Anda di halaman 1dari 78

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah suatu benda yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik
sebagai hasil sisa pelapukan tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu, baik itu sifat fisik, kimiawi juga
biologis. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman.
Mediayang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan
kebutuhantanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan
beracundengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik
tanahsangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang
ideal bagi tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapansifat-sifat
fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapansifat-sifat
fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah padasatu titik
pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifatfisik
tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenistanah
tertentu dalam suatu peta tanah.
Karena itu dalam pemanfaatannya manusia perlu mengetahui berbagai
macam jenis tanah dan sifatnya. Sehingga dalam berbagai percobaan dan
pengamatan contoh tanah sebagai objek harus sesuai agar tingkat kebenaran
analisis akurat.

B. Tujuan

Menyiapkan contoh tanah kering angin/udara dengan diameter 2 mm


dancontoh tanah halus (diameter 0,5 mm), yang digunakan untuk acara
penetapankadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Saridevi,2013) ,ada dua belas ordo tanah menurut Soil Taxonomy
yaitu entisol, andisol, inseptisol, vertisol, ultisol, oxisol, alfisol, mollisol,
spodosol, histosol, aridisol, dan gleisol.
Menurut (Marbun 2014), taksnomi tanah adalah bagian dariklasifikasi tanah baru
yang menggunakan 6 ategori yaitu ordo, sub ordo,great goup, sb group, family
dan seri.
Tanah yang telah berkembang mempunyai sifat yang berbeda-benda meliputi
perbedaan sifat profil tanah seperti jenis dan susunan horizon, kedalaman solum
tanah, kandungan bahan organik dan liat, kandungan air, dan sebagainya
(Hardjowigeno,2010)
Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Inceptisol
menduduki golongan tanah terluas kedua di dunia. Ciri khas Inceptisol ini adalah
tanah mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochric (pucat) ,meskipun masih
sedikit memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan iluviasi.Golongan tanah ini
dapat terjadi hampir dalam semua zone iklim yang memungkinkan terjadinya
proses pencucian. Inceptisol merupakan tanah yangmempunyai horizon alterisasi
yang telah kehilangan basa-basa atau besi danaluminium tetapi mengandung
mineral dan mineral terlapuk, tampa horizon iluviasi yang diperkaya dengan liat
silikat yang mengandung aluminium dan bahan organik amorf (Sevindrajuta,
2013).
Vertisols adalah tanah-tanah yang telah mempunyai perkembangan profil, yang
dicirikan oleh terbentuknya bidang kilir (slickenside) di lapisan bawah,kandungan
liat cukup tinggi (<30%) dan terdapat rekahan-rekahan di permukaantanah selebar
>1 cm dan dalam >50 cm pada musim kemarau (Soil Survey Staff,1998). Tanah
ini terbentuk dari bahan aluvium yang kaya akan basa-basa dan batuan sedimen
pada fisiografi dataran aluvial dan dataran. Umumnya solum tanah dalam, warna
tanah kelabu, tekstur halus, reaksi tanah netral sampai basa,dan kandungan bahan
organik rendah. Faktor pembatas utama adalah sifat mengembang dan mengkerut

sehingga terjadi rekahan yang cukup dalam dan lebar terutama pada musim
kemarau panjang (Susanto A.N. dan Marthen P. S.,2007).
Ultisol didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai penciri horisonargilik atau
kandik dan kejenuhan basa < 35%. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di
Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar
25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, 2004).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yg digunakan pada praktikum acara 1 yang berjudul penyiapan
contoh tanah ini yaitu mortir dan penumbuknya, saringan (2mm, 1mm, 0,5mm),
tambir untuk peranginan, kantong plastik dan spidol.
B. Cara Kerja
1. Contoh tanah yang sudah dikeringanginkan di tumbuk dalam mortir
dengan hati-hati
2. Diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiameter
2mm,1mm,0,5mm
3. Dimasukkan kedalam kantong plastik
4. Dikelompokkan dari masing-masing ukuran tanah
5. Diberi label agar tidak tertukar pada pengamatannya

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
B. Pembahasan

Menurut Hardjowigeno (1993), andisol adalah tanah yang berkembang


dari bahan vulkanik seperti abu vulkan, batu apung, silinder, lava dan sebagainya,
dan atau bahan volkanik lastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral
short range order (alofan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam
keadaan lingkungan tertentu, pelapukan alumino silikat primer dalam bahan induk
non-vulkanik dapat menghasilkan mineral short range order, sebagian tanah
seperti ini yang termasuk dalam Andisol.
Mineral Andisol meliputi dua aspek penting, yaitu mineral fraksi pasir dan
mineral fraksi liat. Kebanyakan pustaka berisi keterangan mengenai mineral liat,
sedangkan mineral fraksi pasir tidak banyak tidak banyak ditemukan, padahal
mineral fraksi pasir penting bagi penentuan asal dari Andisol (Tan, 1984).
Berdasarkan hasil penelitian pada tanah-tanah Andisol di Indonesia
(Sumatera Utara, Jawa Barat), Sejarif (1990) mengemukakan bahwa komposisi
mineral liat Andisol terutama didominasi oleh alofan dan imogolit, beberapa tanah
mengandung alofan dengan haloisit, gipsit, dan kristobaloit dalam jumlah yang
kecil, dan hanya beberapa tanah Andisol yang mengandung kuasa dalam jumlah
yang sedikit sekali. Andisol yang banyak mengandung haloisit umumnya banyak
berkembang pada curah hujan yang relatif rendah dan pada bahan induk yang
masam, sedangkan tanah yang berkembang pada curah hujan yang lebih tinggi
dan berasal dari bahan induk basa banyak mengandung alofan dan imogolit.
Kandungan alofan dan imogolit dalam tanah cenderung meningkat dengan
kedalaman tanah. Pembentukan berbagai tipe mineral liat pada Andisol tergantung
kandungan Si dalam larutan tanah. Kandungan Si sendiri dalam larutan tanah
tergantung pada komposisi mineral bahan induk yang mempengaruhi kandungan
Si dan basa-basa serta kepada tingkat pencucian yang ditentukan oleh curah hujan
tahunan.
Andisol di Indonesia dapat dibedakan menjadi Andisol dataran rendah dan
Andisol dataran tinggi. Andisol dataran rendah terbentuk pada dataran rendah
dengan iklim tropika basah serta mempunyai rasio asam humat dan fulvat <0,2.
Sedang Andisol dataran tinggi terbentuk pada elevasi yang lebih tinggi dengan
iklim sedang, serta mempunyai rasio asam humat dan fulvat lebih dari 0,5. Akan
tetapi Andisol di Indonesia umumnya terdapat di daerah gunung yang beriklim
tropika basah (Munir, 1995).

Sifat-sifat fisika tanah Andisol menurut Maeda, Takenaka dan Warkentin


(1977) dapat dikemukakan sebagai berikut : memiliki bobot isi yang rendah,
kandungan air pada 15 bar yang tinggi, dan kandungan air tinggi, ketersediaan air
bagi tanaman sedang sampai rendah, memiliki batas mencair yang tinggi dan
indeks plastisitas yang rendah, tanah ini sulit didispersi serta terjadi perubahan
yang irreversible pada semua sifat-sifat tersebut apabila telah dikeringkan. Tan
(1984) mengemukakan bahwa sifat fisika penting lainnya dari Andisol adalah
struktur tanahnya. Struktur tanahnya terdiri dari makrostruktur dan mikrostuktur.
Dalam kaitan dengan makrostruktur, horizon A umumnya dicirikan oleh struktur
granular yang khas, yang terbentuk oleh proses yang disebut mountain
granulation. Struktur ini berlainan dengan struktur granular tanah-tanah lainnya
karena satuan-satuan strukturnya sangat resisten terhadap daya tumbuk air hujan.
Kerena ketahanannya ini dan terasa seperti pasir pada musim kering, maka unitunit struktur tersebut disebut pseudo-sand (pasir semu).
Tanah ultisol adalah tanah yang mengalami proses Podzolisasi, yaitu
proses translokasi humus atas Al dan Fe. Tanah podzolik mempunyai lapisan
permukaan yang sangat terlindi dengan tekstur yang relatif besar. Kandungan
bahan organic, kejenuhan basa dan pH yang rendah. Bahan induk berasal dari
batuan beku dan tuff masam. pH H2O pada lapisan atas 4.5-6.5 dan pH KCl 3.55.5. KTK kurang dari 35 me/100g. Kandungan P2O5 0.003-0.01% (Darmawijaya,
1990).
Selanjutnya, Munir (1996) menambahkan bahwa ultisol merupakan anah
tua yang masam, dan umumnya berada dibawah vegetasi hutan. Selama proses
pembentukan tanah, bahan induknya mengalami proses pelindian sehingga lapisan
atas menjadi begitu masam. Ultisol memiliki kemasaman tanah kurang dari 5.5,
bahan organik rendah, kejenuhan basa kurang dari 35%, sedangkan kapasitas
tukar kation (KTK) kurang dari 4 me/100 g liat. Sehingga ultisol merupakan tanah
yang miskin akan hara dan dengan adanya horizon argilic dapat membatasi
pertumbuhan dan penetrasi akar tanaman. Sedangkan secara fisik tanah ini
memiliki kandungan liat yang maksimal pada horizon Bt, permeabilitas tanah
lambat sampai baik, sedangkan konsistensi tanahnya teguh.
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih

banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah yang dapat memiliki epipedon
okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai
beberapa sifat penciri lain (misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi
syarat bagi ordo tanah yang lain (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol mempunyai
karakteristik dari kombinasi sifat sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari
setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut turut dalam musim musim
kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain
karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa
mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah
tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol
sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir
di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. Tanah
inceptisol memiliki kadar alumunium dan kadar zat besinya tinggi. Keasaman
yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7 dengan tingkat kejenuhan 72 %, oleh
karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang (Darmawijaya, 1990).
Menurut pendapat Darmawijaya (1990), entisol dicirikan oleh bahan
mineral tanah yang belum membentuk horizon pedogenik yang nyata, karena
pelapukan baru diawali, atau hasil bahan induk yang sukar lapuk seperti pasir
kuarsa, atau terbentuk dari batuan keras yang larutnya lambat seperti batu
gamping, atau topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi
pembentukan horizon pedogenik, atau pencampuran horizon oleh pengolahan
tanah atau hewan. Profil tanahnya tidak memperlihatkan translokasi bahan.
Entisol mempunyai kejenuhan basa bervariasi, pH dari asam, netral
sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon A maupun C, mempunyai
nisbah C/N < 20% dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan
organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan tanah yang bertekstur lebih halus.
Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi
yang lebih baik dalam tanah yang bertektur kasar juga penambahan alamiah dari
sisa bahan organik kurang dari pada tanah bertekstur halus (Munir, 1996).
Tanah vertisols relatif sulit diolah karena memiliki konsistensi yang sangat
kuat karena memiliki kandungan lempung yang tinggi yaitu lebih dari 30%,
bahkan menurut Prasetyo (2007) kandungan liat pada tanah vertisol dapat lebih
dari 60%. Tanah ini sangat keras pada waktu kering (musim kemarau) dan sangat

plastik dan lengket ketika basah. Pengolahan dapat dilaksanakan di dalam musim
kemarau baik secara manual maupun dengan menggunakan alat berat/traktor.
Prasetyo (2007) menambahkan, berdasarkan bahan induknya, tanah vertisol
memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Semua pedon yang diteliti mempunyai
tekstur yang tergolong pada liat berat dengan kandungan fraksi liat > 60%.
Tingginya kandungan faraksi lita berhubungan dangan bahan induk tanahnya.
Bahan induk vertisol terdiri atas alluvium, napal, peridotit, batu kapur, volkan
andesitik dan dasitik yang tergolong sudah lapuk serta endapan banjir dan
lakustrin yang memang sudah halus ukuran butirannya.
Sifat-sifat kimia tanah verstisol umumnya memiliki kesuburan kimia yang
tinggi, banyak mengandung Fe , memiliki KPK yang relatif baik, kejenuhan basa
++

relatif besar, kapasitas mengikat air (water holding capacity) yang tinggi dengan
pH tanah 6-8,5 (Supriyo, 2008). Secara kimiawi tanah ini kaya akan hara karena
mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi dengan kapasitas tukar kation
tinggi dan pH netral hingga alkali (Deckers et al, 2001). Akan tetapi tingkat
kesuburannya dapat bervariasi menurut asal bahan induknya (Prasetyo, 2007).
Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil
analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai
dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu
diperhatikan (Hanafiah, 2004).
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan
sifat-sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1987).
Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat
utuh. Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah
(tekstur tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh
digunakan untuk analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan
haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal
atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah

kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang
variabilitas kesuburannya tinggi (Poerwowidodo, 1991).
Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapanpenetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama
untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncanganguncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan
untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah
tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama
dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan
dan aktivitas jasad mikro (Hakim, 1986).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang
kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi
jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat. Beberapa
jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila
kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi
pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh
kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari
pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear
Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index
pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah
(pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan,
gedung-gedung, dsb) (Hardjowigeno,2007).

10

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan sesuai praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:


1. Contoh tanah kering udara berdiameter 2mm tertampung pada saringan
1mm
2. Contoh tanah halus berdiameter <0,5mm tertampung pada saringan
0,5mm
B. Saran
1. Seharusnya praktikum acara 1 ini perlu di laksanakan agar para
praktikan lebih memahami maksud dan tujuan dari teori yang
dijelaskan
2. Sebelum praktikum dimulai, pastikan alat yang digunakan dalam
keadaan baik

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Tanah Andisol, Tanah yang Subur Akibat Letusan Gunung.
Disadur dari http://unguamalis.blogspot.com/2010/12/tanah-Andisoltanah-suburakibat-letusan.html. pada 17 April 2011 Pukul 22:20.

Anonim.-. Tinjauan Pustaka Bahan Induk Andisol. Disadur dari


http//:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/Chapter
%20ll.pdf. Pada 17 April 2011 Pukul 22:35.

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University.


Yogyakarta.

12

Gaol, Surya Karto Lumban. 2014. Pemberian zeolit kalium untuk meningkatkan
Ketersediaan hara K dan pertumbuhan kedelai di Entisol.
JurnalAgroteknologi Vol. 2 No. 3 Hlm 1151-1159
H. Nurhajati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Usaha Nasional : Surabaya
Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S.2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akamedia Pressindo. Jakarta
Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Jenny, H., 1941. Factor of Soil Formation. McGraw-Hill Book Company, Inc.
New York And London
Marbun, Posma dkk. 2014.Klasifikasi Inseptisol pada ketinggian tempat
yangBerbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan.
JurnalAgroteknologi Vol. 2 No. 4 Hlm 1451-1458.
Marthen, Chald. (2007). Soil, Morphology, Genesis and Classification. Chapter
15. Inceptisols. Weirberg & Darry Hans. UK. OL.Page: 178-188.
Nuryani, dkk. 2003. Sifat Kimia Inseptisol pada Sistem Pertanian Organik.
Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 10 No. 2 Hlm 63-69.Pr
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Prasetya, B.H dan Suriadikarta D.A. .2006. Karakteristik, Potensi, dan
Teknologi Pengololaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian
Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 Hlm
39-47.

13

Prasetya, B.H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai lahan
induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol.9 No.1 Hlm 20-31.
Saridevi, Gusti Agung Ayu Ratih dkk. 2013. Perbedaan sifat biologi tanah pada
Beberapa penggunaan lahan i andisol, inseptisol, dan vertisol.
JurnalAgroteknologi Tropik Vol. 2 No. 4 Hlm 214-224. of 10
Sevindrajuta. 2013. Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam
cabut. Jurnal Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Hlm 3-4.
Soil Survey Staff. (2010). Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari
Batuan Sedimen Masam di Kalimantan, Jurnal Litbang Pertanian
29(4) :144.
Subagyo, H.,N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah pertanian di
Indonesia. Vol:4. Hlm. 21-66. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F.
Agus, D. Djaenudin (Ed) . Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Pertanaian dan Perikanan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Supriyo, H. 2008. Catatan kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan (KTB
617). Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

14

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi yang
tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik
sebagai

hasil

pelapukan

sisa-sisa

tanaman

dan

hewan,

yang

mampu

menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh


iklim, jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk. Semua makhluk di bumi
ini sangat tergantung pada tanah. Oleh karena itu kita harus menjaga dan
melestarikannya. Menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah disebabkan
karena faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat produktivitas diantaranya
adalah erosi yang terus-menerus dapat mengakibatkan terkikisnya lapisan tanah
yang paling atas, bencana alam, sistem ladang berpindah, dan lain-lain. Karena
dalam mempertahankan dan menjaga kesuburan serta kelestarian tanah itu tidak
mudah, maka mulailah manusia mempelajari dan mengadakan penelitian tentang
tanah. Kemudian dikenal adanya ilmu tanah.

15

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan
hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian
bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air
yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Berdasarkan gaya yang bekerja pada
air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan
menjadi: air higroskopis,air kapiler dan air gravitasi.
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan atau diserap oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik.
Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu proses
pertumbuhan tanaman. Air diperlukan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, antara lain untuk transpirasi, dalam proses asimilasi untuk
pembentukan karbohidrat, serta untuk pengangkutan fotosintesis ke seluruh
jaringan tumbuhan .
B. Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar
air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan
massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat

16

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperluakn suatu
keadaan taat air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah
akan menyerap unsure hara. Tata air dan udara yang baik ini adalah jika pori terisi
air minimum 10% dan pori terisi udara minimal 10% atau lebih. Air tanah
merupakan salah satu bagian penyusun pada tanaman. Air tanah hamper
seluruhnya berada pada udara atau atmotsfer. Tanah mempunyai kapilaritas yang
berbeda-beda untuk menyerap dan mempertahankan kelembapannya tergantung
kepada struktur, tekstur, dan kandungan bahan organic yang terdapat di dalam
tanah (Kemas, Ali;2007)
Menurut (Hanafiah,2007) Batas dari tanah adalah batas antara tanah dan
udara, air dangkal, tumbuhan hidup, atau bahan tumbuhan yang belum mulai
terlapuk. Wilayah yang dianggap tidak mempunyai tanah, apabila permukaan
secara permanen tertutup oleh air yang terlalu dalam ( secara tipikal >2,5 m )
untuk tumbuhan tanaman tanaman berakar. Batas horizontal tanah adalah
wilayah dimana tanah berangsur beralih kedalam, area tandus, batuan atau es

17

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanahtanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,
2010).
Komponen penting dari tanah adalah mineral, yaitu gabungan unsur-unsur
anorganik amorf dan kristal, merupakan salah satu sifat yang dapat menunjukkan
sifat karateristik tanah. Jenis mineral tanah terkait erat dengan tingkat
dekomposisinya dan dapat digunakan sebagai alat pendekatan dalam menentukan
kesuburan tanah. Bahan-bahan mineral ini merupakan kerangka dasar tanah
(Sirappa, 2002).
(Soetedjo dan Kartasapoetra, 2002) berpendapat bahwa, Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya
kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran
butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (gram) mempunyai
luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara.
Tanah-tanah yang bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan

berat

mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam
reaksi kimiadibanding tanah bertekstur kasar
Teknik pengukuran kadar air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung adalah berupa
pemisahan air dari matrik tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air yang
dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1)

18

pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia.
Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan
massa/berat setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi.
Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetrik, dan
merupakan metode pengukuran secara langsung (Topp and Ferre, 2002). Metode
tidak langsung adalah dengan mengukur beberapa sifat fisik atau kimia tanah yang
berhubungan dengan kadar air tanah. Sifat ini meliputi konstanta dielektrik
(permitivity relatif), konduktivitas elektrik, kapasitas panas, kandungan ion H, dan
kepekaan magnetik. Berlawanan dengan metode langsung, metode tidak langsung
bersifat lebih tidak merusak atau nondestruktif, sehingga kandungan air dalam
contoh tidak berubah selama pengukuran. Akurasi dan ketepatan dari metode ini
tergantung kepada kedekatan hubungan antara sifat yang diukur dan kadar air
volumetrik (v)

19

III.

METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Praktikum ini menggunakan alat dan bahan: Contoh tanah kering, botol
timbang, timbangan analitis, keranjang stainless, cawan tembaga porus, bejana
seng, kertas label, spidol, pipet ukuran 2mm, bak perendam, serbet, kertas saring,
oven, tang penjepit dan eksikator
B. Cara Kerja
1.

Kadar air tanah kering angin (udara)


1. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu di timbang (=
a gram)
2. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2
mm, kurang lebih setengahnya, ditutup lalu ditimbang kembali (= b gram)
3. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven dengan
keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1100C
selama minimal 4 jam.
4. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan
menggunakan tang penjepit.

20

5. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan


menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama
15 menit.
6. Setelah itu, botol timbang diambil satu per satu dengan menggunakan tang
penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (=c gram)
2.

Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan)


1. Keranjang kuningan dibersihkan , diberi label kemudian ditimbang (=a
gram)
2. Keranjang kuningan yang telah di timbang diletakkan ke dalam bejana
seng.
3. Contoh tanah kering angin 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang
kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa di
tekan.
4. Diteteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan
pada titik tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67 mL), kemudian bejana seng
ditutup, diletakkan di tempat yang teduh dan dibiarkan 15 menit
5. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati
hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (=b gram).

3.

Kadar air maksimum tanah


1. Cawan tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi label
secukupnya
2. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan
menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet/lap,
dimasukkan ke dalam petridis kemudian ditimbang (a=gram).
3. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah
halus (0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya, cawan diketuk ketuk perlahan
sampai permukaan tanahya rata. Contoh tanah halus dtimbang lagi 1/3 nya
dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah.
Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
4. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu
batu dibawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus.
Perendaman dilakukan selama 12 16 jam.

21

5. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak
perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,
dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan petridis yang
digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b gram ).
6. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
suhu 105 - 110C.
7. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit
dn dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil
dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gram ).
Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus
dibersuhkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang
beratnya (= d gram ).

22

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1.

Tabel 1 Hasil Pengamatan Tanah Kering Udara

Botol
Ulangan

Timbang
Kosong (a g)

(a) + contoh

(b) setelah

tanah (b g)

dioven (c g)

Kadar air
tanah kering
udara (%)

Ka 1

22,77 gr

31,95 gr

30,80 gr

14,32%

Ka 2

22,88 gr

32,25 gr

31,39 gr

10,10%

Rata-rata

12,21%

Perhitungan :
a1 = 22,77 gr
b1 = 31,95 gr
c1 = 30,80 gr
Kadar air 1 =

a2 = 22,88 gr
b2 = 32,25 gr
c2 = 31,39 gr
bc
ca x 100%

Kadar air 2 =

bc
ca x

100%
=

31, 9530, 80
30, 8022,77 x 100%

3 2,253 1,39
3 1,3922,88 x 100%
= 14,32 %

= 10,10 %

23

Rata rata =

2.

14,32+10,10
=12,21
2

Tabel 2 Hasil Pengamatan Kapasitas Lapang :

Botol timbang

(a) + gumpalan tanah Kadar air tanah

kosong ( a g )

basah (b g)

kering udara (%)

Ka 1

71,17 gr

83,08 gr

32,39%

Ka 2

79,48 gr

81,39 gr

-10,01%

Ulangan

Rata-rata

Perhitungan :
Kapasitas Lapang 1=
=

11,19%

2
x 100 + Ka
b(a+2)
2
x 100 +12,21
83,08(7 1,17+2)

= 32,39 %
Kapasitas Lapang 2=
=

2
x 100 + Ka
b(a+2)
2
x 100 +12,21
81,39(79,48+ 2)

= -10,01 %

Rata rata =

3 2,3910,01
=11,19
2

24

3.

Tabel 3 Hasil Pengamatan Kadar Air Maksimum

Cawan+kertas
Ulangan

saring jenuh +
petridish (a g)

(a) + tanah

(b)

Petridis +

basah

setelah

cawan + kertas

jenuh air

dioven 24

saring setelah

(b g)

jam

dioven (dg)

Kadar air
maksimum
(%)

KAM-1

87,50 gr

147,44 gr

112,53 gr

87,98 gr

144,15%

KAM-2

89,79 gr

150,00 gr

115,15 gr

89,98 gr

139,21%

Rata-rata

141,95%

Perhitungan :
Kadar air maksimum =

( ba )(cd )
x 100
(cd )

Ulangan 1 :
Kadar air maksimum =
=

( 14 7,4487,50 )( 1112,5387,98)
x 100
(1 12,5387,98)
35,39
x 100
24,55

= 144,15 %
Ulangan 2 :
Kadar air maksimum =
=

( 150,0089,79 )(115,1589,98)
x 100
(115,1589,98)
35,04
x 100
25,17

= 139,21%

25

B. Pembahasan

Gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik dua partikel atau lebih dari partikel
yang tidak sejenis. Mengakibatkan sebuah zat dapat menempel pada zat yang lain
(tetapi bukan gaya magnet atau gaya tarik gravitasi bumi). Gaya kohesi adalah
gaya tarikmenarik dua partikel atau lebih dari partikel yang sejenis.
Mengakibatkan sebuah zat tidak dapat menempel pada zat yang lain.Gravitasi
adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang memiliki massa
di alam semesta (Sugiono,2008).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air
yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakuan akan
ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor
tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan
iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air
yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas
tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan
dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan
tanah(Buckman dan Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan
air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air
antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur
halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur
berlempung atau liat (Hardjowigeno, 1992).
Berdasarkan hasil Praktikum ini bahwa pada tanah kering udara rata-ratanya
12,21% , pada kapasitas lapang rata-ratanya 11,19%, dan pada kada air
maksimum pada KA1 32,39% dan pada KA2 -10,01% ini sama halnya sepertu
menurut Hardjowigeno (1993) bahwa air terdapat dalam tanahkarena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan
drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan olehtanah karena
adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Lain halnya dengankadar air
maksimum, suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel
tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah Hakim. Tekstur tanahyang halus
menyebabkan porositasnya rendah sehingga mampu menahan air. Tinggi
rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebabtanah juga

26

mempunyai tekstur yang berbeda pula. Demikian lah yang terjadi pada derajat
kerut tanah yang kami praktikumkan sama halnya dengan teori Menurut
(Hardjowigeno, 1993)

27

1. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.

Kadar air tanah kering udara sampel adalah 9,495%


Kapasitas lapangan sampel adalah 36,64%
Kadar air maksimum adalah U1 = 16,20% U2=-9,75%
Setiap tanah memiliki kadar air yang berbeda-beda pada tiap kapasitas

lapangnya
5. Tanah yang memiliki kapasitas lapang tertinggi adalah tanah liat dan tanah
merah yang memiliki partikel halus yang mudah padat dan merupakan
sistem koloid yang suka menahan air sukar
6. Tanah yang memiliki kapasitas lapang terkecil adalah pasir karena
mengandung banyak partikel yang kasar sehingga sulit mengikat air dan
air mudah mengalir ke bawah.

B. Saran
Pada percobaan penetapan kadar air tanah butuh ketelitian dalam pengamatan
dan perhitungan, jika sekali saja salah dalam pengamatannya maka
perhitungannya pun akan salah

DAFTAR PUSTAKA

28

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta :Rajawali Press


Hardjowigeno, S . 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis . Jakarta : Aka Press
Kemas, Ali.2007. Proses Pembentukan Genesis Tanah. PT. Gravindo; Jakarta
Madjid, Abdul, Fisika Tanah ( Bagian 6 : Air Tanah dan Kadar air Tanah ),
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04fisika-tanah-bagian-6-airtanah.html
Sirappa, M.P. 2002. Analasis Mineral Lempung Tanah Regosol Lombok dengan
Menggunakan Sinar X dalam kaitannya dengan Penentuan Sifat dan
Cara Pengelolaan Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 2 :1-6.
Sugiono . 2008 . Zona Fisika . Jakarta : Rajawali press
Sutedjo, Mul Mulyani, A. G. Kartasapoetra, 2002, Pengantar Ilmu Tanah, Rineka
Cipta, Jakarta.
Topp, G. C., and P. A. (T.Y) Ferre. 2002. The Soil Phase. Methods of Soil
Analysis. Part 4. Physical Methodes. SSSA Book Series. No 5. Soil
Science Society of America, Madison, WI 53711, USA. 1.692.

29

30

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

31

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan
planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu : bahan mineral, bahanorganic, air
dan udara. bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnyamasing-masing
berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.Pada tanah lapisan
atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering(bukan sawah) umumnya
mengandung 45% bahan mineral, 5%bahan organic,20-30% udara, dan 20-30%
air.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dansifat yang
berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atasgolongan fraksi
tanah yaitu:
1. Pasir (0,05 mm 2,00 mm)
Bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang
besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga
aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan
tidak lekat satu samalain.
2. Debu (0,002 mm 0,005 mm)
Sebenarnya merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah
pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat
plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm)
Yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggisehingga bila dibasahi amat
lengket dan sangat plastis, sifat mengmbangdan mengkerut yang besar. Bila
kering menciut dan banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi

32

pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang di sebut sebagai panas
pembasahan ( heat of wetting )

B. Tujuan
Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan
membandingkan besarnya derajat kerut tanah antar jenis tanah yang diamati

II.

TINJAUAN PUSTAKA

33

Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara tanah di
suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat
kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur, dan kadar lengas
tanah. Untuk sifat kimia menunjukan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur
maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat
kimia yaitu pH, kadar bahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).
Setiap tanah memiliki sifat mengembang dan mengkerut (Aji, 2012).
Menurut (Sutanto,2005) Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda-beda.Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur
yang kasar,mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut
sebagai tanahringan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada
tanah adalah Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
makaderajat kerut tanah semakin kecil.
Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyaibentuk
membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, sertamempunyai
jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifannya. Pisahan debu
terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antarapisahan lempung dan
pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu inI mendekati zarah pasir,
hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan persatuan massa yang lebih
besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerapkuat. Pada kasus tertentu
zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung (Akhmad, 2012).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat adalah inceptisol. Pada
tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak
cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan induk. Horizon tidak
menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman, 1982).
Menurut (Bohn, 2009) PHA dapat dipegang di dalam ruang antar lapisan-lapisan
silikat mineral liat yang dapat mengembang sehingga dapat mencegah runtuhnya

34

lapisan tersebut sewaktu molekul air dilepaskan selama proses pengeringan.


Proses pengembangandan pengerutan tanah yang semakin menurun ditunjukkan
oleh nilai COLE yangsemakin rendah. Metode COLErod merupakan suatu
metode altematif pengukuran nilai COLE yang baik jika bongkah tanah utuh
tidak dapat diperoleh atau peralatannya tidak dapat digunakan.
Nilai

Coefflcient

of

Linear

Extensibility

(COLE)

sebagai

parameter

pengembangan dan pengerutan tanah ditetapkan dengan menggunakan bongkah


tanah alami berukuran 50-200 mm (COLEclod) serta denganmenggunakan pasta
dari tanah yang lolos saringan <2 mm yang disebutCOLErod . Pemberian PHA
cenderung menurunkan nilai COLE, baik nilaiCOLEclod maupun COLErod
dengan semakin meningkatnya dosis yangdiberikan. Hal ini terjadi karena
keberadaan PHA dapat menahan kekuatan pengembangan tanah dengan cara
menyemen partikel-partikel liat (Frenkeldan Shainberg, 2006).
Tanah yang memiliki derajat kerut keempat adalah tanah Andisol. Tanahandisol
ini memiliki derajat kerut hampir setara dengan Entisol. Bedanyakandungan
bahan organik pada Andisol masih lumayan banyak, sehingga biasa di pakai untuk
bahan baku pupuk terutama pada penanaman strawberry(Triana,2006).
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah Vertisol.
Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan
dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering (Hamzah, 2007).
Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan kedua adalah Ultisol, yang
terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim
panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga
mempunyaihori1on argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari
35%. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan
organic rendah menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar (Dady,2003).

III.

METODE PRAKTIKUM

35

A. Alat dan Bahan


Sesuai dengan praktikum acara ini adapun alat dan bahan yang digunakan :
Contoh tanah halus (<0,5mm), botol semprot, air, cawan porselin, cawan dakhil,
jangka sorong dan lap pembersih
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

B. Cara Kerja
Diambil tanah halus secukupnya
Dimasukkan kedalam cawan porselin
Ditambah air dengan botol semprot
Diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen
Dimasukkan kedalam cawan dakhil
Diketahui diameternya menggunakan jangka sorong
Dijemur dibawah terik matahari
Dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai
diameternya konstan (diameter akhir)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1. Tabel 4 Hasil Pengamatan Derajat Kerut Tanah :


NO
1

Pengamatan Hari Ke-

Jenis
Tanah
Vertisol

35,42

27,60

27,63

26,75

27,30

26,91

35,20

29,94

27,40

27,38

27,33

26,93

35,31

28,77

27,51

27,06

27,31

26,92

36

Andisol

Entisol

Inseptisol

Ultisol

34,20

34,78

34,80

34,95

34,22

34,17

34,15

34,97

34,91

34,75

34,21

34,16

34,17

34,87

34,85

34,85

34,21

34,16

35,26

33,82

33,43

33,25

32,68

32,67

35,47

34,71

34,04

33,52

32,40

32,43

35,36

34,26

33,73

33,36

32,54

32,43

35,60

33,81

33,54

33,42

32,86

32,37

35,38

34,08

34,01

33,26

32,63

33,57

35,49

33,94

33,77

33,34

32,74

32,47

38,95

32,89

31,56

31,50

30,76

30,47

39,11

32,54

31,83

31,40

30,49

30,16

39,03

32,71

31,69

31,45

30,62

30,31

B. Pembahasan

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi
tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat,
dayamenahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori
makrolebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah
pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu
samalain.
2. Debu (0,002 mm 0,005 mm) yaitu Merupakan pasir mikro. Tanah
keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan
menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi
yangcukup baik.

37

3. Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang


tinggisehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat
mengmbangdan mengkerut yang besar (Kartika, 2012).
Derajat kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang dan mengerut.
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila
kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang
kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi
jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,
1986) Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah
sebagai berikut:
1.
Kandungan Liat
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat keruttanah.
Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajatkerut tanah.
2.
Bahan Organik
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggikandungan
bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakinkecil.
3.
Cahaya Matahari
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akansemakin
cepat terjadi pengkerutan tanah.
4.
Kandungan Air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin
kecil (Sutanto,2005)
Hasil dari praktikum acara 3 didapatkan nilai dari derajat kerut dari 5 jenis tanah
yang sudah disediakan untuk diketahui derajat kerutnya. Tanah vertisol memiliki
35,42% derajat kerut tanah untuk cawan 1, dan 35,20% pada cawan yangkedua.
Pada cawan kedua mengalami penyusutan, hal tersebut disebabkan karena struktur
dari tanah vertisol yaitu liat berdebu, sehingga memungkinkan untuk mengalami
penyusutan (Trijoko2006).

38

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan persobaan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
suatu tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut
tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

B. Saran
Sebaiknya harus teliti dalam masukkan data hasil praktikum ini agar lebih aktual

39

DAFTAR PUSTAKA

Aji,. 2012. Analisis Derajat Kerut Tanah. Gravindo : Jakarta


Akhmad. 2012. Dasar Ilmu Tanah. Pustaka Buana : Bandung
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Bohn, John Marley. 2002. Estimation of erosion using radionuclide Cs-137
inthree diverse areas in eastern Australia" Appl. Geogr. 13., p. 109-188.
Frenkel dan Shainberg, 2006. Physical and chemical parameters affecting
transport of 137 Cs and ,Watershed. Wat. Res.Res.13, p. 923-927.
Hamzah, Karismata. 2007. Kajian Tingkat Perrkembangan Tanah pada Lahan
Persawahan di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Journal Agroland Indonesian. 16(1) : 45-52.
Iskandar, Deddy, Yetti Mulyati, Sri Pudjiharti, Diah Ratnaningrum. 2003.
Kandungan Inulin dari Umbi Dahlia Sp yang ditanam pada Jenis Tanah

40

Vertisol, Inceptisol, dan Andisol. Jurnal Kepertanian Tingkat Kawasan


Indonesia. Volume 16 No. 1 25-26
Kartika. 2012. Glossary Ilmu Tanah . http://www.ilmutanah.unpad.ac.id/glossaryilmu-tanah/details/11/790/glossary-ilmu-tanah-tanah-berat.html?
filter_order=&start=780 diakses pada 20 maret.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.
Sutanto, Racman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Dan Kenyataan
Kanisius. Yogyakarta
Triana, Aranah Muslimah. 2006. Keragaman Spasial Beberapa Sifat Tanah
sebagai Fungsi Lereng Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan HutanAlam
disub DAS Genteng, Kabupaten Sumedang: Vol. 3 (2) : 12-13. Jurnal IPB
Trijoko, Susilo. 2006. Karakteristik Tanah di Kebun Percobaan IPB Darmaga
Bogor. http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/16137/A01aha2pdf
Diakses pada tanggal 1 April

41

42

43

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuhtanaman
dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik
yang berupa ion-ion organik maupun anorganik. Untuk memenuhikebutuhan
tersebut diperlukan pengetahuan dalam mengetahui sifat fisik tanahseperti warna
tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah dan lain-lain.
Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit)
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahanorganik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain,sehingga apabila kita
menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisaninilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.

44

Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampailapisan
bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selaindipengaruhi
oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukandi
lapang. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi,dan
akumulasi bahan- bahan yang terjadi, misalnya kandungan bahan organik yang
tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tekstur mencerminkan
ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah sedangkan struktur tanahmerupakan
kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanahhingga partikel
sekunder yang membentuk agregat. Konsistensi tanah merupakanketahanan tanah
terhadap tekanan gaya-gaya dari luar yang merupakan indikator derajat
manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanahselaras
dengan tingkat kejenuhan airnya.

B. Tujuan
1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku
Munsell soil Color Chart
2. Menetapkan tekstur tanah dari beberapa jenis tanah
3. Menetapkan struktur tanah dari beberapa jenis tanah
4. Menetapkan konsistensi tanah dari beberapa jenis tanah

45

II.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan
dilapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan
organic yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah
dengan drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang
mengalami dehidratasi senyawa besi akan berwarna merah.
Warna tanah akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembaban
tanah. Hal ini secra atidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
aktivitas organisme dan struktur tanah. Warna tanah digunakan juga dalam
penaksiran :
1. Tingkat pelapukan atau proses pembentukan tanah, semakin merah berarti
semakin lanjut pelapukannya
2. Kandungan bahan organic tanah
3. Drainase tanah, warna merah atau kecoklatan, berdrainase baik; sedangkan
berwarna kelabu berdrainase yang buruk
4.

Horizon

pencucian/pengendapan,

warna

putih

menunjukkan

pencucian ; warna gelap menunjukkan horizon pengendapan

46

horizon

5. Jenis mineral, warna gelap dimungkinkan mengandung kuarsa, kapur; merah


mengandung besi; warna gelap menngandung boron atau mangan.

Warna tanah dibedakan atas (A) warana dasar tanah (matriks) dan warna
karatan sebagai proses oksidasi dan reduksi alam tanah. Penetapan warna tanah
yang digunakan MUNSELL SOIL COLOR CHART, dimana dalam penetapan
warna harus dicatat HUE, VALUE, dan CHROMA.
a. HUE : Warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnnya. Dimulai warna
merah (5R) dan warnna paling kuning (5Y), untuk tanah yang tereduksi (gley)
yaitu 5G, 5GY, 5BG dan N (netral)
b. VALUE : Merupakan kartu warna arah vertikal yang menunjukkan warna tuamuda atau hitam-putih dituliskan dibelakang HUE
c. CHROMA : Kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan intensitas
cahaya.
2. Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama
lain oleh suatu perekat seperti bahan organic, oksida-oksida besi, dan lain-lain.
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan tanah yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Pengamatan striktur tanah dilapang terdiri dari :
a. Pengamatan bentuk struktur/tipe struktur
Bentuk struktur Tanah :
Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan potous, struktur
ini terdapat pada horizon A

47

Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan
gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat
untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan
sumbu horizontal setara denngan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada
horizon B pada tanah iklim basah.
Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar
daripada sumbu horixontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada
bagian horizon B pada iklim tanah kering
Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini terdapat
pada horizon B pada iklim kering.
Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada
sumbu horizontal, struktur ini ditemukan d horizon A2 atau pada lapisan liat
Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat
poroud, dtrjtur ini terdapat pada horizon A.
b. Besarnya agregat tanah yang dinyatakan sebagai kelas struktur
Kelas struktur tanah :
Sangat halus atau sangat tipis
Halus atau tipis
Sedang
Kasar atau tebal
Sangat kasar atau sangat tebal
c. Pengamatan kuat lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan
sebagai derajat struktur tanah
Derajat Struktur Tanah :

48

Tidak berstruktur
Lemah
Sedang
Kuat
3

Konsistensi

Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan


ketahanan pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik partikel) dan adhesi (tarik
menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dengan toga kondisi, yaitu : basah, lembab, dan
kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar iar tanah diatas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab
merupakan penetapan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah
sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadarair tanah kering udara. Macam-macam konsistensi tanah :
Konsistensi Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya
adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori :
Tidak Lekat ( Nilai 0) : yaitu dicirikan tidak melekat pada jaringan atau benda
lain
Agak Lekat (Nilai 1) : yaitu dicirikan agak melekat paa bendalain
Lekat (Nilai 2) : yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain
Sangat Lekat (Nilai 3) : yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain
Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan,
ini dibagi 4 kategori berikut :

Tidak Plastis (Nilai 0) : yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah

49

Agak Plastis (Nilai 1) : yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah
kurang dr 1 cm
Plastis (Nilai 2) : yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1
cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk gulungan tersebut
Sangat plastis (Nilai 3) : yaitu dicirikan dapat membentuk gulingan tanah lebih
dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut
Konsistensi lembab pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasistas lapang,
konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut :
Lepas (Nilai 0) :yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar
butir tanah mudah terpisah
Sangat Gembur (Nilai 1) : yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur
bila diremas
Gembur (Nilai 2) : yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas
dapat menghancurkan gumpalan tanah
Teguh / Kokoh (Nilai 3) : yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat
saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
Sangat Tguh / Sangat Kokok (Nilai 4) : yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan
tanah tersebut
Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5) : yaitu dicirikan dengan tidak
hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas dan
bahkan diperlukan alat abntu agar dapat menghancurkannya
Konsistensi Kering Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah
kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut :
Lepas (Nilai 0) : yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah
tidak melekat satu sama lain

50

Lunak (Nilai 1) : yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur apabila diremas
atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan
mudah hancur
Agak Keras (Nilai 2) :yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan ahncur jika
diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan
saja belum mampu menghancurkannya gumpalan tanah.
Keras ( Nilai 3): yaitu dicirkan dengan makin susah untuk menekan gumpalan
tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya
tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah
Sangat Keras (Nilai 4) : yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih
kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin
sangat sulit ditekan dan sangat sulit hancur
Sangat keras sekali/luar biasa keras (Nilai 5): yaitu dicirkan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul)
(Munir, 1996)
Tekstur tanah merupakan perbandingan relative antara fraksi pasir, debu dan
liat dalam suatu massa tanah. Tekstur penting dalam penentuan sifat fisika, kimia
dan fisika kimia tanah. Ada 3 macam tekstur utama tanah , yaitu : tekstur pasir
(sand) yaitu tanah mengandung pasir, presentasinya >70%, lempung (loam) yaitu
bilatidak ada kandungan pasir dan liat, dan liat (clay) yaitu kandungan liat >35% .
definisi ini dapat diartkan dengan Kuantitatif dan Kualitatif (Hardjowigeno,
1992).
Secara kualitatif, tekstur tanah halus atau kasar. Semakin halus teksturnya,
kemampuan tanah menahan air relative tinggi, plastis, lengket, drainase buruk dan
sulit diolah. Tanah yang ringan mempunyai daya menahan air relative rendah,
aerasi baik air mudah lolos, dan mudah diolah. Secara kuantitatif, tekstur tanah
menunjukkan presentase fraksi-fraksi dalam massa tanah. Tekstur tanah
menunjukkan presentase fraksi-fraksi dalam massa tanah. Tekstur tanah di

51

lapangan dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di
antarajari jempol dengan jari telinjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang
meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir,debu dan liat dengan cara sebagai
berikut: (Hardjowigeno, 1992).

52

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah contoh tanah halus
(<0,5mm) dan tanah yang masih berbentuk gumpalan (Inseptisol, Andisol, Ultisol,
Fertisol, Entisol), cawan porselin, botolsemprot, colet/spatel, dan buku Munsell
Soil Color Chart.

B. Cara Kerja
Warna Tanah
1. Diambil tanah gumpal yang lembab secukupnya
2. Diletakkan dibawah lubang buku Munsell Soil Color Chart
3. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma
Tekstur Tanah
1.
2.
3.
4.

Diremas tanah dengan ibu jari dan jari telunjuk


Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng
Dibasahi tanah tersebut dengan sedikit air
Ditekan dan rasakan kasar halusnya tanah

Struktur Tanah
1. Diambil sebongkah tanah dari horizon tanah
2. Dijatuhkan dari ketinggian bongkahan tersebut dan pecahan tersebut
menjadi agregat mikro yang merupakan kelas struktur tanah
Konsistensi Tanah
1. Diambil sebongkahan tanah yang diberi sedikit air
2. Dipijit dengan ibu jari dan telunjuk

53

3. Dimulai pengamatan dengan kondisi basah, lembab dan kering

54

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1. Tabel 5 Hasil Pengamatan Warna dan Tekstur Tanah :


Jenis Tanah

Tekstur Tanah

Notasi Warna

Nama Warna

Andisol

10 yr 2,5/2

Dark Brown

Ultisol

10 r

Duslly Red

Inseptisol

7,5 yr

Dark Brown

Entisol

10 yr 3/3

Dark Brown

Liat

Very

Lempung

Dark Brown

Berdebu

Vertisol

Warna Tanah

10 yr 2/2

Pasir
Berlempung
Lempung
Berliat
Lempung
Berliat

2. Tabel 6 Hasil Pengamatan Struktur Tanah :


Jenis Tanah

Struktur Tanah

55

Derajat

Tipe

Kelas

Andisol

Kersai

UF

Lemah (1)

Ultisol

Gumpal

Kasar

Kuat (3)

Inseptisol

Kersai

Sangat Halus

Entisol

Kersai

Sangat Halus

Kuat (3)

Vertisol

Remah

Kasar

Kuat (3)

Tak beragregat
(0)

3. Tabel 7 Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah :


Konsistensi Basah

Konsistensi

Konsistensi

Kelekatan

Keliatan

Lembab

Kering

Andisol

Ss

Po

Sh

Ultisol

Ss

Ps

Vt

Sh

Inseptisol

Ss

Ps

Entisol

Vertisol

So

Ps

Eh

Jenis Tanah

B. Pembahasan

Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang


bervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang
berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organic, kondisi drainase dan
serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan
mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul

56

sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah. Warna tanah
juga sangat dipengaruhi oleh kadar lengas di dalamnya. Tanah yang kering,
warnanya lebih muda dibandingkan dengan tanah yang basah, hal ini karena
bahan koloid yang kehilangan air (Madjid,2009)
Menurut Hardjowigeno (2003) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk
dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaanwarna permukaan tanah
umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah,
dimana kandungan bahanorganik umumnya rendah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah
berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah
berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada
tanahyang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air,
Feterdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3
(hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna
kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadangkadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerahyang tereduksi) didapat
pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara
dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis
mineral dapat menyebabkan warna lebih terang.
Menurut (Subagyo, 1970) Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif
antara fraksi pasir,debu, dan liat dalam suatu massa tanah. Tekstur penting dalam
penentuan sifat fisika, kimia, dan fisika-kimia tanah. Ada 3 macamtekstur utama
tanah, yaitu : tekstur pasir (sand) yaitu tanahmengandung pasir, presentasinya >
70%, lempung (loam) yaitu bilatidak ada kandungan pasir dan liat, dan liat (clay)
yaitu kandungan liat> 35%. Definisi ini dapat diartikan dengan Kuantitatif dan
Kualitatif :
1. Secara Kualitatif

57

Tekstur menggambarkan tekstur tanah yang halus atau kasar. Semakin halus
teksturnya, kemampuan tanah menahan air relatif tinggi, plastis, lengket, drainase
buruk dan sulit diolah. Tanahyang ringan mempunyai daya menahan air relatif
rendah, aerasi baik,air mudah lolos, dan mudah diolah
2. Secara kuantitatif
Tekstur tanah menunjukan presentase fraksi-fraksi dalam massa tanah.Tekstur
tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit
tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus
kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat.
Menurut (Soegiman, 1982) Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah.Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu,
dan liatterikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksidaoksida besi, dan lain-lain. Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah
satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat
agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dariluar disebut ped,
sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Pengamatan struktur tanah dilapang terdiri dari:
A. .Pengamatan bentuk struktur /tipe struktur
Bentuk Struktur Tanah :
1. Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horison A.
2. Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpalmembuat
dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengansudut-sudut
membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajamuntuk gumpal
bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengansumbu vertikal, struktur
ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
3. Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.

58

4. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat,struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
5. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebihkecil
daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2atau pada
lapisan padat liat.
6. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dansangat
porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
B. Besarnya agregat tanah yang dinyatakan sebagai kelas struktur Kelas
Struktur Tanah :
1.Sangat halus atau sangat tipis (very fine or very thin)
2.Halus atau tipis (fine or thin)
3.Sedang (medium)
4.Kasar atau tebal (coarse or thick)
5.Sangat kasar atau sangat tebal (very coarse or very thick).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butirbutir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan
tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah
bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah.
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa
intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan
jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan
tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa
dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan
beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna
tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik
maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan
bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan

59

kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna
tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan
kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna
reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Pengamatan kuat lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan
sebagai derajat struktur tanah Derajat Struktur Tanah :
1.Tidak berstruktur (structureless)
2.Lemah (weak)
3.Sedang (moderate)
4.Kuat (strong)

Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah, didapatkan


konsistensi Andisol, Ultisol, Inseptisol, Entisol dan Vertisol pada keadaan lembab
yaitu berturut-turut , f (Gembur), Vt (Sangat Teguh), f (Gembur), t (Teguh) dan I
(Lepas). Sedangkan konsistensi Andisol, Ultisol, Inseptisol, Entisol dan Vertisol
pada keadaan kering yakni Sh (Agak Keras), Sh (Agak Keras), h (Keras), h
(Keras), dan eh (Cukup Keras)
Tanah Inseptisol memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus,
tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Kesuburan tanahnya rendah,
jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam, penyebaran liat ke dalam
tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C-Organik dan Kapasitas Tukar Kation
(KTK) dapat terbentuk hampir di semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari
kutub sampai tropika (Munir, 1996)
Tanah Entisol mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai dalam,
berwarna kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi batasannya
sangat tegas, bertekstur pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir tunggal, dan
konsistensi gembur serta lepas (Munir, 1996)
Sifat fisik Ultisol menurut Mohr dan Van Baren (1972) dalam Munir (1996)
dapat dirinci : solum, kedalamannya sedang (moderat 1 sampai 2 meter), warna
merah sampai kuning, chromameningkat dengan bertambahnya kedalaman,

60

tekstur halus pada horison Bt (karena kandungan liat maksimal pada horison ini),
struktur pada horison Bt berbentuk Blocky, konsistensi teguh, cutanliat terjadi
pathite banyak ditemukan konkresi
Tanah Andisol dicirikan sebagai tanah mineral yang mempunyai sifat andik
dengan kriteria diantaranya adalah mempunyai berat isi tanah kurang dari 0.9 g/cc
sampai kedalaman lebih dari 35 cm dan didominasi bahan amorf dan atau
mengandung abu vulkan, abu apung, lapili dan sebangsanya lebih dari 60%
sampai kedalaman 35cm atau lebih atau mempunyai pH NaF 1N lebih dari 9.4
(Munir, 1996)
Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian 0
(pantai) hingga 3500 meter (puncak gunung) di atas permukaan laut, dengan
bentuk wilayah datar sampai bergunung serta di bawah kondisi iklim tropika
basah dan pada landscape vulkanik muda (Djaenudin & Sujadi, 1988). Bahan
induk andisol adalah berupa abu vulkanik yang dapat tersusun atas andesitodesitik, andesit , basalto andesitik dan basaltik (Tan, 1995)
Pengamatan tanah dengan indera memiliki banyak tujuan dan kegunaan di
berbagai bidanng salah satunya yaitu di bidang pertanian .pengamatan indra ini
penting untuk memudahkan petani dalam nenentukan baik tidaknya lahan untuk
ditanami tanaman serta tanaman apa yang baik untuk ditanam di lahan tersebut
melalui pengamatan warna tanah, tekstur tanahnya, struktur tanahnya, serta
konsistensi tanahnya.

61

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Warna Tanah dan Tekstur Tanah dari masing-masing tanah adalah :


1.
2.
3.
4.
5.

Andisol : dark brown, Pasir Berlempung


Ultisol : duslly red, Lempung Berliat
Inseptisol: dark brown, Lempung Berliat
Entisol : dark brown, Liat
Vertisol : very dark brown, Lempung Berdebu

Struktur Tanah dari masing-masing tanah dengan urutan, kelas, dan derajat adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Andisol : Kersai, UF, Lemah


Ultisol
: Gumpal, Kasar, Kuat
Inseptisol : Kersai, Sangat Halus, Tak Beragregat
Entisol : Kersai, Sangat Halus, Kuat
Vertisol : Remah, Kasar, Kuat

62

Konsistensi Tanah dari masing-masing tanah dengan urutan kelekatan, keliatan,


konsistensi lembab dan konsistensi kering adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Andisol : So, Po, f dan Sh


Ultisol : Ss, Ps, Vt dan h
Inseptisol : Ss, Ps, f dan h
Entisol : S, P, t dan h
Vertisol : So, Ps, I dan eh
B. Saran

Pengamatan dalam praktikum ini perlu ketelitian dan keahliandalam menentukan


Warna tanah dengan buku Munsell Soil Color Chart. Dalam menentukan tekstur,
struktur, dan konsistensi pun memerlukan perasaan dalam merasakan kasar
halusnya tanah. Dalam menentukan konsistensi lembab dan basah juga diperlukan
ketelitian dalam menentukan air untuk membasahi tanahnya. Selain itu dalam
peralatan praktikum perlu diperbaharui agar bisa menunjang praktikandalam
melaksanakan praktikum, dan semoga cepat direalisasikan agar hasilnya
maksimal.

63

DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah . Akademika Presindo : Jakarta
Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online. Fakultas
Pertanian: Yogyakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.. PT. Dunia Pusataka Jaya :
Jakarta.
Soebagyo, 1970 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah II. PT Soeroengan : Jakarta
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Bharatara Karya Aksara : Jakarta
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina :
Bandung.Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika
Pressindo. Jakarta

64

65

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang,
lebar, dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of
characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat
bekerjanya faktor-faktor pembentukan tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil tanah yang berbeda-beda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah
sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya.
Tindakan budidaya tanaman akan lebih cepat, bila didasarkan pada sifat morfologi
tersebut.
Fungsi utama tanah adalah sebagai medium alam untuk pertumbuhan tanaman.
Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara di serap oleh akar tanaman dan
melaluidaun diubah menjadi persenyawaan organik sepertikarbohidrat, protein,
lemak, dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Untuk mengenal suatu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di
lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan

66

sebagai berikut : (1) masih alami, (2) Vertical dan (3) bidang pengamatan profil
tidak boleh terkena cahaya matahari.
Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat
interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode
waktu tertentu. Walaupun batas bawah dari tanah tidak bisa didefinisikan, tetapi
batas bawah tersebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas
perakaran, dan kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200 cm,
maka secara konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm ( 2 meter ).

B. Tujuan
Mengetahui dan mempelajari profil pada tanah

67

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik
yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon-horison yang berkembang secara
genetic. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horizon dapat
dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi. Tanaman
dan hewan memperoleh lingkungan pada semua jenis tanah, menjadi bagian dari
bahan organic. Dalam semua jenis tanah mineral-mineral menahan mineralmineral sekunder dan campuran lainnya dengan pembentukan serentak dan
dengan berbagai macam daya larutnya yang padat dipindahkan dari satu horizon
melewati dan memindahkan bahan-bahan yang dapat larut. Kebanyakan jenis
tanah mendapat tambahan debu, abu vulkanik atau sedimen-sedimen hasil kikisan
tanah-tanah di bagian yang lebih tinggi (Foth, 1999)
Menurut Hakim, dkk (1986), profil tanah merupakan penampang vertikal tanah
dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk di bawah tanah.
Pengamatan profil tanah meliputi pengamatan profil itu sendiri dan pengamatan
factor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Yang termasuk
factor sekeliling yang mempengaruhi antara lain : vegetasi, topografi, kedalaman

68

air tanah, usaha tani, serta ada tidaknya factor penghambat seperti bahaya banjir,
erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya.
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman, yang sangat
penting adlah lapisan atas yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah 30cm,
bahkan bagi tanaman berakal dangkal seperti padi, palawija dan sayuran, yang
paling berperan adalah kedalaman di bawah 20cm. oleh karena itu, istilah
kesuburan tanah biasanya mengacu pada ketersediaan hara pada lapisan setebal
ini, yang biasanya disebut dengan lapisan olah (Harafiah, 2009)
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain seperti bahan
organi, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Menurut Subagyo (1970), struktur tanah yang baik ialah yang mengandung usnur
hara dan air dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Ini terdapat pada
strukturtanah yang ruang pori-porinya besar, mempunyai perbandingan yang sama
antara pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap pukulan tetesan hujan.
Menurut Hakim, dkk (1986), struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam
hubungan dengan kelembaban, porositas, tersedianya unsure-unsur hara, kegiatan,
jasad hidup dan pertumbuhan akar. Terdapat empat tipe utama struktur, yakni
berbentuk lempeng, prisma, gumpal, dan spheriodal (Hardjowigeno, 2003).

69

III.

METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah Bor tanah, Clinometer, kompas,
altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, larutan H2O2 3%, larutan
HCl 10%, larutan dipridil dalam 1N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil
Color Chart, Kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah lapang
dan daftar isian profil dan jangka sorong

B. Cara Kerja
1. Pilihlah tempat pembuatan profil tanah yang tidak terkena cahaya matahari
2. Dilakukan pengeboran tanah di tempat-tempat sekitar profil tanah sedalam
1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter
3. Digali lubang dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m dan kedalamannya
1,5m
4. Dibuat tangga kebawah untuk memudahkan pengamatan

70

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

1. Tabel 8 Hasil Pengematan Profil Tanah :


Nomer

0-18 cm

18-44 cm

44-62 cm

62-84 cm 84-102 cm

lapisan
Dalam
lapisan
Simbol

O 11cm

A1 6cm

A2 5cm

B1 11cm

B2 5cm

Berangsur

Jelas (C)

Jelas (C)

Berangsur

Jelas (C)

lapisan
Batas
lapisan
Batas

(G)
Rata (S)

topografi
Warna
tanah

(G)
Berombak

Rata (S)

Rata (S)

Rata (S)

Dark

Dark

Dark

Brown

Brown

Brown

(W)
Brown

Dark Bown

71

Tekstur
tanah

Lempung

Lempung

Lempung

Lempung

Pasir (S),

Berliat

Berliat

Berliat

(L)

Lempung

(CL)

(CL)

(CL)

Berliat
(CL)

Kandungan

bahan

Cukupan,

Cukupan,

Lemah,

Lemah,

Cukupan,

Sangat

Sangat

Sedang

Sedang

Liat

Gembur

Gembur

Tidak

Tidak lekat,

Lekat,

tidak

Tidak

lekat,

Plastis,

Tidak

lekat,

lekat, tidak

Sangat

Sangat

plastis,

tidak

plastis,

Plastis,

gembur,

Teguh

plastis,

Sangat

Sangat

Lunak

teguh

gembur

Berbuih

Banyak

kasar

kasar
(fragmen)
Struktur
tanah

konsistensi

gembur
Reaksi

Banyak

Banyak

H2O2

buih

buih

5,5

Tidak

Tidak

Berbuih

Sedang

Sedikit

Berbuih

Berbuih

Halus,

Sedang

pH

tanah

Berbuih

buih

(lapang)
Reaksi
terhadap

Buih

HCL
perakaran

kasar

72

sedikit

epipedon

Horison

penciri
bawah
padas

B. Pembahasan
Tanah merupakan lapisan bumi yang secara fisk berfungsi tempat tumbuh
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebgai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa organic dan anorganik sedrehanan dan unsure-unsur
esensial seperti N, P, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan secara
biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme ) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu, tumbu, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah
untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,
industry perkebunan, maupun kehutanan (Kemas A.H, 2009).
Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan
tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-agaya alam
(natural forces) terhadap proses pembentukan mineral, serta oembentukan dan
pelapukan bahan-bahan koloid (Hakim dkk, 1986).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari
organism yang hidp diatasnya. Selain itu, terdapat pula uadara dan air di dakam
tanah. Air dakam tanah berasal dari aiar hujan yang ditahan oleh tanah sehingga
tidak meresap ketempat lain, di samping pencampuran bahan organic didalam

73

proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah (Hardjowigeno,


1985).
Cara Kerja dalam Praktikum Pengenalan Profil Tanah ini adalah 1.) Memilih
tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran (boring) di
tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3
tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragamaan 2.)
Menggali Lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran
panjang 2 m, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 1,5 meter. Di depan bidang
pengamatan profil tanah dibuat tangga kebawah agar memudahkan pengamat
turun

Prosedur kerja praktikum acara 5, yaitu :


1. Membuat lubang penampang harus cukup besar agar orang dapat dengan
mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya berjalan dengan
sempurna
2. Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan
dipilih lubang penampang pada bagian teratas.
3. Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang pemeriksaan.
4. Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup

Pada praktikum kali ini, digunakan larutan seperti H2O2 dan HCl. Fungsi dari
H2O2 adalah untuk menguji adanya bahan organic. Sedangkan HCl, berfungsi
untuk mengetahui derajat keasaman suatu tanah dan menentukan adanya asam
karbonat dalam tanah. Berikut reaksi dari uji terhadap kandungan bahan organic
tersebut :
Mn + H2O2 akan mengeluarkan asap
CaCO3 + H2O2 akan bergelembung

74

Reaksi antara tanah dengan HCl tidak menunjukkan suatu reaksi, sehingga tidak
ada asam karbonat pada tanah yang diamati profilnya.
Hasil praktikum acara 5 yaitu, setiap kelompok mendapatkan satu horizon
tanah. Kelompok 1 mendapatkan horizon O dengan tebal 0-18 cm, dimana
horizon tersebut banyak mengandung unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kelompok 2 mendapatkan horizon A1 dengan tebal 18-44 cm. pada horizon 2
berwarna dark brown. Kelompok 3 mendapatkan horizon tanah no 3 yaitu A2
dengan ketebalan 44-62 cm. kelompok 4 mendapatkan horizon B1 dengan
ketebalan 62-84 cm. kelompok 5 mendapatkan bagian tanah yang hampir
mendekati dark brown, dengan ketebalan 82-102 cm dengan warna dark brown.
Kemudian diambil contoh tanah diuji dengan cara seperti acara 4 yaitu
pengamatan dengan indra.

75

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :


1. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta
kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian
2. Tiap tiap lapisan pada profil tanah berbeda, mulai dari warna ; tekstur ;
struktur ; konsistensi ; pH tanah dll.
3. Untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah digunakan
larutan H2O2 dan akan ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.
4. Selain itu, ada juga larutan HCL yang digunakan untuk mengetahui
kandungan kapur dari dalam tanah, sama halnya dengan H2O2 ditandai
dengan keluarnya buih dari dalam tanah.
B. Saran
Seharusnya penggalian dan pengamatan profil tanah di laksanakan pada cuaca
cerah, agar dapat terlihat jelas batas antar lapisan tanah dan tanah yang akan di
amati tidak mengalami gangguan.

76

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hanafiah, Kemas.2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada
Foth, HD Dan L.N.Turk. 1999. Fundamental of Soil Science. New York : Fifth Ed
John Waley & Soil
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta
Hakim., dkk. 1986 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung
Subagyo. 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah II. PT Soeroengan, Jakarta
Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta : Rajawali
Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung

77

78

Anda mungkin juga menyukai