Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Industri rokok PT.X adalah suatu industri yang usahanya bergerak di
bidang pembuatan rokok. Pada proses pembuatan rokok ini, ada zat yang
berbahaya berupa nikotin, namun banyak pekerja yang tidak mengerti dan
tidak menghiraukan bahaya dari zat tersebut. Bahaya yang dipaparkan zat
nikotin berasal dari bahan baku pembuatan rokok yaitu tembakau. Pada
industri rokok PT.X ini ada suatu proses yang mengharuskan pekerja kontak
langsung dengan zat nikotin pada tembakau, yaitu pada proses pemotongan
dan pengovenan daun tembakau.

Pekerja di pabrik tembakau tersebut

berpotensi terkena toksin nikotin rokok karena intensif berhubungan dengan


tembakau hampir setiap hari. Menurut Sari (2014) menyatakan bahwa ,debu
tembakau dalam proses pemilahan dan pemotongan tembakau dapat
menganggu kesehatan. Penyakit Saluran Pernafasan(ISPA), penyakit dalam,
penyakit kulit dan jaringan bawah kulit, gangguan telingan hidung dan
tenggorokan (THT), penyakit mata dan penyakit rongga mulut dan gigi,
penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit yang timbul akibat bekerja di
pabrik rokok. Berdasarkan

penelitian

tersebut

dapat

dikethui

bahwa

kandungan toksin pada tembakau sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja


pada industri rokok.
Dalam proposal penelitian yang berjudul Analisa Efek Nikotin Pada
Pembuatan Rokok Terhadap Kesehatan Pekerja Pada Pt.X Dan Pengendalian
Menggunakan

Metode Jsa (Job Safety Analysis) variabel-variabel yang

digunakan adalah proses pembuatan rokok, kesehatan dan keselamatan pekerja,


serta kandungan zat berbahaya pada tembakau.
2.1.1.

Kesehatan Pekerja
Dalam perindustrian pekerja adalah salah satu faktor penting
yang mempengaruhi maju tidaknya industri tersebut. Tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat ( Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan). Dalam melakukan tugasnya,tenaga kerja
harus dapat melakukan segala macam tugas yang wajib dikerjakan sesuai
ketentuan yang ada di perusahaan tersebut, dan tenaga kerja juga harus
menerima konsekuensi apapun yang akan diterima apabila bekerja pada
bidang tersebut.
Hasil produksi yang maksimal didukug dengan salah satu faktor
penting yaitu

kesehatan pekerja, karena apabila pekerja berada pada

kondisi yang sehat maka proses produksi akan berjalan dengan baik, dan
target produksi

sesuai dengan yang diharapkan. Ketika melakukan

pekerjaan tidak menutup kemungkinan pekerja akan mendapatkan dampak


buruk yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja, dan
tidak jarang banyak pekerja yang tidak mempedulikan dampak buruk
tersebut. Bukan hanya dari faktor pekerja, namun keselamatan dan
kesehatan pekerja juga dapat dipengaruhi dari perusahaan itu sendiri.
Keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak dari masing masing pekerja, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Pada Pasal 86 dan menyatakan bahwa:
Ayat (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak

untuk

memperoleh perlindungan atas :


a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan; dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama.
Ayat (2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87 ayat (1) setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
menejemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintergrasi dengan
sistem menejemen perusahaan.
Pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap pekerja yang
bekerja di suatu perusahaan harus dalam kondisi selamat dan sehat, bebas
dari kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan (penyakit akibat kerja).

Kesehatan kerja merupakan sarana untuk menciptakan situasi kerja yang


aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong
efisiensi dan produktifitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan semua pihak, baik bagi industri maupun pekerja.
2.1.2.

Zat Berbahaya Pada Tembakau


Tembakau merupakan tanaman industri yang banyak ditanam
oleh masyarakat pedesaan Tanaman tembakau dapat tumbuh subur baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Tanaman tembakau tumbuh
subur pada tanah yang gembur, sedikitar dan mengandung unsur hara yang
cukup. Dengan demikian tembakau baik ditanam pada musim kemarau.
Tanaman tembakau dengan daunberwarna hijau, berbulu halus, batang,
dan daun diliputi oleh zat perekat.Pohonnya berbatang tegak dengan
ketinggian rata rata mencapai 50 cm, akan tetapi kadang-kadang mencapai
tinggi 250 cm atau lebih. Bila ditanam di daerah yang sesuai dan
dilakukan pemeliharaan dengan baik. Umur tanaman tanaman tembakau
rata-rata 3 sanrpai 4 bulan (Sukerni,2011)
Menurut Roberts dalam Rahmadini (2009) lebih dari 3040 jenis
bahan kimia dijumpai di dalam daun tembakau kering. Bahan bahan ini
berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri baik dalam proses
pembuatan tembakau maupun sewaktu penanaman tembakau. Berbagai
jenis tembakau yang ditanam disuatu daerah atau suatu negara serta cara
pemrosesan tembakau akan mempengaruhi komposisi bahan kimia yang
dikandung oleh tembakau. Beberapa bahan kimia yang bersifat toksis
antara lain nikotin; karsinogenik nitrosamine yang bersumber dari nitrit,
amine, protein, alkaloid di dalam daun tembakau, karsinogenik polisiklik,
Hidrokarbon aromatik bersumber sewaktu pemrosesan tembakau, elemen
radioaktif yang diabsorbsi dari udara dan tanah, logam logam berat yang
diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar
Menurut Caldwel dalam Ramdini (2009) Setiap kali menghisap
sebatang rokok, beresiko terpapar 45 jenis bahan kimia beracun.

Sebenarnya terdapat lebih dari 200 unsur. Beberapa senyawa penting


namun berbahaya adalah lutidin, rubidin, formaldehide, asam karbolik,
metalimin, akreolit, colidi, viridin, arsenik, asamformik, nikotin, hidrogen
sulfida, pirel, furfurol, benzopiren, metil alkohol, asam hidrosianik,
korodin, amonia, metana, karbon monoksida, dan piridin.
Benzopiren dan lutidin berasal dari tar tembakau. Colidin
menyebabkan kelumpuhan dan lambat laun mengakibatkan kematian.
Asam Karbolik dan asam hidrosianik, keduanya merupakan racun yang
berbahaya. Asam hidrosianik mampu membunuh dalam hitungan menit.
Metil Alkohol menimbulkan kebutaan. Sedangkan Karbon monoksida
mengikat oksigen di dalam darah, sehingga darah tidak bisa menyuplai
oksigen keseluruh jaringan tubuh.
Setiap isapan rokok mengandung radikal bebas dan oksidan yang
semuanya tentu akan masuk terisap kedalam paru paru.. Bila rokok
dibakar maka asapnya juga akan beterbangan disekitar perokok dimana
asap tersebut mengandung bahan berbahaya, asap rokok yang diisap si
perokok disebut asap utama (mainstream smoke) dan asap yang keluar
dari ujung rokok yang terbakar dan akan diisap oleh orang disekitar
perokok disebut asap sampingan (sidestream smoke) (Aditama, 1996).
Asap rokok utama (mainstream smoke) terdiri dari 4000 jenis
bahan kimia, dimana fasenya dibagi menjadi fase partikulant dan fase gas.
Fase partikulat terdiri dari nikotine, nitrisamine, N- nitrosonor nicotine,
Polisiklik hidrokarbon, logam berat dan Karsinogenik amine, sedangkan
fase gas mencakup karbon monoksida, karbondioksida, benzene, amonia,
formaldehid, hidrosianida, dan lain lain. Asap rokok sampingan (side
stream) dapat dijumpai bahan kimia bersifat karsinogenik berupa Nnitrosodimetilamine dan N-nitrosodietilamine serta beberapa jenis logam
2.1.1.1.

berat (Aditama, dalam Ramdini 2009).


Nikotin
Nikotin merupakan sejenis unsur kimia beracun, mirip dengan
alkaline. Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung

dan sirkulasi darah. Nikotin membuat pemakainya kecanduan.


Bahayanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa 4 cc nikotin terbukti
cukup membunuh seekor kelinci besar. Nikotin ialah sejenis sebatian
organik yang dijumpai secara semulajadi di dalam pokok tembakau
(daun tembakau mempunyai kandungan nikotina paling tinggi).
Sebanyak 5% daripada berat tembakau ialah nikotin. Nikotin
merupakan racun saraf manjur ( potent nerve poison ) dan digunakan
di dalam racun serangga. Pada kepekatan rendah, bahan ini bertindak
sebagai peransang dan adalah salah satu sebab utama mengapa
merokok digemari dan dijadikan tabiat. Selain tembakau. nikotina juga
ditemui di dalam tumbuhan famili Solanaceae termasuk tomato,
terung ungu ( eggplant ), ubi kentang, dan lada hijau. (Basyir, dalam
Ramdini 2009)
Nikotin(C10H14N2) merupakan senyawa organic alkaloid,
yang umumnya terdiri dari Karbon, Hydrogen, Nitrogen dan terkadang
juga Oksigen. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan
bersifat stimulant terhadap tubuh manusia. Contoh lain dari senyawa
alkaloid ini misalnya, kafein. Bagi pencinta kopi, tentu bisa merasakan
effek stimulant dari kafein ini ketika meminum secangkir kopi di pagi
hari
Konsentrasi Nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram
berat tembakau. Sebatang rokok biasanya mengandung 8-20 mg
nikotin, walaupun tentu saja, sangat bergantung pada merk rokok
tersebut. Jika anda perokok, ketahuilah, tubuh menyerap 1mg nikotin
untuk satu batang rokok yang dihisap. Kadar nikotin 4-6 mg yang
diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang
ketagihan.(Anonimous dalam Ramdini 2009).
Menurut Human Rights Watch (2016) Nikotin terdapat di
semua bagian tanaman dan daun tembakau dalam semua tahapan
produksi. Penelitian kesehatan masyarakat telah menunjukkan bahwa

petani tembakau menyerap nikotin melalui kulit mereka saat


menangani tembakau, terutama ketika tanaman tersebut basah.
Penelitian menunjukkan petani tembakau dewasa yang tidak merokok
memiliki jumlah nikotin yang sama dengan perokok di masyarakat
umum. Nikotin adalah toksin alias zat racun, dan paparan nikotin telah
lama dikaitkan dengan dampak buruk berjangka panjang atas
perkembangan

otak.

menghilangkan

bahaya

Penggunaan
bekerja

alat
dengan

pelindung

tak

cukup

tembakau

dan

dapat

menyebabkan bahaya lain, seperti macam-macam cedera karena suhu


panas.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nikotin
sangat berbahaya bagi manusia. Terdapat beberapa kasus karena
dampak dari nikotin yang dipaparkan oleh tembakau, yaitu kasus yang
dialami buruh tembakau di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Jawa
Timur. Dijelaskan bahwa ditemukan banyak aspek di pertanian
tembakau di Indonesia menimbulkan risiko signifikan untukkesehatan
dan keselamatan anak-anak. Anak-anak yang bekerja di pertanian
tembakau di Indonesia terpapar nikotin, racun pestisida, dan panas
ekstrem. Mayoritas anak-anak yang diwawancarai untuk laporan ini
menjelaskan sakit yang mereka alami saat bekerja di pertanian
tembakau, termasuk gejala spesifik yang berkaitan dengan keracunan
nikotin akut, paparan pestisida, dan berbagai cedera akibat suhu panas.
Beberapa anak melaporkan gejala masalah pernapasan, kondisi kulit,
dan iritasi mata saat bekerja di pertanian tembakau.Sekitar setengah
dari anak-anak yang kami wawancarai di Indonesia tahun 2014 atau
2015dilaporkan mengalami setidaknya satu gejala yang konsisten
dengan keracunan nikotin akut saat bekerja di pertanian tembakau,
termasuk mual, muntah, sakit kepala, dan pusing.
2.1.1.2. Tar

Tar merupakan bahan rokok yang mengandung bahan kimia


beracun yang merusak sel paru paru dan menyebabkan kanker
(Basyir, dalam ramdini 2009). Apabila satu satunya sumber nikotin
adalah tembakau maka sumber tar adalah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok, dan bahan organik lainnya yang terbakar. Tar hanya
dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga
di klasifikasikan sebagai tar (Sitepoe, dalam Ramdini 2009).
2.1.1.3. Gas Karbonmonksida (CO)
Merupakan gas beracun yang dapat mengurangi kemampuan darah
membawa oksigen. Yaitu gas yang terbentuk ketika pembakaran
tembakau dan kertas pembungkus rokok dalam waktu lama. Unsur ini
memiliki kemampuan cepat sekali bersenyawa dengan hemoglobine.
Akibatnya, suplai oksigen ke seluruh organ tubuh terhambat (Sitepoe,
2000). Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan
dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah
naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000).
2.1.1.4. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang
rokok yang diisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah
hitam. Bila seorang menghisap 1 bungkus rokok per hari berarti
menghasilkan 10 mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam
tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).
Pada Industri rokok PT.X ini yang memiliki potensi bahaya besar pada
saat pemrosesan tembakau adalah zat nikotin, diterangkan juga pada jurnal
yang berjudul Analisis Faktor Risiko Green Tobacco Sickness (Gts) Dan
Metode Penanganannya Pada Petani Tembakau, bahwa akibat kerja yang
berhubungan dengan paparan pestisida dan absorbsi nikotin daun tembakau
basah

melalui

kulit

yang

disebut

Green

Tobacco

Sickness

(GTS)

(TCSCIAKMI, dalam Rokhmah 2014). GTS adalah penyakit yang dapat

disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit saat petani bekerja di lahan
tembakau yang basah tanpa memakai alatpelindung diri. Penyakit ini ditandai
dengan gejala antara lain sakit kepala, mual, muntah, lemas (McKnight &
Spiller, dalam rokhmah 2014).
2.1.3. Karakteristik Tempat Penelitian
PT.X adalah sebuah perusahaan rokok yang berpusat di Surabaya. Industri
ini menerapkan metode pengovenan dan pemotongan sebagai salah satu
proses pengolahan rokok, dalam proses tersebut bahaya yang dittimbulkan
tidak hanya bisa diakibatkan oleh mesin pemrosesan, namun juga dapat
diakibatkan oleh bahan baku, yaitu tembakau.
Pekerja pada PT.X yang bertugas pada ruang pemrosesan tembakau
memiliki waktu 8 jam kerja, yaitu pukul 08.00 sampai pukul 17.00, dan
istirahat pada pukul 12.00 sampai pukul 13.00, jadi selama kurang lebih 8
jam pekerja PT.X mengalami kontak langsung maupun tidak langsung dengan
tembakau, hal ini dikawatirkan dapat mengganggu kesehatan bekerja akibat
dari kandungan berbahaya berupa nikotin yang terkandung dalam tembakau
tersebui paparan zat nikotint, karena pada saat pemrosesan tembakau para
pekerja tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang lengkap, hal ini
akan memeperbesar efek buruk dari paparan zat nikotin bagi para pekerja.
Zat pada nikotin yang sangat berbahaya apabila kontak dengan kulit dapat
menyebabkan penyakit Green Tobacco Sickness (GTS). Pada Industri PT.X
sendiri terdapat beberapa keluhan pekerja pada pemrosesan tembakau yaitu
gejala pusing dan mual, hal ini bias terjadi karena terlalu lama terpapar zat
nikotin pada tembakau. Dari permasalahn tersebut perlu adanya penanganan
agar meminimalisir adanya Penyakit Akibat Kerja pada pekerja industri
Rokok PT.X.
2.1.4. Metode Analisa Data
Dalam penelitiann pengaruh kandungan zat nikotin pada pengolahan
tembakau ini menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) karena JSA
sendiri merupakan metode yang mempelajari suatu pekerjaan untuk

mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap


langkah, dan digunakan untuk mengembangkan solusi yang dapat
menghilangkan dan mengkontrol bahaya (National Occupational Safety
Association, dalam Kusumasari 2014).
Metode penelitian ini baik digunakan dalam permasalahan yang ada di
PT.X menggunakan variable tahapan pekerjaan, potensi bahaya, dan resiko,
dari ketiga variaabel tersebut kita dapat menentukan rekomendasi yang akan
ditentukan untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari permasalahan
yang ada. Dengan metode ini maka akan dihasilkan atau ditemukan
rekomendasi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan di PT.X.
2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1 Analisis Faktor Risiko Green Tobacco Sickness (GTS) Dan Metode
Penanganannya Pada Petani Tembakau, Oleh Dewi Rokhmah.Tahun 2014.
Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam
setelah Cina, Brazil, India, USA dan Malawi, dengan jumlah produksi
sebesar 136 ribu ton atau sekitar 1,91% dari total produksi tembakau
dunia. Sementara itu, tiga provinsi yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Jawa Tengah merupakan penghasil tembakau terbesar di
Indonesia, baik pada tahun 2009 maupun 2010. Kehidupan petani
tembakau sangat rentan dari berbagai aspek kehidupan. Aspek kesehatan
merupakan salah satu masalah bagi petani tembakau. Setiap pekerjaan
menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya,
tidak terkecuali bagi petani tembakau. Petani tembakau berisiko terkena
penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan paparan pestisida dan
absorbs nikotin daun tembakau basah melalui kulit yang disebut Green
Tobacco Sickness (GTS).
Penelitian ini bertujuan Menganalisis faktor risiko terjadinya penyakit
GTS pada petani tembakau meliputi: faktor karakteristik individu (umur,
jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, lama menjadi petani
tembakau), maupun faktorperilaku (pengetahuan, sikap, tindakan terkait

GTS). Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan metode


survei dan menggunakan rancangan cross sectional yakni untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Penelitian inidilakukan di 24 kecamatan
di Kabupaten Jember yang merupakan sentra produksi tembakau, dengan
sampel berjumlah 89.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penmelitian ini
adalah : Wawancara, Survei dokumen, dan Focus Group Discussion
(FGD). Adapun variable terikatnya adalah gejala GTS pada petani
tembakau. Sedangkan variable bebasnya terdiri dari : faktor karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, lama
menjadi petani tembakau), maupun faktor perilaku (pengetahuan, sikap,
tindakan terkait GTS) serta bagaimanakah metode penanganannya.
Dari Hasil penelitian diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang bekerja pada petanian tembakau berdasarkan usia adalah
perempuan yang sudah menikah, berdasarkan umur adalah antara usia 4049 tahun, dari segi lama bekerja sebagian besar bekerja lebih dari 10
tahun. Dan dari segi pendidikan sebgaian besar memiliki pendidikan yang
rendah.
Dari segi pendapatan sebagian besar pendapatannya dibawah UMR.
Dari pengamatan tantang pengetahuan petani tembakau tentang GTS
didapatkan Hasil

bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan petani

tembakau tentang GTS masih rendah (96,6%), sikap terhadap pencegahan


GTS masih negatif (98,9%), serta tindakan pencegahan gejala GTS yang
kurang baik (86,5%).
a. Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Gejala GTS pada Petani
Tembakau
Hasil pengujian statistik menunjukkan terdapat pengaruh antara
jenis kelamin dan lama menjadi petani tembakau dengan kejadian
gejala GTS pada petani tembakau. Karena laki laki banyak yang

perokok aktif dan ternayata mengkinsumsi daun tembakau ternyata


dapat mengurangi resiko terkena GTS, dan pemetik daun tembakau
yang telah lama bekerja, sedikit terkena GTS ketimbang pemetik daun
tembakau yang baru bekerja .
b. Pengaruh Tindakan Responden Terhadap Gejala GTS pada Petani
Tembakau
Aapabila petani tembakau melakukan tindakan pencegahan gejala GTS
yang berupa: menggunakan sarung tangan dan baju berlengan panjang
dan berbahan anti air saat bekerja di kebun tembakau, tidak bekerja di
lahan tembakau pada waktu yang terlalu pagi dan pada tembakau yang
basah, serta mencuci pakaian yang dipakai setelah bekerja di lahan
tembakau, maka para petani tembakau akan terhindar dari gejala GTS.
Berdasarkan hasil FGD, serta dari pengambilan data primer
pada saat penelitian, maka didapatkan 3 pendekatan diantara para
petani tembaku dalam mencegah gejala GTS melalui (1) peningkatan
pengetahuan dan sikap petani tembakau tentang GTS (2) pengadaan
APD berupa sarung tangan dan pakaian tahan air dan sepatu boot,
serta (3) peningktan peran ketua kelompok tani dan petugas penyuluh
2.2.1

kesehatan dalam pencegahan GTS.


Implementasi Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pencegahan

Terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (Studi Kasus: Pt. Adi Putro


Wirasejati. Oleh Andhini Dwi Pertiwi, Sugiono, dan

Remba Yanuar

Efranto. Tahun 2013


Kemajuan teknologi membuat proses pekerjaan menjadi lebih mudah
dengan adanya alat atau mesin canggih. Namun di sisi lain penggunaan
alat berat turut menjadi penyebab masalah pada keselamatan dan
kesehatan kerja karena semakin meningkatnya aktivitas produksi.
Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik psikologi, fisiologis atau
tindakan dari manusia sendiri merupakan penyebab terjadinya kecelakaan
akibat kerja yang harus ditangani secara dini.

Potensi bahaya yang ada di tempat kerja dapat merugikan perusahaan


maupun karyawan itu sendiri. Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah
dengan menerapkan suatu konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
PT.Adi putro adalah salah satu perusahaan yang banyak menggunkan
mesin mesin canggih yang dapat menimbulkan bahaya. Banyak terjadi
kecelakaan di perusaahan tersebut.

Dengan melihat adanya potensi

bahaya serta penanganan yang belum terarah perusahaan ini memerlukan


Job Safety Analysis (JSA).
JSA digunakan sebagai upaya untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya
yang terdapat di lingkungan kerja, beserta cara pengendalian atau
penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kecelakaan kerja
sesuai dengan jenis kecelakaan, menentukan pekerjaan sesuai dengan
prioritas pada kecelakaan kerja, mengidentifikasi bahaya dan potensi
kecelakaan kerja. Dan meemberikan rekomendasi untuk mencegah
kejadian atau potensi kecelakaan.
Langkah awal dari penelitian ini adalah melakukan survey terhadap
tempat kerja untuk memberikan gambaran yang lebi jelas, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas penelitian berdasarkan angka
kecelakaan, selanjutnya adalah tahap pengumpulan data yang dilakukan
meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi perusahaan, dari data
tersebut kita dapat menetukan variable dalam penanganan dengan metode
JSA. Variabel tersebut adalah Jenis pekerjaan, kegagalan yang terjadi dan
akibatnya, dan nilai keparahan yang dihasilkan. Dari beberapa variable
tersebut kita dapat menghitung RPN untuk menentukan prioritas tindakan
yang diambil dapat menentukan solusi apa yang tepat untuk mengatasi
masalah di perusahaan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 24 jenis kecelakaan
pada PT.Adi Putro. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa terdapat 3
jenis kecelakaan kerja yang harus diprioritaskan untuk ditangani lebih
lanjut umenggunakan JSA. Rekomendasi alat pelindung diri yang

diberikan untuk melakukan proses menggerinda yaitu safety goggles, face


shields, masker, ear plug, safety gloves, safety shoes dan safety harness.
Alat pelindung diri untuk pengerjaan bor tangan yaitu safety helmet, safety
goggles, face shileds, masker, ear plug, safety gloves, safety shoes dan
safety harness. Alat pelindung diri untuk mesin las MIG yaitu apron,
kedok las, safety goggles, masker, ear plug, safety gloves, safety shoes dan
safety harness.

Anda mungkin juga menyukai