Anda di halaman 1dari 110

MODEL METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

1. Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE


A. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut
example and non-example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example
non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam
penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahanpermasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model
Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada
konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas
tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan
menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas
rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar
dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah
poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari
jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang
mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis
sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara.
Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri.
Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang
terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang
ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi
contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah
contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari
segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan
perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan
dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
C. Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example
antara lain:

1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan


untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam
dan lebih komplek.
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari Example non Example
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian example.
Kebaikan:
1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
D. Langkah-langkah :
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
Kesimpulan
2. MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah
Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah,
silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah
suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan
aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu
menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda,
teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari
proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam
proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah

menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang


lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model
pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam
kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam
proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini
diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
A. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture
adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang
menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.
Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh
mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga
sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,
dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik
yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa
untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture
atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam
perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
4) Guru
menunjuk/memanggil
siswa
secara
bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena


penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa
merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga
siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan,
dibuat, atau dimodifikasi.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita,
atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah
sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk
membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus
memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting
dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan
bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7) Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan
sebagai penguatan materi pelajaran
B. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
a. Kelebihan:
1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2) Melatih berpikir logis dan sistematis.
3) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang
suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa
dalam praktik berpikir,
4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
b. Kekurangan:
1) Memakan banyak waktu
2) Banyak siswa yang pasif.
3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama
dengan yang lain
5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai
3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi
untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan


untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman
mereka
terhadap
isi
pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
A. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
Setiap siswa menjadi siap semua
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a. Pembentukan kelompok;
b. Diskusi masalah
c. Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim
(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan
kelompok
disesuaikan
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku


paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh
Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2) Memperbaiki kehadiran
3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5) Konflik antara pribadi berkurang
6) Pemahaman yang lebih mendalam
7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8) Hasil belajar lebih tinggi
B. KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap
pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk
pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
4. Metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.

Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar


dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
Kesimpulan guru.
Kelebihan:
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran.
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga
koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
5. Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
A. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya
melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran
kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk
mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa
yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga
belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang
berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16)
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada
semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa
kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan
lebih
tinggi
dibandingkan
kelompok
kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered
Heads Together).
Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran
sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok
beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru
mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok.
Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya.
Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe
NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok
dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang
akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi
kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang
lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama
kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah
bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar
para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan
terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan.

Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena


para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007)
model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa
untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran.
B. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran
Kepala bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa
tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat
diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap
ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim
yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa
nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang
diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang
memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan
usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa
berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan
jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan
setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang
harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
C. Langkah langkah Kepala bernomor struktur
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil
pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

5. Kesimpulan
D. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak
pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian
meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa
tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek
kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang
mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong
pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.Solusinya
mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan
tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas
lain pada nomer selanjutnya.
6. Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD)
Model
pembelajaran STAD termasuk
model
pembelajaran
kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya
struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
A. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Stad
1) Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras
atau suku yang berbeda (heterogen)
2) Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa
:pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3) Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan
bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
yang
dapat
memperbaiki
pembelajaran
selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus
dapat
menngkatkan
kemampuan
hubungan
sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang

lain,serta dapat meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran


kooperatif
dapat
merealisasikan
kebutuhan
siswa
dalam
belajar,berfikir,memecahkan
masalah
dan
mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
B. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
C. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masingmasing individu.
Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
Indikator
Tingkah laku guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan
memotivasi siswa
pembelajaran
dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Menyajikan informasi
Langkah 2
Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke Guru


menginformasikan
dalam kelompok- kelompok pengelom-pokkan
belajar
Siswa

Langkah 4

Membimbimg
belajar

Langkah 5
Evaluasi

kelompok Guru
memotivasi
serta
memfasilitasi kerja siswa
dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru mengevaluasi
belajar tentang

hasil

materi pembelajaran
telah dilaksanakan

yang

Guru memberi penghargaan


hasil belajar
Memberikan penghargaan
individual dan kelompok
Model
pembelajaran STAD dikembangkan
oleh
Robert
Slavin
dan
temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota
kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam
setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas
ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
5
1-10 point di bawah skor dasar
10
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
20
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
30
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin
peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh
poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.
Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Langkah 6

Kriteria
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 30
The best teams
15,1 22,5
Good teams
7,6 15,0
General teams
7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a)
Meningkatkan kecakapan individu
b)
Meningkatkan kecakapan kelompok
c)
Meningkatkan komitmen
d)
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e)
Tidak bersifat kompetitif
f)
Tidak memiliki rasa dendam
B) Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a)
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b)
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.
Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian
diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan
merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan
mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang
(Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan
pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan
model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalamanpengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan
anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas
bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi
yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan
dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan
dengan model STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara
benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya,
kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami
materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan
dengan penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranstudent-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
Pengertian

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot


Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil
yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok
ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan
menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah
kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk
dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan
mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap
angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami
topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah
mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan
yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga
pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci
tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur
seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Jigsaw, yaitu:
Awal
kegiatan
pembelajaran
a.
Persiapan
1.
Melakukan
Pembelajaran
Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan
menjelaskan
tujuan
dipelajarinya
topik
tersebut.
2.
Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari
oleh
siswa.
3.
Membagi
Siswa
Ke
Dalam
Kelompok
Asal
Dan
Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang
yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar
belakang
sosialnya
4.
Menentukan
Skor
Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya
atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

Rencana
Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok
atau menghargai prestasi kelompok.
Sistem
Evaluasi
Dalam
evaluasi
ada
tiga
cara
yang
dapat
dilakukan:
1.
Mengerjakan
kuis
individual
yang
mencaukup
semua
topik.
2.
Membuat
laporan
mandiri
atau
kelompok.
3.
Presentasi
Materi
Evaluasi
Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi
dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt

4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM
BASED INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Sejarah
Metode
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian,
tiga sekolah medis lain University of Limburg di Maastricht (Belanda),
University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain
program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi
untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al,
2006))
Landasan
Teoretik
Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning
(PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini.
Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses
yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut
metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial
dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut
Suherman
(2003:
7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa
berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers
(
1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah
proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa
dalam mencapai keterampilan self directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen
Pendidikan
Nasional
(2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar
yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu
mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya
itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis
masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan
memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin
Ibrahim
(2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah
ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat
proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
berbasis
masalah
(problem
based
learning)
bertujuan
untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan
masalah,
2.
belajar
peranan
orang
dewasa
yang
otentik,
3.
menjadi
siswa
yang
mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat
kemungkinan
transfers
pengetahuan
baru,
5.
mengembangkan
pemikiran
kritis
dan
keterampilan
kreatif
6.
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
7.
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran
yang berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi
bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan
bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam
jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi
informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga
bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan
(what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan
(did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada
pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan
metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus
keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri
sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil
pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan
masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya
dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar,
kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk
meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan
bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan
ilmiah
(Bruning
et
al,
1995).
Studi
juga
menunjukkan
bahwa

pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah


fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Bridges
(1992)
dan
Charlin
(1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan
beberapa
ciri-ciri
utama
seperti
berikut.
1.
Pembelajaran
berpusat
dengan
masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang
mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa
depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran
disusun
berdasarkan
masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5.
Siswa
aktif
dengan
proses
bersama.
6.
Pengetahuan
menyokong
pengetahuan
yang
baru.
7.
Pengetahuan
diperoleh
dalam
konteks
yang
bermakna.
8.
Siswa
berpeluang
untuk
meningkatkan
serta
mengorganisasikan
pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria
Pemilihan
Bahan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang
bisa
bersumber
dari
berita,rekaman,video
dan
lain
sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga
setiap
siswa
dapat
mengikutinya
dengan
baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang
banyak,sehingga
terasa
manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pannen
(2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit
ada
delapan
tahapan,
yaitu:
1.
mengidentifikasi
masalah,
2.
mengumpulkan
data,
3.
menganalisis
data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5.
memilih
cara
untuk
memecahkan
masalah,
6.
merencanakan
penerapan
pemecahan
masalah,
7.
melakukan
ujicoba
terhadap
rencana
yang
ditetapkan,
dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends
(2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase
Aktivitas
guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif
pada
aktivitas
pemecahan
masalah
yang
dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah
yang
dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
dan
mencari
untuk
penjelasan
dan
pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut
langkah-langkah
PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi
oleh
siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang
permasalahan
dan
mencoba
mengidentifikasi
hal-hal
terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka
pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6.
Setelah
periode
self-study,
sesi
kedua
dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang
mereka
peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui
pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai
berikut.
1.
Membaca
dan
menganalisis
skenario
dan
situasi
masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2.
Daftar
hipotesis,
ide,
atau
firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide
tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung
atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda
lain yang perlu ditangani.
3.
Daftar
apa
yang
dikenal.
Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian
temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4.
Mengembangkan
sebuah
pernyataan
masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda
ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang
grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi,
tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai
informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
5.
Daftar
apa
yang
dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah.
Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita perlu tahu?
Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin
alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi.
Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan
terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.
6.
Daftar
tindakan
yang
mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus kita
lakukan?. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin

termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi


perpustakaan.
7.
Mengumpulkan
dan
Menganalisis
informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis,
dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang
anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat
mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin
akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa
masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan
atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.
8.
Menyajikan
temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan,
atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar
belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai,
pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik,
atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce
dan
Jones
(Ratnaningsih,
2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan
masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana
penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi
dan
mendistribuskan
informasi.
c.
Performansi
(performnace)
yaitu
menyajikan
temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan
refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A.
Tugas
Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1.
Penetapan
Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa
menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang
tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas
kepada siswa
2.
Merancang
situasi
masalah
yang
sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa
untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan
motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman
dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat,
memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
3.
Organisasi
sumber
daya
dan
rencana
logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber
daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam
model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material
dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B.
Tugas
interaktif
1.
Orientasi
siswa
pada
masalah.

Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk


memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk
menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan
masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan
dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah
tersebut.
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru
untuk
merencanakan
penyelidikan
dan
tugas-tugas
pelaporan.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan
pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu
untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,
siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan
menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai
untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan
kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya
ide-ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan
masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah.
Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa
mengganggu
siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan
peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas
guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap
akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis
dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan
yang mereka gunakan.
C.
Lingkungan
Belajar
dan
Tugas-tugas
Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan
sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan
aktivitasnya.
D.
Asesmen
dan
evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil
( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian
alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan
kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal
pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria
penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas.
Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan
menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan
tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan
siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar
( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan
ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru

berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan


sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa
bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan
sebagai
berikut:
Guru
sebagai
pelatihv
Siswa
sebagai
problem
solverv
Masalah
sebagai
awal
tantangan
dan
motivasiv
Asking
about
thinking
(
bertanya
tentang
pemikiran)
memonitor
pembelajaran
probbing
(
menantang
siswa
untuk
berfikir
)
menjaga
agar
siswa
terlibat
mengatur
dinamika
kelompok
menjaga
berlangsungnya
proses
peserta
yang
aktif
terlibat
langsung
dalam
pembelajaran
membangun
pembelajaran
menarik
untuk
dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang
dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusankeputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah
pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh
pebelajar
yang
diajar
dengan
PBL
yaitu:
1.
Inkuiri
dan
ketrampilan
melakukan
pemecahan
masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka
akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan
reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1.
Mengembangkan
pemikiran
kritis
dan
keterampilan
kreatif
2.
Meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
3.
Meningkatkan
motivasi
siswa
dalam
belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah
ia
lakukan
7.
Dengan
PBM
akan
terjadi
pembelajaran
bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.

1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian
materi
terjadi
secara
satu
arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu
yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk
menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus
disesuaikan
dengan
beban
kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi
lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,
(hal.
419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa
sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960an di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge
ini
akan
terbentuk
pengetahuan
dan
pengalaman
baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong
berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam
kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar
menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan
pemecahan
masalah,
membuat
kemungkinan
transfers
pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif
dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi
pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi
pembelajaran.

Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :


1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang
banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang
harus
dimiliki
oleh
siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :
1.
Orientasi
siswa
kepada
masalah
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar
3.
Membimbing
penyelidikan
individual
maupun
kelompok
4.
Mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.
A.
Tugas
Perencanaan.
1.
Penetapan
Tujuan.
2.
Merancang
situasi
masalah
yang
sesuai.
3.
Organisasi
sumber
daya
dan
rencana
logistik.
B.
Tugas
interaktif
1.
Orientasi
siswa
pada
masalah.
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar.
3.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok.
4.
Analisis
dan
evaluasi
proses
pemecahan
masalah.
C.
Lingkungan
Belajar
dan
Tugas-tugas
Managemen.
D.
Asesmen
dan
evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1.
Inkuiri
dan
ketrampilan
melakukan
pemecahan
masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2.
Meningkatkan
motivasi
dan
kemampuan
memecahkan
masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4.
Dengan
PBM
akan
terjadi
pembelajaran
bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2.
Kurangnya
waktu
pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk
belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.

MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING


MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah
jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa
membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu
area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute
yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana
kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat
kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak
kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan
lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping
bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar
dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk
memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara
ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi
yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan
percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada
informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan
kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat
meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :
a.
Catatan Biasa
b.
Hanya berupa tulisan-tulisan saja
c.
Hanya dalam satu warna
d.
Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama
e.
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
f.
Statis
Mind mapping :

a.
Peta pikiran
b.
Berupa tulisan, simbol, dan gambar
c.
Berwarna warni
d.
Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e.
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f.
Membuat individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan
seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta
pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan
karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap
harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind
mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan
Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong
yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas
di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan
menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat.
Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal
bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas
dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap
suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan
kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar
dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan.
Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari
gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masingmasing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan
awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja
kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatancatatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum
dipahami siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
Prinsip Dasar Mind Mapping

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan


kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan
menggunakan teknik pohon.
Kelebihan dan Kekurangan mind mapping
Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :
a.
Merencana
b.
Berkomunikasi
c.
Menjadi Kreatif
d.
Menghemat Waktu
e.
Menyelesaikan Masalah
f.
Memusatkan Perhatian
g.
Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h.
Mengingat dengan lebih baik
i.
Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j.
Melihat gambar keseluruhan
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini,
yaitu :
a.
Cara ini cepat
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda
c.
Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.
Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.
Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.
Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.
Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak.
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak
cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan
kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan
menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping
bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a.
Cara ini cepat
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda
c.
Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.
Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan :
a.
Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.
Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.
Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
METODE MAKE A MATCH

METODE MAKE A MATCH


1.
PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau
bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam
kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang
menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi
terhadap hasil belajar siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar
siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa
pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar
belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga
sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba
dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make
a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius,
falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27).
Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan
hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang
harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru
menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau
mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2.
PRINSIP
ATAU
CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a
match
sebagai
berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu
yang bertuliskan soal sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara
.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
yang
telah
disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda
dari
sebelumnya,
demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu
yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri
dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,
Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok.
3.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa,
di
antaranya
sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar
secara
klasikal
87,50%
.
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them
move)
5.
Kerjasama
antar
sesama
siswa
terwujud
dengan
dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a
match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1.
Diperlukan
bimbingan
dari
guru
untuk
melakukan
kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main
dalam
proses
pembelajaran.
3.
Guru
perlu
persiapan
bahan
dan
alat
yang
memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang
muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.
Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri
kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa
diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa
sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu
tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4.
KESIMPULAN

Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a


match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan
soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik
perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi
siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116),
Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang
dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar
dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki
oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.
Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat membangkitkan
keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi
yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti
standar
kompetensi,
yaitu:
berpusat
pada
siswa;
mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan
kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan
beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa.
Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di
universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think
pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas,
atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
Langkah-langkah
Langkah 1 : Berpikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan

apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi
waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur
Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa
juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai
berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
2.
Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
4.
Interaksi lebih mudah.
5.
Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas
sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.

12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya


dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan
tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan
sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum
guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada
setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut
tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih
baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan
siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa
yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode
pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode
konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang
benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru
sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan
terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar
yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar
siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran
hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama
yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat
bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati,
menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya
tidak diterima.
Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1.
Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2.
Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3.
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan
yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.
Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5.
Lebih sedikit ide yang muncul.
6.
Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
7.
Menggantungkan pada pasangan.
8.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9.
Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
10. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.

11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran


berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan
ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok,
hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A.
PENGERTIAN
DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah
dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif
seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi.
Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari
debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar
kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum
dilakukan
menjelang
pemilihan
umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di
tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai
pertandingan dengan aturan (format) yang jelas dan ketat antara dua pihak
yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat
disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan
pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang
berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B.
DEBAT
KOMPETITIF
DALAM
PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan
untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan
untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan
pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan
dalam
bahasa
asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif
didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul
istilah debat parlementer sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang
populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki
aturan
dan
organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah
World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British
Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship
(WSDC)
untuk
tingkat
sekolah
menengah
atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris
sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun.
Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada
tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris
sebagai
bahasa
kedua
(English
as
Second
Language

ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara

lain
Filipina
dan
Singapura.
1.
Debat
kompetitif
di
Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih
didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar
pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate
(JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan
debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate
(IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi
tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang
berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut
dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship
(ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama
dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2.
Berbagai
gaya
debat
parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1.
jumlah
tim
dalam
satu
debat
2.
jumlah
pembicara
dalam
satu
tim
3.
giliran
berbicara
4.
lama
waktu
yang
disediakan
untuk
masing-masing
pembicara
5.
tatacara
interupsi
6.
mosi
dan
batasan-batasan
pendefinisian
mosi
7.
tugas
yang
diharapkan
dari
masing-masing
pembicara
8.
hal-hal
yang
tidak
boleh
dilakukan
oleh
pembicara
9.
jumlah
juri
dalam
satu
debat
10.
kisaran
penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau
hanya
beberapa
saat
sebelum
debat
dimulai
(impromptu)
Lama waktu persiapan untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar
antara
15
menit
(WUDC)
hingga
1
jam
(WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan beberapa debat hanya menggunakan victory
point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung
selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk
panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak
elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak
penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai
di debat parlemen sebenarnya:
Topik
debat
disebut
mosi
(motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah
(Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan
sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
a.
Australian
Parliamentary/Australasian
Parliamentary
(Australs)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke
kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut
sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim
beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu

tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi


(Opposition),
dengan
urutan
sebagai
berikut:
Pembicara
pertama
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
pertama
pihak
Oposisi

7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Oposisi

7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Oposisi

7
menit
Pidato
penutup
pihak
Oposisi

5
menit
Pidato penutup pihak Pemerintah 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup
dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak
boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu,
baru
Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung
oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This
House
believes
that)
Globalization
marginalizes
the
poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada
aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai
bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak
ada
interupsi
dalam
format
ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel
berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui
musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous
ataupun
split
decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup
populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang
menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED)
dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b.
Asian
Parliamentary
(Asians)
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam
kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya
interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6
(hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip
dengan
World
Schools
Style
yang
digunakan
di
WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp)
yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas
Indonesia].
c.
British
Parliamentary
(BP)
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di
banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC.
Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung
dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya
Oposisi
(Opposition),
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Opening
Government:
Opening
Opposition:
Prime
Minister
Leader
of
the
Opposition
Deputy
Prime
Minister
Deputy
Leader
of
the
Opposition
Closing
Government:
Closing
Opposition
Member
of
the
Government
Member
of
the
Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan
berbicara
adalah
sebagai
berikut:
Prime
Minister

7
menit

Leader
of
the
Opposition

7
menit
Deputy
Prome
Minister

7
menit
Deputy
Leader
of
the
Opposition

7
menit
Member
of
the
Government

7
menit
Member
of
the
Opposition

7
menit
Government
Whip

7
menit
Opposition Whip 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di
antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan
interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan
permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk
menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara
tadi
sebelum
melanjutkan
pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir
debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk
debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat.
Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founders Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia
setiap tahun.
d.
Format
World
Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship
(WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri
atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang.
Urutan
pidato
adalah
sebagai
berikut:
Pembicara
pertama
Proposisi

8
menit
Pembicara
pertama
Oposisi

8
menit
Pembicara
kedua
Proposisi

8
menit
Pembicara
kedua
Oposisi

8
menit
Pembicara
ketiga
Proposisi

8
menit
Pembicara
ketiga
Oposisi

8
menit
Pidato
penutup
Oposisi

4
menit
Pidato penutup Proposisi 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua
masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak
Oposisi
dan
ditutup
oleh
pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP. POI
hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada
POI
dalam
pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan
kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e.
American
Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Government
Prime
Minister
(PM)
Member
of
the
Government
(MG)
Opposition
Leader
of
the
Opposition
(LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika
Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary
Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA),

dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan


debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime
Minister

7
menit
Leader
of
the
Opposition

8
menit
Member
of
the
Government

8
min
Member
of
the
Opposition

8
min
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal

4
min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary
Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah
menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime
Minister

7
menit
Leader
of
the
Opposition

7
menit
Member
of
the
Government

7
menit
Member
of
the
Opposition

7
menit
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal

5
menit
Prime Minister Rebuttal 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat
ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit
pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya
dapat
diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler
yang menggunakannya.
3.
Debat
kompetitif
selain
debat
parlementer
Debat
Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan
penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang
diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang
diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif
(mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya,
kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang
berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih
mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini
juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah
proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak
diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika
juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap
babak umumnya didasari atas siapa yang telah memenangkan argumen sesuai
dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya,
juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan
karena
semua
fakta
pendukung
harus
diperiksa
terlebih
dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer
dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di
Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat
lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di
tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament
(NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational
Debate
Association,
dan
Great
Plains
Forensic
Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang
dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato
konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato
sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun

dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya,


sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap
isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam
debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat
dalam
suatu
babak
(sering
disebut
flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler
yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas
Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di
Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat
gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga
sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan
pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan
penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler
yang menggunakannya.
C.
KEGIATAN
LAIN
YANG
SERUPA
Model
United
Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah
dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai
delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu
(dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara
asal
sebenarnya
dari
tim
tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta
International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki
kegiatan
ekstrakurikuler
ini.
Moot
court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat
universitas.
D.
MODEL
PEMBELAJARAB
DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok
kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati
oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan
salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu
seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan
menambahkannya
bila
perlu.
E.
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak
sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat
aktif.
Model
debat
aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi
terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat
tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat
adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang
kuat
untuk
mempertahankan
pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkahlangkah
sebagai
berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita
berikan sebelumnya. Misalnya ayam sebenarnya juga termasuk binatang
carnivora
(pemakan
daging).
Bentuk
siswa
dalam
2
kelompok
besar
di
dalam
kelas.

Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan


tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA
atau
kelompok
yang
menolak
pernyataan
tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung
pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya
tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi Debat kusir.
F.
LANGKAH
LANGKAH
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya
kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh
kedua
kelompok
diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok
pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan
pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan
guru
terpenuhi
5.
Guru
menambahkan
konsep
atau
ide
yang
belum
terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G.
KELEBIHAN
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang
telah
diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
H.
KEKURANGAN
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1.
Ketika
menyampaikan
pendapat
saling
berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai
berargumen hanya diam dan pasif.

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI


MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI
Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan
modelnya, semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman,
aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati orang
lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa senang,
simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan potongan/model pakaian

tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian
sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran,
pendekatan, metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan
dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran, metode pembelajaran
dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif
dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi
tujuan
pembelajaran
akan
mudah
tercapai
secara
maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang
sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran
Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran
yang
monoton
dan
menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena
selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli
pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari
luar
negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan
oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak
ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang
terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu
contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan
berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah
keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai
penerima
pesan
sekaligus
berperan
sebagai
penyampai
pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil
yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep
pemahaman
sangat
diperlukan
dalam
mode
pembelajaran
ini.
2.
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Artikulasi
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2.
Guru
menyajikan
materi
sebagaimana
biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatancatatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak
menyampaikan
hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan
hasil
wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
3.
Kelemahan
dan
kelebihan
Pembelajaran
Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A.
Kelemahannya:
a.
Untuk
mata
pelajaran
tertentu
b.
Waktu
yang
dibutuhkan
banyak
c.
Materi
yang
didapat
sedikit
d.
Banyak
kelompok
yang
melapor
dan
perlu
dimonitor

e.
Lebih
sedikit
ide
yang
muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B.
Kelebihannya:
a.
Semua
siswa
terlibat
(mendapat
peran)
b.
Melatih
kesiapan
siswa
c.
Melatih
daya
serap
pemahaman
dari
orang
lain
d.
Cocok
untuk
tugas
sederhana
e.
Interaksi
lebih
mudah
f.
Lebih
mudah
dan
cepat
membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A.
Metode
Role
Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada
apa
yang
diperankan.
B.
Tujuan
pembelajaran
Role
Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain
beserta masalahnya.
C.
langkah-langkah
model
pembelajaran
role
playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut,
pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran
yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan
dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan
peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di
dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar
peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini
lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan
bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris.
Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas
dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara


aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam
bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut
prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan
berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil
jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah,
melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan
sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa
adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah
dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role
playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang
mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.
Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000:
12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja
sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam
situasi
dan
waktu
yang
berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan
permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis
dan
penuh
antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan
siswa
sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang
sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode
Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar
dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun

murid.
Dan
ini
tidak
semua
guru
memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan
suatu
adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pengajaran
tidak
tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-roleplaying.html#ixzz2uZYxvua6
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian
atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the
dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini
adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang
diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok
saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling
bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk
melakukan metode Group Investigationadalah:
Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari
informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian
siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk
mengerjakan lembar kerja.
Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka
butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan

atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007),
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah
dipilih dari langkah 1 diatas.
Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terusmenerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian
yang menarik di depan kelas.
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup
tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group
Investigationdapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh
(2005:29-30):
Tahap I
Guru memberikan kesempatan bagi
Mengidentifikasi topik siswa untuk memberi kontribusi apa yang
dan membagi siswa akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
ke dalam kelompok. berdasarkan heterogenitas.
Kelompok akan membagi sub topik
kepada seluruh anggota. Kemudian
Tahap II
membuat perencanaan dari masalah
Merencanakan tugas.
yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
Membuat
mengevaluasi
informasi,
membuat
penyelidikan.
kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru

dalam
mencapai
solusi
masalah
kelompok.
Tahap IV
Setiap kelompok mempersiapkan tugas
Mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan
akhir.
kelas.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Mempresentasikan
Kelompok lain tetap mengikuti.
tugas akhir.
Tahap VI
Soal ulangan mencakup seluruh topik

yang telah diselidiki dan dipresentasikan.


Ciri-Ciri Model Group Investigation
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan
dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri,
yakni sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationberpusat pada
siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa
berperan aktif dalam pembelajaran.
pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,
setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling
berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsiswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsuasana belajar
terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat
membangkitkan
semangat
siswa
untuk
memiliki
keberanian
dalam
mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam
membahas materi pembelajaran.
Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group
investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran model group investigation:
Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang
kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group
investigation juga membutuhkan waktu yang lama.

Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarangroup-investigation.html#ixzz2uZZPsRyR
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1.
Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student
oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan
memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa
secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.,
Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai
bahan
pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru
di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata
pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan
beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah
memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan
interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi
siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif
dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran
dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan
memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi
pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46)
mengemukakan
ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3.
Langkah-langkah
pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk
pasangannya
atau
siswa
memilih
sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari

kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru
ini
saling
menanyakan
dan
mencari
kepastian
jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
4.
Keunggulan
dan
Kelemahannya
Keunggulan
:
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
(bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5.
Contoh
model
pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional.
misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai
tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan
perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap
peraturan
perundangan
nasional.
Kemudian
masing-masing
anggota
kelompok
membentuk
kelompok
baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis
dan
sikap
patuh
dan
seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah
dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi
keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan kemampuan
menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian
di
atas
dapat
kita
simpulkan
bahwa
:
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk
pasangannya
atau
siswa
memilih
sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru
ini
saling
menanyakan
dan
mencari
kepastian
jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
(bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranbertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian
model
pembelajaran
snowball
throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing
yang menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara
sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan
komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung
kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota
kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus
menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau
informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks.
Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu
dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks
komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk

seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
materi
yang
akan
disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok
untuk
memberikan
penjelasan
tentang
materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa
yang
lain
selama
kurang
lebih
5
menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola
tersebut
secara
bergantian.
7.
Guru
memberikan
kesimpulan.
8.
Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh
kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri
siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan
secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi
berbagai
persoalan
yang
muncul
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan
untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu
pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat
luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu
berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan
siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball
throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak
yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah
mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1.
Melatih
kesiapan
siswa.
2.
Saling
memberikan
pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaransnowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran
dimana
siswa/peserta
didik
belajar
mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif
untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya
sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam
merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara

aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi
sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4.
Guru
menyimpulkan
ide/pendapat
dari
siswa.
5.
Guru
menerangkan
semua
materi
yang
disajikan
saat
itu.
6.
Penutup
Kelebihan
Model
Pembelajaran
Student
Facilitator
and
Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan
ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan
Model Pembelajaran
Student Facilitator and
Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2.
Banyak
siswa
yang
kurang
aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi
pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti
dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat
mengajak
peserta
didik
mandiri
dalam
mengembangkan
potensi
mengungkapkan gagasan berpendapat.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-modelpembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
Pengertian
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan
berteriakhore! atau yel-yel lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana
pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa
merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay
ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah
disepakati
oleh
kelompok
maupun
individu
siswa
itu
sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode
pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana
jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan
untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban
yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak horay atau menyanyikan
yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk
menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau
jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata horay atau
menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah
maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse
Review Horay menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang
mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review Horay,

merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar


dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu
pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan
pembentukkan kelompok kecil.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya
jawab
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai
dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam
kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung berteriak
horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay
.
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak memperoleh horay.
10. Penutup
C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay
a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun
kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga
suasana
tidak
menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan
d. Melatih kerjasama
D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay
a.
Siswa
aktif
dan
pasif
nilainya
disamakan
b. Adanya peluang untuk curang
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancourse-review-horay.html#ixzz2uZZtkw00
Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick
Sejarah Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan
oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku),
sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking stick has been
used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial
hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who
had the right to speak. When matters of great concern would come before the
council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion.
When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick,
and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would
be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done

so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering
digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak
berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia
harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila
ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan
berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu
dikembalikan
lagi
ke
ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD,
SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkahlangkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Guru
membentuk
kelompok
yang
terdiri
atas
5
orang.
2.
Guru
menyiapkan
sebuah
tongkat
yang
panjangnya
20
cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi
pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya
tidak
bisa
menjawab
pertanyaan.
8.
Guru
memberikan
kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1.
Menguji
kesiapan
siswa.
2.
Melatih
membaca
dan
memahami
dengan
cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara)
yang
diberikan
secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih
mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantalking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN


METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya
atau praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang
tujuannya ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami dan
mempraktekan dari apa yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu
permasalah apabila terdapat perbedaan .
Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu
pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh
guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di
gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara
berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang
lainnya.
2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan
dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya
tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa yang
dimaksud
dalam
demonstrasi
karena
keterbatasan
daya
ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil
memikirkan
dan
mencari
cara
untuk
mengatasinya.
Aspek
penting
dalam
metode
demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan
untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana
siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka
sebagai
pengalaman
yang
berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu
besar;
d.
Hendaknya
dilakukan
dalam
hal-hal
yang
bersifat
praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang
akan
didemonstrasikan;
f.
Persiapan
dan
perencanaan
yang
matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari
filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat
totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik maupun
peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk
mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta
keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai
makhluk Tuhan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sumber dayanya,
baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan
perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus
mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini.
Untuk
dapat
memerankannya
manusia
harus
mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan
3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:

a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya
terlalu
kecil
atau
penjelasannya
tidak
jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana
siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai
pengalaman
yang
berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang
terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d.
Hendaknya
dilakukan
dalam
hal-hal
yang
bersifat
praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang
akan di Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus
terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh
murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
Kelebihan metode demonstran adalah:
Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting
oleh
guru
dapat
di
amati
Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan,
jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak
didik
kepada
masalah
lain
Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

Dapat
menambah
pengalaman
anak
didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa
karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka
dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan
terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang
lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak
didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan
apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati
langkah
dari
langkah
dari
setiap
gera-gerik
murid
tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban
memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu
memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna
guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang
menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:

Memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahanbahannya

Memerlukan
tenaga
yang
tidak
sedikit
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a.
Perencanaan
Dalam
perencanaan
hal-hal
yang
dilakukan
ialah
;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di
harapkan
dapat
tercapai
setelah
metode
demontrasi
berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di

laksanakan
c.
Memperhitungkan
waktu
yang
di
butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang
baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas

Siswa
di
sarankan
membuat
catatan
yang
dianggap
perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b.
Pelaksanaannya:
Hal-hal
yang
mesti
di
lakukan
adalah:
1.
Memeriksa
hal-hal
tersebut
di
atas
untuk
kesekian
kalinya
2.
Melakukan
demonstrasi
dengan
menarik
perhatian
siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai
sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan
baik
5.
Memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah
ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi
tersebut
adalah:

Rumuskan
secara
spesific
yang
dapat
di
capai
oleh
siswa.
Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur
sesuai
dengan
skenario
yang
telah
di
rencanakan.
Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.
B. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersamasama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh
atau
akibat
dari
sesuatu
aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi pendidikan agama
Islam mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar
yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata
pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia
hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang
biasanya
di
lakuka
dalam
mata
pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode
Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada
pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat,
puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah
bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam
terutama bidang
studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk
air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di
buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode
Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.

c. Target metode Eksperimen


Adapun
target
Metode
Eksperimen
adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya
d.
Langkah-langkah
metode
eksperimen

Menerangkan
Metode
Eksperimen
Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja
yang
harus
di
variebel-variebel
apa
yang
harus
di
kontrol
Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses
kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit
e.
Kelebihan
dan
kekurangan
Metode
Eksperimen
ialah:
1) Kelebihannya
Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah
permasalahan
Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2) Segi kekurangannya

Tidak
semua
mata
pelajaran
dapat
menggunakan
metode
ini
Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik
hasilnya.
Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang
belum di ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen
ini terasa benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah
sebagai
berikut;
1.
Persiapkan
terlebih
dahulu
bahan-bahan
yang
di
butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan
penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan
yang telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi
untuk
membuktikn
kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara
tertulis.
C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:
1.
Untuk
memberikan
latihan
keterampilan
tertetu
pada
siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung
mengetahui
dan
dapat
terampil
dan
melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan
teliti.
Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di
Demonstrasikan
atau
di
Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat
dan
keterampilan
dalam
berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka
mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau
eksperimen.
Kelemahan
Metode
Demonstrasi
dan
Eksperimen
adalah:
1.
Persiapa
dan
pelaksanaannya
memakan
waktu
lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang
lengkap
sesuai
dengan
kebutuhan

3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk


melaksanakannya
Saranya
Untuk
Metode
Demonstrasi
dan
Eksperimen
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat
praktis
dan
urgent
dalam
masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan
pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di
demonstrasikan maupun di eksperimenkan
Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan terlebih dulu
kepada
siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin
memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan
akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menyaksikan peragaanperagaan
tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan
Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.

Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-daneksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar
ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends
(2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :A teaching model that is
aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a
step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct
instruction model. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini,
guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran
dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses


belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama
dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: The direct instruction model was
specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step
fashion.
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or
demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA direct
instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning
environment that businesslike and task-oriented. Hal yang sama dikemukakan
oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model
pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan
dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan
diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan
latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5)
memberikan latiham mandiri.
B. Prinsip
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritmaprosedural,
langkah
demi
langkah
bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat
diajarkan
dengan
pola
selangkah
demi
selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan
siswa.
2.
Mendemonstrasikan
pengetahuan
dan
ketrampilan.
3.
Membimbing
pelatihan.
4.
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan
balik.
5.
Memberikan
kesempatan
untuk
latihan
lanjutan
Sintaknya
adalah:
1.
sajian
informasi
kompetensi,
2.
mendemontrasikan
pengetahuan
dan
ketrampilan
procedural,
3.
membimbing
pelatihan-penerapan,
4.
mengecek
pemahaman
dan
balikan,
5.
penyimpulan
dan
evaluasi,
6.
refleksi.
C.
Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara
langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui
pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi
model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu
yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai
keterampilan procedural.
D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihan:
1.
Siswa
benar-benar
dapat
menguasai
pengetahuannya.
2.
Semua
siswa
aktif
/
terlibat
dalam
pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranexplicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM

MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and


Composition)
A.
Pengertian
Model
Pembelajaran
CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis
secara
koperatif
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran
khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan
menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini
dapat
dikategorikan
pembelajaran
terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran
terpadu
dapat
dikelompokkan
menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected
(keterhubungan)
dan
model
nested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model
shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur)
dan
model
integreted
(terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung
jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan
ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task),
sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model
pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah
Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa
berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan
UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar
untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan
(Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B.
Langkah

Langkah
Pembelajaran
CIRC
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil
kelompok.
5.
Guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan
bersama.
6.
Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang
suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau
media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa
untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru,
dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal.
Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha
melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada
dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-

tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih
berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa
merancang
eksperimen,
demonstrasi
untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil
temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.
Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian
terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman
sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
C.
Kelebihan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat
perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan
anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar
anak
didik
akan
dapat
bertahan
lebih
lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir
anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam
lingkungan
anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah
belajar
yang
dinamis,
optimal
dan
tepat
guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi
dan
respek
terhadap
gagasan
orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru
dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D.
Kekurangan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kerurangan
dari
model
pembelajaran
CIRC
tersebut
antara
lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata
pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan
prinsip menghitung.
E.
Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan
model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di
dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circcooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN
KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa
agar
saling
berbagi
informasi
pada
saat
yang
bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan
yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu
keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur.
Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.

Langkah-langkah
:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk
lingkaran
kecil
dan
menghadap
ke
luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap
ke
dalam.
3.
Dua
siswa
yang
berpasangan
dari
lingkaran
kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLELINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar
berbagi
informasi.
Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan
:
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan
:
Membutuhkan
ruang
kelas
yang
besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau,
juga rumit untuk dilakukan.
Materi
yang
cocok
dengan
model
pembelajaran.
1.
IPA
kelas
5
Bab
V
Penyesuaian
Makhluk
Hidup
a.
Penyesuaian
diri
pada
hewan
1.
Penyesuaian
diri
untuk
memperoleh
makanan.
2.
Penyesuaian
diri
untuk
melindungi
diri
dari
musuhnya.
b.
Penyesuaian
diri
pada
tumbuhan
1.
Penyesuaian
diri
tumbuhan
dengan
lingkungan
tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan
:
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle
(lingkaran besar lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan
informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut
saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside
inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui
anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang
penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga
pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya
anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang
akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki
cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk
membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing
masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman
pasangannya.
2.
IPA
Kelas
5
Bab
XIV
Sumber
Daya
Alam
a.
Sumber
Daya
Alam
di
Lingkungan
Sekitar
1.
Sumber
daya
alam
yang
dapat
diperbaharui
2.
Sumber
daya
alam
yang
tidak
dapat
diperbaharui
b.
Penggunaan
Sumber
Daya
Alam
1.
Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

Alasan
:
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar
lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside circle)
(lingkaran besar lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh
anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi
tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru
menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk
setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan,
pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena
kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya
berbeda. Dengan model pembelajaran outside inside circle materi akan
mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat
dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model
pembelajaran outside inside circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat
dipahami dan dikembangkan oleh anak.
3.
Pendidikan
kewarganegaraan
kls
XI
Semester
II
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
a.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
hokum
b.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran
IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat
pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan
sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(
RPP
)
Model pembelajaran IOC
Mata
Pelajaran
:
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kelas
/
semester
:
XI
/
(dua)
Hari
/
tanggal
:
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St
standar
Kompetisi
:
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K
kompetisi
Dasar
:
Mendiskripsikan
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Mendeskripsiskan
pancasila
sebagai
sumber
nilai
Mendeskripsikan
nilai
pancasila
sebagai
sumber
norma
hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A.
Indikator
:
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B.
Tujuan
pembelajaran
:
1.
memahami
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
2.
Mengetahui
pentingnya
nilai
pancasila
sebagai
norma
hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C.
Materi
pembelajaran
:
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai
buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
kehidupan
sehari-hari.

pancasila
sebagai
dasar
negara
dan
ideologi
nasional
membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental
bagi
penyelenggaraan
negara
Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar
pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik
(norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila
adalah
nilai
moral
D.
Metode
Pembelajaran
1.
Kerja
kelompok
2.
Presentasi
3.
Diskusi
4.
Tanya
jawab
E.
Langkah-langkah
Pembelajaran
:
1.
Pendahuluan
1)
Salam,
sapa
dan
berdoa
bersama
2)
Apersepsi
tentang
materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan
tingkat
kemampuan
membaca.
2.
Kegiatan
Inti
1)
Menjelaskan
pembagian
tugas
kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4)
Mempresentasikan
/
membaca
hasil
kelompok.
3.
Kegiatan
akhir
1)
Guru
menyimpulkan
materi
bersama
murid
2) Penutup
F.
Sumber
bahan
:
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G.
Penilaian

Test
perbuatan
dalam
kegiatan
Tes lisan
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A.
Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat
2
(dua)
macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses

pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pemelajaran


dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau
peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan
sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak
kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan
media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki.
Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal
teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain
anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan
konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk
bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam
mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan
adalah
sebagai
berikut
:
1.
siapkan
materi
yang
akan
di
sampaikan.
2.
siapkan
bahan
ajar
yang
di
butuhkan.
3.
siapkan
kata
kunci
yang
akan
di
pertanyakan.
Media:
:
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu
ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini
nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah
:
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.
2.
Guru
menyuruh
siswa
berdiri
berpasangan
di
depan
kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti dibacakan
pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 52
cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau
diselipkan
ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang
tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud
dalam kartu 1010 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang
ditempelkan
di
dahi
atau
telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu
boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh
mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH
KARTU:
BERDASARKAN
SIKAP
YANG
DITUNJUKKAN.

tidak
memandang
perbedaan
sebagai
usaha
mencari
alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B.
Prinsip
atau
Ciri-Ciri

Pembelajaran
berlangsung
menyenangkan

Siswa
diarahkan
untuk
aktif

Menggunakan
media
kartu

C.
Kelebihan
dan
Kekurangan
dalam
Pemanfaatannya

Kelebihannya
:
a.
anak
akan
mempunyai
kekayaan
bahasa.
b.
Sangat
menarik
sehingga
setiap
siswa
ingin
mencobanya.
c.
Siswa
menjadi
tertarik
untuk
belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.

Kekurangannya
:
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju
karena
waktu
terbatas.
D.
Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model
pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik
agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam
menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga
diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode
ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan
metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa
dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki
Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran
yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini
merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar
kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa
pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak
pada kolom yang telah disediakan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :
1.
Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
S
Y
E
N
I
E
K
K
K
A
G
U
A
N
D
M
E
N
N
B
A
R
T
I
R
T
D

G
A
N
R
N
R
S
U
S
U
D
G
T
U
T
G
R
Z
I
O
O
L
S
A
I
U
I
N
R
P
A
I
P
A
N
F
I
A
S
O
L
I
O
A
U
S
R
I
N
H
B
C
N
U
CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat
orang tersebut dilahirkan disebut asas
2.
Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan
yang disebut asas ius
3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang
berbeda disebut
4.
Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak
5.
Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan
Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.
Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2.
Melatih untuk berdisiplin.
3.
Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4.
Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap
materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan
mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini
adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.
Mematikan kreatifitas siswa.
2.
Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3.
Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun
tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi
yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu
pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang
didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya,
model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan
mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa
hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran
siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian,
kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban
yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar
kerja.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranword-square.html#ixzz2uZb6Ll3H

Model pembelajaran Scramble


Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi
sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas
mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga menjadi
jawaban
yang
tepat/
benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi
sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas
mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban
yang tepat / benar.
Kelebihan
Model
pembelajaran
Scramble
:
1.
Memudahkan
mencari
jawaban
2.
Mendorong
siswa
untuk
belajar
mengerjakan
soal
tersebut
3.
Semua
siswa
terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan
model
pembelajaran
scramble
1.
Siswa
kurang
berfikir
kritis
2.
Bisa
saja
mencontek
jawaban
teman
lainnya
3.
Mematikan
kreatifitas
siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah
Model
pembelajaran
scramble
:
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran
tentang
Tata
Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar
kerja
dengan
jawaban
yang
diacak
susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4.
Buat
pertanyaan
yang
sesuai
dengan
TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media
:
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat
jawaban
yang
diacak
hurufnya
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
Guru
menyajikan
materi
sesuai
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
Membagikan
lembar
kerja
sesuai
contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban)
dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara
2.

digunakan
sebagai
alat
pembayaran
yang
sah
3.
Uang

saat
ini
banyak
dipalsukan
4.
Nilai
bahan
pembuatan
uang
disebut
nilai

5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut
nilai

6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7.
Nilai
yang
tertulis
pada
uang
disebut
nilai

8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut


9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk
membayar sejumlah uang disebut
Kolom B
1. TARREB . ( Contoh : jawaban yang benarBARTER )
2.
GANU

3.
TRASEK

4.
KISTRINI

5.
LIRI

6.
SRUK

7.
MINALON
.
8.
SAKSITRAN

9. KEC
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE

Pengertian Model Pembelajaran Take and Give


Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena
mendapatkan informasi dari
guru dan siswa yang lain.
Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan
informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang
diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
Media Model Pembelajaran Take and Give
a)
Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.
b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama
yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
3. dst.
Langkah-langkah Umum
Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama
45 menit.
Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,
setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus
mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan
memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang
lain).
Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
Guru menutup pelajaran.

Materi Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take


and Give
Materi Pelajaran IPA kelas 5
Bab I Alat Pernafasan
Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia
Bab II Pencernaan Makanan Pada Manusia
Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia
Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.
Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Materi Pelajaran IPA kelas 6
Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup
Sub Materi : ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.
Bab 4 Keseimbangan Ekosistem
Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan
ekosistem.
Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari
Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga
Alasan Pemilihan Materi yang Sesuai
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah
materi yang mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini
dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan
dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan pemahaman yang
cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan pemahaman materi
dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantake-and-give.html#ixzz2uZbEwKLz

Model Pembelajaran Consept Sentence


Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan
peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan
sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran
tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar,
serta
dipraktekkan
pada
saat
mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative
Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa
kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada
siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh
setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa
bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas
pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu
tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing
kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan
membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah
diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik
mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa
perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas
kerjasama
yang
telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-

perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama


sebagai satu tim, dalam hal :

Seberapa
baik
tingkat
pencapaian
tujuan
kelompok

Bagaimana
mereka
saling
membantu
satu
sama
lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan
setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang
supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4
kata
kunci
sesuai
materi
yang
disajikan.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
tujuan.
2.
Guru
menyajikan
materi
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal
4
kata
kunci
setiap
kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7.
Kesimpulan.
Kelebihan:
1.
Lebih
memahami
kata
kunci
dari
materi
pokok
pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1.
Hanya
untuk
mata
pelajaran
tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranconsept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH

Model Pembelajaran Complete Sentence


1.
Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan
buku
atau
modul
dengan
waktu
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
6.
Siswa
berdiskusi
secara
berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta
membaca
sampai
mengerti
atau
hafal.
8. Kesimpulan.A
2.
Prinsip/
ciri-ciri
Complete
sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/
arti
kalimat
tersebut
belum
dapat
dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum
sempurna
serta
belum
dimengerti
maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan

d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3.
Kelebihan/kekurangan
model
pembelajaran
complete
sentence
a.
Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b.
Kekurangan
1.
Guru
kurang
kreatif
dan
inovasi
dalam
membuat
soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata,
karena
biasanya
hanya
kata
hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4.
Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini
sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan
kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari
jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang
jawabannya telah disediakan.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancomplete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek.
Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu
menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik
perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru
dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan
yang
ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih
dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak
boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis.
B.
LANGKAH
MODEL
PEMBELAJARAN
TIME
TOKEN
ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/
KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3.
Guru
memberi
tugas
pada
siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon
pada
tiap
siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil
lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya

tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara
bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan
menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan
Model
Time
Token
Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali

Siswa
menjadi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

Melatih
siswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan
masukan
dan
keterbukaan
terhadap
kritik

Mengajarkan
siswa
untuk
menghargai
pendapat
orang
lain.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan
yang
ditemui.

Tidak
memerlukan
banyak
media
pembelajaran.
Kekurangan
Model
Time
Token
Arends

Hanya
dapat
digunakan
untuk
mata
pelajaran
tertentu
saja.
Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran,
karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang
dimilikinya.
Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang
dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari
siswa
mendominasi
pembicaraan
atau
siswa
diam
sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan
dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time
token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi
waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan
kesempatan untuk berbicara.
D.
Langkah-Langkah
Model
Pembelajaran
Time
Token
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning
/
CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa
lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih
memegang
kupon
harus
bicara
sampai
semua
kuponnya
habis.
6. Demikian seterusnya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-timetoken.html#ixzz2uZc6sCmJ
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan

pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok


terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada
control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok
mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
Adanya tanggung jawab setiap kelompok
2)
Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya
3)
Lebih dari sekedar belajar kelompok
4)
Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta
hasil pemikiran
5)
Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6)
Dapat membina dan memperkaya emosional
v Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok
2)
Suasana kelas menjadi rebut
3)
Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
2)
Guru membagi siswa menjadi kelompok
3)
Guru memberikan tugas atau lembar kerja
4)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan
5)
Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
6)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran
jarum jamk atau dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1)
Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka
2)
Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka
kelompok lain lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok
selanjutnya yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan
pandangan dan pemikiran anggota lainnya
4)
Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang
silaksanakan arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA )
Tema
: Perubahan Sifat Benda
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak
dapat kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1.
Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor
yang
mempengaruhinya
2. Mengetahui sifat-sifat benda

3. Menjelaskan macam macam perubahan sifat benda


D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda
Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Demosntrasi
Tugas kelompok
Evaluasi
G. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan buat percobaan seperti :
1.
Tanah liat
6. Buah
2.
Batu bara
7. Paku
3.
Kertas
8. Air
4.
Korek api
9. Gula
5.
Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
Guru memberi salam, berdoa, menanyakan kabar siswa dan mengabsen
siswa.
b.
Guru dan siswa menyiapkan materi atau bahan pelajaran
c.
Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah
pembelajaran
d.
Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab
2. Kegiatan Inti ( 60 menit )
a.
Guru menjelaskan materi pelajaran
b.
Guru memberikan contoh bagaimana perubahan sifat benda tersebut
c.
Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan,
kekerasan dan bau
d.
Guru menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat benda
e.
Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu
dapat terjadi
f.
Guru menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan sifat
benda
g.
Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa secara lisan
h.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
i.
Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan
74 dan menyalinnya di buku tugas.
j.
Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas
yang sedang mereka kerjakan
k.
Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
Kegiatan akhir ( 5 menit )
a.
Guru memberikan motivasi dan penguatan

b.
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang
dipelajarinya.
c.
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR
d.
Guru menutup pelajaran
I. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
Tes lisan : ketepatan jawaban
keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak
Bentuk tes : Tanya jawab
Tes tertulis : tugas kelompok
evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J. Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranround-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A.
Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini
menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak
kelebihan
maupun
kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan
kemampuan
memberi
penilaian.
B.
prinsip
model
pembelajaran
Pair
Cheks
prinsipnya
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Siswa
berkelompok
berpasangan
sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3.
pengecekan
kebenaran
jawaban,
4.
bertukar
peran
4.
penyimpulan,
5.
evaluasi
6. refleksi.
Berikut
ini
langkah
dari
model
pair
check
1.
Guru
menjelaskan
konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2
pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada
yang
patner.
3.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap

soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama
lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal
dan
tim
mengecek
jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C.
Langkah-langkah
Pembelajarannya,
sebagai
berikut
:
1).
Bekerja
Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa
dalam
menilai.
2).
Pelatih
Mengecek
Apabila
patner
benar
pelatih
memberi
kupon.
3).
Bertukar
Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4).
Pasangan
Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5).
Penegasan
Guru
Guru
mengarahkan
jawaban
/ide
sesuai
konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat
lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihannya
1.
Dipandu
belajar
melalui
bantuan
rekan
2.
Menciptakan
saling
kerjasama
di
antara
siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman
konsep
dan
/
atau
proses
4.
menmemenimelatih
berkomunikasi
Kekurangannya
1.
memerlukan
banyak
waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencerkagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam
waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan
pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya
Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang
diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar .
Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain
adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke
ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-taribambu.html#ixzz2uZcS0HYt

PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)


PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
1.
Pengertian
Menurut definisi, belajar otentik berarti pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan
untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional kuliah, di mana profesor
memberikan fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus
menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung
sejarah pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri,
mereka juga harus membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan
pandangan mereka sendiri pada peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi
sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh
didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas teori
belajar diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar terbaik
dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan mengajukan
pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa lalu. Singkatnya,
untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat
yang relevan dengan nyata kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar
kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan
membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang
melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan,
Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah otentik berarti asli, sejati, dan nyata
(Websters Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat
digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan
berbagai macam tingkat kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino,
1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Websters
Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar adalah otentik, maka
siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan
bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang
sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan
meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan yang
berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer
(Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa
prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke
pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar
otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas
belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi
abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam
cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari
pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa
dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik
memiliki
beberapa
karakteristik
kunci.
Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta

didik.

Siswa
terlibat
dalam
eksplorasi
dan
penyelidikan.

Belajar,
paling
sering,
adalah
interdisipliner.
Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan
berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi
dan
mengevaluasi
informasi.
Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar
semua
membantu
/
pembinaan
dalam
proses
pembelajaran.

Pembelajar
menggunakan
perancah
teknik.

Siswa
memiliki
peluang
untuk
wacana
sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995
Nolan & Francis, 1992).
2.
Prinsip
Pembelajaran
Otentik
pengalaman
belajar
otentik
menganut
prinsip
yaitu:
Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas
memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masingmasing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban
mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang
konstruktor-co pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan
bahwa Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru
bersama-sama menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi
pembelajar berpusat. Juni Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia
mengambil tengah panggung di kedua membangun dan program pengajaran
dan
mereka
sendiri
mini
kursus.
Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor,
peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif
duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi
peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis, membahas,
menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil
tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan menunjukkan
kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa Marc
Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare
dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan
Bards. Tag Stan juga berpendapat bahwa siswa harus ditantang untuk
membuat seni, untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi
dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan
mempelajari
apa
yang
orang
lain
lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi
pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini
adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki dunia nyata yang berkualitas
untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan
mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke kelas
Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online lainnya,
dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain
instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk
menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman
pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan
profesional mereka.
3.
Ciri
Pembelajaran
Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran
yang
tradisional.
Ciri-ciri
pembelajaran
otentik:

Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu
siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan
kehidupan
siswa;

Siswa
terlibat
dalam
kegiatan
menggali
dan
menyelidiki;

Belajar
bersifat
interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat
tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan
mengevaluasi
informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru,
orangtua,
dan
narasumber
bersifat
membantu
atau
mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan
bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala
mereka
sanggup
melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;

Siswa
bekerja
dengan
banyak
sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk
berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
4.
Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan
sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika
belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli
yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan,
sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan
menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa
harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas.
Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan
keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari faktafakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan
informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan
sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif
melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran.
5.
Kelebihan
dan
Kekurangan
a.
Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat
terjadi
dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami
materi secara utuh
b.
Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan
secara
aktif

Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik,


karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk
melaksanakannya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentikoutentic-learning.html#ixzz2uZcbsNg1
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:
28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.
Hasil
belajar
akademik
stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan
adanya
keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai
latar
belakang.
3.
Pengembangan
keterampilan
social
Bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilan
sosial
siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah
yaitu
:
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban
antar
kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi
enam
langkah
sebagai
berikut
:
Langkah
1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT.
Langkah
2.
Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis

kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok


digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masingmasing
kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang
diberikan
oleh
guru.
Langkah
4.
Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat
umum.
Langkah
5.
Memanggil
nomor
anggota
atau
pemberian
jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa
di
kelas.
Langkah
6.
Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan
dengan
materi
yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
(2000:
18),
antara
lain
adalah
:
Rasa
harga
diri
menjadi
lebih
tinggi
1.
Memperbaiki
kehadiran
2.
Penerimaan
terhadap
individu
menjadi
lebih
besar
3.
Perilaku
mengganggu
menjadi
lebih
kecil
4.
Konflik
antara
pribadi
berkurang
5.
Pemahaman
yang
lebih
mendalam
6.
Meningkatkan
kebaikan
budi,
kepekaan
dan
toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan:

Setiap
siswa
menjadi
siap
semua

Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada
siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima
keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut
untuk
berdiskusi
untuk
memecahkan
suatu
masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih
model pembelajaran yang sesuai.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarannumbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry

Model Pembelajaran Inquiry


Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi
sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam
situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala
alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat,
merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teoriteori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen,
merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut
di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan
bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih
mendalam, inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :
1.
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
2.
Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi
siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi.
2.
Inkuiri berfokus pada hipotesis
3.
Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai
berikut:
1.
Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
2.
Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
3.
Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
4.
Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas
5.
Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan
6.
Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
7.
Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam
proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker
dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan siswa
menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa
ciri utama, yaitu:
Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai

subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.
Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan.
2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemamuan dan kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri
menurut Sanjaya (2009).
1.
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir.
Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan
dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan


kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan
setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting
dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan
mental melalui proses berpikir.
3.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
5.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Langkah langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :

1. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk


berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social
2. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok
diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni
pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi
yang diusulkan terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsurunsur penunjangnya.
6. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes
7. Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
8. Menilai proses kelompok.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh
guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara
individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan
secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru
harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan
menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkahlangkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini
adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri.
Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau
belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara


lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga
melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang
diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada
dalam kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik
berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa
hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang
diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh
bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing
dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar
siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang
tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1. Keunggulan :
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara
seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.
d. SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas ratarata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.
Kelemahan
a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dalam kebiasaan siswa dalam belajar
c. Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap
guru.

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman


Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu
dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran.
Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu
pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa
keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa
siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat
diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman
berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua
pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa
teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang
sebenarnya
2. Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi
tersebut.
3. Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.
4. Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan
jawabannya ya atau tidak.
5. Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur
pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai
kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu
yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan
cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2. Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada
proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa
mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri
menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaanpertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga
adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang
bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor
pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan
permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan
harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan dengan suatu cara
siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan;
Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru
memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk
menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya
konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup
hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi

kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsepkonsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam
Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
Perilaku Guru
Guru
membimbing
siswa
1. Menyajikan pertanyaan atau mengidentifikasi
masalah
dan
masalah
masalah dituliskan di papan. Guru
membagi siswa dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk
hipotesis.
Guru
membimbing
siswa
dalam
2. Membuat hipotesis
menentukan hipotesis yang relevan
dengan
permasalahan
dan
memproiritaskan
hipotesis
mana
yang menjadi prioritas penyelidikan.
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis
3. Merancang percobaan
yang
akan
dilakukan
.
Guru
membimbing
siswa
mengurutkan
langkah-langkah percobaan
Guru
membimbing
siswa
4. Melakukan percobaan untuk
mendapatkan
informasi
melalui
memperoleh informasi
percobaan
Guru memberi kesempatan kepada
5. Megumpulkan
dan setiap
kelompok
untuk
menganilisis data
menyampaikan hasil pengolahan data
yang terkumpul.
Guru membimbing siswa dalam
6. Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan.
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya,
pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam
mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang
memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya
dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar
bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.

Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin
oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S.
Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di
kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam
berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS
mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian;
Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula.
Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam
metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur
tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan
pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas)
dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1.
Mula
membaca
permulaan
dijadikan
dua
bagian
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
tanpa
buku
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai
kontak
permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah
kalimat
anak-anak
yang
sesuai
dengan
gambar.
4.
Membaca
kalimat
secara
structural
5.
Membaca
permulaan
dengan
buku
6.
Membaca
lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi
baiknya
a.
Metode
ini
dapat
sebagai
landasan
berpikir
analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah
mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan
berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai
bacaan dengan lancar.
Segi
lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta
sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk
sekolah
sekolah
tertentu
dirasa
sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini
Metode
ini
tidak
dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan
kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar
dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun
menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat
giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya
sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn
tali,
OHP
(Over
Head
Projector)
dapat
juga
digunakan.

Metode
Struktural
Analitik
Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan
cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur
analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode
pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni
cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari
dialog
siswa
dan
guru
atau
siswa
dengan
siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS
mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan
dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan
Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Guru
bercerita
atau
berdialog
dengan
siswa.
2.
Memperlihatkan
gambar
yang
berhubungan
dengan
isi
cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan
dari isi cerita.
4.
Menulis
satu
kalimat
yang
diambil
dari
isi
cerita.
5.
Menulis
kata-kata
sebagai
uraian
dari
kalimat.
6.
Menulis
suku-suku
kata
sebagai
uraian
dari
kata-kata.
7.
Menuliskan
huruf
huruf
sebagai
uraian
dari
suku-suku
kata.
8.
Mensintesiskan
huruf-huruf
menjadi
suku-suku
kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam
setiap
langkah
pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan
struktur
analitik
sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan
yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis
huruf
cetak
lebih
dulu
pada
awal
belajar
menulis
:
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan
dua
bentuk
tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena hurufhuruf
tersebut
berdiri
sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1.
Pengertian
Warga
Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk

yang
menjadi
unsur
negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari
citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI
Pasal 4 no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga
negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia
dan
ibu
warga
negara
asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara
asing
dan
ibu
warga
negara
Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum
kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan
ayah
ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya
tidak
di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan
atau
tidak
di
ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu
warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan
sumpah
atau
janji
setia.
2.Asas
Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara
asas
ius
sanguinis
dan
asas
ius
soli.
a.
Ius
soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
daerah
atau
negara
tempat
dimana
ia
dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga
negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara
Inggris,
Mesir
Amerika
Serikat
dan
lain-lain.
b.
Ius
sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
pertalian
darah
atau
keturunan
dari
orang
tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga
negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh
RRC)

3.Pengertian
Pewarganegaraan
(Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi
negara asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai
berikut
:
1.
Telah
berusia
18
tahun
atau
sudah
kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah
negara Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10
tahun
tidak
berturut-turut.
3.
Sehat
jasmani
dan
rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD
negara
Republik
Indonesia
tahun
1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan
pidana
1
tahun
atau
lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii
berkewarganegaraan
ganda.
7.
Mempunyai
pekerjaan
dan/atau
berpenghasilan
tetap.
8.
Membayar
uang
pewarganegaraan
ke
kas
negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang
telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan sumpah atau
janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam naturalisasi biasa).
Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
4.Problematika
status
kewarganegaraan
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan
untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau
dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang
dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih
status kewarganegaraan.
Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada
penduduk yang tinggal di daerah perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan
stelsel aktif dan stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu
warga negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam
stelsel
pasif)
3.
Cara
Mendapatkan
dan
Kehilangan
Kewarganegaraan
Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga
negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal
juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia. UU RI
No.12 tahun 2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan
kewarganegaraan
indonesia
apabila
memenuhi
hal-hal
berikut
:
2.
Memperoleh
kewarganegaran
lain
atas
kemauannya
sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang
yang
bersangkutan
mendapat
kesempatan
untuk
itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat

tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak


menjadi
tanpa
kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara
Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi
warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di wilayah
kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang
yang
tidak
menjadi
tanpa
kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh
kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang
tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal
18
UU
No.
62
tahun
1958
yaitu
:
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut
tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI
kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan
menyatakan
ingin
kembali
menjadi
warga
negara
Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat
memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan
keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara
tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal
diundangkannya
UU
No.3
tahun
1976
pada
5
April
1976.
5.Kedudukan
Warga
Negara
di
Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada
dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang
berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan
negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara
Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang
kewarganegaraan, yaitu :
1.
UUD
1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam
pasal
26
yaitu
:
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di
Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2.
UU
No.
3
tahun
1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah
peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan
kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk
negara RI.
3.
UU
No.
62
tahun
1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga
negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI
merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang
sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang
mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun
berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan
kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung
oleh undang-undang ini.

4.
UU
No.12
tahun
2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang
lebih
revolusioner
dan
aspiratif,
seperti
:
1.
Siapa
yang
mnjadi
warga
negara
Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3.
Kehilangan
kewarganegaraan
Republik
Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia
5.
Ketentuan
pidana
6.Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap
individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas
termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV
pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang
persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.
1.
Persamaan
kedudukan
dalam
hukum
dan
pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalambidang
hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak
asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara
Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab
bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam bidang politik.
4.
Persamaan
dalam
HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa
negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam
menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui
pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5.
Persamaan
dalam
agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Berdasar pasal ini
tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6.
Persamaan
dalam
upaya
pembelaan
negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30 UUD
1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal
tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan
yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
7.
Pesamaan
dalam bidang
pendidikan
dan
kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan.

Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap
pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara
mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8.
Persamaan
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan
sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan
diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan
dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara
keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan
sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
7Menghargai
Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
di
Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama
dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan
keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di
indonesia
dalam
berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang
ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti
berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan
meningkatkan
taraf
hidupnya.
2. Bidang
budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni,
misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni
bangunan
dsb.
3. Bidang
politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih,
menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan,
dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam
memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah
agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan
martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling
menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaranstruktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai
tujuan
belajar.
A.
Pengertian
pembelajaran
terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11
April
2003)
kurikulum
terpadu
adalah
suatu
pendekatan
untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata
pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapabidang
mata
pelajaran
yang
sesuai.

Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya


dapat saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi
salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu
yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara
relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya
dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan
inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan
brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk
berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran
terpadu
sebagai
berikut
:
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in
the
driving
force
in
the
curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses
dan
isi
(materi)
lebih
dari
satu
bidang
studi
pada
waktu
yang
sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan
perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi
berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang
merupakan
kejadian-kejadian,
fakta,
dan
peristiwa
yang
otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna
bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisahpisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang
sesuai
dengan
kebutuhan
perkembangan
siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam
intramata
pelajaran
maupun
antarmata
pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses
mempunyai
beberapa
ciri
yaitu
:
1.
berpusat
pada
siswa
(student
centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya
pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini
memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan
keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu
pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup
yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
B.
Karakteristik
Pembelajaran
Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai

berikut
:
1.
Pembalajaran
terpusat
pada
anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan
konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya
sesuai
dengan
perkembangannya.
2.
Menekankan
pembentukan
pemahaman
dan
kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek
yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar
menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan
siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan
masalah-masalah
yang
nyata
dalam
kehidupannya.
3.
Belajar
melalui
proses
pengalaman
langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara
langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka
alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih
memperhatikan
proses
daripada
hasil
semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry
(penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses
evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat,
dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar
terus-menerus.
5.
Sarat
dengan
muatan
keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian
suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari
sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya
nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau
menghadapi kejadian yang ada.
C.
Tujuan
Pembelajaran
Terpadu
Pembalajaran
terpadu
dikembangkan
selain
untuk
mencapai tujuan
pembalajaran
yang
telah
ditetapkan,
diharapkan
siswa
juga
dapat
:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan
dalam
kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi,
serta
menghargai
pendapat
orang
lain,
5.
Meningkatkan
minat
dalam
belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

D.
Kemanfaatan
Pembalajaran
Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan
keterampilannya
melalui
berbagai
kegiatan.
2.
Meningkatkan
pemahaman
anak
secara
komprehensif.
3.
Meningkatkan
kecakapan
berpikir
anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan
konsep
dengan
yang
dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata
pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat
hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses
informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan
berkembangnya
jaringan
konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan
berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi
nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan
dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan
berbagai
ragam
kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila
situasi
pembelajaran
dekat
dengan
situasi
kehidupan
nyata.
10.
Meningkatkan
interaksi
sosial
anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
E. Model-model pembelajaran terpadu
1.
Pembelajaran
Terpadu
Tipe
Terhubung
(Connected)
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan
secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep
lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari
dengan
hari
lainnya,
dalam
satu
mata
pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung
(connected)
:
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang
dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a.
Kelebihan
1.
Guru
akan
dapat
melihat
gambaran
yang
menyeluruh
dan
kemampuan/indikator
yang
digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada
indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep
sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok
dikembangkan
terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang
dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman,
tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
b.
Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah
dilaksanakan
secara
mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan
konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya

atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global
jadi terabaikan.
2.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Jaring
Laba-Laba
(Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan
model
jaring
laba-laba
di
TK,
yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang
pengembangan
untuk
masing-masing
kelompok
usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui
tema
dan
subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu
pada
indikator
yang
akan
dicapai
dan
subtema
yang
dipilih;
5.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Mingguan;
6.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed)
ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru
mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya
siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung
dalam
mata
pelajaran
matematika,
IPS,
IPA,
dan
Bahasa.
a.
Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan
dari
ilmu-ilmu
yang
berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan
pada
minat
siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan
ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b.
Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat
bagi
siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
3.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Integrated
(Terpadu)
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan
pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan
sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model
adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan
lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang
utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat
dalam bidang-bidang
pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada
awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya:
matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan
tumpang
tindih
di
antara
beberapa
mata
pelajaran.
a.
Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan
dari
berbagai bidang
studi/mata
pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan
untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik

antar
berbagai
disiplin
ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b.
Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan
tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di
setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan
guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1.
Kelebihan
Kelebihan
tersebut
didasari
oleh
beberapa
alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak
dengan
mudah
memahami
sekaligus
melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di
mata
pelajaran
yang
satu
dengan
mata
pelajaran
lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek
kognitif.
4.
Pembelajaran
terpadu
mengakomodir
jenis
kecerdasan
siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah
menggunakan
belajar
siswa
aktif
sebagai
metode
pembelajaran.
2.
Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk
terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu
akan
sulit
terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar
peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubunghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan).
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat
sulit
dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi,
mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka
penerapan
pembelajaran
terpadu
juga
akan
terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain
dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan
pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru
lain,
bila
materi
pelajaran
berasal
dari
guru
yang
berbeda.

6.
Suasana
pembelajaran:
Pembelajaran
terpadu
berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain.
Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru
itu
sendiri.
G.
Cara/Strategi
Pembalajaran
Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan
siswa
dan
memadukan
materi-materidari
matapelajaran-matapelajaran.
1.
Integrasi
melalui
pemaduan
siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1
pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas
1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga
siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1
dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan
siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa
yang
lebih
muda.
2.
Integrasi
materi/mata
pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan
kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai
mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya
dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan
tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang
dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan
atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang
dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum.
Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang
disebut unit tema (subtema).
H.
Prosedur
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran
terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1.
Tahap
Perencanaan
Pembelajaran
Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi
dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan
digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan
seorang
guru
adalah
sebagai
berikut
:
a.
Pemilihan
tema
dan
unit-unit
tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau
guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan
dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang
dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok
bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat
juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan
consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu,
yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan
sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1)
Tema
dasar-Unit
tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2)
Curah
pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian

dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih
maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu
atau
beberapa
mata
pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan
pengalaman
belajar
oleh
para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas
perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang
mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan
pembelajaran
yang
biasa.
Beberapa
prosedur
pemilihan
tema
adalah
sebagai
berikut
:
Model
ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada
beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat
dikembangkan
menjadi
sub-sub
tema
atau
unit
tema.
Model
ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun
demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model
ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b.
Langkah
perencanaan
aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan
aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu
meliputi
berikut
ini
:
1.
Janis
evaluasi
yaitu
evaluasi
otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
4.
Teknik-teknik
evaluasi
yang
digunakan
meliputi
:
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan
daftar
cek
atau
skala
penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c.
Evaluasi
siswa
d.
Jurnal
siswa
e.
Portofolio
f.
Tes
prestasi
belajar
(baku
atau
buatan
guru)
c.
Kontrak
belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan
merupakan
suatu
kesepakatan
antara
guru
dan
siswa.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
dan
Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Aktivitas
siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun
individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan
lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi
(Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari
proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama
untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk
kerja dan pameran, serta evaluasi.

I.
Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut
keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu
mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat
dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar
beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu
kesatuan yang utuh.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO

Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK


ATAU TUGAS
Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project-based/task learning) membutuhkan
suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa
untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata
(Buck Institue for Eduction, 2001).
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang
kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan
secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping itu,
penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong
tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung
jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teoriteori belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat
dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan
belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran
Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk
alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses
belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar
pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam
konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999;
Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada
kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (doing),
ketimbang pasif menerima pengetahuan. Dari perspektif konstruktivis, belajar
bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para
behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri
sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur konseptual melalui refleksi
dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang

dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu


refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan
konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih
luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan
pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam
pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah
lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing that
and how is not sufficient without the disposition to do (Kerka, 1997). Perluasan
dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan
mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa
dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti,
dan argumen-argumen.
Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998).
Sedangkan menurut Buck Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145)
belajar berbasis proyek memiliki karakteristik yaitu :
Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan
Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.
Ciri ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran
berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum,
bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi
pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran,
dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan
aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral
kegiatan pembelajaran dikelas.
Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang
mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsipprinsip inti atau pokok dari disiplin.
Investigasi konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain,
pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri
akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi
pengetahuan
Bersifat otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab
pelajaran terhadap proyek
Bersifat realisme

Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata ,


berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL
yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni
persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat
dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat
dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam
mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka
yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal
ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan
cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya.
Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh
pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam
menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan,
mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam
menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan
sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya
mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat
web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung
mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan
gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar
kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai
dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan
menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus
mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar
berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua,
sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam
menyelesaikan proyek.
Investigasi dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail,
memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta
melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi
observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron
dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan,
diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan
pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai
oleh pelajar.
Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain.
Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan
terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback
atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback
online disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara langsung

berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi
orang lain.
Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap
pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan
pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat
tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara
kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri
kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu
siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa
tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila
tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang
jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan,
mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk
menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama
pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi
tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada
tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya,
guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat
menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di
kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjukpetunjuk tentang apa yang dilakukan adalah penting guru tidak menyertakan
penjelasan tentang mengapa sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses
pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya
mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian
menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya
tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap
terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi
dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang
dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategistrategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek
khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk
menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak
aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan
berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila
siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya
memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa
tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah.

Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang.


Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga
kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun
cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan
mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi
pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan
proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan
pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat
beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan
siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk
berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka
memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam
kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa
yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu,
hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan
kepda mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (discipline-based
competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies ) dan
kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam diri siswa.
Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori
dari
disiplin
ilmu.
Kompetensi
interpersonal
mencakup
kemampuan
berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik, menangani konflik,
bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain
dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap
keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan
diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai
motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi
yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja
merupakan kompetensi yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja
proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut
berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek,
kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai
suatu keseluruhan.
Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa
siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai
proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan
berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek
lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan
masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan
dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan
belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan


dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989).
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah
aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa
siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978;
Davidov, 1995).
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Increased resource management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan
kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
Kebanyakan permasalahan dunia nyata yang tidak terpisahkan dengan
masalah kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih
dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah .
Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan
masalah.
Memerlukan biaya yang cukup banyak
Banyak peralatan yang harus disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta
didik dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah , membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan
proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang sederhana yang
terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau yang
tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranberbasis-proyek-atau.html#ixzz2uZd5hMce
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka seharihari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari
satu permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami
makna materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki
ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan dengan
materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan
dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun kehidupan budaya
dari
lingkungan
siswa
tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan


mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran
efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling),
dan
penilaian
sebenarnya
(authentic
assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui
dalam pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam
konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi
yang
sedang
dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur
berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan
hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan
kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan
baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
B.
Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa
layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh
karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirriciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan
pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran
akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka
sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan
untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang
membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat
mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3.
Belajar
yang
diatur
sendiri
(self-regulated
Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri,
melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan seharihari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa
sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya
sendiri.
4.
Bekerjasama
(collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu
mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5.
Berpikir
kritis
dan
kreatif
(critical
dan
creative
thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah

suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,


memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis
asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam mengembangkan
sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek
kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif
berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga
berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan
siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7.
Mencapai
standar
yang
tinggi
(reaching
high
standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal,
mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan
dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan
keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu.
Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik
mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran kontekstual, dari
ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis jasa
layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama
kelompok
yang
dilakukan
dalam
menyelesaikan
tugas
terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui
siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur
berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan
hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan
kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan
baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama
kelompok
yang
dilakukan
dalam
menyelesaikan
tugas
terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui
siswa.

3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat


untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).

Anda mungkin juga menyukai