Parkir Sepeda
Perpustakaan
Umum
Geometri
Huruf/Angka
Taman Publik
Parkir Sepeda
Perpustakaan Umum
T : Taman Publik
Ps : Parkir Sepeda
Pu : Perpusatakaan Umum
Jalur Sepeda
Area
Jalur Kereta
Jalur Sepeda
Jalur Sepeda
Permukiman
Permukiman
Sawah
Sawah
Kebun
Kebun
P=
Permukiman
S = Sawah
K= Kebun
3. Desain Layout
Layout atau tata letak peta merupakan proses dimana dilakukan penempatan
informasi-informasi tentang peta yang dibuat. Menurut Sukwardjono (1997), pada
umumnya informasi-informasi tentang sebuah peta ditempatkan dalam informasi
tepi yang mencakup berbagai informasi penting tentang sebuah peta, misalnya :
13
1. Judul peta
2. Skala peta
3. Legenda
4. Gratikul (bujur dan lintang)
5. Sumber data
6. Informasi penting lainnya.
Penentuan tata letak pada suatu peta harus mempertimbangkan
perasaan pembaca peta dan juga unsur keindahan pada peta yang didesain.
Penentuan tata letak peta menentukan menarik tidaknya sebuah peta.
Komposisi atau tata letak sebuah peta yang baik adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Judul peta tematik
5. Inset
6. Pembuat peta
3. Orientas
7. Sumber Data
4. Legenda
14
1.5.2
Kota Hijau
15
Gambar 1.5 Contoh Kota Dengan Konsep Kota Hijau, Vancouver, Canada. (Greenest City 2020
Action Plan, Vancouver.)
1.
2.
dalam pengembangan kota hijau, yaitu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
ruang terbuka hijau (RTH) sesuai dengan karakteristik kabupaten/kota dengan
target 30% dari luas kota. Peningkatan ruang terbuka hijau ini dibutuhkan untuk
membuat daerah perkotaan menjadi lingkungan yang lebih nyaman untuk
16
Gambar 1.6 Contoh Ruang Terbuka Hijau yang digunakan sebagai berkumpulnya warga kota
(Green Space, 2004)
Gambar 1.7 Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan (Dokumen P2KH, 2012)
17
3.
Green Community
Green community atau komunitas hijau merupakan kelompok masyarakat
perkotaan
juga
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
menjaga
4.
Green Waste
Green waste adalah bagian vegetatif dari aliran limbah yang timbul dari
berbagai sumber baik limbah domestik maupun limbah komersil serta limbah
yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan di kawasan perkotaan (EPA, 2009).
Pengertian lainnya tentang green waste menurut United Nation (2011) yaitu suatu
metode pengolahan sampah yang mengacuh pada pengolahan sampah yang
dilakukan dengan tidak menggunakan energi yang dapat merusak lingkungan, dan
lebih mengutamakan pencegahan terhadap produksi sampah serta limbah buangan
baik dari sektor rumah tangga maupun industri. Salah satu konsep pengolahan
sampah yang saat ini banyak digunakan adalah konsep 3R yaitu reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recyle (mengdaur ulang).
5.
Green Transportation
Green
transporatation
atau transportasi
18
Gambar 1.8 Jalur sepeda dan rambu-rambu untuk pesepeda di Kota Vancouver, Canada (Greenest
City 2020 Action Plan, Vancouver.)
Transportasi
berkelanjutan
merupakan
transportasi
yang
tidak
6.
Green Water
Menurut Ernawi (dalam Buletin Tata Ruang, 2012), green water sebagai
atribut kota hijau merupakan upaya dalam peningkatan kualitas air dengan
menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff. Selain itu, hal yang penting
19
dalam penerapan konsep green water adalah pengolahan sumberdaaya air dan
efisiensi penggunaan air.
Pada gambar 1.9 menerangkan bahwa green water mengacu pada air hujan
yang tersimpan di dalam tanah atau pada vegetasi, yang tidak dapat dialihkan
kepenggunaan yang berbeda sedangkan blue water adalah permukaan dan air
tanah, yang dapat disimpan dan dialihkan untuk tujuan tertentu Berdasarkan
gambar diatas, kebutuhan air di perkotaan dan sektor industri hanya sebesar 0.1 %
yang bersumber dari sungai, danau, lahan basah, dan air tanah. Kebutuhan air
bersih di berbagai daerah di Indonesia umumnya didominasi oleh sektor pertanian,
namun seiring berkembangnya sektor industri serta kawasan perumahan, air
bersih lebih banyak dikonsumsi oleh kedua sektor tersebut. Hal tersebut
menyebabkan sering terjadi krisis air bersih di musim kemarau. Sebagai salah satu
atribut kota hijau, ada 3 indikator penting dalam pengembangan konsep Green
water, yaitu kualitas, kuantitas, serta kontinuitas (Kementrian Pekerjaan Umum,
2011).
7.
Green Energy
Pengertian green energy menurut Ernawi (2012, dalam Buletin Tata Ruang,
20
Kebutuhan energi dalam negeri sampai saat ini masih bersumber pada
sumber energi minyak bumi. Minyak bumi sebagai sumber utama energi di
Indonesia, tidak hanya digunakan untuk berbagai keperluan dalam negeri tetapi
juga diekspor keluar negeri sebagai penghasil penerimaan dan devisa negara, hal
tersebut tentu saja membuat ketersediaan sumber energi di Indonesia akan
semakin berkurang dimasa mendatang. baik terhadap limbah dari penggunaan
energi untuk berbagai keperluan tersebut. Trend kebutuhan energi dalam
Indonesia Energy Outlook (2010) menunjukan kebutuhan akan energi di massa
mendatangan akan didominasi oleh sector industri, transportasi serta rumah
tangga. Kawasan perkotaan sebagai konsumen energi terbesar merupakan
kawasan yang juga rentan terhadap dampak konsumsi energi secara berlebihan.
8.
Green Building
Green building sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
21
Gambar 1.11 Rumah dengan roof garden dan green wall (makassarberkebun.org)
22
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sholekha
bertujuan
untuk
mendeskripsikan konsep perencanaan pada ketiga kota yang dikaji dan melakukan
perbandingan terhadap ketiga kota tersebut dengan menggunakan metode
penelitian content analysis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sholekha yaitu
deskripsi konsep green city planning pada kota-kota yang menjadi kajian pada
penelitian yang dilakukan yaitu, (Jerman) Curitibi (Brazil) dan Malmo (Swedia).
Penelitian lainnya yang mengakaji tentang kota hijau yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ekaputra dan Sudarwani pada tahun 2013 dengan judul Implikasi
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Terhadap Pemenuhan Luasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan yang dilakukan di kota Semarang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji seberapa besar pencapaian program pengembangan kota
hijau yang dirintis oleh pemerintah dalam memenuhi luasan RTH di Kota
23
Semarang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
pada objek kajian yaitu mengenai kota hijau, namun penelitian yang dilakukan
Ekaputra dan Sudarwani hanya menganalisis salah satu atribut kota hijau.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ekaputra dan Sudarwani yaitu pada tujuan peneliitian, metode yang
digunakan, dan hasil penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ekaputra dan Sudarwani yaitu metode rasionalistrik. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ekaputra dan Sudarwani yaitu analisis terhadap
luasan Ruang Terbukan Hijau (RTH) serta analisis implikasi P2KH terhadap
luasan RTH
Bakhtiar Arif Mujianto (2013) melakukan pemetaan ruang publik di Kota
Yogyakarta dengan menggunakan Citra Quickbird yang disajikan dalam bentuk
webgis. Mujianto melakukan integrasi antara teknik penginderaan jauh dalam
perolehan data dan sistem informasi geografis dalam pengolahan data. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah objek
yang diteliti. Objek penelitian Mujianto yaitu ruang publik, yang dalam terdiri
dari beberapa tipe yang beberapa diantaranya merupakan indikator yang
digunakan dalam melakukan pemetaan atribut-atribut kota hijau. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan
Mujianto yaitu terletak pada sumber data, tujuan penelitian dan metode yang
digunakan. Sumber data yang digunakan Mujianto yaitu Citra Quickbird, dan
tujuan dari penelitian ini yaitu memetakan ruang publik yang ada di Kota
Yogyakarta, sedangkan metode yang digunakan yaitu interpretasi citra , klasifikasi
data, pembuatan sistem basisdata dan pembuatan sistem informasi.
Nurwinda Latifah H (2013) melakukan pemetaan tentang sebaran penyakit
menular yaitu Penyakit BDB, TB Paru+, Diare, dan Pneumonia yang ada di Kota
Semarang. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan oleh Latifah, yaitu terletak pada cara penggambaran peta dengan
menggunakan data sekunder yang dilakukan sesuai dengan kaidah kartografis
dengan memperhatikan karakteristik data yang digunakan. Perbedaann penelitian
yang dilakukan peneliti dengan penelitian Latifah terletak pada sumber data serta
24
25
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Banda Miratu
Keragaman Penerapan
Sholekha (2012)
Keberlanjutan Lingkungan
Persamaan serta
perbandingan penerapan
yang dilakukan.
objek kajian
2
Yohanes Dicky
Implikasi Program
Ekaputra, Margareth
Maria Sudarwani
(P2KH) Terhadap
perkotaan.
(2013)
metode rasionalistik.
Perkotaan.
26
NO
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Bakhtiar Arif
Penyusunan Sistem
Mujianto (2013)
Memanfaatkan
berbasis webgis.
Nurwinda Latifah H
(2013)
dan Pneumonia)
Lingkungan di Kota
Kerentanan Penyakit
Jamilah Ulfayanti
Pemetaan Atribut-Atribut
Siladja (2013)
Yogyakarta
Yogyakarta.
27
Kota Yogyakarta.
28
1.7
Kerangka Pemikiran
Pembangunan yang dilakukan di kawasan perkotaan merupakan dampak dari
pertumbuhan ekonomi yang ada, seperti halnya kota-kota besar di Indonesia lainnya,
berbagai pembangunan juga terjadi di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta sebagai kota
pelajar dan salah satu tujuan wisata di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat,
terutama pembangunan fasilitas pendukung sektor wisata seperti hotel dan pusat
perbelanjaaan. Perkembangan kota yang pesat tentu akan berdampak pada timbulnya
permasalahan perkotaan. Permasalahan perkotaan yang terjadi akibat pesatnya
pembangunan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan maupun sosial kawasan
perkotaan.
Permasalahan sosial yang sering terjadi di kawasan perkotaan adalah
meningkatnya jumlah penduduk, penggangguran serta terjadinya kesenjangan sosial,
sedangkan permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan perkotaan adalah
penurunan kualitas lingkungan hidup yang umumnya terjadi akibat pencemaran yang
terjadi di kawasan perkotaan. Selain permasalahan lingkungan yang timbul akibat
pembangunan, dampak pemanasan global juga berpengaruh pada lingkungan kawasan
perkotaan. Kawasan perkotaan sebagai pusat berbagai kegiatan perekonomian menjadi
penyumbang terbesar emisi gas serta polusi tertinggi. Tingginya polusi yang terjadi di
kawasan perkotaan salah satunya disebabkan oleh tingginya jumlah kendaraan bermotor
yang menjadi sumber polusi baik polusi udara maupun polusi suara. Selain kendaraan
bermotor, industri juga merupakan salah satu penyebab terjadinya polusi di kawasan
pekotaan
Permasalahan kota yang terjadi akibat faktor lingkungan yaitu, akibat dari
pembangunan di kawasan perkotaan yang merusak lingkungan seperti, pembangunan
berbagai gedung yang dibangun tanpa memperhatikan pembangunan terhadap
lingkungan sekitar. Selain permasalahan lingkungan yang ditimbulkan akibat
pembangunan, permasalahan perkotaan lainnya yaitu adanya dampak pemanasan global
yang sangat berpengaruh pada kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan sebagai pusat
berbagai kegiatan perekonomian menjadi penyumbang terbesar emisi gas serta polusi
tertinggi. Tingginya polusi yang terjadi di kawasan perkotaan salah satunya disebabkan
oleh tingginya jumlah kendaraan bermotor yang menjadi sumber polusi baik polusi
29
udara maupun polusi suara. Selain kendaraan bermotor, industri juga merupakan salah
satu penyebab terjadinya polusi di kawasan pekotaan.
Berbagai permasalahan perkotaan tersebut merupakan hal yang terjadi apabila
pembangunan sebuah kawasan perkotaan tidak dilakukan dengan perencanaan yang
baik dan memperhatikan faktor keberlangsungan lingkungan Salah satu konsep yang
saat ini banyak digunakan dalam pembangunan kawasan perkotaan di berbagai kota di
dunia adalah konsep pengembangan kota hijau, yang merupakan konsep pembangunan
kota yang ramah lingkungan serta berkelanjutan. Pembangunan kawasan perkotaan
dengan konsep kota hijau ini mempunyai delapan atribut yaitu green planning and
design, green community, green openspace, green waste, green water, green
transportation, green energy, dan green building. Atribut-atribut tersebut menjadi unsur
penting dalam terciptanya sebuah kota hijau atau kota yang ramah lingkungan.
Peta sebagai salah satu media untuk menampilkan infomasi spasial, dapat
digunakan untuk menampilkan informasi-infomasi atribut-atribut kota hijau. Selain
sebagai media untuk menampilkan informasi spasial, peta juga dapat digunakan untuk
menganalisis berbagai permasalahan perkotaan dapat digunakan untuk menganalisis
potensi Kota Yogyakarta untuk berkembang sebagai kota yang ramah lingkungan serta
berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan untuk memetakan sebaran atribut-atribut kota hijau yang
ada di Kota Yogykarta dengan sumber data berupa data primer dan sekunder yang
menampilkan sebaran atribut-atribut kota hjau yang ada di Kota Yogyakarta. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penggambaran peta dalam penelitian
ini yaitu penggambaran peta secara grafis sesuai dengan kaidah kartografis dengan
memperhatikan karakteristik data yang dimiliki yaitu tipe data, ukuran data, sifat data,
variabel visual, bentuk variabel, dan persepsi visual. Selain itu, untuk analisis peta
dilakukan dengan menggunakan metode analisis pola spasial
tetangga terdekat
30
Data Sekunder
Data Primer
1.8
31
32
33