Anda di halaman 1dari 2

Prosedur Pengukuran Tingkat

Kebisingan
Filed under KESEHATAN LINGKUNGAN
0

Metode dan Standard Pengukuran Tingkat Kebisingan


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan dan menteri Tenaga
Kerja
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara kita lebih kuat
daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh.
Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat
logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika
bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.
Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi
lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka
perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat:
Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan)
Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis
dampak paparan pada pekerja.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter,
octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound
level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi.

Sound Level Meter (SLM)


Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan
sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.
Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan
yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacammacam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah
maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi
perbedaan respon manusia.

Octave Band Analyzer (OBA)


Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda,
maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk
kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA.
Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf,
dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 75, 75-150, 300-600,6001200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 Hz.
Standar Tingkat Kebisingan di Indonesia
Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan tersebut dapat diterima
oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak.
1.

Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas
kebisingan. lihat Tabel 2.3 untuk lebih jelas.
2.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.SE 01/MEN/1978
Nilai Ambang Batas yang disingkat NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang tetap untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu NAB untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A).
Nilai Ambang Kebisingan menggunakan acuan Keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor : KEP51/MEN/1999

Standard Kebisingan Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan
Pembagian Zona Bising Oleh Menteri Kesehatan
1.
Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dsb;
2.
Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya;
3.
Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya;
4.
Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
Sedangkan Kriteria Kebisingan menurut Formula ACGIH dan NIOSH. Formula ini, dengan menggunakan
rumus tertentu, dipakai untuk menghitung waktu maksimum yang diperkenankan bagi seorang pekerja
untuk berada dalam tempat kerja dengan tingkat kebisingan tidak aman.

Anda mungkin juga menyukai