Anda di halaman 1dari 8

POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

Karina Anggraeni
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

Abstrak-Polimer merupakan molekul yang


terdiri dari unit unit yang sama dan berulangulang. Berdasarkan sifat termalnya, polimer
dibedakan menjadi dua, yaitu polimer termoset
dan polimer termoplastik. Hasil percobaan yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa polimer
termoplastik meleleh pada suhu 86o C. Hal ini
menunjukan bahwa polimer termoplastik
memiliki titik leleh yang rendah. Sedangkan
polimer termoset tidak meleleh. Namun hanya
berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan.
Hal ini menunjukan bahwa polimer termoset
memiliki titik leleh yang tinggi. Variasi jumlah
hardener yang ditambahkan mempengaruhi
kekuatan sampel polimer termoset terhadap
pemanasan. Semakin banyak hardener maka
titik leleh sampel semakin tinggi dan semakin
tahan panas.
I PENDAHULUAN
Polimer merupakan jenis bahan baru yang
saat ini banyak digunakan karena memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan
jenis lainnya. Polimer merupakan istilah dari
bahasa yunani poly (banyak) dan meros (bagian,
unit). Jadi polimer berarti bagian yang berulangulang, yakni molekul yang terdiri dari unit-unit
yang sama berulang-ulang dan dihasilkan dari
sambungan beberapa molekul lain yang
dinamakan monomer. Polimer merupakan obyek
kajian yang menarik dan sekaligus rumit.
Karena itu sering dilakukan penggolongan
polimer untuk mempermudah mempelajarinya.
Tiga macam cara penggolongan polimer adalah
berdasarkan
sumbernya,
keseragaman
monomernya, dan proses polimerisasinya. Selain
itu juga dikenal cara-cara penggolongan lainnya,
misalnya
atas
dasar
pola
rantainya,
konfigurasinya, reaksinya terhadap panas, atau
atas dasar pemakaiannya.
Dengan
semakin
berkembangnya
teknologi, maka semakin banyak polimerpolimer sintetis yang ditemukan. Hal ini dapat
sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk
membantu hidupnya dalam berbagai bidang
kehidupan. Penggunaan polimer tergantung pada
sifat-sifatnya, dan sifat-sifat tersebut ditentukan
oleh struktur serta massa molekulnya. Untuk
mengetahui sifat-sifat polimer dilakukan dengan
uji tertentu. Dari pengujian ini dapat diketahui
polimer ini termasuk ke dalam jenis polimer

tertentu. Dalam laporan ini dijelaskan


bagaimana membedakan polimer termoplastik
dan termoset. Beberapa uji yang dilakukan
adalah uji termal dan mekaniknya. Dengan
mengetahui sifat-sifat termal dan mekanik dari
suatu polimer, penggunaannya pun akan sesuai
ketika memilih material yang dibutuhkan.
II TEORI PERCOBAAN
A. Polimer
Polimer merupakan jenis bahan baru
yang saat ini banyak digunakan karena memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan
jenis lainnya. Polimer merupakan istilah dari
bahasa yunani poly (banyak) dan meros (bagian,
unit). Jadi polimer berarti bagian yang berulangulang, yakni molekul yang terdiri dari unit-unit
yang sama berulang-ulang. Polietilen adalah
molekul
etilen dalam jumlah
banyak
bersambung berulang hingga mencapai ratusan
ribu kali. Secara umum, karakteristik polimer
adalah sebagai berikut:
Densitas yang rendah, dibandingkan dengan
logam dan keramik.
Rasio kekuatan terhadap berat (strength to
weight) yang baik untuk beberapa jenis
polimer.
Ketahanan korosi yang tinggi.
Konduktivitas listrik dan panas yang rendah.
Dibandingkan dengan bahan-bahan jenis
lain, polimer memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, karena:
Dapat difabrikasi dengan cetakan menjadi
bentuk-bentuk yang rumit, umumnya tanpa
proses pengerjaan lanjutan.
Atas dasar kriteria volumetric basis,
polimer:
sangat kompetitif dalam hal harga
dibandingkan logam.
umumnya membutuhkan energi proses
yang lebih sedikit dibandingkan logam.
Beberapa jenis plastik adalah sangat
transparan seperti polymethyl methacrylate
PMMA atau akrilik, yang sangat kompetitif
dibandingkan dengan gelas/kaca.
Meski demikian, secara umum polimer memiliki
keterbatasan sebagai material teknik, antara lain:
Kekuatan yang relatif lebih rendah daripada
logam dan keramik.

Kekakuan yang rendah.


Temperatur penggunaan terbatasi hanya
beberapa ratus derajat oC saja.
Perilaku
viskoelastis,
merupakan
keterbatasan khusus dalam aplikasi struktur
penanggung beban.
Beberapa
jenis
polimer
mengalami
degradasi ketika di-ekspos dalam cahaya
matahari dan radiasi lainnya.
Polimer dikelompokkan menjadi dua, yaitu
polimer alami dan polimer sintetis. Polimer
alami atau dikenal dengan biopolimer dihasilkan
atau diturunkan dari sumber daya alam yang
dapat diperbarui, dapat diuraikan dan tidak
menghasilkan racun, sedangkan polimer sintetis
lebih biasa dikenali sebagai plastik, seperti
polietilena dan nylon. Polimer sintetis dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu
termoplastik, termoset dan elastomer.
Termoplastik merupakan polimer yang akan
melunak pada pemanasan dan dapat mengalir
bila
dikenakan
tekanan.
Dan
apabila
didinginkan,
polimer
tersebut
dapat
dikembalikan ke sifat padat atau ke sifat
rubbery. Termoset merupakan polimer sintetis
yang walaupun dipanaskan hingga titik lunak
tidak akan kembali ke keadaan semula.
Pengaruh pemanasan terhadap polimer termoset
adalah menyebabkan proses curing, dan
pemanasan lebih lanjut akan menyebabkan
degradasi pada polimer tetapi tidak dapat
melunak atau mengalir.
B. Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang
mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas.
Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras.
Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,
sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai
bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk
mendapatkan produk polimer yang baru.
Polimer yang termasuk polimer termoplastik
adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini
tidak memiliki ikatan silang antar rantai
polimernya, melainkan dengan struktur molekul
linear atau bercabang. Bentuk struktur
termoplastik ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan

Gambar

2.2.

Gambar 2.1 Struktur Termoplastik

Gambar 2.2 Struktur termoplastik bercabang

Polimer termoplastik memiliki sifat sifat


khusus sebagai berikut.
a. Berat molekul kecil
b. Tidak tahan terhadap panas.
c. Jika dipanaskan akan melunak.
d. Jika didinginkan akan mengeras.
e. Mudah untuk diregangkan.
f. Fleksibel.
g. Titik leleh rendah.
h. Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
i. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
j. Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut.
a. Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan,
bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran,
isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan
jas hujan.
b. Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa
plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan,
sol sepatu, sarung tangan dan botol detergen.
c. Polipropena (PP) = karung, tali, botol
minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastik, alat-alat rumah sakit, komponen
mesin cuci, pembungkus tekstil, dan
permadani.
d. Polistirena =
Insulator,
sol
sepatu,
penggaris, gantungan baju.
C. Termoset
Polimer termoset adalah polimer yang
mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika
polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat
meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang
kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen
pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka
tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer termoset memiliki ikatan-ikatan
silang yang mudah dibentuk pada waktu

dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi


kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang
pada polimer ini, maka semakin kaku dan
mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak
atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.
Sifat polimer termoset sebagai berikut.
a. Keras dan kaku (tidak fleksibel)

Gambar 2.3 Struktur Ikatan Silang Termoset

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Jika dipanaskan akan mengeras.


Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
Jika dipanaskan akan meleleh.
Tahan terhadap asam basa.
Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.
Contoh plastik termoset :
phenolics, epoxies, dan beberapa jenis
polyesters
Bakelit: asbak, fitting lampu listrik, steker
listrik, peralatan fotografi, radio, perekat
plywood.
Tabel 2.1 Perbedaan sifat polimer
termoplastik dan termoset

D. Elastomer
Elastomer, yaitu polimer yang
dapat mulur jika ditarik, tapi akan
kembali seperti semula jika gaya tarik
ditiadakan, mempunyai gaya tarik
menarik
paling
lemah.
Bentuk
elastomer adalah amorf, dengan
derajat elastisitas sangat tinggi.
Elastomer mempunyai kekuatan untuk

memanjang sepuluh kali lipat panjang


semula dan kembali lagi ke bentuk
asal. Proses yang sering terjadi pada gabungan
reaksi dengan reaksi adisi atau reaksi
kondensasi
merupakan
gabungan/ikatan
bersama dari banyak rantai polimer. Hal ini
disebut ikatan silang, dan ikatan silang ini
memberikan kekuatan tambahan terhadap
polimer. Pada tahun 1844, Charles Goodyear
telah menemukan bahwa lateks dari pohon karet
yang dipanaskan dengan belerang dapat
membentuk ikatan silang antara rantai-rantai
hidrokarbon di dalam lateks cair. Karet padat
yang dibentuk dapat digunakan pada ban dan
bola-bola karet. Proses ini disebut vulkanisasi.
Kekuatan rantai dalam elastomer (karet)
terbatas akibat adanya struktur jaringan, tetapi
energi
kohesi
harus
rendah
untuk
memungkinkan peregangan. Contoh elastomer
sebagai berikut :
Karet alam: vulcanized natural rubber.

Karet sintetis: Styrene-Butadiene (SBR),


Nitrile butadiene rubber (NBR), Silicone
rubber.

a. Karet Alam
Karet adalah polimer hidrokarbon yang
terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Sumber utama produksi dalam
perdagangan internasional adalah para atau
Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae).
Karet alam merupakan suatu senyawa
hidrokarbon alam yang memiliki rumus empiris
(C5H8)n. Hidrokarbon ini membentuk lateks
alam yang membentul globula globula kecil
yang memiliki diameter sekitar 0,5 m (5.10-5
cm) yang tersuspensi di dalam medium air atau
serum, dimana konsentrasi hidrokarbon adalah
sekitar 35% dari total berat. Partikel hidrokarbon
ini tentunya akan bersenyawa dan tidak
menutupi konstituen non-karet, yang merupakan
protein, dimana protein ini akan diadsorpsi pada
permukaannya dan berfungsi untuk melindungi
koloid. Dari lateks ini karet padat dapat
diperoleh baik dengan pengeringan air maupun
dengan pengendapan dengan menggunakan
asam. Cara terakhir ini dapat digunakan dengan
menghasilkan karet yang lebih murni, karena
akan lebih banyak meninggalkan konstituen
non-karet di dalam serum.

Isoprena adalah produk dari destilasi


destruktif karet, tetapi dapat juga disintetis dari
material yang lebih sederhana. Hal tersebut
mungkin menyebabkan polimerisasi menjadi
senyawa seperti karet, dan tentu karet sintetis
bernilai secara komersial saat ini sedang
dikembangkan dengan polimerisasi butadiene itu
sendiri dengan klorobutadiena.
Karet
merupakan
polimer
yang
memperlihatkan resilensi (daya pegas), atau
kemampuan meregang dan kembali kekeadaan
semula dengan cepat. Sebagian besar memiliki
struktur jaringan. Karet alam eksis dalam
bentuk-bentuk yang berbeda, tetapi sejauh
ini yang paling penting adalah yang tersusun
hampir seluruhnya dari cis- 1,4 poliisoprena.
Bentuk utama dari karet alam yang terdiri
dari
97%
cis-1,4-poliisoprena,
dikenal
sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet
yang diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari
sekitar 32-25% karet dan sekitar 5% senyawa
lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol,
ester dan garam.
b. Karet Sintetis
Ada
beberapa
alasan
yang
melatarbelakangi diproduksinya karet sintetik,
yaitu :
1. Untuk mencapai kemandirian dalam
membuat produk yang sampai sekarang
sudah didapat hanya dari produk alam.
2. Untuk mencapai kemampuan yang lebih
besar dengan meningkatnya permintaan
3. Untuk dapat memperoleh karet yang
sifatnya tidak dimiliki oleh produk alam,
seperti ketahanan menggembung dalam
minyak, ketahanan terhadap temperatur
ekstrim, dan ketahanan terhadap pengaruh
buruk,
4. Rasa ingin tau yang tinggi
Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit
ditandingi oleh karet sintetis. Adapun
keunggulan keunggulan yang dimiliki karet
alam dibanding karet sintetis adalah :
1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang
sempurna,
2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga
pengolahannya mudah,
3. Mempunyai daya aus yang tinggi,
4. Tidak mudah panas (low heat build up), dan

5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap


keretakan (groove cracking resistance).
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki
kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat
kimia dan harganya yang cenderung bias
dipertahankan supaya tetap stabil. Karet sintetis
sebagian besar dibuat dengan mengandalkan
bahan baku minyak bumi. Biasanya tiap jenis
memiliki sifat tersendiri yang khas.
Ada yang tahan tehadap panas atau suhu tinggi,
minyak, pengaruh udara, dan bahkan ada yang
kedap gas
Produk akhir dari elastomer ini yang paling
banyak
digunakan
adalah
Termoplastik
elastomer (TPE). TPE adalah bahan yang
diproses melalui metode yang sama yaitu injeksi
molding (molding injection) dan ekstruksi
menggunakan termoplastik kaku yang diubah
sehingga memiliki sifat dan tampilan yang
secara normal seperti karet termoset. TPE
merupakan bahan yang cukup penting karena
range penggunaannya yang besar untuk berbagai
aplikasi di beberapa bidang seperti otomotif, alat
rumah tangga, peralatan elektronik, industriindustri, dan peralatan medis.
Salah satu contoh TPE yang sangat populer
saat ini adalah TPE polipropilena/EPDM yang
mempunyai beberapa keunggulan sifat, seperti
tahan terhadap hantaman (impact resistance),
stabilitas termal yang baik. Campuran kedua
bahan ini menghasilkan produk-produk terutama
dalam industri automobil seperti bumper, panel
pintu, kibasan lumpur, dan bagian interior mobil.
D. Perilaku dan Sifat Polimer
1. Sifat Mekanik
a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan
untuk mematahkan suatu sampel. Kekuatan tarik
penting untuk polimer yang akan ditarik,
contohnya fiber, harus mempunyai kekuatan
tarik yang baik.
b. Compressive strength
Adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton
merupakan contoh material yang memiliki
kekuatan tekan yang bagus. Segala sesuatu yang
harus menahan berat dari bawah harus
mempunyai kekuatan tekan yang bagus.
c. Flexural strength

Adalah ketahanan pada bending (flexing).


Polimer mempunyai flexural strength jika dia
kuat saat dibengkokkan.
d. Impact strength
Adalah ketahanan terhadap tegangan yang
datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai
kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul
dengan keras secara tiba-tiba seperti dengan
palu.
2. Sifat Termal
Polimer sering dianggap sebagai material
yang tidak mampu memberikan performa yang
baik pada termperatur tinggi. Namun, pada
kenyataannya, terdapat beberapa polimer yang
cocok untuk penggunaan pada temperatur tinggi,
bahkan lebih baik daripada traditional materials.
Pada polimer, khususnya plastik, definisi
temperatur tinggi adalah suhu diatas 135oC.
Pada temperatur tinggi, polimer tidak hanya
melunak, tetapi juga dapat mengalami degradasi
termal. Sebuah plastik yang mengalami
pelunakan pada temperatur tinggi tetapi mulai
mengalami degradasi termal pada suhu yang
jauh lebih rendah hanya dapat digunakan pada
suhu di bawah suhu dia mulai mengalami
degradasi. Menentukan temperatur aplikasi
membutuhkan pengetahuan mengenai perilaku
degradasi termal dari polimer tersebut.
III METODOLOGI PERCOBAAN
Pada bab ini akan dijabarkan metode yang
disusun dan digunakan dalam penyelesaian
permasalahan. beberapa tahap dalam yang
dilakukan antara lain:
A. Peralatan
Alat :

a. Hotplate/kompor
listrik
b.Termometer digital
c. Wadah untuk
mencampur
d.Pengaduk
e. Cetakan
f. Wadah tahan
panas/panci

Bahan :

a. Polimer B
(Resin+Hardener
b. Polimer C (Lem
tembak/PVC)

B. Prosedur Percobaan
a. Disiapkan peralatan dan bahan.
b. Dibuat Polimer B dari bahan dengan 3 variasi
jumlah hardener yang berbeda. Diaduk rata,

c.

d.
e.
f.

g.
h.

i.
j.

k.
l.

dmasukkan dalam cetakan yang telah


disediakan. Ditunggu hingga kering dan
dilepaskan dari cetakan.
Dijatuhkan bola di atas permukaan polimer
B. Diukur tinggi pantulan, Dilakukan
sebanyak 5 kali percoban. Dilanjutkan
pengukuran yang sama untuk polimer C.
Dimasukkan semua data pada tabel.
Dilakukan perhitungan statistic pada seluruh
data (rata-rata, standar deviasi, range, error)
Dilakukan analisis data pada hasil
pengukuran manakah yang termasuk
termoset dan termoplastik berdasarkan
ketinggian pantulan.
Dimasukkan bahan polimer B ke dalam
wadah tahan panas.
Dietakkan wadah di atas hot plate atau
kompor listrik, lalu dinyalakan (set suhu hot
plate 3000C)
Diamati kenaikan suhu polimer dan dicata
jika terjadi perubahan pada polimer.
Dilanjutkan pengamatan hingga perubahan
besar terjadi (misal : meleleh atau gosong)
dan catat suhunya pada saat terjadi
perubahan.
Ulangi untuk polimer C dengan cara yang
sama.
Ditentukan manakah yang termoplastik dan
termoset, jelaskan alasannya.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Percobaan
Data hasil pengukuran dapat ditampilkan
pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Polimer terhadap
Ketinggian Pantulan
Pengukuran
Tinggi pantulan (cm)
Polimer B
1
2
3
4
5
Rata-rata
Standar
Deviasi

I
23
21
19
18
18
19.8
2.1679
48

II
20
19
19
18
19
19
0.7071
07

III
22
22
21
20
21
21.2
0.8366
6

Polimer
C
13
13
12
10
12
12
1.2247
45

sama tidak mengalami peleburan hanya terjadi


perubahan warna menjadi kuning kecoklatan
0.5477
tidak sampai hangus. Berdasarkan teori,
seharusnya terjadi perubahan yang semakin
menyebar seiring dengan suhu yang terus
meningkat. Hal ini terjadi dikarenakan polimer
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Polimer terhadap
B (resin) merupakan bahan yang memiliki
Perubahan Temperatur
organik yang mengandung karbon
Suhu Waktu
Polimer B
Polimerstruktur
C
sehingga
apabila diganggu dengan diberikan
I
II
III
panas akan menghasilkan hangus atau berubah
83
267
Mulai Leleh
arang.
Pemberian
hardener
86
567
Lelehmenjadi
mempengaruhi
efek
panas
yang
diberikan.
keseluruhan
Semakin banyak hardener maka struktur polimer
106
2700 Kuning Kuning Kuning
semakin rapat sehingga lebih keras dan lebih
coklat
coklat
coklat
tahan terhadap panas. Namun, pada percobaan
ini polimer B tidak sampai hangus. Hal ini
B. Pembahasan
disebabkan karena pada panci terdapat lelehan
Pada percobaan yang pertama yaitu
material lain yang menghambat terjadinya
pengujian polimer B dengan kapasitas hardener
pemanasan pada polimer B. Saat didinginkan
yang berbeda dan polimer C (lem tembak)
polimer C perlahan-lahan mengental dan
terhadap tinggi pantulan bola pingpong. Dari uji
mengeras kembali serupa ke bentuk semula
pantul bola ini diperoleh hasil untuk hardener 2
sedangkan polimer B tidak. Dari hasil percobaan
tetes tinggi pantulan rata-rata 19,8 cm, tinggi
ini dapat diketahui bahwa polimer B memiliki
pantulan rata- rata dengan hardener 4 tetes yaitu
ketahanan panas yang lebih besar sehingga
19 cm dan tinggi pantulan rata-rata untuk
polimer ini digolongkan polimer termoset.
hardener 6 yaitu 21,2 cm. Secara teori, semakin
Sedangkan untuk polimer C (lem tembak)
banyak hardener maka tinggi pantulan semakin
memiliki titik leleh yang rendah dan mampu
besar. Hal ini dikarenakan hardener memiliki
kembali ke bentuk semula maka polimer ini
sifat keras. Berarti semakin keras material maka
termasuk polimer termoplastik.
akan memberikan pantulan semakin tinggi. Dari
V KESIMPULAN DAN SARAN
hasil pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
A.
Kesimpulan
hardener paling banyak memiliki pantulan yang
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka
paling tinggi. Namun tidak berlaku semakin
dapat disimpulkan bahwa:
banyak hardener maka semakin tinggi pantulan
1.
Polimer merupakan molekul yang terdiri dari
karena pada polimer B dengan hardener 4 tetes
unit unit yang sama dan berulang-ulang.
lebih pendek pantulannya dibandingkan polimer
2.
Polimer termoplastik memilki sifat yang
B dengan hardener 2 tetes. Hal ini disebabkan
mudah meleleh (titik lebur rendah), namun
karena pada polimer B dengan hardener 4 tetes,
polimer ini dapat kembali menjadi padatan
tertimpa suatu benda sehingga menyebabkan
ketika mengalami proses pendinginan tanpa
sampel ini cacat dan retak.
degradasi. Sedangkan polimer termoset, tidak
Pada percobaan kedua, polimer B dengan
meleleh ketika dipanaskan melainkan akan
kapasitas hardener yang berbeda dan polimer C
berubah menjadi arang dan tidak dapat
dipanaskan dalam panci dengan menggunakan
kembali ke kondisinya semula.
kompor listrik berdaya 300 Watt. Data yang
3.
Variasi jumlah hardener yang ditambahkan
diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hasil
mempengaruhi kekuatan sampel polimer
yang diperoleh menunjukkan bahwa polimer C
termoset terhadap pemanasan. Semakin
memiliki titik leleh yang relatif rendah
banyak hardener maka titik leleh sampel
dibandingkan dengan polimer B yaitu pada suhu
semakin tinggi dan semakin tahan panas.
86C dalam waktu 567 detik telah leleh
4.
Untuk membedakan suatu polimer termoset
semuanya. Sedangkan pada polimer B dengan
atau termoplastik, dapat dilakukan dengan
berbagai kapasitas hardener pada suhu yang
memberikan perlakuan panas pada polimer
Standar
Error

0.9695
36

0.3162
28

0.3741
66

tersebut. Jika bahan tersebut meleleh berarti


polimer tersebut termoplastik atau jika tidak
meleleh maka polimer tersebut termoset.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
percobaan ini adalah :
1. Penggunaan wadah/panci untuk pemanasan
harus bersih dan bebas pengotor/material lain
agar data percobaan dapat dilakukan lebih
akurat.
2. Dalam uji pantulan dengan bola sebaiknya
digunakan alat bantu penggaris yang fixed
sehingga mudah dalam mengukur ketinggian
pantulan bola yang diberikan pada polimer.
3. Sebaiknya digunakan cetakan polimer yang
seragam, supaya ketebalan dan volume
polimer yang terbentuk sama.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sawitri, Dyah dkk. 2015. Modul Praktikum
Rekayasa
Bahan.
ITS:
Material
Laboratory.Rahmat
Saptono.
2008.
Pengetahuan Bahan-Polimer. Departemen
Metalurgi dan Material FTUI.
[2] http://indahmozaeq.blogspot.com/2012/11/polimer.html
[3] https://de2xsys.files.wordpress.com/2010/10
/polimer-alami.pdf
[4] https://www.academia.edu/9640657/Polimer
_Termoplastik_dan_Termosetting
[5] http://www.slideshare.net/PutrisipotMaward
ani/thermoplastik
[6] http://www.slideshare.net/irwaniin/ilmubahan-33885594

Anda mungkin juga menyukai