Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EVALUASI

HASIL BELAJAR
JENIS ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

DISUSUN OLEH

SITI SUHERTINA K.P


A 251 14 051

ALAT EVALUASI
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata
alat biasa disebut juga dengan istilah instrument. Dengan demikian maka alat evaluasi juga
dikenal dengan instrument evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh
hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. (Arikunto, 2010: 25)
Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil
seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara
atau teknik, dan oleh karena itu dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan di atas, ada
dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes. (Arikunto, 2010: 26)
a. Teknik nontes
Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik
penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian peserta didik secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan baik individual maupun secara kelompok. (http://wawanjunaidi.blogspot.com/2010/07/alat-evaluasi-pendidikan-non-tes.html, diakses 21 September 2011)
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan menyatakan yang tergolong
teknik nontes antara lain:
Skala bertingkat (rating scale)
Kuesioner (questioner)
Daftar cocok (check list)
Wawancara (interview)
Pengamatan (observation)
Riwayat hidup
1) Skala bertingkat (Rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka
suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Contoh:
Skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar
siswa. Siswa yang mendapat skor 8, digambarkan di tempat paling kanan dan semakin ke kiri
adalah penggambaran nilai dibawah 8.

2) Kuesioner (questioner)
Kuesioner (questioner) juga biasa disebut angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini dapat
diketahui keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat dan hal lainnya
dari diri seseorang.
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi.
a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
i. Kuesioner langsung
Kuesioner ini dikatakan langsung karena dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawaban tentang dirinya.
ii. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang
dimintai keterangannya.
Sebagai contoh kuesioner diberikan kepada orang tua peserta didik untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. (Sudijono, 2011: 84)
b) Ditinjau dari segi cara menjawab
i. Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap
sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Contoh: dengan
memberikan tanda cek ( ).
ii. Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jawaban pengisi belum
terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan bermacam-macam. Contoh: kuesioner terbuka
digunakan untuk meminta pendapat atau keterangan tentang alamat pengisi.
3) Daftar cocok (check list)
Daftar cocok atau check list adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana
responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cek ( ). Di tempat yang sudah
disediakan.
4) Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya,
tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.

b) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada
waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh pihak
penanya. (Arikunto, 2010: 30)
Anas Sudijono dalam Pengantar Evaluasi Pendidikan menyatakan bahwa kelebihan yang dimiliki
oleh wawancara adalah, bahwa dengan melakukan wawancara, pewawancara sebagai evaluator
(dalam hal ini guru, dosen, dan lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik
yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.
Karena dengan melakukan wawancara, peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya dengan lebih
bebas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik wawancara tepat digunakan apabila seorang
peneliti ingin mendapatkan data yang mendalam dari seorang atau beberapa responden. Karena
pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi dan sebaliknya jawaban
yang belum jelas dapat diminta lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna.
5) Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Terdapat 3 macam observasi:
a) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan sepenuhnya
mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana factor-faktor yang diamati sudah didaftar secara
sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam observasi sistematik pengamat berada di
luar kelompok.
c) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini
ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemekian rupa sehingga situasi itu
dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. (Arikunto, 2010: 31)
6) Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Dengan mempelajari riwayat, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang
kepribadian, kebiasaan, dan sikap objek yang dinilai. (Arikunto, 2010: 31)
Teknik tes
Menurut Drs.Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya evaluasi pendidikan Tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keteranganketerangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat
. Selanjutnya didalam bukunya teknik-teknik evaluasi Mukhtar Bukhori mengatakan: Tes
adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran

tertentu pada seorang murid dan kelompok murid.


Definisi yang selanjutnya dikutip oleh websters collegiate
test= any series of questions or exercises or other means of measuring the skill, knowledge,
intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.
Dengan terjemahan bahwa Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dari beberapa kutipan dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat
pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih
resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Ditinjau dari dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam
tes, yaitu :
A. Tes diagnostik
B. Tes formatif
C. Tes sumatif
1) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat. Dengan mengingat sekolah sebagai sebuah tranformasi, Tes diagnostik ke1 dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah menguasai
pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan disekolah yang dimaksudkan.
Secara umum tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam istilah inggris disebut entering
behaviour test. Test diagnostik ke1 dilakukan untuk dapat menerima penetahuan lanjutannya.
Pengatahuan dasar inibisa disebutdengan pengatahuan bahan prasyarat(pre-requisite). Oleh karena
itu tes ini disebut sebagai tes prasyarat atau pre-requisite test.
Contoh:
Untuk mengajarkan perhitungan menghitung korelasi serial, guru harus yakin bahwa siswa sudah
menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku(mean, standar deviasi). Oleh karena
itu, sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut, guru mengadakan test
diagnostik untuk mengetahui penguasaan siswa atas mean dan standar deviasi tersebut.
Test diagnostik ke2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program.
Apabila cukup byak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka
untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan
disatukan disatu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik,sedang, atau
kurang, ini semua memerlukan adanya informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan
cara melakukan tes diagnostik. Dengan demikian tes ini berfungsi sebagai tes penempatan
(placement test) .

Test diagnostik ke3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka
pengajar harus sekali-kali memberikan test diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari bahan
yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu ia harus dapat mengadakan deteksi apa
sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut
guru dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
Test diagnostik ke4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru
akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
2) Test formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu
program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini test formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau test formatif diberikan pada akhir setiap
program. Test ini merupakan post test atau test akhir proses.
3) TesSumatif
Evaluasisumatif/ tessumatifdilaksanakansetelahberakhirnyapemberiansekelompok program /
sebuah program yang lebihbesar. Dalam pengalaman di sekolah,
tesformatifdapatdisamakandenganualanganharian,sedangtessumatifinidapatdisamakandenganulag
anumum yang biasanyadilaksanaknpadaakhir semester.

Anda mungkin juga menyukai