Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PERNAPASAN

KERACUNAN GAS

Oleh
KELOMPOK 19
1. DIONISIA R.W.DJAWA
2. MARATUS SOLIKHA
3. NOUR VIANA APRILIA
4. WIWIN PRATIWI

PROGRAM B ANGKATAN X11


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema
Keracunan Gas yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang dari
waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidakalah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Pernapasan serta
merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis terhadap tugas yang
diberikan.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis sadar
bahwa penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan sehingga saran dan konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam
upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswamahasiswi Universitas Airlangga.
Surabaya, Desember
Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3
A. Tinjauan Teori .................................................................................... 3
1. Karbon Monoksida (CO) .............................................................. 3
2. Karbon Dioksida (CO2) ................................................................ 4
3. Gas Khlor ...................................................................................... 4
4. Hidrogen Sianida .......................................................................... 5
5. Hidrogen Sulfida (HS) dan Karbon Disulfida .............................. 5
6. Sulfur Dioksida ............................................................................. 6
7. Gas Metan ..................................................................................... 7
8. Gas Butan dan Propan ................................................................... 7
9. Gas Nitrogen dan Nitrogen Dioksida ............................................ 7
Web Of Caution (WOC) ................................................................... 9
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................. 11
1. Pengkajian ..................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 11
3. Perencanaan .................................................................................. 12
BAB III Asuhan Keperawatan Pada Ny P ....................................................... 16
1. Pengkajian ............................................................................................... 16
2. Analisa Data ............................................................................................ 17
3. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 18
4. Perencanaan ............................................................................................ 18

iii

5. Implementasi ........................................................................................... 19
6. Evaluasi ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iv

BA.B I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keracunan pada dasarnya harus dianggap sebagai satu kecemasan. Tanggapan
sedemikian perlu dibuat pada peringkat awal untuk

memastikan kesehatan-

kesehatan ini tidak dipandang ringan dan rawatan yang sesuai dapat diberikan
segera. Ini penting kerana keracunan boleh membawa kecelakaan dan berakhir
dengan maut pada mangsanya. Walaupun tanggapan sedemikian dibuat, analisa
kesehatan-kesehatan keracunan yang pernah dilaporkan menunjukkan bahawa
kebanyakan kesehatan tidak mengakibatkan kematian. Malahan, lebih kurang 3/4
dari kesehatan-kesehatan keracunan didapati tidak membahayakan dengan sedikit
saja gejala yang ditunjukkan. Dalam hal ini, penderita tidak harus dikenakan
tindakan rawatan yang serius sehingga boleh mengakibatkan komplikasi.
Pengetahuan tentang bahaya sesuatu bahan racun merupakan aspek yang
penting dalam perawatan kesehatan keracunan. Pengetahuan dapat mengurangi
tekanan psikologi yang dialami oleh penderita. Kendaraan bermotor (mobil)
adalah penyebab utama terjadinya keracunan gas karbon monoksida. Karbon
monoksida (CO) merupakan racun yang tertua dalam sejarah manusia. Sumber
terpenting gas CO adalah asap kendaraan bermotor, alat pemanas berbahan bakar
gas, lemari es gas, kompor gas, dan cerobong asap.Tahun 2008 di Amerika
Serikat, CO merupakan gas urutan pertama yang paling banyak menyebabkan
kematian. Sayers melaporkan bahwa dari 400.000 orang pekerja yang diteliti,
26.000 di antaranya diduga terpapar gas CO dalam dosis yang berbahaya.
Bahan-bahan yang membahayakan terdiri dari

bahan-bahan rumah yang

didapati tidak toksik. Kesehatan keracunan yang dilaporkan di negara ini yang
membahayakan seperti minyak angin yang mengandungi silisilat dan racun
makhluk perusak seperti paraquat dianggap berbahaya. Keracunan yang
membahayakan golongan tua biasanya dialami serius dan penderita akan
mengalami komplikasi serta maut. Dalam kebanyakan kesehatan, ia disebabkan

2
oleh obat-obatan yang digunakan untuk merawat penderita seperti obat penyakit
jantung, darah tinggi dan kencing manis. Keracunan berlaku apabila dosis obatobatan diambil secara berlebihan. Keadaan ini berlaku kerana kebanyakan bahan
yang dijual termasuk obat-obatan tidak mencatatkan kandungannya.
Oleh karena itu, langkah awal tertumpu kepada pengenalan pengetahuan
dan penilaian resiko. Ini mungkin dapat dilakukan dengan mudah jika kejadian
berlaku di depan kita. Apabila berhadapan dengan kejadian keracunan,
pendekatan yang boleh diambil termasuklah memberikan bantuan sokongan untuk
menstabilkan keadaan penderita. Kemudian mengeluarkan racun dari perut dan
usus atau bagian lain seperti kulit dan mata. Memberi penawar jika
ada,menyingkirkan bahan beracun yang telah diserap dari tubuh penderita.
Tindakan segera perlu dilakukan dalam menangani keracunan pada penderita
tergantung pada keluhannya.
1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui konsep tentang keracunan gas
1.2.2 Tujuan Khusus
1.

Mengetahui tentang macam-macam keracunan


gas

2.

Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada


pasien keracunan gas (pengkajian fokus dan diagnosa keperawatan)

1.3 Manfaat
Mahasiswa mengetahui konsep keracunan gas dan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien keracunan gas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Tinjauan Teori
Keracunan pada system pernafasan banyak disebabkan oleh bahan kimia
industri dan polusi udara.
1.

Karbon Monoksida (CO)


Gas CO dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari bahanbahan yang mengandung karbon dari mesin dan kendaraan bermotor dan
merupakan emisi dari alat seperti pembakar sate.
Absorpsi gas CO dan gejala klinis yang timbul tergantung pada kadar gas
dalam udara yang dihirup, jangka waktu menghirup, dan kegiatan yang
dilakukan. Jika kadar CO 100 ppm dan dihirup dalam waktu 8 jam mungkin
belum timbul gejala keracunan. Kadar CO 500 ppm yang dihirup oleh
seseorang yang bekerja ringan dalam waktu 1 jam masih belum menunjukkan
gejala keracunan atau hanya menyebabkan sakit kepala dan nafas pendek.
Sedang jika CO lebh dari 1000 ppm akan menyebabkan tidak sadar, gagal
nafas, dan kematian jika dihirup lebih dari 1 jam.
Tanda dan Gejala:
1) Sakit kepala
2) Badan lemas
3) Penglihatan kabur
4) Mual
5) Muntah
6) Bahkan koma dan syok
Tindakan pencegahan :
1.
Kadar CO dalam udara sekeliling harus dibawah batas paparan
yang telah ditentukan antara lain dengan ventilasi ruangan yang memadai.
2.
Semua alat dengan proses pembakaran herus terkena udara
ditempat terbuka.
Antidotnya adalah pemberian oksigen.
Tindakan penanggulangan :
Tindakan gawat darurat :
a)
Untuk menghindari kontak selanjutnya, penderita harus
segera dipindahkan.
b)
Beri oksigen 100% dengan masker, sampai kadar
karboksihemoglobin tidak membahayakan. Kadar karboksihemoglobin
akan berkurang ampai 50% dalam waktu 1-2 jam. Jika kadar
karboksihemoglobin dalam darah lebih dari 20%, perlu terapi oksigen
hiperbarik.

c)

Jika terjadi depresi pernafasan, berikan pernafasan4


bantuan dengan oksigen 100% sampai normal.
Tindakan umum :
a.
Usahakan suhu badan normal.
b.
Perhatikan
tekanan darah penderita.
3
c.
Untuk mengurangi edema serebral, berikan
manitol 1g/kg BB sebagai larutan 20% secara IV dalam waktu lebih dari
20 menit.
d.
Jika terjadi radang paru karena infeksi
bakteri, berikan obat kemoterapi yang spesifik.
e.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadi
komlikasi neurologik yang timbul, perlu istirahat ditempat tidur 2-4
minggu.
f.
Atasi konvulsi atau hiperaktivitas yang
terjadi dengan diberi diazepam 0.1mg/kg BB secara IV pelan-pelan.
2.

Karbon Dioksida (CO2)


Gas ini digunakan dalam minuman ringan, sebagai antiseptika pada
pembuatan Bir, sebagai es kering, terdapat dalam lorong-lorong pertambangan
dibawah tanah, konstruksi bawah air, dan campuran yang mengandung 5-7%
CO2 dan 93-95% oksigen dalam bidang kedokteran yang digunakan untuk
merangsang pernafasan.
Tanda dan Gejala:
1) Dispnue
2) Sakit kepala
3) Gangguan penglihatan
4) Tinitus
5) Tremor
6) Koma
Tindakan penanggulangan :
a.
Pindahkan penderita
keruangan terbuka.
b.
Berikan
pernafasan
buatan, jika tersedia berikan oksigen yang mengandung CO2, 5-7%.
c.
Jika perlu penderita
dirawat dirumah sakit.
3.

Gas Khlor
Gas khlor dan hydrogen bersifat korosif, antara lain digunakan sebagai
desinfektan air minum dan pemutih pakaian.
Tanda dan Gejala:
1) Batuk, tercekik
2) Sakit kepala, pening,
3) Badan lemah.
4) Setelah 6-8 jam karena terjadi edema paru menyebabkan
sesak,kekurangan oksigan
5) Sianosis.

6) Tekanan darah rendah


7) Nadi cepat.
8) Dalam beberapa minggu berikutnya dapat menderita batuk darah
dan nafas menjadi pendek.
5
Tindakan penanggulangan :
a.
Usahakan
untuk tetap hidup.
b.
Pindahkan
segera untuk menghindari kontak lebih lanjut.
c.
Lakukan
tindakan supportif, dan berikan obat yang bersifat simtomatik.
4.

Hidrogen Sianida
Hidrogen Sianida dan turunannya seperti akrilonitril, asetonitril, sianogen
kholorida, senyawa sianida, sianamid, nitroprusid, dan glikosida sianogenik,
merupakan racun yang kuat. HS digunakan sebagai fumigant dan digunakan
juga dalam sintesa senyawa kimia. Akrilonitril digunakan dalam memproduksi
karet sintetik dan sianogen khlorida juga digunakan dalam sintesa senyawa
kimia. Keracunan dapat terjadi karena menghirup uap senyawa sianida,
sianogen khlorida, akrilonitril, asetonitril, dan senyawa lain yang dapat
melepaskan sianida. Batas paparan HS 20 ppm.
Menghirup sianida dengan dosis 10 kali dosis fatal mengakibatkan tidak
sadar dengan segera, konulsi, dan kematian dalam waktu 1-15 menit. Jika
mendekati dosis fatal menyebabkan kepala pening, pernapasan cepat, muntah,
pucat, sakit kepala, mengantuk, tekanan darah turun, nadi cepat dan tidak
sadar. Kematian dalam keadaan konvulsi dapat terjadi dalam waktu 4 jam.
Menghirup uap akrilonitril dapat menyebabkan mual, muntah, diare, badan
lemah, sakit kepala dan ikterus. Jika menghirup uap sianida dan sianogen
khlorida berulang-ulang dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kepala
pening, badan lemah, kongesti paru, sakit tenggorokan, konjungtivitis,
kehilangan nafsu makan dan berat badan, serta kemerosotan mental.
Antidotnya adalah racun sehingga diberikan jika betul-betul diperlukan,
terutama pada anak-anak.
1.
Segera berikan larutan natrium
nitrit 3% secara IV dengan kecepatan 2,5-5 ml per menit. Hentikan jika
tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg. Natrium nitrit akan membentuk
methemoglobin yang dengan sianida akan terbentuk sianomethemoglobin.
Pemberiannya disesuaikan dengan kadar hemoglobin dan berat badan
untuk dapat mengubah 26% hemoglobin menjadi methemoglobin.
Pembrian selanjutnya tergantung pada kadar methemoglobin yang
besarnya tidak lebih dari 40%.
2.
Selanjutnya
berikan
larutan
natrium tiosulfat 25% secara IV dengan kecepatan 2,5-5 ml per menit.
Dosisnya sesuai dengan kadar hemoglobin. Tiosulfat akan mengubah
sianida menjadi tiosianat.

3.

Dapat juga digunakan dikobalt


edetat, dengan dosis permulaan 300-600 mg. Selanjutnya dapat ditambah
300 mg, jika gejala keracunan belum hilang. Toksisitas dikobalt edetat
hanya digunakan jika betul-betul terjadi keracunan sianida.

5.
Hidrogen Sulfida (HS) dan
Karbon Disulfida
HS akan dilepaskan pada penguraian senyawa yang mengandung belerang
ditempat pembuangan sampah dan juga terdapat di pabrik penyamakan kulit,
pabrik rayon, pabrik pemproses hasil laut, pabrik petrokimia, dan di loronglorong pertambangan. Selain itu, kalsium polisulfida, natrium sulfide,6
ammonium sulfide, dan tisetamid dengan air akan membebaskan HS. Karbon
disulfide yang banyak digunakan sebagai pelarut terutama di pabrik rayon
akan mendidih pada suhu 46C dan terbakar pada suhu 100C. HS mempunyai
efek anoksik, dan merusak secara langsung sel-sel sistem saraf pusat, saraf
perifer, dan system hemopoetik. Batas paparan 10 ppm.
Kematian karena keracunan HS disebabkan oleh edema paru dan kongest
paru. Sedangkan kematian yang disebabkan oleh keracunan disulfide
merupakan skibat perubahan degeneratif pada otak dan sumsum tulang
belakang.
Gejala Klinis :
1.
Keracunan HS
Jika kadar diatas 20 ppm akan menyebabkan sakit kepala, tidak dapat
tidur, batuk, badan lemah, mengantuk, edma paru, dan konjungtivitis. Jika
diatas 500 ppm terjadi tidak sadar dengan segera, depresi nafas, dan
kematian dalam 30-60 menit. Keracunan kronik menyebabkan tekanan
darah rendah, mual, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gangguan
keseimbangan dan berjalan, dan batuk kronik.
2.
Keracunan Disulfida
Jika kadar antara 100-1000 ppm akan menyebabkan iritasi pada selaput
lendir, penglihatan kabur, mual, muntah, sakit kepala, tidak sadar,dan
kelumpuhan pernapasan. Jika kembali sadar akan terjadi iritabilitas ,
spasme otot, gangguan pengihatan dan perilaku psikotik dan masa
penyembuhan. Pada keracunan kronik timbul gejala perasaan aneh pada
anggota badan, kemudian kehilangan sensor dan kelemahan otot. Gejala
selanjutnya iritabilitas, hiang ingatan, penglihatan kabur, kehilangan nafsu
makan, insomnia, depresi mental, buta sebagian , kepala pening, badan
lemah, dan tremor. Refleks kornea dan pupil mungkin hilang.
Antidot
Dapat digunakan amil nitrit dan natrium nitrit untuk membentuk senyawa
sulfmethemoglobin, sehingga sulfida dapat lepas dari ikatan di jaringan.
Piridoksin 25mg/kg secara IV atau 1g/kg urea sebagai larutan 10 % secara IV
dapat juga digunakan sebagai akseptor sulfide.
Tindakan penanggulangan :
a.
Pindahkan penderita dari ruangan yang terkontaminasi.

b.
c.

Jika pernapasamn terpengaruh, berikan pernapasan buatan dengan


oksigen.
Pemberian obat simultan dapat menyebabkan aritmia ventrikuler.

Tindakan umum :
1.
Atasi adema yang terjadi.
2.
Penderita istirahat di tempat tidur selama 3-4 hari. Jika
terjasi kegelisahan kurangi rangsangan pada penderita.
6.

Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida, sulfur trioksida, asam sulfit, dan asam sulfat merupakan
kontaminan atmosfer. Asam dioksida terjadi karena pembakarna bahan baker7
minyak dan batubara, di pabrik petrokimia, pabrik kimia lain, dan metalurgi.
Akibat keracunan sulfur dioksida, terutama iritasi bronki akut. Btas
paparannya 5 ppm.
Tindakan penanggulangan :
a.
Pindahkan penderita dari tempat yang terkontaminasi sulfur dioksida.
b.
Berikan pernafasan buatan dan hindari penggunaan antidot senyawa
kimia.
c.
Atasi pneumonia yang mungkin terjadi.
7.

Gas Metan
Gas metan terdapat dalam lorong-lorong pertambangan, dan gas dari
batubara (batubara banyak mengandung metan kira-kira 30%, hydrogen 50%,
dan karbon monoksida 5-15%). Sebenarnya bukan racun, namun karena
terkontaminasi CO menjadi bersifat racun.
Gas yang mengandung metan, antaea lain gas yang timbul karena proses
pembusukan bahan organic, misalnya tempat pembuangan sampah, yang
disebut sewer gas. Gas ini sangat beracun karena juga mengandunag HS.
Selain itu mudah meledak Karena mengandung metan dan gas-gas lain.
Karena kurang mengandung oksigen, toksisitasnya menjadi lebih besar. Sewer
gas juga terdapat dalam sumur yang tertutup atau yang dalam. Akibat
keracunan gas metan adalah sesak nafas.
Tanda dan Gejala:
1) Sakit kepala yang parah
2) Ddehidrasi sangat cepat.
3) Muntah juga dapat menjadi salah satu gejala.
4) Sulit untuk bernapas.
Tindakan penanggulangannya adalah diberi oksigen.
8.

Gas Butan dan Propan


Gas yang digunakan untuk memasak mengandung butan dan propan. Gas
ini juga di pabrik karet sintetis dan sebagai bahan baku untuk sintesa senyawa
kimia organic. Sebetulnya bukan racun, tapi karena terkontaminasi CO
menjadi bersifat racun. Batas paparannya 50 ppm.
Tanda dan Gejala:

1)
2)
3)
4)

Sakit kepala yang parah


Ddehidrasi sangat cepat.
Muntah juga dapat menjadi salah satu gejala.
Sulit untuk bernapas.

9.
Gas Nitrogen dan Nitrogen
Dioksida
Gas nitrogen terdapat di pertambangan dan digunakan juga dalam
eksplorasi bawah laut. Akibat keracunan nitrogen terutama sesak nafas dan
tindakan penanggulangannya diberi oksigen.
Nitrogen dioksida
Nitrogen dioksida terdapat dipabrik asam nitrat, silo-silo dipertanian sebagai8
hasil penguraian senyawa organic, dan sebagai akibat penggunaan alat las.
Batas paparannya 5 ppm. Sebagai akibat keracunan nitrogen dioksida terutama
dispnea.
Gejala klinisnya mula-mula trakeobronkitis, kemudian bronchitis dan edema
paru.
Tindakan pencegahan :
Silo dan ruangan lain yang tertutup dimana terjadi penguraian senyawa
organic harus dialiri udara sebelum dibuka.
Tindakan penanggulangan :
a.
Atasi dispnea.
b.
Untuk mengatasi radang paru, dapat diberi prednisone 5 mg secara oral
tiap 6 jam. Setelah 1 bulan dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan tidak
diberi lagi setelah 1-2 bulan.
c.
Untuk mengatasi bronkopneumonia, berikan kemoterapi yang spesifik.

9
B.

Konsep Asuhan Keperawatan


1.
a.

b.

c.
d.

2.
1.
2.
3.
4.
5.

Pengkajian
Identitas
Perlu dikaji riwayat pekerjaan, karena sumber keracunan berhubungan
dengan lingkungan tempat kerja, misalnya industri, pertanian,
pertambangan.
Riwayat penyakit sekarang
Perlu dikaji sumber keracunan, apakah bersifat korosif, keracunan
terjadi lewat mulut, kulit atau inhalasi, tanda-tanda dan gejala yang
ditemukan.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji kemungkinan pasien pernah mengalami gejala-gejala yang
mengindikasikan keracunan kronik.
Pemeriksaan fisik
1)
B1 (Breathing)
Bisa ditemukan rhinorhoe, bersin, batuk, batuk darah, sesak nafas,
nasofaringitis, bronkitis akut, radang paru, takipnea, dan sianosis.
2)
B2 (Blood)
Bisa terjadi takikardi, tekanan darah turun, syok, infark miokard,
aritmia, perdarahan, kerusakan pembuluh darah, kolaps sirkulasi,
anemia, demam dan menggigil, kardiak arrest, asidosis akibat
penumpukan CO2.
3)
B3 (Brain)
Bisa timbul sakit kepala, pening, stroke, konvulsi, edma serebral,
tremor, tinnitus, kemerosotsn mental, koma.
4)
B4 (Bladder)
Kemungkinan terjadi oliguria, adema, dan uremia karena trjadi
gagal ginjal.
5)
B5 (Bowel)
Bisa ditemukan mual, muntah, anoreksia, rasa nyeri dihati, ikterus,
diare, penurunan berat badan.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan hipoksemia dan kebocoran interstisial / alveolar.
Bersihan jalan tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan sekresi dan bekuan darah di saluran nafas.
Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke serebral.
Defisit cairan dan elektrolit berhubungan
dengan haluaran berlebihan.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan sekunder terhadap penurunan suplai oksigen.

10
3.

Perancanaan
1.

Gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan hipoksemia dan kebocoran interstisial /alveolar.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi setelah di lakukan
tindakan keperawatan 1X24 jam
Kriteria Hasil:

Pasien dapat memperlihatkan


ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal:
1) PH =7,35-7,45
2) PO2=80-100mmHg
3) PCO2=35-45mmHg
4) HCO3=21-28mEq/L
5) SPO2=95-100%

RR,
Dewasa : 16-20 x/mnt
Anak-anak
: Neonatus (30-60 x/mnt)
1 bulan -1 tahun (30-60 x/mnt)
1 tahun 2 tahun (25-50 x/mnt)
3 tahun 4 tahun (20-30 x/mnt)
5 tahun 10 tahun (15-30 x/mnt)
10 tahun (15-30 x/mnt)

Tidak terjadi sianosis


Tindakan :

Berikan
humidifier
oksigen dengan masker atau bag and mask (pada anak-anak
diberikan 900 cc/mnt), jika perlu pasang ventilator
R/ Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus-menerus
dengan tekanan yang sesuai

Review X-ray dada


R/ Menilai kongesti paru yang progresif

Berikan obat-obatan jika


ada indikasi seperti steroid, antibiotic, bronkodilator, dan
ekspektoran
R/ Untuk mencegah ARDS

Kaji status pernafasan,


catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas

Catat ada tidaknya suara


nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles dan
wheezing
R/ Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan.
Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveolikapiler. Wheezing terjadi karena bronkokontriksi atau adanya
mukus pada jalan nafas

Kaji adanya sianosis

R/ selalu nerarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5gr dari Hb)


sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut,
bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer
seperti pada kuku dn ekstremitas adalah vasokontriksi
11

Berikan

istirahat

yang

cukup dan nyaman


R/ Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan peningkatan sekresi pulmonal,hemoptisis.
Tujuan :Ketidakbersihan jalan napas dapat teratasi setelah di lakukan
tindakan keperawatan 2X24 jam
Kriteria Hasil:

Pasien dapat mempertahankan


jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi(-)

Pasien bebas dari dispneu

Mengeluarkan sekret tanpa


kesulitan
Tindakan :

Berikan oksigen, cairan


IV: tempatkan dikamar humidifier sesuai indikasi
R/ mengeluarkan sekret dan meningkatkan transfer oksigen

Berikan terapi aerosol,


ultrasonic nebulasi
R/ dapat berfungsi sebagai bronkodilatasi dan mengeluarkan sekret

Berikan fisioterapi dada


misalnya posturl drainase, perkusi dada / vibrasi jika ada indikasi
R/ meningkatkan drainase secret paru, peningkatan efisiensi
penggunaan otot-otot pernafasan

Berikan
bronkodilator
misalnya aminofilin, albuteal dan mukolitik
R/ diberikan untuk mengurangi bronkospasme, menurunkan
viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi

Catat perubahan dalam


bernafas dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat
meningkatkan usaha dalam bernafas

Observasi dari penurunan


pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan
dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus

Catat karakteristik dari


suara nafas
R/ suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang
tracheo branchial dan juga adanya cairan, mucus atau sumbatan
lain dari saluran nafas

Catat karakteristik dari


batuk
R/ adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal, dan
purulen. Adanya darah yang segar mengindikasikan adanya
kerusakan pada jaringan paru

Pertahankan
posisi
tubuh / posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten

Kaji kemampuan batuk,


latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada
indikasi
R/ Penimbunan secret mengganggu ventilasi dan predisposisi
12
perkembangan atelektasis dan infeksi paru

Peningkatan oral intake


jika memungkinkan
R/ Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
3.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan


dengan penurunan suplai oksigen ke otak
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan dapat teratasi setelah di lakukan tindakan
keperawatan 2X24 jam
Kriteria hasil :

Tekanan darah normal:


Dewasa=110/80-140/80mmHg.
Anak-anak:
1) Usia 0-1 bulan=40/16-90/60mmHg
2) 2 bulan-1 tahun=70/45-100/70mmHg
3) 2-5 tahun= 75/45-115/80mmHg
4) 6-12 tahun= 90/55-130/80mmHg
5) 13-18 tahun= 90/50-140/90mmHg

Tekanan nadi:
Dewasa 60-100X/menit,
Anak-anak:
1) Usia 0-1 bulan=70-180X/menit
2) 2bulan-1 tahun=80-160X/menit
3) 2-5 tahun=90-150X/menit
4) 6-12 tahun=60-100X/menit

Nadi perifer kuat dan


simetris

Nadi, cardiac index,


ABG, dan fraksi ejeksi dalam batas normal

Tidak ada suara nafas


tambahan, distensi vena leher, edema paru, atau bruits pada
pembuluh darah besar
Tindakan :

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0-45, bergantung pada


kondisi pasien
Berikan oksigen
Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk
mempertahankan perfusi serebral
Monitor vital sign
Monitor kadar PO2 dan PCO2, bikarbonat serta Hb
Monitor pupil, bentuk, kesimetrisan, dan rektivitas, diplopia,
nistagmus, pandangan kabur, dan ketajaman penglihatan, rasa sakit
kepala, tingkat kesadaran, orientasi, memori, mood dan afek
Berikan obat yang meningkatkan volume cairan intravaskuler
Berikan diuretik osmotik dan loop
Jika ada pasang stocking antiemboli

13
4.

Defisit volume cairan berhubungan


dengan haluaran yang berlebihan
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan
tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal
setelah di lakukan tindakan keperawatan 3X24 jam
Kriteria Hasil:
1)
Tekanan darah dalam batas normal
2)
Berat badan meningkat
3)
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4)
Intake cairan : Dewasa (2500 ml / 24 jam)
Anak-anak : 3 hari (250-300 ml / 24 jam)
1 tahun (1150-1300 ml / 24 jam)
2 tahun (1350-1500 ml / 24 jam)
6 tahun (1800-2000 ml / 24 jam)
10 tahun (2000-2500 ml / 24 jam)
14 tahun (2200-2700 ml / 24 jam)
18 tahun(adult) (2200-2700 ml / 24 jam)
Tindakan :
1)
Berikan cairan IV dengan observasi ketat
R/ mempertahankan / memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan
osmotic, meskipun cairan mengalami defisit, pemberian cairan IV
dapat meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak fungsi
respirasi
2)
Monitor / berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi
R/ elektrolit khususnya potassium dan sodium dapat berkurang
waktu muntah
3)
Monitor vital sign seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi
(jumlah dan volume)

R/ berkurangnya volume / keluarnya cairan dapat meningkatkan


heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi
menurun
4)
Amati turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter
sputum
R/ defisit cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit,
membran mukosa kering, secret kental
5)
Hitung intake, output dan balance cairan. Amati insensible
loss
R/ Memberikan informasi tentang status cairan. Keseimbangan
cairan negative merupakan indikasi terjadinya defisit cairan
6)
Timbang berat badan setiap hari
R/ Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body
wasting

14
5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas setaelah
dilakukan tindakan keperawatan 3X24 jam
Kriteria hasil :

Tidak ada dispnea

Tidak ada kelemahan

Vital sign :
1. TD : Dewasa (110/80-140/80 mmHg)
Anak-anak : 0 1 bulan (40/16 -90/60 mmHg)
2 bulan 1 tahun (70/45 100/70 mmHg)
2 tahun 5 tahun (75/45 115/80 mmHg)
6 tahun 12 tahun (90/55 130/80 mmHg)
13 tahun 18 tahun (90/50 140/90 mmHg)
2. Nadi : Dewasa (60-100 x/mnt)
Anak-anak : 0 1 bulan (70-180 x/mnt)
2 bulan 1 tahun (80-160 x/mnt)
2 tahun 5 tahun (90-150 x/mnt)
6 tahun 12 tahun (60-100 x/mnt)
3. RR : Dewasa : 16-20 x/mnt
Anak-anak : Neonatus (30-60 x/mnt)
1 bulan -1 tahun (30-60 x/mnt)
1 tahun 2 tahun (25-50 x/mnt)
3 tahun 4 tahun (20-30 x/mnt)

5 tahun 10 tahun (15-30 x/mnt)


10 tahun (15-30 x/mnt)

Tidak ada tanda-tanda sianosis


Rencana tindakan :
1)
Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama fase
istirahat, berikan lingkungan tenang, dan batasi pengunjung selama
fase akut
2)
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
3)
Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala,
bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi yang dapat ditoleransi
4)
Simpan objek yang sering digunakan pada tempat yang
mudah dijangkau

Web Of Causion (WOC)


Korosi (NH3)

Senyawa Nitrit

Edema laring,
faring

Methemoglobin

Gas Khlor, CO,


NH3

Senyawa
Hidrokarbon
mengandung
Khlor

CO, Hidrogen
Sianida <10x
dosis fetal,
Hidrogen Sulfida
kronik

Hipoksia

B5
Koma

Konvulsi
B1

Anoksia Otak

B3
Edema
serebral

B2
Jaringan
paru

Hemoptisis

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

Syok
Kardiogenik
k
Gangguan
pompa Na-K
sel paru

B4

Hiperventilasi,
dispnea, sianosis

GFR

Aritmia

CO
Edema paru

Mual, muntah,
anoreksia

Oliguri,
perubahan cairan
& elektrolit

Gangguan perfusi
jaringan
(kardiopulmoner)

Gangguan
pertukaran gas

15

Gangguan
perfusi
jaringan
(serebral)

Defisit volume
cairan dan
elektrolit

Perubahan
eliminasi urine

B6

Keracunan gas

Hipoksia

Insufisiensi
O2

Metabolisme anaerob

ATP

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY P
1. Pengkajian
a.
Identitas
Nama
: Ny P
Umur
: 50 tahun
Jenis
: Perempuan
Alamat
: Jalan kembang indah 2/24
No. reg
: 000143
Diagnosa masuk
: Ditoksikasi gas
Tgl Pengkajian
: 08 Desember 2008
:
b.
Keluhan utama
: Sesak terasa berat
c.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan tadi pagi jam 07.30 saat mengendarai sepeda terjebak
macet, tiba-tiba dadanya terasa berat makin lama makin memberat disertai
sakit kepala, badan terasa lemas kemudian jatuh pingsan. Klien diantar
kerumah sakit oleh warga sekitar jam 08.30. tiba dirumah sakit, klien sadar
dan langsung muntah

d.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Pernah keracunan baygon pada umur 5 tahun

e.

Pemeriksaan fisik
B1 (Breath)
:
Sesak nafas (+)
batuk (+)
edem laring(+)
Masalah Keperawatan : Gangguan pola nafas

RR : 30x/mnt.

B2 (Blood)
:
Nadi : 106x/mnt
TD : 90/60 mmHg
CRT < 3 detik
Muka pucat (+)
konjungtiva pucat (+)
Sianosis (-)
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan
B3 (Brain)
:
Pusing (+)
GCS : 4,5,6
Masalah Keperawatan : B4 (Bladder)
:
Urine bau khas dan tidak pekat (+)
Masalah keperawatan : B5 (Bowel)
:
Mual (+)
muntah (+)
Sulit menelan (+)

warna kuning jernih (+)

anoreksia (+)

17

nyeri ulu hati (+)

18
Masalah keperawatan : Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan rasa nyaman nyeri
B6 (Bone)
:
K/U Lemah
Edema (-)
Kekuatan otot 5/5/5/5
Terpasang infuse di tangan kiri
Turgor kulit baik (+)
Masalah keperawatan : kelemahan
f.
Hb
WBC
RBC
PLT

Akral hangat (+)


Reflek patologis (-)
Reflek fisiologis (+)
Mobilitas bedrest (+)
Kebutuhan ADL dibantu perawat

Pemeriksaan Penunjang
: 10 gr/dl (12-14 gr/dl)
: 9,44 UL (5000-10.000 UL)
: 4,50 UL (4,5-6,0 UL)
: 316 UL (150-450 UL)

2. Analisa data
No
DATA
1. DS :
- Klien
mengatakan
sesak nafas
- batuk
DO :
- RR 30x/mnt
- pO2 70 mmHg
- pCO2 50 mmHg
- SpO2 94%
2.
DS :
- klien
mengatakan
sakit kepala
DO :
TD 90/60 mmHg
N : 106 x/mnt
CRT > 3 dtk
Konjunctiva pucat

BGA
Ph
PO2
PCO2
SPO2
HCO3

: 7,35 (N : 7,35-7,45)
: 70 mmHg (N : 80-100 mmHg)
: 50 mmHg (N : 35-45 mmHg)
: 94 % (N : 95-100%)
: 21 mEq/L (N : 21-28 mEq/L)

ETIOLOGI
Kernacunan gas CO

PROBLEM
Gangguan
pertukaran
gas

Mengiritasi mukosa di
laring
Oedem laring
Gangguan
pertukaran
gas
Syok cardigenik
Resiko tinggi gangguan
perfusi jaringan
Cardiac output menurun
Penurunan suplai O2 ke
serebral

Muka pucat
Hb 10 g/dL

19

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d oedem laring
b. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplai O2 ke serebral
4. perencanaan
a. Gangguan pertukaran gas b.d oedem laring
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi setelah di lakukan
tindakan keperawatan 2X24 jam
Kriteria Hasil:

Pasien dapat memperlihatkan


ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal:
PH =7,35-7,45
PO2=80-100mmHg
PCO2=35-45mmHg
HCO3=21-28mEq/L
SPO2=95-100%

RR 16-20 x/mnt

Tidak terjadi sianosis


Tindakan :

Berikan humidifier oksigen


dengan masker atau bag and mask
R/ Memaksimalkan suplai oksigen

Berikan obat-obatan jika ada


indikasi seperti steroid, lasix, antibiotic.
R/ Untuk menurunkan oedem laring

Kaji status pernafasan, catat


peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas

Kaji adanya sianosis


R/ selalu nerarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5gr dari Hb)
sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut,
bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer
seperti pada kuku dn ekstremitas adalah vasokontriksi

Berikan istirahat yang cukup


dan nyaman
R/ Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen

b. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplai O2 ke serebral


Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan dapat teratasi setelah di lakukan tindakan
keperawatan 2X24 jam
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah normal:dewasa=110/80-140/80mmHg.Anak-anak
Usia 0-1 bulan=40/16-90/60mmHg
2 bulan-1 tahun=70/45-100/70mmHg
20
2-5 tahun= 75/45-115/80mmHg
6-12 tahun= 90/55-130/80mmHg
13-18 tahun= 90/50-140/90mmHg
Tekanan nadi:dewasa 60-100X/menit, Anak-anak
Usia 0-1 bulan=70-180X/menit
2 bulan-1 tahun=80-160X/menit
2-5 tahun=90-150X/menit
6-12 tahun=60-100X/menit
Tindakan :
1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0-45, bergantung pada kondisi
pasien
2) Berikan oksigen
3) Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan
perfusi serebral
4) Monitor vital sign
5) Monitor kadar PO2 dan PCO2, bikarbonat serta Hb
6) Monitor pupil, bentuk, kesi rektivitas, diplopia, nistagmus, pandangan
kabur, dan ketajaman penglihatan, rasa sakit kepala, tingkat kesadaran,
orientasi, memori, mood dan afek
7) Berikan obat yang meningkatkan volume cairan intravaskuler
8) Berikan diuretik osmotik dan loop
5. Implementasi
Dx 1 :
1) Berikan humidifier oksigen dengan masker atau bag and mask
R/ Memaksimalkan suplai oksigen
2) Berikan obat-obatan jika ada indikasi seperti steroid, lasix, antibiotic.
R/ Untuk menurunkan oedem laring
3) Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas
4) Kaji adanya sianosis
R/ selalu nerarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5gr dari Hb) sebelum
cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang

indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku


dn ekstremitas adalah vasokontriksi
5) Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
R/ Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
Dx 2 :
1. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0-45, bergantung pada kondisi pasien
2. Berikan oksigen
3. Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan perfusi21
serebral
4. Monitor vital sign
5. Monitor kadar PO2 dan PCO2, bikarbonat serta Hb
6. Monitor pupil, bentuk, kesi rektivitas, diplopia, nistagmus, pandangan kabur
dan ketajaman penglihatan, rasa sakit kepala, tingkat kesadaran, orientasi,
memori, mood dan afek
7. Berikan obat yang meningkatkan volume cairan intravaskuler
8. Berikan diuretik osmotik dan loop
6. EVALUASI
No
Tanggal
1.

08 Des
2008

2.

08 Des
2008

No
Dx
1

Evaluasi
S : Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang,
batuk berkurang.
O : - RR 28x/mnt
- pO2 80 mmHg
- pCO2 45 mmHg
SpO2 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan
S : klien mengatakan sakit kepala berkurang
O:
TD 100/60 mmHg
N : 98 x/mnt
CRT > 3 dtk
Konjunctiva mulai normal
Muka pucat (-)
Hb 10 g/dL
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan
-

DAFTAR PUSTAKA
http://www.keracunan gas.com/tanda dan gejala keracunan gas diakses tanggal 28
Oktober 2009
http://www.kesehatan lingkungan.com/macam keracunan gas di akses tanggal 12
november 2009
Wilkinson, Judith M.2006.Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC.Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.Jakarta :
EGC
Rab, Dr. H. Tabrani.1996.Prinsip Gawat Paru.Jakarta : EGC
Doengoes, E.Marlin.2000.Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai