Anda di halaman 1dari 121

1

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PEMBIAYAAN TERHADAP


PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2009-2012
Tesis
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Ekonomi Syariah (M.E.Sy)
Dalam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh
RENI HARIANI
NIM: 1386 165

PRODI EKONOMI SYARIAH


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2016

PENGARUH PENDAPATAN PREMI ASURANSI TAKAFUL


KELUARGA PADA ASURANSI KONVENSIONAL DIVISI
SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE 2005-2014)
Tesis
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Ekonomi Syariah (M.E.Sy)
Dalam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh
Amrina Rosyada
NIM: 130206151

PRODI EKONOMI SYARIAH


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2016

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :Dr. Muhammad Adil, MA
NIP : 19730604 199903 1 006
2. Nama : Dr. Listiawati, M.H.I
NIP : 19600112 200603 2 001
Dengan ini menyetujui bahwa tesis berjudul PENGARUH LIKUIDITAS DAN
PEMBIAYAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2009-2012 yang ditulis oleh:
Nama
: Reni Hariani
Nim
: 1386165
Program studi : Ekonomi Syariah
Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah tertutup pada Program Pascasarjana UIN Raden
Fatah palembang.

Pembimbing I,

Dr. Muhammad Adil, MA


NIP.19730604 199903 1 006

Palembang, November 2015


PembimbingII,

Dr. Listiawati, M.H.I


NIP.19600112200603 2 001

PERSETUJUAN TIM PENGUJI


SIDANG MUNAQASYAH
Tesis berjudul PENGARUH LIKUIDITAS DAN PEMBIAYAAN TERHADAP
PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 20092012 yang ditulis oleh:
Nama
: Reni Hariani
NIM

: 1386165

Program Studi : Ekonomi Syariah


Konsentrasi

1.

Telah dikoreksi dengan seksama dan dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah terbuka pada program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
Nama : Prof. Dr. Romli. SA, M.Ag
..............................................................
NIP

2.

: Ekonomi Syariah

: 195712101986031004

Tgl

.................................................................

Nama : Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag ...............................................................


NIP

:197509282006042001

Tgl

................................................................

Ketua,

Palembang, 17 Maret 2015


Sekretaris,

Dr. Muh. Misdar, M. Ag


NIP. 196305021994031003

Dr. Listiawati, M.H.I


NIP. 196001122006032001

PERSETUJUAN AKHIR TESIS


Tesis berjudul PENGARUH LIKUIDITAS DAN PEMBIAYAAN TERHADAP
PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 20092012 yang ditulis oleh:
Nama
: Reni Hariani
NIM

: 1386165

Program Studi : Ekonomi Syariah


Konsentrasi

: Ekonomi Syariah

Telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka pada tanggal 01 April 2016 dan dapat
disetujui sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi Syariah
(M.E.Sy) pada program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
Ketua
: Dr. Muh. Misdar, M. Ag
..........................................................
NIP. 19630502 199403 1003
Sekretaris

: Dr. Listiawati, M.H.I


NIP. 19600112 200603 2001

Penguji I

Penguji II

: Prof. Dr. Romli. SA, M.Ag

Tanggal.............................................
..........................................................
Tanggal.............................................
..........................................................

NIP. 19571210 198603 1004

Tanggal.............................................

: Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag

..........................................................

NIP. 19750928 200604 2001

Tanggal.............................................

Direktur,

Palembang,
April 2016
Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Abdullah Idi, M.ed


NIP. 19650927 199103 1004

Dr. Listiawati, M.H.I


NIP. 19600112200603 2001

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto
Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu
maka hidup akan tenteram.
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaikbaiknya dari otak yang tidak sempurna.
Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.
Kupersembahkan Kepada:
Kedua orang tuaku yang tercinta, tersayang dan selalu ku rindukan, tiada arti hidupku
tanpa kasih sayang kalian, I Love You Forever My Parents.
Saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku.
Dosen-dosenku yang telah memberikan ilmunya selama kuliah.
Teman-temanku tersayang yang selalu mendoakan aku
Almamaterku.

KATA PENGANTAR

m9$# uq9$#!$#0

.
.
! #
. % ' .



( * )
! )

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam dan dzat yang menuntun umat manusia untuk selalu dijalan-Nya.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis
bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan ridho, rahmat, hidayah, dan taufikNya serta memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan tesis ini yang berjudul Pengaruh Likuiditas dan
Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20092012.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dari
penulis, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca.
Akhirnya setelah begitu panjang penulis menempuh ilmu, dengan segala lika-liku,
penulis dapat menyelesaikan proses akhir studi. Kenyataan semua ini tentunya tidak
terlepas dari keikutsertaan banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan syukur, terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, M.A, selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang
2. Bapak Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ag, selaku Direktur Pasca Sarjana UIN Raden Fatah
Palembang.
3. Ibu Dr. Listiawati selaku ketua Prodi Ekonomi Syariah dan pembimbing II Tesis saya.

4. Bapak Dr. M. Adil, M.A selaku Pembimbing I.


5. Dosen-dosenku tercinta yang telah memberikan ilmu kepada kami dan memberikan
semangat selama kuliah di Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang tiada henti-hentinya mendoakan Ananda dalam menuntut
Ilmu.
7. Saudara-saudaraku tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.
8. Dosen-dosenku tercinta yang telah memberikan ilmu kepada kami dan memberikan
semangat selama kuliah di UIN Raden Fatah Palembang.
9. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan Ekonomi Syariah Heni Uswatun Hasanah, Syahril
Ramadhon Alamsyah, Amrina Rosyada, Witry Octasari, Eva Susanti, Desi Puspita,
Mukmin Mukri, Andriani, Iftitah Utami, Muharir, Muhammad Rasyid Redho Pratama,
Amir Salim, Al-Hadi dan Wahyu Nurhidayah.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
Atas semua bantuan, petunjuk dan bimbingan serta semangat dari berbagai pihak,
penulis hanya dapat menyerahkan semuanya pada Allah SWT, mudah-mudahan itu semua
bisa menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT, akhir kata penulis mohon maaf atas segala
kekhilafan dan segala kekurangan dalam tulisan ini.
Palembang, 01 April 2016
Penulis

RENI HARIANI
13 86 165

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Reni Hariani

Tempat/Tanggal Lahir: Jarai, 05 Maret 1990


NIM

: 1386 165

Pekerjaan

: Dosen

Alamat

: Jln. Kampung Bakti, Desa Jarai II

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa, tesis yang berjudul Pengaruh Likuiditas


dan Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode
2009-2012 adalah benar karya penulis sendiri dan bukan merupakan jiplakan, kecuali
kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika terbukti tidak benar, maka sepenuhnya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Raden Fatah palembang.
Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya.

Palembang, 01 April 2016


Yang membuat pernyataan,

Reni Hariani

10

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TERTUTUP

iii

PERSETUJUAN AKHIR TESIS

iv

KATA PENGANTAR

PERNYATAAN KEASLIAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

viii

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB KE LATIN

xiii

ABSTRAK

xvi

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Batasan Masalah
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian
Desain Variabel
Tinjauan Pustaka
Kerangka Teori
Metodologi Penelitian
Langkah-Langkah Analisa Data
Sistematika Penulisan

1
9
10
10
11
12
12
19
25
30
31

BAB II MENGENAL BANK SYARIAH


Ciri Bank Syariah
Karakteristik Bank Syariah
Fungsi Bank Syariah
Keistimewaan Bank Syariah
Tujuan Bank Syariah
Prinsip Operasional Perankan Syariah
Prinsip Dasar Kegiatan Usaha Bank Syariah
Konsep Dasar Transaksi
Sumber Dana Bank Syariah
Dasar Hukum Bank Syariah
BAB III LIKUIDITAS, PEMBIAYAAN DAN PROFITABILITAS

A. Likuiditas
1. Pengelolaan likuiditas dalam perankan syariah

32
34
35
36
38
43
45
52
53
57

58
58

11

2.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
D.

Instrumen likuiditas bank syariah


Pembiayaan
Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Penentuan Kebijakan Pembiayaan di Bank Syariah
Sistem Pembiayaan Bank Syariah
Profitabilitas
Pandangan Islam Tentang Risiko dan Keuntungan

59
66
67
70
75
76
87
92

BAB IV PENGARUH LIKUIDITAS DAN PEMBIAYAAN TERHADAP


PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
A.
1.
2.
3.
B.

Analisa Data
95
Likuiditas Perbankan Syariah di IndonesiaTahun 2009-2012
95
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2009-2012
98
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2009-2012
100
Hasil Uji Statistik Pengaruh Likuiditas dan Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia
103
1. Uji Asumsi Klasik
103
2. Pengujian Hipotesis
107
3. Analisis Regresi Linier Berganda
109
4. Pembahasan Pengujian Hipotesis
111

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

114

12

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

37

Tabel II.2 Perbedaan Prinsip Sistem Konvensional dan Sistem Syariah

45

Tabel II.3 Prinsip Produk Dana

53

Tabel II. 4 Perbandingan Tabungan Mudharabah dan Tabungan Wadiah

55

Tabel IV.1 Likuiditas (FDR) Periode 2009-2012

96

Tabel IV.2 Pembiayaan Periode 2009-2012

98

Tabel IV.3 Profitabilitas (ROA) Periode 2009-2012

101

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas

103

Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolinearitas

104

Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test

106

Tabel IV.7 Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)

107

Tabel IV.8 Hasil Analisis Uji f (Uji Simultan)

108

Tabel IV.9 Uji Koefisien Determinasi

108

Tabel IV.10 Uji Koefisien Determinasi

110

Tabel IV.11 Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)

110

13

DAFTAR GAMBAR
Gambar. I.1 Desain Variabel Penelitian

12

Gambar. I.1 Langkah-langkah Analisis Data


Gambar. II.1 Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Gambar. IV.1 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

30
71
105

14

PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB KE LATIN
A. Konsonan Tunggal

Huruf
1

Nama

Keterangan

Huruf Arab

Latin
Tdk
2

Alif

Tidak dilambang
dilambang

ba

Be

Ta

Te

sa

Es (dengantitikdiatas)

Jim

Je
Ha (dengan titik di

ha

bawah)

Kha

Kh

Kadan Ha

Dal

De
Zet (dengan titik di

10

Zal

atas)

11

ra

Er

12

Zai

Zet

13

Sin

Es

14

Syin

Sy

es dan ye

15

Es (dengan titik di
15

Shad

bawah)
De (dengan titik di

16

Dhad

bawah)
Te (dengan titik di

17

ta

bawah)
Zet (dengan titik di

18

za

bawah)

19

ain

koma di atas

20

Gayn

Ge

21

fa

Ef

22

Qaf

qi

23

Kaf

ka

24

Lam

el

25

Mim

em

26

Nun

en

27 Wau

we

28 ha

ha

29 Hamzah '

Apostrof

Apostrof

30 ya

ye

16

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap


"#

Ditulis

iddah

C. Ta Marbutah
1.Bila mati maka ditulis h
$%

Ditulis

hibah

$'()

Ditulis

jizyah

D. Vokal pendek

E.

Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

----- ----

fathah

---------

kasroh

---------

ammah

Vokal Panjang
Nama

TulisanArab

Tulisan latinn

Fathah + alif + ya

$./0)

fathah+ alif layyinah

123'

yas

kasrah + ya mati

4'56

karm

ammah+wawu mati

58

fur

jhiliyyah

F.Vokal Rangkap
Tanda
huruf
9

Nama

gabungan

Nama

Contoh

Fathah dan ya mati

ai

a dan i (ai)

4<=.>

Fathah dan waw mati

au

a dan u (au)

?;

G.Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrop
4@A
ditulis
aantum
"#

ditulis

uiddat

45<D EF

di tulis

la,in syakartum

17

H. Kata Sandang Alif + Lam


1.Bila diikuti oleh hurup qomariyah
5H
0.H

Ditulis

al-Qurn

Ditulis

al-Qiys

2. bila dikuti oleh huruf syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el) nya.
0J3
Ditulis
As-sam
KJL

Ditulis

Asy-syams

I.Penulisan kata-kata dalam Rangkaian Kalimat ditulis menurut pengucapannya dan


menulis penulisannya.
5M
Ditulis
awi al-fur
$=3 O

ditulis

Ahl as-sunnah

="O

ditulis

Ahl an-nadwah

18

ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pengaruh likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2012, dengan tiga rumusan masalah yaitu: pertama,
bagaimana likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012? kedua, bagaimana likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan
syariah di Indonesia periode 2009-2012? dan yang ketiga, bagaimana likuiditas dan pembiayaan
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2012? Selaras dengan
permasalahan yang dikemukakan makatujuan penelitian ini adalah yang pertama untuk

menganalisis pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia


periode 2009-2012, yang kedua adalah untuk menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia 2009-2012, dan yang ketiga untuk
menganalisis dan menjelaskan pengaruh likuiditas dan pembiayaan perbankan syariah
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2012.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik
pengumpulan data dokumnetasi dan sumber data sekunder yang diambil dari laporan
statistik perbankan syariah dari Bank Indonesia pada tahun 2009-2012.Teknik analisis
yang digunakan adalah uji regresi linier berganda. Sebelum menjelaskan hasil dari model
regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik diantaranya
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi serta uji hipotesis yang terdiri dari
uji f, uji t dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan tidak berpengaruh terhadap
ROA, sedangkan likuiditas (FDR) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) bank umum dan unit usaha syariah di Indonesia dari tahun 2009-2012. Hal ini
terbukti dari uji parsial dimana t hitung -(1,484) > t Tabel (0,035) untuk variabel likuiditas.
Demikian juga dengan uji simultan dimana F hitung (10,215) > F Tabel 3.218.Implikasi
dari hasil penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
hendaknya meningkatkan persentase likuiditasdan pembiayaan sehingga Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia dapat meningkatkan profitabilitas yang
sangat menentukan kinerja Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di masa depan.

19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara.
Semakin baik kondisi perbankan suatu negara, semakin baik pula kondisi perekonomian
suatu negara. Efektivitas dan efisiensi sistem perbankan di suatu negara akan
memperlancar perekonomian negara tersebut.1 Selain itu, perbankan juga dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan penyaluran dana yang baik, para pelaku
ekonomi dapat terbantu dalam pengalokasian dana serta pengaturan dana.2
Awal kelahiran sistem perbankan syariah dilatarbelakangi oleh pembentukan sistem
berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Upaya awal penerapan sistem profit and
loss sharing (untung dan rugi ditanggung bersama) tercatat di Pakistan dan Malaysia
sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara nonkonvensional.3
Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual banking sistem yang
berarti beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank konvensional. Dengan
begitu, kebijakan yang diambil pemerintah melalui Bank Indonesia tentu berbeda untuk
kedua jenis bank tersebut. Pada bank syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga

M. Sulhan dan Ely, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang : UIN-Malang Press,
2008), hlm. 3
2
M. Sulhan dan Ely, Manajemen, hlm. 9
3
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press,
2001), hlm. 30

20

keuntungan yang di dapat bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang
menggunakan dana dari bank syariah serta investasi dari bank syariah sendiri.4
Kondisi perbankan ini mendorong banyak pihak yang terlibat didalamnya untuk
melakukan penilaian atas kesehatan bank. Salah satu pihak yang perlu mengetahui kinerja
dari sebuah bank adalah investor sebab semakin baik kinerja bank tersebut maka jaminan
keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Kinerja bank dapat dilihat
melalui profitabilitas yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan salah satu pengukur kinerja
keuangan sebuah perbankan. Jika sebuah bank mempunyai profitabilitas yang baik maka
kelangsungan hidup bank tersebut akan terjamin. Namun sebaliknya, jika bank mempunyai
profitabilitas buruk maka kelangsungan hidup bank tidak akan bertahan lama karena bank
tersebut tidak mampu untuk memenuhi biaya-biaya operasional. Untuk mengukur tingkat
keuntungan yang diperoleh suatu bank digunakan rasio profitabilitas.
Berkembangnya pertumbuhan perekonomian di tanah air tidak terlepas dari peran
vital yang diperlihatkan oleh sektor perbankan. Perbankan menurut UU No. 10/1998
adalah segala sesuatu yang menyangkut bank: mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.5
Bank

syariah

yang

berfungsi

sebagai

lembaga

intermediasi

keuangan,

melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dan


kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dana yang
dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito
baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudarabah. Sedangkan penyaluran dana

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah, hlm. 160


Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: Indeks,
2006), hlm. 71
5

21

dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu
prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap.6
Pembiayaan merupakan aktiva produktif dari perbankan syariah, sebagai aktiva
produktif, pembiayaan harus dikelola dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain
yaitu prinsip kehati-hatian, berdasarkan pada peraturan-peraturan yang membatasinya,
analisis terhadap risiko usaha, mempertahankan kepercayaan masyarakat dan investor
kepada perbankan syariah, dan mempertimbangkan aspek likuiditas.
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam
angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba
penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.
Sedangkan return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income. ROA merupakan rasio
yang memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Alasan meneliti rasio keuangan adalah
karena rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan.
Pemicu

utama

kebangkrutan

yang

dialami

oleh

bank,

terletak

pada

ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Likuiditas pada perbankan


syariah sebagian besar bergantung pada perolehan dana pihak ketiga (deposits) berupa
investment account maupun current account, yang akan disalurkan ke pembiayaan sesuai
syariah seperti mudarabah, musyarakah, murabahah, salam, isthisna, dan ijarah. Rasio
6

Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 85

22

likuiditas disebut juga rasio modal kerja. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuidnya
sebuah bank, yaitu dengan membandingkan seluruh komponen aktiva lancar dengan
komponen pasiva lancar. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
kebutuhan transaksi pada saat nasabah melakukan penarikan. Jika sebuah bank tidak bisa
memenuhi kebutuhan nasabah, berarti bank tersebut mengalami risiko likuiditas, artinya
bank tidak bisa memenuhi kewajibannya atau sudah tidak mampu membiayai.7 Besar
kecilnya risiko likuiditas banyak ditentukan beberapa indikator yaitu:8
a. Kecermatan perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prediksi pembiayaan dan
prediksi pertumbuhan dana, termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana.
b. Ketepatan dalam mengatur struktur dana, termasuk kecukupan dana-dana non profit and
loss sharing.
c. Ketersediaan asset yang siap dikonversikan menjadi kas.
d. Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk
fasilitas lender of last resort.
Tingkat likuiditas dengan profitabilitas terdapat trade-off, hal ini didasarkan pada
argumen bahwa investasi pada pendanaan jangka pendek memberi efek yang berlawanan
terhadap likuiditas dan profitabilitas. Investasi pada aset lancar walaupun akan
meningkatkan likuiditas, namun tidak dapat menghasilkan keuntungan sebanyak investasi
pada aset tetap. Pendanaan yang berasal dari kewajiban lancar walaupun lebih murah dan
lebih menjanjikan dari segi laba, namun lebih berisiko karena waktu pengembaliannya
lebih pendek.9

Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 182
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Cet ke-4 Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),
hlm. 227
9
Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, (Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006).
8

23

Pertentangan antara likuiditas dan profitabilitas tersebut dianggap persoalan pokok


dalam manajemen dana bank. Likuiditas dapat diperoleh dengan menyimpan uang dan aset
likuid lainnya, atau diperoleh dengan menarik deposit tambahan atau meminjam dari
sumber lain.10 Terkait persoalan aset lancar tersebut mengindikasikan bahwa dalam
pengelolaannya, bank harus cakap dalam mengelola aliran dana guna menghasilkan
keuntungan yang setinggi-tingginya. Namun secara simultan bank juga harus
memperhatikan adanya kemungkinan risiko yang timbul menyertai keputusan-keputusan
manajemen tentang struktur aset dan liabilitas, diantaranya risiko likuiditas.
Dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya menitikberatkan kepada
kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba tetapi juga pada kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah dan tujuan bank syariah tersebut. Maka untuk mencapai tingkat
efisiensi bank syariah dalam menghasilkan keuntungan tinggi harus dilihat juga
berdasarkan tingkat pengaruh dari kinerja operasional bank tersebut. Kinerja operasional
bank dapat dilihat dari kegiatan operasional utamanya yaitu pembiayaan. Selain
pembiayaan, kinerja operasional yang juga ikut berpengaruh adalah perputaran
permodalan, efisiensi kinerja operasional bank dan likuiditas bank tersebut.11
Dalam perbankan likuiditas adalah salah satu hal yang penting dalam memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap bank yang beroperasi
sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.12 Pengaruh pengelolaan
likuiditas dapat berpengaruh pada perkembangan lembaga tersebut, seperti krisis di sektor
keuangan yang terjadi saat ini salah satu dampak dari imbas ketidakmampuan lembaga
dalam menangani masalah aliran sumber dananya, dan pengaruhnya secara luas, terlihat
10

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Edisi ke-1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007),

hlm. 246
11
12

Juli 2015

Ascarya, Akad, hlm. 29


http://nurulchaeriah.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas.html diakses kembali pada 30

24

pada perkembangan pasar surat-surat berharga, pada sektor perbankan dan lebih jauh lagi
pada sektor riil.13
Dalam likuiditas terdapat dua risiko yaitu risiko ketika kelebihan dana dimana dana
yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat
bunga yang tinggi. Kedua risiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia
untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada, dan juga akan mendapat
pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan
mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan
berisiko pada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat
keuntungan tidak maksimal, disini terjadi konflik kepentingan antara mempertahankan
likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.14
Secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga seiring
pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relatif tinggi dibandingkan
perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau
kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup
kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional.15
Penilaian atas kinerja bank senantiasa perlu di-review secara periodik untuk
mengetahui keadaan, dan perkembangan kondisi terkini, tujuannya adalah agar lebih
mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Dalam konteks inilah
Bank Indonesia senantiasa melakukan perbaikan kembali terhadap sistem penilaian tingkat

13
14

Riyanto Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 25


http://nurulchaeriah.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas.html diakses kembali pada 30 Juli

2015
15

Agus Faisal, Skripsi Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Aktivitas, Efisiensi, Manajemen, dan
Risiko Pembiayaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia, (Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012).

25

kesehatan. Melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/1/PBI/2007 tentang Sistem


Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, disebutkan bahwa
faktor finansial adalah salah satu faktor pembentuk tingkat kesehatan bank yang terdiri dari
faktor permodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen (management),
rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap risiko pasar (sensitivity
to market risk.)16 Semua itu sering dikenal dengan istilah rasio CAMELS.
Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang,
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap
ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko. Sedangkan bagi Bank Indonesia, antara
lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank.
Financing to Deposit Ratio (FDR) mewakili rasio likuiditas yang menggambarkan
seberapa jauh kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan pembiayaan yang telah diajukan. Semakin besar
rasio ini semakin likuid.17 Rasio FDR yang semakin tinggi menunjukan penyaluran dana
yang dilakukan oleh bank juga akan meningkat, sehingga akan ada peningkatan
pendapatan lewat bonus ataupun bagi hasil dengan asumsi tidak ada pembiayaan macet
atau dana tidak dapat ditarik.
Upaya bank dalam meningkatkan profitabilitas sering terkendala pada likuiditas.
Likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup
untuk memenuhi kewajibannya setiap saat. Secara sederhana arti likuiditas adalah
tersedianya uang kas yang cukup apabila sewaktu-waktu diperlukan. Bagi dunia
16

Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (UU di Bidang Perbankan,
Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia) (Yogyakarta: UII Press, 1007), hlm. 472
17
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 268

26

perbankan, masalah likuiditas penting sekali karena berkaitan dengan kepercayaan


nasabah, pihak bank sedapat mungkin harus mencoba untuk memenuhi kebutuhan nasabah
terutama akan permintaannya terhadap kredit maupun transaksi bisnis lainnya.18
Alasan penyusun hanya mengambil tiga variabel, adalah karena penyusun hanya
ingin melihat dari sisi aset dan pembiayaan. Disamping itu persoalan pokok dalam
likuiditas yaitu cara pengelolaan aset yang akan dialokasikan, baik dalam earning assets
atau non earning assets. Keputusan pembiayaan jangka berhubungan dengan manajemen
aset lancar, yakni aset yang bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
kurang.19

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dibatasi masalah sebagai
berikut: Likuiditas dapat diukur dengan financing to deposit ratio (FDR, cash ratio, loan to
deposit ratio, loan to assets ratio dan rasio call money. Profitabilitas dapat diukur dengan
menggunakan gross profit margin, net profit margin, ROE dan ROA. Peneliti memberi
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan rasio likuiditas yang
diukur dengan financing to deposit ratio (FDR), dan jumlah total pembiayaan, sementara
profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA.

C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut: (1) Bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil memiliki
risiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam kurun waktu pembiayaan
tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan karena pembiayaan bagi hasil tidak
18

Kasmir, Manajemen, hlm. 49


Shopi Guspiati, Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Syariah
Mandiri Tahun 2004-2007), Skripsi UIN Kalijaga, 2008., hlm. 28
19

27

hanya bersifat berbagi untung tetapi juga berbagi rugi. (2) Selain jumlah total pembiayaan,
kinerja operasional yang juga ikut berpengaruh adalah perputaran permodalan, efisiensi
kinerja operasional bank dan likuiditas bank tersebut. Likuiditas pada bank syariah bisa
mencerminkan dari kemampuan bank dalam menyalurkan sumber dana yang berasal dari
pihak ketiga baik dari tabungan maupun deposito. (3) ROA menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012?
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012?
3. Bagaimana pengaruh likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah
di Indonesia periode 2009-2012?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia periode 2009-2012.
2. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia 2009-2012.
3. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh likuiditas dan pembiayaan terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia 2009-2012.

28

Sedangkan Manfaat Penelitian:


a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan tentang kajian perbankan syariah sebagai salah satu bagian dari ekonomi
Islam.
b. Secara Praktis
Untuk memberikan masukan yang berguna agar lebih meningkatkan kinerja bank dengan
mengembangkan industri perbankan di Indonesia. Kepada pengguna jasa perbankan
syariah sebagai bahan informasi, dan untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan
pembiayaan terhadap profitabilitas di Indonesia.

F. Desain Variabel
Desain variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:
Gambar 1. Desain Variabel Penelitian
X1 > Y
Variabel X1
Likuiditas
Perbankan Syariah di
Indonesia

Variabel Y
X1 + X2 > Y

Profitabilitas
Perbankan Syariah di
Indonesia

Variabel X2
Pembiayaan
Perbankan Syariah di
Indonesia

X2 > Y

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa variabel X1 dan X2 dalam


penelitian ini diasumsikan berpengaruh terhadap variabel Y. Variabel X1 dan X2 juga
merupakan variabel independen artinya variabel yang memberikan pengaruh terhadap

29

variabel Y yang merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Untuk
melihat pengaruh antar variabel ini digunakan alat analisis ekonometrik regresi linier
berganda.

G. Tinjauan Pustaka
Adi Stiawan dalam Tesis, tahun 2010 dengan judul Analisis Pengaruh Faktor
Makroekonomi, Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah (Studi pada Bank Syariah Periode 2005-2008), penelitiannya menjelaskan
selama periode pengamatan menunjukan bahwa data penelitian berdistribusi normal.
Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini
menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
inflasi dan pertumbuhan GDP tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA.
Variabel FDR, pangsa pasar, CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA,
sedangkan variabel NPF, BOPO, dan SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Kemampuan prediksi dari ke delapan variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini
sebesar 12, 9%, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian.
Vera Susanti dalam Tesis, tahun 2013 dengan penelitian yang berjudul Pengaruh
Equivalent Rate dan Tingkat Keuntungan Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah di Indonesia, Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi dan sumber data
sekunder yang diambil dari laporan statistik perbankan syariah dari Bank Indonesia pada
tahun 2009-2013. Teknik analisis yang digunakan adalah uji regresi linier berganda.

30

Sebelum menjelaskan hasil dari model regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik diantaranya multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi serta
uji hipotesis yang terdiri dari uji f, uji t dan koefisien determinasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Equivalent Rate (ER) dan Tingkat Keuntungan (TK) berpengaruh
secara signifikan terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum dan unit
usaha syariah di Indonesia dari tahun 2009-2013. Hal ini terbukti dari uji parsial dimana t
hitung (4,018) > t Tabel (2,004) untuk variabel Equivalent Rate dan t hitung (6,156) > t
Tabel untuk variabel Tingkat Keuntungan. Demikian juga dengan uji simultan dimana F
hitung (50,109) > F Tabel 2,790.
William, Molyneux dan Thornton dalam Tesis (1994) meneliti dengan judul,
Dampak Struktur Pasar (Market Structure) dan Pangsa Pasar (Market Share)
Terhadap Profitabilitas Perbankan di Spanyol. Dasar penelitian ini adalah ingin
mengetahui apakah peningkatan ukuran bank berpengaruh terhadap profitabilitas
perbankan di Spanyol. Penelitian William et. al (1994) dilandasi hipotesis strukturperilaku-kinerja (SCP) dan hipotesis efisiensi. Paradigma SCP didasari oleh preposisi
bahwa dengan adanya konsentrasi pasar akan mendukung kerjasama antar perusahaan
(market collusion) dalam hal penentuan harga, produk, dan lain-lain. Makin
terkonsentrasinya pasar akan menurunkan tingkat kompetisi. Hipotesis efisiensi
menekankan pada efisiensi operasi yang dapat meningkatkan profitabilitas. Penelitian
menggunakan pooling data tahun 1986-1988. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
konsentrasi adalah positif dan signifikan tetapi variabel pangsa pasar adalah negatif dan
tidak signifikan. Ini mendukung paradigma SCP, yaitu makin terkonsentrasinya perbankan
di Spanyol akan menurunkan tingkat kompetisi yang akhirnya meningkatkan profitabilitas.
Konsentrasi yang lebih jauh pada perbankan di Spanyol didorong oleh kebijakan

31

pemerintah dan bank sentral yang akan menurunkan tingkat kompetisi. Tidak ada bukti
yang mendukung hipotesis efisiensi. Dalam kedua regresi rasio kapital terhadap aset adalah
positif dan secara statistik signifikan. Variabel aset adalah positif dan signifikan
membuktikan ukuran bank dapat meningkatkan profitabilitas. Koefisiensi variabel
kepemilikan adalah negatif, artinya bank swasta mempunyai profitabilitas lebih rendah dari
bank campuran. Koefisiensi variabel 7 bank besar adalah positif, artinya ketujuh bank
besar tersebut lebih menguntungkan dibanding lain.
Hasan dan Bashir dalam Jurnal (2002) meneliti Tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah. Data yang digunakan adalah data dari bank
syariah di 21 negara termasuk Indonesia. Variabel yang digunakan hampir sama dengan
penelitian Kunt dan Huizinga (1997). Untuk kinerja bank diukur dengan profitabilitas
dengan indikator NIM (Non Interest Margin), ROA, ROE. Variabel independen yang
digunakan adalah karakteristik bank, meliputi asset, serta faktor internal bank lain seperti
pembiayaan, financial structure, kondisi makro ekonomi negara bersangkutan yang
diproksi dengan GDP. Hasil penelitiannnya menunjukkan bahwa untuk karakteristik bank
yang diukur dengan pembiayaan dan asset berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Makroekonomi yang diukur dengan GDP menunjukkan pengaruh yang positif signifikan
terhadap NIM, namun tidak signifikan terhadap ROA dan ROE. Pada financial structure,
konsentrasi pasar mempengaruhi profitabilitas secara signifikan.
Agus Faisal dalam Skripsi (2012) dengan judul Pengaruh Permodalan,
Likuiditas, Aktivitas, Efisiensi, Manajemen, dan Risiko Pembiayaan Terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia, Penelitian ini mencoba menganalisis
beberapa rasio keuangan diantaranya permodalan yang diukur dengan rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR), likuiditas yang diukur dengan Financing to Deposit Ratio (FDR),

32

aktivitas yang diukur dengan Total Asset Trunover (TAT), efisiensi yang diukur dengan
Operating Expense to Operation Income (OEOI), manajemen yang diukur dengan Net
Interest Margin (NIM), risiko pembiayaan yang diukur dengan Non Performing Financing
(NPF) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) pada bank
umum syariah di Indonesia. Penelitian ini termasuk kategori penelitian terapan (applied
research), teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria
bank umum syariah di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan periode 2007 sampai
dengan 2011. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis
menggunakan t-statistik untuk uji parsial serta f-statistik untuk uji simultan (bersamasama) dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Selama periode pengamatan, penyimpangan dapat diatasi sehingga data menunjukan
berdistribusi normal. Berdasarkan uji asumsi klasik tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik, yang menunjukkan data telah memenuhi syarat
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa FDR, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, selain itu OEOI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan CAR, TAT, dan NPF
berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA pada
bank umum syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variabel FDR,
NIM, dan OEOI dapat dijadikan pedoman, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam
pengelolaan perusahaan, maupun oleh para investor dalam menentukan strategi investasi.
Demirguic-Kunt dan Huizinga dalam Skripsi (1997, 2001) meneliti dengan judul,
Menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank, Secara garis
besar variabel yang digunakan adalah makroekonomi, financial struktur, karakteristik

33

bank, serta regulasi pemerintah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa makroekonomi


yang diproksi dengan inflasi dan GDP berpengaruh terhadap kinerja bank yang diukur
dengan profitabilitas. Kunt-Huizinga menyatakan inflasi akan menaikkan profitabilitas.
Mereka beranggapan bahwa hubungan positif antara inflasi dan profitabilitas bank terjadi
dengan asumsi pendapatan bank meningkat dibandingkan dengan biaya bank karena faktor
inflasi. Tingginya tingkat inflasi tentunya akan menaikkan bunga bank dan secara otomatis
akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Bank juga akan mendapat keuntungan
tambahan dengan adanya pembatalan atau penundaan pengajuan kredit dari nasabah pada
kondisi inflasi. Namun begitu, apabila inflasi tidak di antisipasi sebelumnya dan bank
terlambat menaikkan tingkat bunganya, maka kemungkinan terbesarnya adalah biaya bank
akan naik lebih cepat dibandingkan penerimaan bank dan hal ini tentu akan sangat
berpengaruh terhadap profitabilitas bank. GDP juga berpengaruh positif namun tidak
terlalu signifikan. Untuk variabel karakteristik bank yang diproksi dengan permodalan
maka pengaruhnya positif signifikan terhadap profitabilitas.
Anafil Windriya dalam Skripsi (2014) Universitas Diponegoro meneliti dengan
judul, Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Faktor Internal Bank Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia (Periode 2008-2013), Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara simultan (uji f) berpengaruh
terhadap ROA dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan secara parsial (uji t)
menunjukan bahwa variabel sensitivitas NOM terhadap inflasi, CAR, dan Size tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel FDR berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Kemampuan prediksi dari ke-enam variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini
sebesar 77,38%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan

34

kedalam model penelitian.


Fitriani Prastiyaningtyas dalam Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Go Public yang Listed di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2005-2008), dari hasil uji hipotesis secara
simultan (uji f) menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan pangsa kredit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perbankan pada bank umum go
public dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara
parsial (uji t) pada bank umum go public menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO,
NIM, dan pangsa kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
Sedangkan variabel LDR tidak signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Nilai adjusted
R2 dalam model regresi bank go public diperoleh sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan
bahwa besar pengaruh variabel independent yaitu CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan
pangsa kredit terhadap variabel dependent (ROA) sebesar 77,9% sedangkan sisanya
sebesar 22,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Selain itu nilai R2 adalah 0,796. Jika nilai R2
semakin mendekati 1 maka variabel-variabel bebas (CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan
pangsa kredit) semakin kuat pengaruhnya dalam menjelaskan variabel terikat (ROA).
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dan persamaan dengan
penelitian ini. Hal spesifik dalam penelitian ini adalah obyek penelitiannya, dimana
penelitian ini adalah pada perbankan syariah di Indonesia pada periode 2009-2012.
Profitabilitas sebagai variabel dependen diproksikan dengan variabel ROA. Variabel
independennya yaitu, likuiditas bank yang diproksikan dengan sensitivitas perubahan
dengan financing to deposit ratio (FDR) terhadap perubahan ROA, sedangkan faktor
internal diproksikan dengan total pembiayaan bank yang diukur dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan.

35

H. Kerangka Teori
Pengertian bank yang tertulis pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut
ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/2000, Pasal I,
tertulis bank syariah adalah bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariat Islam, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariat Islam.20
Muhammad21 menyebutkan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Atau dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariah.
Rivai dan Arifin22 mengatakan, fungsi bank syariah secara garis besar tidak berbeda
dengan bank konvensional, yakni sama-sama sebagai lembaga intermediasi yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Perbedaan pokoknya
terletak dalam perlakuan dan jenis keuntungan yang diambil oleh bank dari transaksitransaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari

20

Rivai dan Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Azkia Publisher, 2009), hlm. 32
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPM, 2005), hlm. 13
22
Rivai dan Arifin, Dasar-dasar, hlm. 32
21

36

pengambilan bunga, maka bank syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa
jasa maupun mark-up atau margin, serta bagi hasil.
Disamping dilibatkannya hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme
bunga, posisi unik lainnya dari bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional
adalah diperbolehkannya bank syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat
multi-finance dan perdagangan. Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi bank syariah
yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan
yang dapat dilakukan bank syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
(mudarabah), pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan (musyarakah), jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa (ijarah). Sehingga masyarakat yang membutuhkan pendanaan
dapat memilih pembiayaan yang prinsipnya sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dan
tujuannya.23
Likuiditas bank adalah kemampuan sebuah bank untuk menyediakan alat-alat
lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo serta memberikan pinjaman
kepada masyarakat yang membutuhkan. Likuiditas merupakan jantung utama bagi bank
karena menyangkut kepercayaan masyarakat, mengingat dana bank sebagai alat operasinya
lebih didominasi oleh dana yang berasal dari masyarakat. Apabila masyarakat penyandang
dana tidak dapat mengambil uang yang disimpan dalam bank akan menyebabkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Jika ini diketahui oleh penyandang dana
lainnya kemungkinan rush (penarikan dana besar-besaran) akan terjadi yang tentunya akan
mengganggu kegiatan operasional bank.24

23
24

Rivai dan Arifin, Dasar-dasar, hlm. 32


Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1998), hlm. 252

37

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang


dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan
secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan
oleh orang lain.25
Menurut Muhammad SyafiI Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.26 Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998
tentang Perbankan menyatakan:
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.27
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.28 Lukman Dendawijaya29
mengemukakan analisis rasio profitabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan, selain
itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
bank.
Taswan30 mengemukakan semakin besar rasio ini mengindikasi semakin baik
kinerja bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mamperoleh laba secara keseluruhan.31 Slamet Riyadi32 mengemukakan ROA adalah rasio

25

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 304


Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 160
27
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12.
28
Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPEF-Yogyakarta, 2001),
26

hlm. 122
29

Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, (Edisi Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),

30

Taswan, Manajemen Perbankan, hlm. 167


Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, hlm. 118

hlm. 118
31

38

profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total
aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
bank yang bersangkutan, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROA =

EBIT
100%
Total aset

Menurut Dendawijaya33 dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank


Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukan unsur ROE.
Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan, lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dari aset yang dananya berasal
dari sebagian besar dana simpanan masyarakat. Menurut Dendawijaya34 ROA dipilih
sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk
mengukur perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya.
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset, maupun modal sendiri.
Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun gambaran tentang
efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan
dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan keuangan seperti neraca, laporan
rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan
kebutuhan analis. Alat analisis keuangan antara lain: analisis sumber dan penggunaan
dana, analisis perbandingan, analisis trend, analisis lavarege, analisis breakeven, analisis

32

Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), hlm. 156
33
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, hlm. 118
34
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, hlm. 119

39

rasio keuangan dan lain-lain.35


Perbedaan kepentingan antara likuiditas dan profitabilitas ini mendorong terjadinya
pembagian dalam aset perbankan yaitu cash assets dan earning assets. Cash assets adalah
aset yang disimpan dalam bentuk alat likuid, dan apabila jumlahnya menumpuk
menyebabkan penurunan laba karena dana yang digunakan untuk menghasilkan laba
semakin berkurang. Earning assets adalah aset bank yang dialokasikan dalam bentuk
kredit dan investasi, earning assets ini merupakan aset yang memberikan penghasilan bagi
bank.
Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori stewardship. Teori stewardship
adalah teori yang dicetuskan oleh Donaldson dan Davis, teori ini menggambarkan situasi
dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan
pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini
mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif
sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku
steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran
organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para
eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara
terbaik pada prinsipalnya.36
Stewardship teori dapat dipahami dalam produk pembiayaan lembaga perbankan.
Bank syariah sebagai prinsipal yang mempercayakan nasabah sebagai steward untuk
mengelola dana yang idealnya mampu mengakomodasi semua kepentingan bersama antara
prinsipal dan steward yang mendasarkan pada pelayan yang memiliki perilaku dimana dia
dapat dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki perilaku
35

http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-profitabilitas.html diakses kembali pada


tanggal 15 Agustus 2015
36
Slamet riyadi, Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

40

kolektif atau berkelompok dengan utilitas tinggi dari pada individualnya dan selalu
bersedia untuk melayani.

I. Metodologi Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh
nasabah deposan, kewajiban jatuh tempo, dan memenuhi permintaan pembiayaan tanpa
ada penundaan. Likuiditas dapat diukur dengan financing to deposit ratio (FDR), cash
ratio, loan to deposit ratio, loan to assets ratio dan rasio call money. Likuiditas juga
berarti kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam
waktu yang singkat, sebuah perusahaan dikatakan likuid, apabila mempunyai alat
pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh
kewajibannya. Dalam penelitian ini likuiditas yang digunakan adalah likuiditas (FDR)
yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia dari tahun 2009-2012.
b. Pembiayaan
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah jumlah nominal pembiayaan yang diperoleh oleh perbankan syariah
setiap bulannya yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia dari
tahun 2009-2012.

41

c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik
dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun modal sendiri. Profitabilitas dapat
diukur dengan menggunakan gross profit margin, net profit margin, ROE dan ROA. Hasil
profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun gambaran tentang efektifitas
kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil
penjualan dan investasi perusahan.37 Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio
ROA yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di perbankan syariah
Indonesia dihitung dari tahun 2009-2012.

2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yakni metode penelitian
yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya
untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang kita ketahui.38
Jenis penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengolah data likuiditas,
pembiayaan dan profitabilitas periode 2009-2012, Kemudian menggunakan jenis penelitian
kualitatif yaitu mengambil kesimpulan dari hasil analisis data-data tersebut.

3. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data

37
38

Warren Reeve, Fess Acounting: Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 315
Soemanto Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.15

42

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
likuiditas, data pembiayaan dan data profitabilitas periode 2009-2012 perbankan syariah di
Indonesia.

b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain.39 Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BI (Bank
Indonesia) Statistik Perbankan Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2012.
Bentuk data dari variabel yang digunakan yaitu laporan satistik likuiditas, pembiayaan dan
profitabilitas periode 2009-2012.

4. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga teknik
pengumpulan data menggunakan dengan cara dokumentasi. Data yang berupa variabel
likuiditas, dan pembiayaan serta profitabilitas diperoleh dengan cara mengutip langsung
pada laporan statistik perbankan syariah dari periode 2009-2012 yang dilaporkan kepada
direktorat perbankan Bank Indonesia yang telah dipublikasikan kepada masyarakat umum.

5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif yaitu metode analisis data
yang menggambarkan perhitungan angka-angka dan dijelaskan hasil-hasil perhitungan
berdasarkan literatur yang ada. Teknik analisis yang akan dipakai adalah teknik analisis

39

Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 31

43

regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan
antara variabel satu dengan variabel lain.
Variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas dan variabel independen
adalah likuiditas dan pembiayaan pada perbankan syariah Indonesia. Untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai
berikut:

Y = a + b X1 + b X2 +
Y adalah variabel dependen (terikat), X adalah variabel independen (bebas).
Dimana:
Y = Profitabilitas
a = konstanta
b = koefisien
X1 = Likuiditas
X2 = Pembiayaan

44

J. Langkah-langkah Analisis Data


Start
Data Process :
Pengelompokkan Data

Input Data to SPSS

Analisis Regresi
Berganda
K. Sistematika Penulisan

Terdapat
Masalah

Perbaiki
Data

Uji Asumsi Klasik

Data OK

Tidak Terdapat
Masalah

Uji
Hipotesis

Data Tidak OK
Uji t, R2 , Uji F

Analisis Regresi
Sederhana

Model OK

ProsesModel

Interpretasi Model

Finish

45

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu menyusun


sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan hasil penelitian yang baik dan
mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, desain variabel, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metodologi penelitian, langkah-langkah analisis data dan sistematika
penulisan.
BAB II

: MENGENAL BANK SYARIAH

Bab ini berisi tentang profil dan peran perbankan syariah terhadap perekonomian di
Indonesia.
BAB III

: LIKUIDITAS, PEMBIAYAAN DAN PROFITABILITAS

Bab ini teori-teori tentang variabel yang digunakan dalam penelitian yakni likuiditas
perbankan syariah, pembiayaan perbankan syariah dan profitabilitas perbankan syariah.
BAB IV

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan inti penelitian berisi tentang analisis data dan pengaruh likuiditas dan
pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
BAB V

: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan.

46

BAB II
MENGENAL BANK SYARIAH

A. Ciri Bank Syariah


Bank syariah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank konvensional. Ciri-ciri ini
bersifat universal dan kualitatif, artinya bank syariah beroperasi dimana harus memenuhi
ciri-ciri tersebut.40
a.

Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.

b.

Penggunaan prosentasi dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu


dihindarkan, karena prosentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang ada batas
waktu perjanjian telah berakhir.

c.

Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan


keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka. Bank syariah menerapkan sistem
berdasarkan atas modal untuk jenis kontrak al mudarabah dan al musyarakah dengan
sistem bagi hasil yang tergantung pada besarnya keuntungan. Sedangkan penetapan
keuntungan dimuka ditetapkan pada kontrak jual beli melalui pembiayaan pemilikan
barang (al murabahah dan al baiu bithaman ajil, sewa guna usaha (al ijarah), serta
kemungkinan rugi dari kontrak tersebut amat sedikit.

d.

Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang
diamanatkan sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah hingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.

40

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 101

47

Bentuk yang lain yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktuwaktu dapat ditarik kembali dan dapat dikenai biaya penitipan.
e.

Bank syariah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang
sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam
memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk
pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank.

f.

Adanya dewan syariah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syariah.

g.

Bank syariah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana istilah tersebut
tercantum dalam fiqih Islam.

h.

Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersifat sosial, dimana
nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordhul hasan).

i.

Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga
dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu
apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.

j.

Dalam bank syariah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad)
antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib)
bekerja sama untuk melakukan kerjasama yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi
secara adil. Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif antara bank dengan
nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.

k.

Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh bank syariah yang bertujuan untuk
menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif larangan menumpuk harta benda
(sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif,
menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi risiko) serta
menjaga lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak

48

lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti minuman keras, sarana judi dan
lain-lain).
l.

Kegiatan usaha bank syariah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil
sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai dan prinsip-prinsip syariah.41

B. Karakteristik Bank Syariah


Karakteristik bank syariah yaitu :
1.

Berdasarkan prinsip syariah.

2.

Implementasi prinsip ekonomi Islam dengan ciri:

a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.


b. Tidak mengenal konsep time-value of money.
c. Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yang diperdagangkan.
3.

Beroperasi atas dasar bagi hasil.

4.

Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa.

5.

Tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan.

6.

Azas utama yaitu kemitraan, keadilan, transparansi dan universal.

7.

Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil (dapat melakukan transaksi
2 sektor riil).

C. Fungsi Bank Syariah


Menurut Baraba42 bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:

41
42

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm.102


Dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 3: 5

49

1.

Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan
oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan
kebijakan investasi bank.

2.

Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana/sahibul mal sesuai
dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak
sebagai manajer investasi).

3.

Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.

4.

Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan (fungsi opsional). Selain itu konsep perbankan syariah
mengharuskan bank-bank syariah untuk memainkan peran penting didalam pengembangan
sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
Mengingat begitu pentingnya fungsi dan peranan perbankan syariah di Indonesia,
maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan dengan
prinsip syariah yang sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat
untuk mengukur kinerja suatu bank.43 Menurut Karya dan Rakhman, tingkat profitabilitas
bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur dari rasio laba terhadap
aset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha
Syariah.44

D. Keistimewaan Bank Syariah


Keistimewaan-keistimewaan bank syariah adalah sebagai berikut:

43

Harahap, Sofyan, Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), hlm. 10
44
Aristya Hesti, Diah, Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva
Produktif (KAP), dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Syariah di Indonesia Periode
2005- 2006), (Progaram S1 UNDIP, Semarang, 2010), hlm. 8

50

1.

Keistimewaan bank syariah adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti tidak
membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya keterbukaan.

2.

Di dalam bank syariah, tersedia fasilitas pembiayaan kebaikan (al-qardhul hasan) yang
diberikan secara cuma-cuma.

3.

Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank
dan nasabahnya.

4.

Melekat pada konsep berorentasi pada kebersamaan dalam hal mendorong kegiatan
investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif, memerangi kemiskinan dengan
membina

golongan

ekonomi

lemah

dan

tertindas,

mengembangkan

produksi,

menggalakkan perdagangan dan memperluas kesempatan kerja, meratakan pendapatan


melalui sistem bagi hasil.
5.

Adanya keterikatan secara religi, maka semua pihak yang terlibat dalam bank syariah
adalah berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun
hasil yang diperoleh diyakini membawa berkah.

6.

Adanya fasilitas pembiayaan (al-mudarabah dan al-musyarakah) yang tidak membebani


nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap.

7.

Penerapan sistem bagi hasil dan ditanggalkannya sistem bunga menjadikan bank syariah
lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar.45
Tabel. II.1
Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional
No
Perbedaan
Bank Konvensional
Bank Syariah
Berbasis revenue/profit loss
1
Bunga
Berbasis bunga
sharing
2

Risiko

Anti risk

Risk sharing

Operasional

Beroperasi dengan
pendekatan sektor

Beroperasi dengan
pendekatan sektor riil

45

http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tujuan-ciri-ciri-serta-keistimewaan-dan.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015

diakses

51

keuangan, tidak langsung


terkait dengan sektor riil
4

Produk

Produk tunggal (kredit)

Pendapatan

Pendapatan yang diterima


deposan tidak terkait
dengan pendapatan yang
diperoleh bank dari kredit

Dasar Hukum

Bank Indonesia dan


Pemerintah

Falsafah

Berdasarkan atas bunga


(riba)

Operasional

- Dana Masyarakat (Dana


Pihak Ketiga/DPK) berupa
titipan simpanan yang
harus dibayar bunganya
pada saat jatuh tempo
-Penyaluran dan pada
sektor yang
menguntungkan, aspek
halal tidak menjadi
pertimbangan agama

Aspek sosial

Tidak diketahui secara


tegas

10

Organisasi

11

Uang

Tidak memiliki Dewan


Pengawas Syariah (DPS)
Uang adalah komoditi
selain sebagai alat
pembayaran

Multi produk (jual beli, bagi


hasil, jasa)
Pendapatan yang diterima
deposan terkait langsung
dengan pendapatan yang
diperolah bank dari
pembiayaan
Al Quran, sunnah, fatwa
ulama, Bank Indonesia, dan
pemerintah
Tidak berdasarkan bunga
(riba), spekulasi (maisir), dan
ketidakjelasan (gharar)
-Dana Masyarakat (Dana
Pihak Ketiga/DPK) berupa
titipan ( wadiah) dan
investasi (mudarabah) yang
baru akan mendapat hasil jika
diusahakan terlebih dahulu
-Penyaluran dana (financing)
pada usaha yang halal dan
menguntungkan
Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang dalam
visi dan misi
Harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS)
Uang bukan komoditi, tetapi
hanyalah alat pembayaran

E. Tujuan Perbankan Syariah


Ada beberapa tujuan dari perbankan syariah, diantara para ilmuwan dan para
profesional Muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut.46 Menurut Handbook of
Islamic Banking, perbankan syariah ialah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara
mengupayakan instrumen-instrumen keuangan (finansial instrumen) yang sesuai dengan
ketentuan dan norma syariah. Menurut Handbook of Islamic Banking, bank syariah
46

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 7

52

berbeda dengan bank konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses
pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam yang dikemukakan dalam buku itu,
perbankan syariah bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan keuntungannya
sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdasarkan bunga, melainkan untuk
memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim.47
Muhammad Umer Chapra mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan
sosial dapat dikenal pada suatu pembiayaan bank. Pembiayaan bank syariah harus
disediakan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Usaha yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan untuk
memastikan bahwa pembiayaan yang dilakukan bank-bank syariah tidak akan
meningkatkan konsentrasi kekayaan atau meningkatkan konsumsi meskipun sistem Islam
telah memiliki pencegahan untuk menangani masalah ini. Pembiayaan tersebut harus dapat
dinikmati oleh pengusaha sebanyak-banyaknya yang bergerak dibidang industri pertanian
dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan
distribusi barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor.48
Para banker Muslim beranggapan bahwa peranan bank syariah semata-mata
komersial berdasarkan pada instrumen-instrumen keuangan yang bebas bunga dan
ditujukkan untuk menghasilkan keuangan finansial. Dengan kata lain para banker muslim
tidak beranggapan bahwa suatu bank syariah adalah suatu lembaga sosial, dalam suatu
wawancara yang dilakukan oleh Kazarian, Dr Abdul Halim Ismail, manajer bank syariah
Malaysia berhaj, mengemukakan:

47

Chapra, M. Umer, Challenges Facing the Islamic Financial Industry, Handbook of Islamic
Banking, (Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2007), hlm. 25
48
Chapra, Umer, Sistem Moneter Islam, (Terj. oleh, Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani
Press, 2000), hlm. 40

53

sebagaimana bisnis muslim yang patuh, tujuan saya sebagai manajer dari bank tersebut
(bank Malaysia Berhaj)49 adalah semata-mata mengupayakan setinggi mungkin
keuntungan tanpa menggunakan instrumen-instrumen yang berdasarkan bunga.
Perbankan syariah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 UU Perbankan Syariah,
bertujuan Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang pada
prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah), (Pasal 3 UU
Perbankan Syariah dan Penjelasannya).
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan
demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa
belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan
cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model
teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan
distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang
biasa disebut dengan bank syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan
dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan.50 Dimana
terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2 : 275.
r'/ y79s 4 by9$# z s9$# 6ytFt %!$# )t $yx. ) t)t (#4t/h9$# t=2't %!$#
$t &s#s 4ytF$$s n/ i st u!%y` ys 4 (#4t/h9$# tymu yt79$# !$# ymr&u 3 (#4t/h9$# W t79$# $y) (#9$s%
$#yz $p ( $9$# =ysr& y7s9''s y$t tu ( !$# n<) r&u y#n=y
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
49
50

www.bankberhaj.com/index.php/artcl?=5 diakses kembali pada tanggal 14 Agustus 2015


QS. Al-Baqarah 2 : 275

54

sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila
ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga.51 Setelah di dalam
perjalanan sejarah bank-bank yang telah ada (bank konvesional) dirasakan mengalami
kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani antara pemilik modal atau
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka dibentuklah bank-bank
syariah dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
a.

Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islami khususnya


muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktik riba atau jenis
perdagangan yang mengandung unsur gharar.

b.

Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah


(konvesional) yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank.

c.

Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan
yang sah menurut Islam.

d.

Menghindari bunga bank yang dilaksanakan bank konvesional.

e.

Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

f.

Menghindari al iktinaz yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur dan
tidak berputar.

g.

Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang pada


umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
51

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, hlm. 39-40

55

h.

Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi.

i.

Menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah.

j.

Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan
keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menggalakkan usahausaha ekonomi masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembagalembaga keuangan perbankan.

k.

Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan syariah menurut syariat Islam dapat
beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank dengan sistem lain.52
Bank syariah didasarkan pada Al Quran dan Hadist sebagai pedoman hidup umat
Islam. Filosofi dan dasar perbankan syariah meliputi 3 aspek, yaitu produktif, adil, dan
memiliki akhlak atau moralitas usaha. Produktif berarti harta yang dipergunakan untuk
kemaslahatan dan kesejahteraan. Karenanya harta juga tidak boleh menganggur dan
diperkenankan memperoleh laba, sedangkan adil berarti dilarangnya riba dan diharuskan
melakukan pembagian hasil dan risiko.

F. Prinsip Operasional Perbankan Syariah


Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan segala yang baik
dan bermanfaat bagi manusia, dengan mengabaikan waktu, tempat atau tahap-tahap
perkembangannya. Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar
manusia (human nature). Prinsip utama yang dianut oleh bank syariah adalah:
a. Larangan riba (bunga) dalam berniaga bentuk transaksi;
b. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan
yang sah menurut syariah; dan
52

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Syariah, hlm.17-25

56

c. Memberikan zakat.53
Apabila bunga di bank dihapuskan agar semua umat yang terkait terbebas dari
persoalan riba, maka perlu ditentukan alternatif lain untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang timbul, antara lain dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Musyarakah
Aplikasinya dalam perbankan adalah pada pembiayaan proyek oleh bank bersama
nasabahnya atau bank dengan lembaga keuangan lainnya, dimana bagian dari bank atau
lembaga keuangan diambil alih oleh pihak lainnya dengan cara mengangsur. Akad ini juga
dapat dilaksanakan pada mudarabah yang modal pokoknya di cicil, sedangkan usahanya
berjalan terus dengan modal yang tetap.
b. Mudarabah
Pada mudarabah, hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal) dengan
entrepreneur (mudharib). Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas modal tersebut.
Ada dua tipe mudarabah, yaitu mutlaqah (tidak terikat) dan muqayyadah (terikat).
c. Wadiah
Wadiah yaitu titipan uang, barang dan surat-surat berharga, dalam operasinya bank
syariah menghimpun dari masyarakat dengan cara menerima deposito berupa uang, benda,
dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh bank
syariah, bank berhak menggunakan dana yang didepositokan tanpa harus membayar
imbalannya.54

53

http://makalah-update.blogspot.com/2013/02/prinsip-prinsip-syariah-sebuah-bank. html diakses


kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
54
Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 275

57

Tabel II.2
Adapun perbedaan prinsip antara sistem konvensional dan sistem syariah:
Pokok-pokok
No.
Sistem Konvensional
Sistem Syariah
Perbedaan
Dasar perjanjian
Tidak berdasarkan
Berdasarkan
1.
penentuan
keuntungan/kerugian
keuntungan/kerugian
bunga/imbalan
Besarnya nisbah (bagi
Persentase tertentu dari
hasil) didasarkan atas
Dasar perhitungan
2.
total dana yang
jumlah keuntungan
bunga/imbalan
dipinjamkan
yang diperoleh
nasabah
Harus terus dilakukan
meskipun usaha nasabah
Kewajiban
rugi.
3.
pembayaran
Besarnya pembayaran
bunga
bunga tetap, meskipun
keuntungan nasabah
lebih besar.
Persyartan
Berupa barang/harta
4.
Tidak mutlak
jaminan
nasabah
Jenis usaha tidak
Jenis usaha yang
5.
Objek pembiayaan dibedakan asal memenuhi
dibiayai harus sesuai
persyaratan
syariah
Pandangan sistem
Pembayaran imbalan
Pengenaan bunga kepada
6.
syariah terhadap
berdasarkan bagi hasil
debitur dianggap haram
sistem bunga
sifatnya
G. Prinsip Dasar Kegiatan Usaha Bank Syariah
1. Prinsip Titipan (al-wadiah)
a. Wadiah yad amanah, barang titipan tidak dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan atau
tidak diberikan izin oleh pemilik barang.
b. Wadiah yad dhomanah, barang titipan dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan.
Dasar hukum al-Wadiah adalah:
$ !$# ) 4 y9$$/ (#3trB r& $9$# tt/ Fs3ym #s)u $y=r& #n<) MutF{$# (#x? r& .'t !$# ) *
#Zt/ $Jx t%x. !$# ) 3 / /3t
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

58

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat55
Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa ayat itu berbicara mengenai dua
komponen utama. Pertama firman-Nya;

0A0Q R T@A VJ 6 5 Q V.W/0ASesungguhnya Allah

menyuruh kamu menyampaikan amanat. Ini merupakan salah satu ayat penting yang
mencakup seluruh agama dan syariat.
Ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang ditujukan dalam ayat tersebut. Ali
bin Abi Thalib, Zaid bin Aslam, Syahr bin Hausyab dan ibnu zaid berkata: Ini ditujukan
secara khusus bagi pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, yaitu Nabi Saw dan para
pemimpin-pemimpin lalu orang-orang setelah itu. Ibnu Juraij dan lainnya berkata Ayat ini
secara khusus ditujukan untuk Nabi Saw perihal kunci kabah sebagaimana dalam
asbabun Nuzul.56
Barra Bin Azib, Ibnu Masud, Ibnu Abbas, dan Ubay bin Kaab berpendapat
bahwa ayat ini bersifat umum, sehingga amanah itu dalam setiap hal. Dalam hal wudhu
shalat, zakat, janabah, puasa, timbangan, takaran, dan titipan. Ibnu Abbas berkata, Allah
tidak memberi keringanan bagi orang yang susah maupun senang, (hendaklah) mereka
memegang amanah. Imam Al-Qurthubi mengatakan ini merupakan ijma, mereka juga
sepakat bahwa amanat kembali kepada baik dan mereka yang jahat.57
Kedua,

Firman-Nya;

" 2 0 >;J < [@A V\ 0=0=. %J @J < Z


apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Adh-dhahak berkata: Dengan bukti bagi yang mengaku dan sumpah bagi yang

55

Q.S Al-Nisaa: 58
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi bagian 5 (Terjemah Al-Jami Li Ahkami Al-Quran), (cet
ke-1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 606
57
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, hlm. 608
56

59

mengingkari, ini ditujukan untuk wali, pemimpin dan para hakim dan termasuk kategori
ini setiap orang yang memegang amanat.58
2. Prinsip Bagi Hasil
a. Al Mudarabah, merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib).
a)

Muthlaqah (cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi).

b)

Muqayyadah (dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai


tempat, cara dan obyek investasi ).59
Dasar hukum mudarabah:
9$# ds) !$#u 4 y7yt t%!$# zi x/!$su sW=Ou x/u 9$# s\=O 4or& )s? y7r& n=t y7/u ) *
4y 3 3uy r& z=t 4 #u)9$# z uus? $t (#t%$$s ( /3n=t z>$tGs tB 9 r& z=t 4 u$p]9$#u
uus? $t (#t%$$s ( !$# 6y t=Gs) tyz#uu !$# s ttG6t F{$# t/t tyz#uu
y grB 9yz i /3/L{ (#ds)? $tu 4 $Y|ym $s% !$# (#%r&u n4x.9$# (#?#uu n4n=9$# (#%r&u 4
7m /x !$# ) ( !$# (#/tG$#u 4 #\_r& zsr&u #Zyz u !$#
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orangorang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan

58

Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, hlm. 608


M. Sulhan, dkk, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hlm. 127-129
59

60

kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S AlMuzammil: 20).60
Mudarabah berasal dari kata dharb yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga dan berperang. Ada juga yang mengatakan diambil dari kata:
dharb (mengambil) keuntungan dengan saham yang dimiliki. Menurut Slamet Wiyono
mudarabah ialah akad kerja sama usaha antara shahibul mal (pemilik dana) dan mudharib
(pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka, jika usaha
mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika
ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan,
kecurangan, dan penyalahgunaan.61
Sedangkan dalam istilah para ulama Mudarabah memiliki pengertian : Pihak
pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk
diperdagangkan, dan berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan. Dengan kata lain
al Mudarabah adalah akad (transaksi) antara dua pihak dimana salah satu pihak
menyerahkan harta kepada yang lain agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan
diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan. Sehingga al mudarabah adalah bentuk kerja
sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (investor) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari
investor dan keahlian dari mudharib.
b. Al Musyarakah, menurut fiqih ada 2 (dua) bentuk musyarakah, yaitu:
a) Terjadinya secara otomatis disebut syarikah Amlak.
b) Terjadinya atas dasar kontrak disebut syarikah Uqud.

60

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm. 135


Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan
PAPSI, (Jakarta; PT Grasindo, 2005), hlm. 122
61

61

Syarikah Uqud ada 5 jenis, yaitu:


i. Syirkah Inan
a) Besarnya penyertaan modal dari masing-masing anggota harus sama.
b) Masing-masing anggota berhak penuh aktif dalam pengelolaan perusahaan.
c) Pembagian keuntungan bisa dilakukan menurut besarnya modal dan bisa berdasarkan
persetujuan.
ii. Syirkah Mufawadhah
a) Kesamaan penyertaan modal masing-masing anggota.
b) Setiap anggota harus aktif dalam pengelolaan usaha.
c) Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan menurut persetujuan.
iii. Syirkah Wujuh
a) Para anggota hanya mengandalkan wibawa dan nama baik mereka, tanpa menyertakan
modal.
b) Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan menurut persetujuan.
iv. Syirkah Abdan
a) Pekerja atau usahanya berkaitan.
b) Menerima pesanan dari pihak ketiga.
c) Keuntungan dan kerugian dibagi menurut perjanjian.
v. Syirkah Mudarabah.

3. Prinsip Jual Beli (al tijarah)


1) al-Murabahah, merupakan persetujuan jual-beli suatu barang dengan harga sebesar harga
pokok dan ditambah dengan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan.62

62

M. Sulhan, dkk, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, hlm, 127-129

62

2) Salam, merupakan prinsip jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli
sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang disepakati, dimana waktu penyerahan
barang dilakukan dikemudian hari sementara penyerahan uang dilakukan dimuka (secara
tunai).63
3) Isthisna, menyerupai salam, tetapi dalam isthisna pembayarannya dapat dilakukan dalam
beberapa kali (cicilan).64 Sementara untuk penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.65

4. Prinsip Sewa (al-ijarah)


1)

Ijarah (sewa murni)

Ijarah al muntahiya bit tamlik (penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa).
Ada juga instrumen lain juga yang merupakan bagian dari sewa, yakni:
a. al-tajiri, Dimana dalam perjanjian ini setelah berakhir masa sewa, pemilik barang menjual
barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.

5. Prinsip Jasa (fee based service)


1) al wakalah, nasabah memberi kuasa kepada untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan
jasa tertentu.
2) al kafalah, dimana jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
3) al hawalah, merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.

63

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),

64

Karim, Adiwarman, Bank Islam, hlm. 100


Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, hlm. 41

hlm. 41
65

63

4) al rahn, dimana menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.
5) al qardh, dimana pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.66

H. Konsep Dasar Transaksi


1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan mencapai
laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.
2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya), saling ikhlas
mengikhlaskan antar pihak-pihak yang terlibat dengan persetujuan yang adil tentang
proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.
3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
Lima transaksi yang lazim dipraktikkan perbankan syariah adalah:
1.

Transaksi yang tidak mengandung riba.

2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli (murabahah).
3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dengan cara sewa (ijarah).
4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil
(mudarabah).
5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adalah bagi hasil (mudarabah) dan
transaksi titipan (wadiah).
I. Sumber Dana Bank Syariah
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi
tabungan dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua
66

M. Sulhan, dkk, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, hlm. 127-129

64

pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal yang penting karena Islam secara tegas
mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif
dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam.
Berkaitan dengan hal diatas, maka prinsip yang dianut bank syariah dalam
penghimpunan dana adalah, sebagai berikut:
Tabel II.3 Prinsip Produk Dana
No Produk
1
Giro

Prinsip
Wadiah (titipan)

Tabungan Wadiah (titipan),


mudarabah (bagi hasil)

Deposito

Mudarabah Muthlaqah,
Mudarabah Muqayyadah

Return untuk Nasabah


-Bonus sesuai kehendak
bank
-Bonus sesuai kehendak
bank, dengan nisbah Bagi
hail
-dengan nisbah bagi hasil,
dengan nisbah bagi hasil

Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba),
melainkan

dengan

prinsip-prinsip

yang

sesuai

dengan

syariat

Islam,

terutama mudarabah (bagi hasil) dan wadiah (titipan). Sumber dana bank syariah selain
dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga secara
keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi:67
a) Modal
Bagian besar dari sumber dana bank syariah berasal dari modal karena bank syariah
pada dasarnya adalah sistem Islam yang berorientasi modal. Rasio yang kecil dari modal
terhadap total sumber dana terbukti bukan merupakan praktik yang baik dari bank. Bank
syariah lebih menghindar dari masalah kurangnya kecukupan modal sejak awal. Hal ini
merupakan hal yang tidak sehat yang terjadi di perbankan konvensional. Modal merupakan
dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner) sebagai bagian keikutsertaannya dalam
67

Veithazal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry Novindra Idroes, Bank and Financial Institution
Management Conventional & Sharia System, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 769-770

65

usaha bank syariah. Sebagai buktinya, pemilik akan menerima sejumlah saham sesuai
dengan porsi keikutsertaannya. Setiap tahun pemegang saham akan mendapatkan bagian
bagi hasil usaha dalam bentuk dividen. Bentuk penyertaan modal dapat dilakukan
dengan musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation.
b) Rekening Giro
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, DSN telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan
prinsip wadiah dan mudarabah.68
Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk
keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip al-wadiah atau titipan. Wadiah
merupakan perjanjian perwakilan untuk tujuan melindungi harta seseorang. Dalam hal ini,
bank dapat mempergunakan dana nasabah selama tidak ditarik, sementara bank
memberikan garansi bahwa nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, kartu ATM, dan
sebagainya tanpa biaya. Dana yang terhimpun dalam rekening giro tidak dapat digunakan
bank untuk pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek, tetapi dapat
digunakan bank untuk kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek.
Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank.
c) Rekening Tabungan
Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan untuk
keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidak sefleksibel
rekening giro karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Prinsip yang

68

Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam Analisis, hlm. 291

66

digunakan dapat berupa: a. wadiah atau titipan, b. qardh atau pinjaman kebajikan, c.
mudarabah atau bagi hasil.
Dalam praktiknya, tabungan wadiah dan mudarabah yang biasa digunakan secara
luas oleh bank syariah. Perbedaan tabungan wadiah dan tabungan mudarabah dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel II.4 Perbandingan Tabungan Mudarabah dan Tabungan Wadiah
No

Tabungan Mudarabah

Tabungan Wadiah

Sifat Dana

Investasi

Titipan

Penarikan

Hanya dapat dilakukan pada Dapat dilakukan setiap


periode/waktu tertentu
saat

Insentif

Bagi hasil

Pengembalian
modal

Tidak dijamin dikembalikan Dijamin


100%
100%

Bonus (jika ada)


dikembalikan

d) Rekening Investasi Umum (Investasi Tidak Terikat)


Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka dan memasukkan ke dalam
rekening investasi umum dengan prinsip mudarabah al-muthlaqah. Investasi umum ini
sering disebut juga sebagai investasi tidak terikat.
e) Rekening Investasi Khusus
Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkan rekening investasi
khusus kepada nasabah yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang
disukainya

yang

dilaksanakan

oleh

bank

dengan

prinsip mudarabah al-

muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat.
f) Obligasi Syariah

67

Bank syariah dapat pula melakukan pengerahan dana dengan menerbitkan obligasi
syariah. Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan alternative sumber dana berjangka
panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan
berjangka panjang. Obligasi syariah ini dapat menggunakan beberapa prinsip yang
dibolehkan syariah. Seperti mudarabah (prinsip bagi hasil) dan ijarah (prinsip sewa).
Diluar penghimpunan dana, kegiatan usaha bank syariah dapat digolongkan ke
dalam transaksi untuk mencari keuntungan (tijarah), dan transaksi tidak untuk mencari
keuntungan (tabaru). Transaksi untuk mencari keuntungan dapat dibagi lagi menjadi dua,
yaitu transaksi yang mengandung kepastian (natural certainy contract/NCC), yaitu kontrak
dengan prinsip non bagi hasil (jual beli dan sewa), dan transaksi yang mengandung
ketidakpastian (natural uncertainy contracts/NUC), yaitu kontrak dengan prinsip bagi
hasil. Transaksi NCC berlandaskan pada teori pertukaran, sedangkan NUC berlandaskan
pada teori pencampuran.69

J. Dasar Hukum Bank Syariah


Perbankan syariah menurut undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariahdan Unit Usaha
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas BUS dan Pembiayaan Rakyat Syariah.

69

Kasmir, Manajemen Perbankan, hlm. 45

68

BAB III
LIKUIDITAS, PEMBIAYAAN DAN PROFITABILITAS
A. Likuiditas
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang
memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo, atau
dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat
ditagih baik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga.70
1. Pengelolaan Likuiditas dalam Perbankan Syariah
Fungsi dari manajemen likuiditas salah satunya adalah untuk memberikan keyakinan
kepada para penyimpan dana bahwa deposan dapat menarik sewaktu-waktu dananya atau
pada saat jatuh tempo dana tersebut dapat ditarik. Oleh karena itu bank wajib
mempertahankan sejumlah dana likuid agar bank dapat memenuhi kewajibannya tersebut.
Dalam bank syariah manajemen likuiditas secara konsep tidak jauh berbeda dengan
manajemen bank konvensional. Baik itu dari segi tujuan dan risiko yang akan dihadapi
oleh bank syariah, yang membedakan hanyalah pada akad yang digunakan ketika
melakukan kontrak. Selama ini alat untuk manajemen likuiditas dalam bank syariah adalah
PUAS (pasar uang antar bank syariah) dengan akad wadiah, SIMA (sertifikat mudarabah
antar bank syariah) dan SWBI (surat wadiah Bank Indonesia) juga dengan akad wadiah.
Apabila suatu bank kekurangan likuiditas, maka bank tersebut akan meminjam kepada
bank lain berupa PUAS, SWBI atau menerbitkan SIMA, dan sebaliknya. Jadi pada
prinsipnya manajemen bank baik konvensional maupun syariah tidak jauh berbeda, yang

70

hlm. 15

Bambang Djinarto, Banking asset liability management, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2000),

69

membedakan dan yang ditekankan adalah bagaimana cara mendapatkan dana tersebut
haruslah sesuai dengan syariah.71

2. Instrumen Likuiditas Bank Syariah


Untuk mengatasi masalah likuiditas dalam dunia perbankan, baik itu bersifat kelebihan
likuiditas ataupun kekurangan likuiditas, maka banyak sekali cara yang bisa digunakan.
Ketika terjadi kelebihan likuiditas, pemerintah bisa mengatasinya dengan cara menerbitkan
surat berharga Islami, baik itu seperti sukuk dan lainnya.
Adapun instrumen yang harus dilakukan bank agar senantiasa dapat tetap likuid
adalah:
1.1 Memiliki Primary Reserve (Cadangan Primer)
yaitu dalam kas atau saldo yang ada pada Bank Indonesia atau Bank Lain. Dalam
dunia perbankan, primary reserve terdiri dari:
1) Giro pada Bank Sentral atau Giro Wajib Minimum (GWM)
Ini Giro pada bank sentral dikenal dengan istilah yakni merupakan kewajiban setiap
bank untuk menitipkan dananya di BI. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan BI,
maka besarnya GWM minimal 5% dari total dana pihak ketiga (DPK) untuk valuta rupiah
dan 3% dari dana pihak ketiga untuk valuta asing, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pertama, bagi Bank Umum Syariah yang memiliki rasio pembiayaan dalam rupiah
terhadap DPK kurang dari 80%, mendapat tambahan GWM sebagai berikut:
a) yang memiliki DPK > Rp 1 triliun s/d Rp 10 triliun wajib memelihara GWM tambahan
dalam rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah.
b) yang memiliki DPK > Rp 10 triliun s/d Rp 50 triliun wajib memelihara GWM tambahan
dalam rupiah sebesar 2% dari DPK dalam rupiah.
71

http://ephieali.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_27.html diakses
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015

70

c) yang memiliki DPK > Rp 50 triliun wajib memelihara GWM tambahan dalam rupiah
sebesar 3% dari DPK dalam rupiah. Sedangkan bagi yang memiliki rasio pembiayaan
dalam rupiah terhadap DPK sebesar 80% atau lebih; dan /atau yang memiliki DPK dalam
rupiah sampai dengan Rp 1 triliun tidak dikenakan tambahan GWM.
i.

Kas pada valuta, alat likuid ini berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.

ii.

Giro pada bank lain, rekening giro pada bank lain bertujuan untuk melancarkan transaksi
antar bank (transfer, inkaso, transaksi L/C, dan lain-lain).

iii.

Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso, alat likuid ini terdiri dari cek bank
sentral atau bank koresponden yang belum secara efektif dikreditkan pada rekening bank
pada bank sentral atau bank koresponden.72
Tujuan dari alat likuid yang termasuk ke dalam kategori primary reserve (cadangan
primer) adalah:
a) Memenuhi reserve requirement yang ditempatkan dalam bentuk Giro Wajib Minimum di
Bank Indonesia.
b) Memenuhi keperluan operasional bank sehari-hari.
c) Penyelesaian kliring antar bank.
d) Memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
Dapat di katakan likuid apabila bank syariah dapat memelihara GWB di Bank
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dapat memelihara giro di bank
koresponden dengan besarnya berdasarkan saldo minimum, dapat memelihara sejumlah
kas secukupnya untuk memenuhi pengambilan uang tunai.

1.2 Memiliki Secondary Reserve


72

Muhamad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 63

71

Yaitu cadangan yang berfungsi sebagai penyangga Primary Reserve, ditanam dalam
bentuk investasi jangka pendek. Kalau merujuk pada bank-bank syariah yang berada di
Bahrain ataupun di kawasan Timur Tengah, maka kita akan melihat bahwa secondary
reserve yang mereka gunakan adalah berupa pembiayaan perdagangan seperti mudarabah,
dan kebanyakan menggunakan jenjang waktu yang pendek (short term), berkisar antara 7
hari sampai dengan 12 bulan.73 Adapun cadangan sekunder berupa surat-surat berharga
bisa berupa:
a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Peraturan Bank Indonesia no 2/9/PBI/2000 mengatur tentang Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. Adapun
ketentuan SWBI sebagai berikut :
i. Jumlah dana yang dititipkan sekurang-kurangnya Rp 500.000.000; dan selebihnya dengan
kelipatan Rp 50.000.000; jangka waktu SWBI satu minggu, dua minggu, dan satu bulan
yang dinyatakan dalam jumlah hari.
ii. Imbalan yang diterima pada saat jatuh tempo adalah berupa bonus. Besarnya bonus akan
dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS, yaitu rata-rata
tertimbang dari tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA yang terjadi di PUAS pada tanggal
penitipan.
Peran SWBI dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek bagi bank syariah atau Unit
Usaha Syariah yang memilikinya adalah bisa digunakan pada saat terjadi kekurangan
likuiditas ketika tidak tersedianya dana dari Pasar Uang ataupun dari Bank Pusat untuk
UUS. Sebagai the lender of last resort, Bank Indonesia dapat memberikan pembiayaan
73

Imam Rusyamsi, Asset Liability Management : Strategi pengelolaan Aktiva Pasiva Bank,
(Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999), hlm. 39

72

dalam bentuk Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi bank syariah dan SWBI tersebut
dapat dijadikan agunan bagi fasilitas pembiayaan tersebut.
b. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Berdasarkan Undang-Undang SBSN yang diterbitkan pada Mei 2008, Surat Berharga
Syariah Negara atau dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah ataupun mata uang asing.74 Sedangkan jenis-jenis
sukuk yang banyak beredar di pasaran meliputi:
i. Sukuk ijarah yakni sukuk yang berdasarkan akad ijarah dimana satu pihak bertindak
sendiri atau dapat diwakili dalam menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
ii. Sukuk mudarabah, yakni sukuk yang berdasarkan akad mudarabah dimana satu pihak
menyediakan modal dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian dan keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagikan berdasarkan perjanjian sebelumnya.
iii. Sukuk musyarakah, yakni sukuk berdasarkan akad musyarakah dimana dua pihak atau
lebih

bekerjasama

menggabungkan

modal

untuk

membangun

proyek

baru,

mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
iv. Sukuk isthisna, yakni sukuk berdasarkan akad isthisna dimana pihak menyepakati jual
beli dalam pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan
spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
74

http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015

diakses

73

1.3 Mempunyai akses ke pasar uang, pasar uang yang dimaksudkan di sini adalah pasar uang
antar bank syariah dan pasar modal syariah.75
1) Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah transaksi keuangan
jangka pendek antar bank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta
asing. Untuk saat ini, instrumen keuangan untuk Pasar Uang Syariah yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia yakni berupa: Sertifikat Investasi Mudarabah Antar Bank (SIMA).
Tujuan diberlakukannya Sertifikat IMA ini adalah untuk sarana investasi bagi bank syariah
atau Unit Usaha Syariah, terutama untuk mengatur kebutuhan likuiditasnya. Sertifikat
Investasi Mudarabah Antar Bank (sertifikat IMA) didefinisikan sebagai sertifikat yang
diterbitkan oleh bank syariah atau Unit Usaha Syariah yang digunakan sebagai sarana
investasi jangka pendek di PUAS dengan akad mudarabah. Adapun karakteristik Sertifikat
IMA :
a) Diterbitkan dengan akad mudarabah.
b) Dapat diterbitkan baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.
c) Dapat diterbitkan dengan atau tanpa warkat.
d)

Mencantumkan informasi sedikitnya: nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil, jangka
waktu investasi, indikasi tingkat imbalan Sertifikat IMA sebelum didistribusikan pada
bulan terakhir.

e) Berjangka waktu 1 hari sampai dengan 365 hari.


f)

Dapat diperdagangkan sebelum jatuh tempo.

2) Pasar Modal Syariah

75

http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015

diakses

74

Instrumen di pasar modal syariah saat ini meliputi saham yang masuk kategori
jakarta islamic index, sukuk, dan reksadana syariah, karena bank tidak diperbolehkan
berinvestasi pada saham, maka sukuk dan reksadana syariahlah menjadi secondary reserve
dimana instrumen ini dapat dijual di secondary market untuk sukuk dan dicairkan untuk
reksadana syariah jika bank syariah atau Unit Usaha Syariah membutuhkan dana jangka
pendek.
3) Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)
FPJPS merupakan instrumen terakhir untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bagi
Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah setelah terjadinya saldo giro negative dan tidak
berhasilnya akses pasar uang syariah untuk menutup kewajiban jangka pendek. Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek ini, diberikan hanya kepada Bank Syariah atau Unit Usaha
Syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek, namun masih memenuhi
persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan.
4) LPS Sebagai Sarana Penunjang Likuiditas Perbankan
Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib
menjadi peserta Penjaminan LPS. Jenis Bank tersebut meliputi bank umum dan BPR,
termasuk bank nasional, bank campuran dan bank asing, serta bank konvensional dan bank
syariah. LPS adalah badan hukum yang independen yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) yang
ditetapkan tanggal 22 September 2004. Pendirian dan operasional LPS dimulai sejak UU
LPS berlaku efektif yakni tanggal 22 September 2005. LPS menjamin simpanan nasabah
bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu. LPS juga menjamin simpanan di bank syariah yang berbentuk
giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudarabah dan deposito mudarabah. LPS

75

hanya akan menjamin pembayaran simpanan nasabah tersebut sampai dengan jumlah Rp 2
milyar sedangkan sisanya akan dibayarkan dari hasil likuiditasi bank.76

B. Pembiayaan
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas keuangan yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung kelancaran usaha maupun untuk
investasi yang telah direncanakan.77 Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.78
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga.

Dengan

kata

lain,

pembiayaan

adalah

pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.79


Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, menyatakan: Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan isthisna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

76

Risaariani6.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Agustus 2015


http://irham-anas.blogspot.com diakses kembali pada tanggal 15 Agustus 2015
78
Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 168
79
Muhamad, Manajemen Pembiayaan Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm. 17
77

76

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah


pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
1. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan
yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stakeholder, yakni:80
a. Pemilik, dari sumber pendapatan diatas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh
penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
b. Pegawai, para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolahnya.
c. Masyarakat:
a) Pemilik dana; masyarakat sebagai pemilik dana mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan; dengan penyediaan dana baginya mereka merasa terbantu guna
menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang
diinginkannya (pembiayaan konsumtif).
c) Masyarakat umumnya-konsumen; dengan pembiayaan mereka dapat memperoleh barangbarang yang dibutuhkan.
d. Pemerintah, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping itu
akan diperoleh pajak.

80

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 183-186

77

e. Bank, bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan bank
dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan
jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
Ada bebarapa fungsi pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada
masyarakat penerima diantaranya:81
1) Meningkatkan daya guna uang, para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk
giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu ditingkatkan
kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
2) Meningkatkan daya guna barang, produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat
memprodusir bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut
meningkat.
3) Meningkatkan peredaran uang, melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral
akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha
sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha, bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari
bank inilah kemudian yang digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitas.
5) Stabilitas ekonomi, dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
a. Pengendalian inflasi
b. Peningkatan ekspor
c. Rehabilitasi prasarana
d. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat

81

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 183-186

78

6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, para usahawan yang


memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya, peningkatan
usaha berarti peningkatan pendapatan.
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional, bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan
tidak saja bergerak didalam negeri tapi juga diluar negeri. Negara-negara kaya atau yang
kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara banyak memberikan bantuan kepada
negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang membangun. Bantuan tersebut
tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat-syarat tertentu.

2. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah


Menurut M. SyafiI Antonio,82 berdasarkan sifat penggunaannya pembiayaan dapat
dibagi:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,
maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.
Sedangkan berdasarkan keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan i. peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif,
yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan ii. untuk keperluan perdagangan
atau untuk peningkatan utility of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta
fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
82

Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 168

79

Secara umum jenis-jenis pembiayaan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar III.1 Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah


Pembiayaan

Konsumtif

Produktif

Modal Kerja

Investasi

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari atas komponen-komponen alat likuid, piutang
dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang, dan
pembiayaan persediaan.

1. Pembiyaan Modal Kerja Syariah


Secara umum, yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja syariah adalah
pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.83
Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis
Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi menjadi lima macam, yakni:
a. PMK Mudarabah, pembiayaan mudarabah adalah perjanjian antara peranan dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembiayaan keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.84

83
84

Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 234-235


Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 188

80

b. PMK Isthisna, isthisna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual.85
c. PMK Salam, salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.86
d. PMK Murabahah, murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana
bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan
yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.87
e. PMK Ijarah, ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa.88

2. Pembiayaan Investasi Syariah


Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal beserta
fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu, yang dimaksud dengan investasi adalah
penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan
dikemudian hari, mencakup hal-hal berikut antara lain:89
a. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa keuntungan dalam bentuk uang.
b. Badan usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan berupa uang, sedangkan
badan sosial dan badan-badan pemerintah lainnya lebih bertujuan memberikan manfaat
sosial dibandingkan dengan keuntungan.

85

Muhammad, Manajemen Bank Syariah.,hlm. 189


Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 188
87
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 188
88
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 189
89
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 236-237
86

81

c. Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari bank harus mampu
memperoleh keuntungan financial agar dapat hidup dan berkembang serta memenuhi
kewajiban kepada bank.
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan penambahan modal
guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri
pembiayaan investasi adalah:
a) Untuk pengadaan barang-barang modal
b) Mempunyai perencanaan yang matang dan terarah
c) Berjangka waktu menengah dan panjang
Melihat luas aspek yang dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi di
bank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaannya, dan pemilik perusahaan nasabah akan mengambil alih kembali porsi
penyertaan bank, baik dengan menggunakan dana sendiri sebagai penambahan setoran
modal. Skema lain yang dapat digunakan adalah ijarah muntahia bi tamlik, yaitu
menyewakan barang modal dengan opsi kepemilikan setelah masa sewa berakhir.90

3. Pembiayaan Konsumtif Syariah


Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan
sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan
dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang
90

http://merapikancatatan.blogspot.com diakses kembali pada tanggal 15 Agustus 2015

82

secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer,
baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah,
kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan, dan sebagainya.
Dalam menetapkan akad pembiayaan

konsumtif, langkah-langkah yang perlu

dilakukan bank adalah sebagai berikut: 91


1) Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan
konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk
pembiayaan barang atau jasa.
2) Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang
tersebut berbentuk ready stock atau good in process. Jika ready stock pembiayaan yang
diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk good in process, yang
harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu
dibawah enam bulan atau lebih. Jika dibawah enam bulan, pembiayaan yang diberikan
adalah pembiayaan salam. Jika proses barang tersebut memerlukan waktu lebih dari enam
bulan, pembiayaan yang diberikan adalah isthisna.
3) Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dibidang jasa,
pembiayaan yang diberikan adalah ijarah.

4. Penentuan Kebijakan Pembiayaan di Bank Syariah


Penentuan sektor-sektor pembiayaan bank syariah ditetapkan bersama oleh Dewan
Komisaris, Direksi (termasuk Komite Kebijakan Pembiayaan) serta Dewan Pengawas
Syariah, baik mengenai jenis maupun besarnya (nilai rupiahnya) sehingga pilihan yang

91

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 168

83

ditentukan diharapkan memenuhi aspek syari disamping aspek ekonomisnya. Proses


pemberian pembiayaan meliputi:92
1) Surat permohonan pembiayaan
Dalam surat permohonan, berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk
berapa lama, berapa limit yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari
mana. Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain:
identitas pemohon, legalitas (akta pendirian atau perubahan, surat keputusan menteri,
perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).
2) Proses evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehatihatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang cermat
dan akurat.
Langkah pengamanan yang dilakukan bank syariah untuk mengendalikan terjadinya
pembiayaan bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut:93
a. Sebelum realisasi pembiayaan, dalam tahapan ini, bank melakukan penutupan asuransi
dan/atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat
dicairkan.
b. Setelah realisasi pembiayaan, dalam tahap awal pencairan, dana diarahkan pada
pembiayaan sebagaimana diajukan dalam permohonan atau persetujuan bank, dan jangan
sampai bocor dalam arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan, selanjutnya, bank melakukan
pembinaan dan kontrol atas aktivitas bisnis nasabah.

5. Sistem Pembiayaan Bank Syariah


1. Pembiayaan Modal Kerja
92
93

Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 244


Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 198

84

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid, piutang


dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang, dan
pembiayaan persediaan.94
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan cara
memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan
yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk
keperluan produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan
berupa bunga. Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja
tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan
partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul
maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam
ini disebut dengan mudharabah. Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu,
sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh
tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum
dibagikan) yang menjadi bagian bank.95
2. Pembiayaan Likuiditas
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul
akibat terjadinya ketidaksesuaian antara cash inflow dan cash outflow pada perusahaan
nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan
atau yang biasa disebut kredit rekening koran. Atas pemberian fasilitas ini bank

94
95

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 168
Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm. 17

85

memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang
disediakan dalam fasilitas tersebut.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh timbal
balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus
membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah
mengalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia
sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas
fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas biaya
administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
3. Pembiayaan Piutang
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya
dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja
yang dimilikinya. Bank konvensional biasanya memberikan fasilitas berupa:96
a) Pembiayaan Piutang
Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan dana
karena masih tertanam dalam piutang, atas pinjaman itu bank meminta cessie atas tagihan
nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah berkewajiban untuk menagih sendiri piutangnya.
Tetapi, bila bank merasa perlu, dengan menggunakan cessie tersebut bank berhak untuk
menagih langsung kepada pihak yang berhutang. Hasil penagihan tersebut pertama-tama
digunakan untuk membayar kembali pinjaman nasabah berikut bunganya, dan selebihnya
dikreditkan ke rekening nasabah. Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih, maka
nasabah wajib membayar kembali pinjaman tersebut berikut bunganya kepada bank.97
b) Anjak Piutang
96
97

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 288-289
Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 163

86

Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk pengambilalihan piutang nasabah.
Untuk keperluan tersebut nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diakses oleh
pihak yang berhutang, atau promissory notes (promes) yang diterbitkan oleh pihak yang
berhutang, kemudian di-endors oleh nasabah. Draf atau promes tersebut lalu dibeli oleh
bank dengan diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakati untuk jangka
waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut. Bila pada saat jatuh tempo draf atau
promes tersebut ternyata tidak tertagih, maka nasabah wajib membayar kepada bank
sebesar nilai nominal draf tersebut.98
Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut di atas hanya
dapat dilakukan dalam bentuk al qardh di mana bank tidak boleh meminta imbalan,
kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat memberikan fasilitas
pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini pun bank
tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya administrasi dan biaya
penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang (qardh) sebesar piutang
yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau promes) yang diserahkan kepada
bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat jatuh tempo hasil tagihan itu
digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata piutang
tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali hutangnya itu kepada bank.
Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat hutang (bai al
dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya.
4. Pembiayaan Persediaan
Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang
dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan. Pola pembiayaan ini pada prinsipnya
98

Warkum Sumitro,
Persada,1996), hlm. 33

Asas-asas Lembaga Islam dan Lembaga Terkait, (Jakarta: RajaGrafindo

87

sama dengan kredit untuk mendanai komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan
pinjaman dengan bunga.
Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli (al
bai) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier secara
tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada
nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang
disepakati bersama, antara bank dengan nasabah. Ada beberapa skema jual-beli yang
dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut yaitu:99
a. BaiaalaMurabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku
dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah
jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila barang jadi itu dijual
dengan kredit, ia berubah menjadi piutang, dan melalui proses collection akan berubah
menjadi kas kembali. Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya
membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu,
biaya proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya
distribusi, serta biaya-biaya lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan
lamanya perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku,
sampai terjualnya hasil produksi, dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai.100
b. BaiaalaIsthisna
Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi sampai
menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan fasilitas bai al isthisna. Melalui
99

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 164
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 165

100

88

fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati kedua belah
pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih
rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di muka secara bertahap, sesuai dengan
tahap-tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan
kualitas work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap
berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa bahan jadi.
Dengan demikian, kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses
produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas
yang telah diperjanjikan.101
Bila produksi gagal, pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara
memproduksi lagi ataupun dengan cara membeli dari pihak lain, setelah barang selesai,
maka produk tersebut statusnya menjadi milik bank. Tentu saja bank tidak bermaksud
membeli barang itu untuk dimiliki, melainkan untuk segera dijual kembali dengan
mengambil keuntungan. Pada saat yang kurang lebih bersamaan dengan proses pemberian
fasilitas bai al isthisna tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari produk
yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer tersebut telah
diperoleh nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada
pihak pembeli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa isthisna paralel atau
isthisnawal murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi
isthisna wal ijarah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (isthisna)
dengan harga jual (murabahah atau dari hasil sewa (ijarah).
c. BaiaasaSalam

101

http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/07/03/bai%E2%80%99istishn%E2%80%99/
kembali pada tanggal 10 Agustus 2015

diakses

89

Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi pertanian, bank
dapat memberikan fasilitas bai al salam. Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan
barang kepada nasabah dengan pembayaran di muka secara sekaligus, dan nasabah
berkewajiban men-deliver barang tersebut pada tanggal yang disepakati dalam kontrak.
Pada waktu yang bersamaan bank dapat mencari pembeli atas produk tersebut. Kombinasi
ini disebut salam paralel. Bila produksi itu dilakukan secara terus-menerus dan perputaran
modal kerja tersebut telah sedemikian secepatnya sehingga nasabah memerlukan
pembiayaan modal kerja secara evergreen, maka skema pembiayaan yang paling tepat
adalah al mudarabah.102
5. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan
a. PerdaganganaUmum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target pembeli
siapa saja yang datang membeli barang-barang yang telah disediakan di tempat penjual,
baik pedagang eceran maupun pedagang besar. Pada umumnya perputaran modal kerja
perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah
persediaan yang cukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan
yang ada atau telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja perdagangan jenis ini
skema yang paling tepat adalah skema mudarabah.
b. PerdaganganaBerdasarkanaPesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan di tempat penjual, yaitu
seperti perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan antarnegara.
Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual
berdasarkan contoh barang atau daftar barang serta harga yang ditawarkan. Biasanya

102

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, hlm. 240

90

pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang yang dipesan telah diterimanya. Hal
ini untuk menghindari kemungkinan risiko akibat ketidakmampuan penjual memenuhi
pesanan, atau ketidaksesuaian jumlah dan kualitas barang yang dikirimkan dengan
spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau pemesanan. Berdasarkan pesanan
itu penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta, dengan cara membeli atau
memesan, baik dari produsen maupun dari pedagang lainnya. Setelah terkumpul, barulah
dikirimkan kepada pembeli sesuai pesanan. Apabila barang telah dikirim, maka penjual
juga menghadapi kemungkinan risiko tidak dibayarnya barang yang dikirimnya itu. Untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi kedua belah pihak, bank konvensional telah
memberikan jalan keluarnya, yaitu fasilitas letter of credit (L/C). Bank syariah telah dapat
mengadopsi mekanisme L/C itu dengan menggunakan skema al wakalah, al musyarakah,
al mudarabah, ataupun al murabahah. Dalam hal al wakalah, bank syariah hanya
memperoleh pendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya.
6. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu
keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun
pendirian proyek baru.103 Ciri-ciriapembiayaanainvestasiaadalah:
a. Untukapengadaanabarang-barangamodal;
b. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah;
c. Berjangka waktu menengah dan panjang
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan
pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas yang
mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa
103

Yusak laksamana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 40

91

dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah disusun jadwal
amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.104
Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan keadaankeadaan pada masa yang akan datang, mengingat pembiayaan investasi memerlukan waktu
yang cukup panjang. Untuk memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan
penyusunan proyeksi neraca dan rugi laba selama jangka waktu pembiayaan. Dari
perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Melihat luasnya aspek yang harus
dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi bank syariah menggunakan
skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank memberikan pembiayaan dengan
prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya, dan pemilik
perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow
yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegang
saham yang ada ataupun dengan mengundang pemegang saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al ijarah al muntahia
bittamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan.
Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang
bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.

7. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan

104

Yusak laksamana, Tanya Jawab, hlm. 41

92

sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan
dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang
secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer,
baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah,
kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan, dan sebagainya.105
Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan
barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan
kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama. Sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat
sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari
sumber pendapatan lain, dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas
ini.106
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan
barang konsumsi dengan menggunakan skema:
a. al bai bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual-beli denganaangsuran.
b. al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli.
c. al musyarakah mutanaqhishah, di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah
partisipasinya.
d. ar rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
sekunder, sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan
105

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 168
BPRS PNM Al-Masoem, Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung: BPRS
PNM Al-Masoem, 2004), hlm. 3
106

93

pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya


tergolong fakir atau miskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau shadaqah,
atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al qardh al hasan), yaitu pinjaman dengan
kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa pun.107

C. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari
laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut
akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan
untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.108
Hadad dkk, mendefinisikan profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan
antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank.
Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan
tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang
saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi risiko yang ada.109
Profitabilitas (rentabilitas)110 menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva,
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba setinggi-tingginya.

107

Adiwarman, Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hlm. 87


Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi), (Edisi Pertama, Penerbit
BPFE, Yogyakarta, 2002), hlm.548
109
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-profitabilitas-syariah. html diakses
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
110
Rentabilitas terdiri dari rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomi
adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut, dan dinyatakan dalam persentase. Sedangkan rentabilitas modal sendiri atau
sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak,
(Bambang Riyanto, dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, hlm. 36 dan 44).
108

94

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar jumlahnya belum tentu merupakan ukuran bahwa
perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisien bisa dilihat dengan
membandingkan antara laba tersebut atau menghitung rentabilitasnya terlebih dulu.
Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana
memperbesar laba, melainkan usaha mempertinggi tingkat profitabilitas atau rentabilitas.
Selanjutnya, tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor yang dapat dikendalikan dan faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh
manajemen, misalnya segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil dan
pendapatan atas fee) dan pengendalian biaya-biaya, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor yang tidak dapat dikendalikan atau faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja bank, misalnya kondisi ekonomi secara umum dan situasi
persaingan dilingkungan wilayahnya.
Guna mencapai profitabilitas yang tinggi maka bank akan berusaha menggunakannya
ke aset yang menghasilkan bunga yang tinggi, aset jangka panjang, dengan harapan bahwa
operasi harian akan tertutup dengan dana baru. Namun tindakan seperti ini sangat berisiko.
Apabila dana yang terlanjur digunakan tidak dapat ditarik, sedangkan dana baru yang
diharapkan tidak tersedia, maka likuiditas sebuah bank akan tergangggu. Jadi semakin
likuid suatu bank, akan semakin kecil profitabilitasnya.111 Supaya memperoleh laba yang
maksimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efektif dan
efisien, baik dana dari masyarakat (DPK) maupun dana dari pemegang saham di bank

111

Imam Rusyansi, Asset Liability Manajemen Strategi Pengelolaan Aktiva dan Pasiva Bank,
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1999), hlm. 38

95

tersebut. Selain itu, bank juga perlu memperhatikan mengenai tingkat likuiditas112 dan
kecukupan modal yang dimiliki.113 Dengan kata lain jika likuiditas tinggi, maka
profitabilitas akan menurun. Namun, sebaliknya jika likuiditas menurun, maka
profitabilitas bank akan meningkat.114
Analisis profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang
tersedia. Oleh karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan
antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, sumber daya yang
tersedia bagi perusahaan, seperti yang dilaporkan dalam neraca. Analisis utama yang
digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan adalah:115 a. rasio penjualan bersih
terhadap aktiva, b. tingkat laba atas total aktiva, c. tingkat laba atas ekuitas pemegang
saham, d. tingkat laba atas ekuitas pemegang saham biasa, e. laba per lembar saham biasa,
f. rasio harga saham terhadap laba atau price-earning rasio (P/E), g. dividen per saham, h.
hasil dividen.
Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan

perhitungan-perhitungan

rasio

atas

dasar analisis

kuantitatif,

yang

menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan rugilaba dan neraca. Di samping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial perusahaan yang
memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain
yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri.
112

Hubungan antara tingkat profitabilitas dengan tingkat likuiditas adalah hubungan yang saling
mempengaruhi dan biasanya terjadi talik ulur (trade off). Dengan kata lain, jika likuiditas tinggi, maka
profitabilitas akan menurun. Tetapi, jika likuiditas rendah, maka profitabilitas akan meningkat. Baca
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 64-65. Di sisi lain, tingkat
likuiditas yang rendah juga memberikan indikasi bahwa bank tersebut kesulitan dalam menyalurkan dananya
(DPK+Ekuitas).
113
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, hlm. 228
114
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, hlm. 228
115
Warren Reeve, Fess Acounting Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 315

96

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


laba. Menurut Husnan dan Pudjiastuti, rasio profitabilitas yaitu, margin laba atas
penjualan, hasil pengembalian modal, dan hasil pengembalian modal sendiri, maka
profitabilitas sebagai berikut :116
a. Margin laba atas penjualan yang dihitung dari laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut :
Net profit margin = Net Profit x 100%
Net Sales
Dimana semakin tinggi net profit margin, maka semakin baik operasi perusahaan.
b. Hasil pengembalian modal (return on total assets) dengan perhitungan sebagai berikut :
ROA = Net Profit
Total Asset

x 100%

Selanjutnya Return on Invesment (ROI) dapat diperhitungkan sebagai berikut:


ROI = Net Profit after Tax x 100%
Total Asset
Pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan
perhitungannya adalah semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.
c. Hasil pengembalian Modal Sendiri (return on net worth) merupakan rasio bersih setelah
pajak terhadap modal sendiri mengukur tingkat pengembalian dari pemegang saham.

ROE =Net Income x 100 %


Net Worth
Menurut Husnan dan Pudjiastuti, Return On Invesment menunjukkan seberapa
banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.117
116

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Edisi Kelima,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), hlm. 74
117
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-Dasar, hlm. 74

97

D. Pandangan Islam Tentang Risiko dan Keuntungan


Menurut Ainu Amri Tanjung (dalam Riki Antariksa)118 istilah lain risiko dan
keuntungan ialah rente dan fee. Rente merupakan istilah bahasa belanda yang kita kenal
dengan nama bunga. Fuad Muhammad Fachrudin menyebutkan bahwa rente ialah
keuntungan yang diperoleh perusahaan bank, karena jasanya meminjamkan uang untuk
melancarkan sebuah perusahaan lain yang meminjam. Berkat bantuan pinjaman yang
diberikan, sehingga perusahaan tersebut bertambah maju dan bertambah keuntungannya.
Namun rente yang dipungut oleh bank itu haram hukumnya. Sebab, pembayarannya lebih
dari uang yang dipinjamkannya. Sementara uang yang lebih dari itu, adalah riba. Dalam
Islam riba diharamkan sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 275.
4 (#4t/h9$# tymu yt79$# !$# ymr&u 3
Sedangkan fee adalah pungutan dana untuk kepentingan administrasi, seperti
keperluan kertas, biaya operasional dan lain-lain. Adapun namanya, pungutan itu tetap
termasuk bunga. Bagi ulama yang membolehkan pungutan dana peminjam dan pemberian
dana (uang jasa) kepada penabung (deposito).119
Vogel dan Hayes (dalam Riki Antariksa) mengemukakan bahwa dalam wacana
keuangan Islam, risiko merupakan masalah penting. Terdapat dua risiko berdasarkan pada
pandangan fiqih, yaitu:120
a. Al-kharaj bi ad-daman

118

Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006.
119
Ainu Amri Tanjung, Masalah Perbankan, Renten dan Fee Dalam Pandangan Islam 03/14/2002arsip fiqih www.alislam.or.id- www.pakdenono.com
120
Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006.

98

Al-kharaj bi ad-daman menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dapat diterima hanya
dengan mengambil risiko kerugiannya (gain accompanies liability for lost). Dengan
demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko, maka dinilai tindakan tersebut tidak adil.
b. Al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko
Sebagaimana dengan firman Allah Surat An-Nisaa ayat 12.
4 ]=W9$# !%2u s
Al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko merupakan rasionalisasi dan prinsip dari bagi
hasil dalam syirkah, dimana keuntungan diperbolehkan, dengan cara berserikat atau
berbagi risiko. Sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan dan menambahkan variabel
independen lain yang secara teoritis berpengaruh terhadap ROA bank syariah dengan
variabel yang mengukur kinerja bank menggunakan variabel syariah dikarenakan variabel
pada penelitian ini masih bersifat ekonomis. Hal ini terbukti masih rendahnya nilai
koefisien determinasinya. Kemudian memperbanyak jumlah sampel yang digunakan dan
menambah periode pengamatan sampel agar tidak menimbulkan hasil yang bias dan lebih
menggambarkan kondisi bank umum syariah yang lebih nyata. Untuk bank umum syariah
diharapkan lebih efektif, efisien dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan kepada
nasabah, mengingat pembiayaan yang diberikan bank syariah mulai diminati oleh para
masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai asas Islam.

99

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Pembiayaan Periode 2009-2012
Pembiayaan merupakan bagian dari kegiatan utama dalam perbankan syariah.
Kegiatan pembiayaan ini adalah sebagai wujud dalam kegiatan penyaluran dana yang
berhasil dihimpun oleh bank syariah untuk disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pembiayaan merupakan bagian
dari sisi likuiditas perbankan syariah, yaitu sebagai gambaran keadaan arus lalu lintas
keuangan yang terjadi pada bank syariah tersebut. Selain itu pembiayaan juga merupakan
suatu kegiatan untuk menciptakan aktiva yang produktif dan mendapatkan keuntungan atau
earning asset bagi bank syariah itu sendiri serta untuk mengurangi risiko idle.121
Pembiayaan industri perbankan syariah hingga Desember 2012 tumbuh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, berdasarkan data Statistik Perbankan
Indonesia. Adapun perkembangan pembiayaan perbankan syariah secara keseluruhan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.1
Pembiayaan Periode 2009-2012
(Rp Milyar)

Tahun
2009

121

hlm. 227

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus

Pembiayaan
38,201
38,843
39.308
39.726
40.715
42.195
42.828
43.890

Ali, H.Masyhud, Asset Liability Management, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004),

100

September
44.523
Oktober
45.246
November
45.726
Desember
46.886
Januari
47.140
2010
Februari
48.479
Maret
50.206
April
51.651
Mei
53.223
Juni
55.801
Juli
57.633
Agustus
60.275
September
60.970
Oktober
62.995
November
65.942
Desember
68.181
Januari
69.124
2011
Februari
71.449
Maret
74.253
April
75.726
Mei
78.619
Juni
82.616
Juli
84.556
Agustus
90.540
September
92.839
Oktober
96.805
November
99.427
Desember
102.655
Januari
101.689
2012
Februari
103.713
Maret
104.239
April
108.767
Mei
112.844
Juni
117.592
Juli
120.910
Agustus
124.946
September
130.357
Oktober
135.581
November
140.318
Desember
147.505
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)

101

Berdasarkan tabel IV.1 diketahui bahwa perkembangan pembiayaan perbankan


syariah dari Tahun 2009-2012 terus mengalami peningkatan. Terlihat dari tahun ketahun
dalam setiap bulannya terus terjadi lonjakan pertumbuhan. Seperti tahun 2009
pertumbuhan pembiayaan yang terbesar selama periode tersebut adalah 46%, dan
pertumbuhan pembiayaan terkecil selama periode tersebut sebesar 38% dibanding tahun
2010, 2011, dan 2012 pertumbuhan pembiayaan pada bank syariah yang kurang baik
terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 38%.
Namun seiring berjalannya waktu pertumbuhan pembiayaan pertumbuhannya naik
signifikan pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2012 dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Hal ini dapat dikarenakan semakin gencarnya perbankan syariah
berusaha meningkatkan pembiayaan yang tinggi sebagaimana yang diharapkan Bank
Indonesia.

2. Profitabilitas (ROA) Periode 2009-2012


Tugas utama bank syariah sebagaimana bank umum lainnya adalah mengoptimalkan
laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi risiko
yang dihadapi bank syariah sama halnya yang dialami oleh bank konvensional, kecuali
risiko tingkat bunga dalam memperoleh imbal jasa atas usaha operasionalnya.
Terjadinya kenaikan maupun penurunan tingkat bagi hasil pada lembaga keuangan
syariah merupakan sesuatu yang wajar sesuai dengan prinsip keadilan. Nilai profitabilitas
(ROA) selama Tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

102

Tabel IV.2
Profitabilitas (ROA) Periode 2009-2012
Tahun
2009

2010

2011

2012

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari

ROA (%)
2.11
2.15
2.44
2.29
2.22
2.16
2.12
2.08
1.38
1.46
1.48
1.48
1.65
1.76
2.13
2.06
1.25
1.66
1.67
1.63
1.77
1.79
1.83
1.67
2.26
1.81
1.97
1.90
1.84
1.84
1.86
1.81
1.80
1.75
1.78
1.79
1.36
1.79

103

Maret
1.83
April
1.79
Mei
1.99
Juni
2.05
Juli
2.05
Agustus
2.04
September
2.07
Oktober
2.11
November
2.09
Desember
2.14
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Berdasarkan Tabel IV.2 diketahui bahwa profitabilitas (ROA) di perbankan Indonesia
Tahun 2009-2012 selalu bersifat fluktuatif, yang terlihat dari menurunya profitabilitas dari
bulan September tahun 2009 dengan nilai 1,38 bahkan menurun hingga pertengahan Mei
2012 menjadi 1.99, kemudian angka tersebut kembali meningkat di bulan Juni tahun 2012
dan kembali menurun kembali walaupun tidak terlalu signifikan begitu juga dengan bulan
berikutnya dimana tingkat profitabilitas (ROA) masih fluktuatif, hal ini menunjukkan
kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.
Pertumbuhan yang lebih tinggi ini didukung oleh meningkatnya pelaku bisnis di
industri perbankan syariah, yang berjumlah 10 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 145 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), serta 1388 jumlah
kantor BUS dan UUS (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010).122

3. Likuiditas (FDR) Periode 2009-2012


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa likuiditas adalah kemampuan
bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban jatuh
tempo, dan memenuhi permintaan kredit/pembiayaan tanpa ada penundaan. Ketika kinerja
likuiditas perbankan, khususnya perbankan syariah mengalami kenaikan maka bisa

122

Outlook Perbankan Syariah 2011, Direktorat Islamic Banking BI.

104

memperbesar peluang mendapatkan keuntungan, mengurangi risiko moral hazard,


mengurangi risiko terjadinya idle yang akan menimbulkan besarnya opportunity cost dan
meningkatkan kepercayaan pada nasabah yang menyimpan dananya ke bank syariah
tersebut.
Likuiditas membutuhkan pengelolaan secara efektif dan seefisien mungkin untuk
kelancaran proses operasional bank dalam menopang kinerja keuangan bank dalam
pencapaian tujuan perusahaan bank itu sendiri dan kinerja likuiditasnya berada pada posisi
yang sesuai dengan regulasi likuiditas yang telah ditetapkan.
Likuiditas (FDR) industri perbankan syariah hingga November 2012 tumbuh lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. FDR bank umum syariah (BUS) hingga
November 2012 menjadi Rp 101.19% dibanding November 2011 sebesar Rp 94.40%. Hal
ini mengindikasikan tren perkembangan likuiditas (FDR) perbankan syariah di Indonesia
terus memperlihatkan peningkatan. Adapun perkembangan tingkat FDR perbankan syariah
secara keseluruhan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.3
Likuiditas (FDR) Periode 2009-2012

Tahun
2009

2010

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari

FDR (%)
100.02
100.50
103.33
101.36
101.06
100.22
99.59
99.71
98.11
97.30
95.49
89.70
88.67
90.96

105

95.07
Maret
95.57
April
96.65
Mei
96.08
Juni
95.32
Juli
98.86
Agustus
95.40
September
94.76
Oktober
95.45
November
89.67
Desember
91.97
Januari
2011
95.16
Februari
93.22
Maret
95.17
April
94.88
Mei
94.93
Juni
94.18
Juli
98.39
Agustus
94.97
September
95.24
Oktober
94.40
November
88.94
Desember
87.27
Januari
2012
90.49
Februari
87.13
Maret
95.39
April
97.95
Mei
98.59
Juni
99.91
Juli
101.03
Agustus
102.10
September
100.84
Oktober
101.19
November
100.00
Desember
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Berdasarkan tabel IV.3 diketahui bahwa perkembangan likuiditas perbankan
syariah Tahun 2009 sampai dengan awal tahun 2010 rasio likuiditas (FDR) beberapa
triwulan tersebut sempat mencapai posisi rasio likuiditas berada pada posisi 89.70 pada
bulan Januari 2010 berada posisi dibawah 89.70 yaitu 88.67. Walaupun Januari 2010 FDR

106

berada posisi 88.67 tapi pertumbuhan FDR di bulan Februari-November mengalami


kenaikan rata-rata secara signifikan berada pada posisi 90-an dan kembali turun pada akhir
tahun bulan Desember yaitu berada pada 89.94, hal tersebut juga di alami pada tahun
berikutnya yaitu pada tahun 2011 terus mengalami peningkatan yang berkesinambungan
walaupun tidak terlalu signifkan. Terlihat dari tahun ketahun dalam setiap bulannya terus
terjadi lonjakan pertumbuhan. Pertumbuhan yang signifikan terdapat pada Tahun 2012, hal
ini dapat dikarenakan semakin gencarnya perbankan syariah meningkatkan pembiayaan.123
B. Hasil Uji Statistik Pengaruh Likuiditas dan Pembiayaan Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan, agar hasil analisis bisa bermanfaat dan benar. Regresi
didapatkan dari penggunaan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square) sehingga
bisa didapatkan sebuah estimator terbaik yang tidak bias (best linear unbiased
estimator/BLUE). Dalam analisis regresi linier terdapat beberapa asumsi klasik yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji
normalitas dihitung dengan cara membandingkan nilai Asymtotic Signifance (2-tailled)
yang di peroleh dengan nilai tarif signifikan 0,05. Apabila Asympt Sig> 0,05 maka data
dikatakan normal. Berdasarkan hasil analisis data dengan SPSS 15.0 diperoleh tabel dan
grafik sebagai berikut:

123

http://news.detik.com/opini/1530138/strategi-pengembangan-bisnis-perbankan-syariah-pasca2010 diakses pada tanggal 10 Oktober 2015

107

Tabel IV.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

48
Mean

Normal Parameters(a,b)
Most Extreme Differences

,0000000

Std. Deviation

,21699260

Absolute

,128

Positive

,055

Negative

-,128

Kolmogorov-Smirnov Z

,886

Asymp. Sig. (2-tailed)

,412

a Test distribution is Normal.


b Calculated from data.

Dari tabel diatas nilai Asymp. Sig (2-tailled) sebesar 0,412. Karena nilai Asymp. Sig (2tailled) sebesar 0,412 > dari 0,05

maka dengan demikian dapat

dikatakan data

terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian adanya multikolonier ini
dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada masing-masing
variabel bebasnya. Jika nilai VIF-nya lebih kecil dari 10 tidak ada kecenderungan terjadi
gejala multikolinier. Dari hasil pengujian SPSS diperoleh nilai korelasi antar variabel FDR,
Pembiayaan dan ROA sebagai berikut:
Tabel IV.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Standardized
Coefficients

B
-1,528

Std. Error
,757

7,84E-007

,000

,035
a Dependent Variable: ROA

,008

(Constant)
PMBY
FDR

Beta

Sig.

Collinearity Statistics

Tolerance
-2,020

VIF
,049

Std. Error

,095

,771

,445

,999

1,001

,548

4,432

,000

,999

1,001

108

Berdasarkan tabel IV.5 di atas nilai Tolerance dan VIF variabel PMBY sebesar 0,771
dan 0,445, dan nilai Tolerance dan VIF variabel FDR sebesar 4.432 dan 0.000 dari nilai
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10 dan tidak ada satu nilai Tolerance variabel independen yang memenuhi nilai
Tolerance yaitu kurang dari 0,10. Hal ini berarti bahwa dalam model regresi yang
dihasilkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastis atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mengetahui apakah terjadi heteroskedastisitas antar nilai residual dari observasi dapat
dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titiknya menyebar di atas dan
di bawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada suatu
model regresi. Berdasarkan Hasil perhitungan dengan SPSS untuk variabel Pembiayaan,
FDR dan ROA sebagai berikut:
Gambar IV.1
Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: ROA
3

Regression Studentized Residual

c.

-1

-2

-3
-2

-1

Regression Standardized Predicted Value

109

Dari grafik scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan tidak
mengandung heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dalam
suatu model regresi dilakukan dengan melakukan run test. Untuk melihat ada tidaknya
autokorelasi dengan ketentuan jika hasil run test sig > 0,05maka tidak terjadi autokorelasi.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji
autokorelasi sebagai berikut:
Tabel IV.6
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value(a)

,01519

Cases < Test Value

24

Cases >= Test Value

24

Total Cases

48

Number of Runs

19

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-1,605
,109

a Median

Pada tabel diatas, didasarkan hasil angka Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,109 > 0,05
maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi.

110

2. Pengujian Hipotesis
a.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat secara parsial. Hasil analisis uji hipotesis antara variabel Likuiditas
(FDR) dan Pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas (ROA) diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel IV.7
Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)
PMBY
FDR

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta

Tolerance

VIF

Std. Error

-1,528

,757

7,84E-007

,000

,035

,008

Collinearity Statistics
B

Std. Error

-2,020

,049

,095

,771

,445

,999

1,001

,548

4,432

,000

,999

1,001

a Dependent Variable: ROA

Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Pembiayaan (PMBY) diperoleh hasil nilai
sig 0.445>0,05 maka dengan demikian tidak tolak Ho. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas
(ROA).
Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Likuiditas (FDR) diperoleh hasil nilai sig
0.000<0,05 maka dengan demikian Tolak Ho dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA).

b.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)

Uji hipotesis secara serentak atau simultan (Uji F) antara Likuiditas (FDR) dan
Pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil analisis uji F dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

111

Tabel IV.8
Hasil Analisis Uji F (Uji Simultan)
ANOVA(b)

Model
1

Sum of
Squares

Df

Mean Square

Regression

1,005

,502

Residual

2,213

45

,049

Total

3,218

47

10,215

Sig.
,000(a)

a Predictors: (Constant), FDR, PMBY


b Dependent Variable: ROA

Hasil perhitungan dengan menggunakan progam SPSS diketahui bahwa hasil nilai
sig 0.000<0,05 maka dengan demikian tolak Ho. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan (PMBY) dan Likuiditas (FDR) secara
bersama-sama terhadap Profitabilitas (ROA).

c.

Koefisien Determinasi (R2)


Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai

prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil perhitungan
didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel IV.9
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)

Model
1

R
,559(a)

R Square
,312

Adjusted R
Square
,282

Std. Error of
the Estimate
,22176

Durbin-Watson
1,257

a Predictors: (Constant), FDR, PMBY


b Dependent Variable: ROA

Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,312, hal itu berarti bahwa variasi
perubahan ROA dipengaruhi oleh perubahan Pembiayaan dan FDR sebesar 31,2 %, jadi
variabel Pembiayaan dan FDR

mampu menerangkan variabel ROA sebesar 31,2 %,

sedangkan sisanya sebesar 68,8 % diterangkan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

112

3. Analisis Regresi Linier Berganda


Suatu model persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel lain. Dalam
penelitian ini model persamaan regresi linier berganda yang disusun untuk mengetahui
pengaruh antara Likuiditas dan Pembiayaan (sebagai variabel independen) terhadap
Profitabilitas (sebagai variabel dependen) secara bersama-sama adalah ROA = a + 1 FDR
+ 2 Pembiayaan + e. suatu model regresi linier regresi berganda dapat digunakan apabila
dapat memenuhi uji asumsi klasik dan uji hipotesis, namun dalam penelitian ini uji
hipotesis khususnya uji parsial (uji t) tidak dapat dipenuhi oleh model yakni terdapatnya
pengaruh yang tidak signifikan antara pembiayaan terhadap profitabilitas (ROA). Oleh
karenanya model regresi berganda tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya,
langkah yang diambil dalam mengatasi masalah regresi berganda dalam penelitian ini
adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang tidak signifikan yakni
variabel Pembiayaan (PMBY).
Berdasarkan langkah penyelesaian masalah tersebut diatas maka didapat model
regresi yang baru yakni model regresi linier sederhana dengan rumusan sebagaia berikut:

Profitabilitas (ROA) = a + 1Likuiditas (FDR) + e.


Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana di atas maka didapat perhitungan sebagai
berikut:
Tabel IV.10
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary

Model
1
a Predictors: (Constant), FDR

R
,551(a)

R Square
,303

Adjusted R
Square
,288

Std. Error of
the Estimate
,22078

113

Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,303, hal itu berarti bahwa variasi
perubahan ROA dipengaruhi oleh perubahan FDR sebesar 30,3 %, jadi variabel FDR
mampu menerangkan variabel ROA sebesar 30,3 %, sedangkan sisanya sebesar 69,7 %
diterangkan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Selanjutnya adalah uji t, yang dipergunkan untuk melihat apakah terdapat pengaruh
dan seberapa besar pengaruh FDR terhadap ROA, berdasarkan program SPSS maka
didapat hasil uji t sebagai berikut:
Tabel IV.11
Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1

(Constant)
FDR

Standardized
Coefficients

B
-1,484

Std. Error
,751

,035

,008

Beta
,551

Sig.

B
-1,975

Std. Error
,054

4,474

,000

a Dependent Variable: ROA

Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Likuiditas (FDR) diperoleh hasil nilai sig
0.000<0,05 maka dengan demikian Tolak Ho dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA).
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana pada tabel di atas diperoleh
koefisien untuk variabel bebas FDR = 0,035, konstanta sebesar -1,484 sehingga model
persamaan regresi yang diperoleh adalah:

Profitabilitas (ROA) = -1,484 + 0,035 Likuiditas


(FDR)
Nilai konstanta (ROA) sebesar -1,484. Hal ini berarti jika FDR sama dengan nol (0),
maka total nilai ROA akan memiliki nilai sebesar -1,484 satuan. Koefisien regresi FDR
dari perhitungan linier sederhana didapat nilai coefficients (b1) = 0,035. Hal ini berarti

114

setiap ada peningkatan FDR sebesar 1 satuan, maka nilai ROA juga akan meningkat
sebesar 0,035 satuan, selanjutnya lambang (+), hal ini berarti apabila likuiditas (FDR) naik
maka Profitabilitas (ROA) akan ikut naik.

C. Pembahasan Pengujian Hipotesis


1. Pengaruh Likuiditas (FDR) pada Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah
Tugas pokok perbankan ialah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali pada masyarakat penyimpan dana. Nilai FDR menunjukkan efektif tidaknya bank
dalam menyalurkan pembiayaan, apabila nilai FDR menunjukkan prosentase terlalu tinggi
maupun terlalu rendah maka bank dinilai tidak efektif dalam menghimpun dan
menyalurkan dana yang diperoleh dari nasabah, sehingga mempengaruhi laba yang
didapat. Arah hubungan yang timbul antara FDR terhadap ROA adalah positif, karena
apabila bank mampu menyediakan dana dan menyalurkan dana kepada nasabah maka akan
meningkatkan laba yang didapat dan berpengaruh kepada meningkatnya ROA yang
didapat oleh bank syariah. Hal ini terjadi karena ketika penyaluran dana ke masyarakat
tinggi maka akan mendapat pengembalian yang tinggi pula dan akan berdampak pada laba
yang diperoleh bank, hasil tersebut sesuai dengan teori stewardship.124 Stewardship theory
dapat dipahami dalam penyaluran pembiayaan lembaga perbankan. Bank syariah sebagai
prinsipal yang mempercayakan nasabah sebagai steward untuk mengelola dana yang
idealnya mampu mengakomodasi semua kepentingan bersama antara prinsipal dan steward
yang mendasarkan pada pelayan yang memiliki perilaku dimana dia dapat dibentuk agar
selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki perilaku kolektif atau
berkelompok dengan utilitas tinggi dari pada individualnya dan selalu bersedia untuk
melayani.
124

Slamet riyadi, Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

115

2. Pengaruh (Jumlah Total) Pembiayaan Terhadap Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah


Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi penyaluran pembiayaan bagi hasil kepada
nasabah maka ROA yang dihasilkan akan rendah. Penyebab dari hubungan negatif antara
pembiayaan terhadap ROA yaitu yang pertama nasabah yang telah mendapat pembiayaan
bagi hasil dari bank belum tentu mengembalikan dana yang didapat dari bank pada tahun
yang sama, kemudian yang kedua dikarenakan belum tentu seluruh nasabah taat dalam
mengembalikan dana yang diperoleh dari bank. Terakhir, yang ketiga dikarenakan belum
tentu pembiayaan jual beli yang disalurkan oleh bank pada nasabah akan dikembalikan
sesuai perjanjian yang telah disepakati bersama antara bank dengan nasabah.

116

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Variabel Likuiditas (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap
Profitabilitas (ROA) pada periode 2009 hingga 2012. Artinya apabila Likuiditas (FDR)
perbankan syariah naik maka Profitabilitas (ROA) perbankan syariah juga akan ikut naik.
Besarnya kenaikan pada Profitabilitas (ROA) ini adalah apabila Likuiditas (FDR) naik
sebesar satu satuan, maka Profitabilitas (ROA) akan naik sebesar 0,035 satuan.
2. Variabel Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) pada
periode 2009 hingga 2012, artinya apabila pembiayaan naik atau turun maka tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia pada periode
2009 hingga 2012.
3. Variabel Pembiayaan dan Likuiditas (FDR) secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia pada periode
2009-2012. Artinya apabila Pembiayaan dan Likuiditas (FDR) perbankan syariah naik
maka Protabilitas (ROA) perbankan syariah juga akan ikut naik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian di atas maka terdapat beberapa saran bagi
perbankan syariah di Indonesia:
1. Perbankan syariah harus terus meningkatkan besarnya persentase FDR nya, meningkatnya
FDR berarti meningkatkan pembiayaan dan simpanan secara proporsional, FDR yang
tinggi mencerminkan berjalannya fungsi bank sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat.

117

Hendaknya bank dapat memelihara dan mempertahankan alat likuid guna memastikan
bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Setiap bank
bertujuan mendapat income yang maksimal, namun harus dipertimbangkan dahulu risiko
yang mungkin dihadapi seperti risiko likuiditas, karena risiko likuiditas merupakan risiko
yang rentang pada bank syariah.
2. Jika Perbankan syariah menginginkan tingkat ROA yang tinggi maka perbankan syariah
tidak perlu melakukan secara agresif penambahan pembiayaan, karena pembiayaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh ketiga variebel dalam
penelitian ini. Penelitian dapat dikembangkan dengan meneliti variabel-variabel lain yang
mempengaruhi Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia, guna melihat secara lebih
komprehensif variabel apa saja yang mampu mempengaruhi profitabilitas di perbankan
syariah.

118

DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen RI, Al Quran dan Terjemahan. Jumanatul Ali Art, Bandung,
2004.
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Indeks, 2006.

Jakarta:

Ainu Amri Tanjung, Masalah Perbankan, Renten dan Fee Dalam Pandangan
03/14/2002- arsip fiqih www.alislam.or.id- www.pakdenono.com

Islam

Anshori, Abdul Ghofur, Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (UU di Bidanag
Perbankan, Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia)
Yogyakarta: UII Press,
1007.
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Antariksa, Riki, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank
Muamalat Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islami vol.
2
no. 2 April-Juni 2006.
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet ke-4 Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Edisi ke-1 Jakarta: PT. RajaGrafindo
2007.

Persada,

Azis, M. Amin, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Jakarta: Bangkit,

1992.

Bambang, Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE, 2001.


Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty, 1998.
BPRS PNM Al-Masoem, Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank syariah.
: BPRS PNM Al-Masoem, 2004.

Bandung

Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, dalam Jurnal Anis Setiyawati Analisis


Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran: Pendekatan
Analisis Jalur, 2007.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 3: 5
Chapra, M. Umer, Challenges Facing the Islamic Financial Industry, Handbook
of Islamic Banking, Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2007.
Sistem Moneter Islam, Terj. oleh, Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema
Press, 2000
Dendawijaya, Lukman,
Indonesia, 2005.

Manajemen

Perbankan,

Edisi

Kedua,

Bogor:

Insani
Ghalia

119

Djinarto, Bambang, Banking asset liability management, Jakara : Gramedia


utama, 2000.

Pustaka

Diah, Aristya Hesti, Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas
Aktiva Produktif (KAP), Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank
Syariah Di Indonesia Periode 2005- 2006), Progaram S1 UNDIP, Semarang, 2010.
Faisal,

Agus, Skripsi Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Aktivitas, Efisiensi,


Manajemen, Dan Risiko Pembiayaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Di Indonesia, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Febrina Dwijayanthi dan Naomi, Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai
Tukar
Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007, Jurnal
Karisma, 3 (2).
pp. 87-98. ISSN 1978-404X tahun 2009.
Harahap, Sofyan, Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kelima,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006.
Iqbal, Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara,

2006.

Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta:
Grafindo Persada, 2008.

Raja

Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi), Edisi
Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.

Pertama,

Laksamana,Yusak,Tanya jawab cara mudah mendapatkan pembiayaan di bank


Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009.

syariah,

Laporan Statistik Perbankan Syariah, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah,


Direktorat Perbankan Bank Indonesia, 2012.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005.
,Manajemen Pembiayaan Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Masyhud, Ali, H. Asset Liability Management, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004.
Qurthubi, Imam Al, Tafsir Al-Qurthubi bagian 5 (Terjemah Al-Jami Li Ahkami AlQuran), cet ke-1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

120

Raharja, Prathama, Uang dan Perbankan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.


Reeve, Warren, Fess Acounting Pengantar Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Rivai dan Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Azkia

Publisher, 2009.

Riyadi, Slamet, Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
,Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
Rusyamsi, Imam, Asset Liability Managemen : Strategi pengelolaan Aktiva
Bank, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999.

Pasiva

Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPEF


Yogyakarta, 2001.
Subaweh, Imam, Jurnal Analisis Perbandingan Konerja Keuangan Bank Syariahdan
Bank Konvensional Periode 2003-2007, Universitas Gunadharma 2008.
Suhendi, Hendi, fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Sulhan M. dan Ely, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, Malang: UIN
Press, 2008.

Malang

Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga terkait


Takaful di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

BMI

&

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty, 1998.
Taswan, Manajemen Perbankan, Penerbit : UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2010.
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12.
Veithazal Rivai, Dkk, Bank and Financial Institution Management Conventional &
Sharia System, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Wasty, Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Windriya, Anafil, Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Dan Faktor Internal Bank
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia (Periode 2008
2013),
Universitas Diponegoro, 2014.
Wiyono, Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan
PSAK dan PAPSI, Jakarta: PT Grasindo, 2005.
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,
2003.
Internet:
www.bi.go.id
Republika.co.id
http://www.antaranews.com

121

http://irham-anas.blogspot.com
http://merapikancatatan.blogspot.com
http://makalah-update.blogspot.com/2013/02/prinsip-prinsip-syariah-sebuah-bank.html
www.bankberhaj.com/index.php/artcl?=5
http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tujuan-ciri-ciri-serta-keistimewaan-dan.html jumat
27/09/13, 10:23
http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
http://ephieali.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_27.html
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-profitabilitas.htmldiakses kembali
pada tanggal 05 Agustus 2015
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-profitabilitas-syariah.
html diakses kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
http://alimudasimanjuntak.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas-banksyariah.html
diakses kembali pada tanggal 29 Juli 2015. Pukul. 08. 47 Wib.
http://nurulchaeriah.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas.html

diakses

kembali

pada 30 Juli 2015


(Junainah;

Dian

Hariyadi;

Safrudin

blogsport:

https://nainah93.

wordpress.com

/2014/02/06/prinsipoperasional-perbankan-syariah/ diakses pada tanggal 28 Juli 2015


Pukul. 11.34 Wib.)

Anda mungkin juga menyukai