5. Kesimpulan
D. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak
pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian
meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa
tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek
kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang
mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong
pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.Solusinya
mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan
tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas
lain pada nomer selanjutnya.
6. Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD)
Model
pembelajaran STAD termasuk
model
pembelajaran
kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya
struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
A. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Stad
1) Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras
atau suku yang berbeda (heterogen)
2) Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa
:pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3) Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan
bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
yang
dapat
memperbaiki
pembelajaran
selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus
dapat
menngkatkan
kemampuan
hubungan
sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
Langkah 4
Membimbimg
belajar
Langkah 5
Evaluasi
kelompok Guru
memotivasi
serta
memfasilitasi kerja siswa
dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru mengevaluasi
belajar tentang
hasil
materi pembelajaran
telah dilaksanakan
yang
Kriteria
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 30
The best teams
15,1 22,5
Good teams
7,6 15,0
General teams
7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a)
Meningkatkan kecakapan individu
b)
Meningkatkan kecakapan kelompok
c)
Meningkatkan komitmen
d)
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e)
Tidak bersifat kompetitif
f)
Tidak memiliki rasa dendam
B) Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a)
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b)
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.
Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian
diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan
merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan
mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang
(Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan
pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan
model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalamanpengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan
anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas
bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi
yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan
dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan
dengan model STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara
benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya,
kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami
materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan
dengan penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranstudent-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
Pengertian
Rencana
Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok
atau menghargai prestasi kelompok.
Sistem
Evaluasi
Dalam
evaluasi
ada
tiga
cara
yang
dapat
dilakukan:
1.
Mengerjakan
kuis
individual
yang
mencaukup
semua
topik.
2.
Membuat
laporan
mandiri
atau
kelompok.
3.
Presentasi
Materi
Evaluasi
Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi
dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM
BASED INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah
Metode
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian,
tiga sekolah medis lain University of Limburg di Maastricht (Belanda),
University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain
program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi
untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al,
2006))
Landasan
Teoretik
Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning
(PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini.
Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses
yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut
metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial
dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut
Suherman
(2003:
7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa
berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers
(
1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah
proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa
dalam mencapai keterampilan self directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen
Pendidikan
Nasional
(2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar
yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu
mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya
itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis
masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan
memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin
Ibrahim
(2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah
ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat
proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
berbasis
masalah
(problem
based
learning)
bertujuan
untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan
masalah,
2.
belajar
peranan
orang
dewasa
yang
otentik,
3.
menjadi
siswa
yang
mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat
kemungkinan
transfers
pengetahuan
baru,
5.
mengembangkan
pemikiran
kritis
dan
keterampilan
kreatif
6.
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
7.
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran
yang berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi
bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan
bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam
jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi
informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga
bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan
(what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan
(did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada
pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan
metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus
keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri
sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil
pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan
masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya
dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar,
kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk
meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan
bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan
ilmiah
(Bruning
et
al,
1995).
Studi
juga
menunjukkan
bahwa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut
langkah-langkah
PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi
oleh
siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang
permasalahan
dan
mencoba
mengidentifikasi
hal-hal
terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka
pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6.
Setelah
periode
self-study,
sesi
kedua
dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang
mereka
peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui
pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai
berikut.
1.
Membaca
dan
menganalisis
skenario
dan
situasi
masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2.
Daftar
hipotesis,
ide,
atau
firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide
tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung
atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda
lain yang perlu ditangani.
3.
Daftar
apa
yang
dikenal.
Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian
temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4.
Mengembangkan
sebuah
pernyataan
masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda
ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang
grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi,
tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai
informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
5.
Daftar
apa
yang
dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah.
Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita perlu tahu?
Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin
alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi.
Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan
terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.
6.
Daftar
tindakan
yang
mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus kita
lakukan?. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian
materi
terjadi
secara
satu
arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu
yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk
menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus
disesuaikan
dengan
beban
kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi
lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,
(hal.
419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa
sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960an di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge
ini
akan
terbentuk
pengetahuan
dan
pengalaman
baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong
berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam
kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar
menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan
pemecahan
masalah,
membuat
kemungkinan
transfers
pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif
dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi
pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi
pembelajaran.
a.
Peta pikiran
b.
Berupa tulisan, simbol, dan gambar
c.
Berwarna warni
d.
Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e.
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f.
Membuat individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan
seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta
pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan
karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap
harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind
mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan
Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong
yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas
di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan
menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat.
Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal
bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas
dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap
suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan
kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar
dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan.
Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari
gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masingmasing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan
awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja
kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatancatatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum
dipahami siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
Prinsip Dasar Mind Mapping
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu
yang bertuliskan soal sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara
.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
yang
telah
disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda
dari
sebelumnya,
demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu
yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri
dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,
Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok.
3.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa,
di
antaranya
sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar
secara
klasikal
87,50%
.
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them
move)
5.
Kerjasama
antar
sesama
siswa
terwujud
dengan
dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a
match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1.
Diperlukan
bimbingan
dari
guru
untuk
melakukan
kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main
dalam
proses
pembelajaran.
3.
Guru
perlu
persiapan
bahan
dan
alat
yang
memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang
muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.
Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri
kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa
diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa
sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu
tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4.
KESIMPULAN
apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi
waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur
Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa
juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai
berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
2.
Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
4.
Interaksi lebih mudah.
5.
Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas
sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara
lain
Filipina
dan
Singapura.
1.
Debat
kompetitif
di
Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih
didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar
pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate
(JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan
debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate
(IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi
tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang
berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut
dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship
(ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama
dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2.
Berbagai
gaya
debat
parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1.
jumlah
tim
dalam
satu
debat
2.
jumlah
pembicara
dalam
satu
tim
3.
giliran
berbicara
4.
lama
waktu
yang
disediakan
untuk
masing-masing
pembicara
5.
tatacara
interupsi
6.
mosi
dan
batasan-batasan
pendefinisian
mosi
7.
tugas
yang
diharapkan
dari
masing-masing
pembicara
8.
hal-hal
yang
tidak
boleh
dilakukan
oleh
pembicara
9.
jumlah
juri
dalam
satu
debat
10.
kisaran
penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau
hanya
beberapa
saat
sebelum
debat
dimulai
(impromptu)
Lama waktu persiapan untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar
antara
15
menit
(WUDC)
hingga
1
jam
(WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan beberapa debat hanya menggunakan victory
point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung
selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk
panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak
elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak
penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai
di debat parlemen sebenarnya:
Topik
debat
disebut
mosi
(motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah
(Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan
sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
a.
Australian
Parliamentary/Australasian
Parliamentary
(Australs)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke
kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut
sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim
beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu
7
menit
Pembicara
pertama
pihak
Oposisi
7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Pemerintah
7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Oposisi
7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Pemerintah
7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Oposisi
7
menit
Pidato
penutup
pihak
Oposisi
5
menit
Pidato penutup pihak Pemerintah 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup
dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak
boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu,
baru
Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung
oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This
House
believes
that)
Globalization
marginalizes
the
poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada
aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai
bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak
ada
interupsi
dalam
format
ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel
berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui
musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous
ataupun
split
decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup
populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang
menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED)
dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b.
Asian
Parliamentary
(Asians)
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam
kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya
interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6
(hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip
dengan
World
Schools
Style
yang
digunakan
di
WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp)
yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas
Indonesia].
c.
British
Parliamentary
(BP)
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di
banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC.
Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung
dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya
Oposisi
(Opposition),
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Opening
Government:
Opening
Opposition:
Prime
Minister
Leader
of
the
Opposition
Deputy
Prime
Minister
Deputy
Leader
of
the
Opposition
Closing
Government:
Closing
Opposition
Member
of
the
Government
Member
of
the
Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan
berbicara
adalah
sebagai
berikut:
Prime
Minister
7
menit
Leader
of
the
Opposition
7
menit
Deputy
Prome
Minister
7
menit
Deputy
Leader
of
the
Opposition
7
menit
Member
of
the
Government
7
menit
Member
of
the
Opposition
7
menit
Government
Whip
7
menit
Opposition Whip 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di
antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan
interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan
permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk
menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara
tadi
sebelum
melanjutkan
pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir
debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk
debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat.
Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founders Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia
setiap tahun.
d.
Format
World
Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship
(WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri
atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang.
Urutan
pidato
adalah
sebagai
berikut:
Pembicara
pertama
Proposisi
8
menit
Pembicara
pertama
Oposisi
8
menit
Pembicara
kedua
Proposisi
8
menit
Pembicara
kedua
Oposisi
8
menit
Pembicara
ketiga
Proposisi
8
menit
Pembicara
ketiga
Oposisi
8
menit
Pidato
penutup
Oposisi
4
menit
Pidato penutup Proposisi 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua
masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak
Oposisi
dan
ditutup
oleh
pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP. POI
hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada
POI
dalam
pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan
kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e.
American
Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Government
Prime
Minister
(PM)
Member
of
the
Government
(MG)
Opposition
Leader
of
the
Opposition
(LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika
Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary
Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA),
7
menit
Leader
of
the
Opposition
8
menit
Member
of
the
Government
8
min
Member
of
the
Opposition
8
min
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal
4
min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary
Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah
menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime
Minister
7
menit
Leader
of
the
Opposition
7
menit
Member
of
the
Government
7
menit
Member
of
the
Opposition
7
menit
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal
5
menit
Prime Minister Rebuttal 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat
ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit
pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya
dapat
diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler
yang menggunakannya.
3.
Debat
kompetitif
selain
debat
parlementer
Debat
Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan
penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang
diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang
diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif
(mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya,
kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang
berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih
mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini
juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah
proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak
diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika
juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap
babak umumnya didasari atas siapa yang telah memenangkan argumen sesuai
dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya,
juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan
karena
semua
fakta
pendukung
harus
diperiksa
terlebih
dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer
dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di
Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat
lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di
tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament
(NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational
Debate
Association,
dan
Great
Plains
Forensic
Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang
dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato
konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato
sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun
tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian
sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran,
pendekatan, metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan
dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran, metode pembelajaran
dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif
dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi
tujuan
pembelajaran
akan
mudah
tercapai
secara
maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang
sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran
Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran
yang
monoton
dan
menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena
selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli
pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari
luar
negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan
oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak
ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang
terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu
contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan
berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah
keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai
penerima
pesan
sekaligus
berperan
sebagai
penyampai
pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil
yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep
pemahaman
sangat
diperlukan
dalam
mode
pembelajaran
ini.
2.
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Artikulasi
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2.
Guru
menyajikan
materi
sebagaimana
biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatancatatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak
menyampaikan
hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan
hasil
wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
3.
Kelemahan
dan
kelebihan
Pembelajaran
Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A.
Kelemahannya:
a.
Untuk
mata
pelajaran
tertentu
b.
Waktu
yang
dibutuhkan
banyak
c.
Materi
yang
didapat
sedikit
d.
Banyak
kelompok
yang
melapor
dan
perlu
dimonitor
e.
Lebih
sedikit
ide
yang
muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B.
Kelebihannya:
a.
Semua
siswa
terlibat
(mendapat
peran)
b.
Melatih
kesiapan
siswa
c.
Melatih
daya
serap
pemahaman
dari
orang
lain
d.
Cocok
untuk
tugas
sederhana
e.
Interaksi
lebih
mudah
f.
Lebih
mudah
dan
cepat
membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A.
Metode
Role
Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada
apa
yang
diperankan.
B.
Tujuan
pembelajaran
Role
Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain
beserta masalahnya.
C.
langkah-langkah
model
pembelajaran
role
playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut,
pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran
yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan
dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan
peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di
dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar
peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini
lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan
bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris.
Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas
dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
murid.
Dan
ini
tidak
semua
guru
memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan
suatu
adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pengajaran
tidak
tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-roleplaying.html#ixzz2uZYxvua6
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian
atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the
dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini
adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang
diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok
saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling
bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk
melakukan metode Group Investigationadalah:
Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari
informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian
siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk
mengerjakan lembar kerja.
Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka
butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan
atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007),
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah
dipilih dari langkah 1 diatas.
Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terusmenerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian
yang menarik di depan kelas.
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup
tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group
Investigationdapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh
(2005:29-30):
Tahap I
Guru memberikan kesempatan bagi
Mengidentifikasi topik siswa untuk memberi kontribusi apa yang
dan membagi siswa akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
ke dalam kelompok. berdasarkan heterogenitas.
Kelompok akan membagi sub topik
kepada seluruh anggota. Kemudian
Tahap II
membuat perencanaan dari masalah
Merencanakan tugas.
yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
Membuat
mengevaluasi
informasi,
membuat
penyelidikan.
kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru
dalam
mencapai
solusi
masalah
kelompok.
Tahap IV
Setiap kelompok mempersiapkan tugas
Mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan
akhir.
kelas.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Mempresentasikan
Kelompok lain tetap mengikuti.
tugas akhir.
Tahap VI
Soal ulangan mencakup seluruh topik
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarangroup-investigation.html#ixzz2uZZPsRyR
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1.
Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student
oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan
memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa
secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.,
Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai
bahan
pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru
di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata
pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan
beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah
memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan
interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi
siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif
dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran
dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan
memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi
pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46)
mengemukakan
ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3.
Langkah-langkah
pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk
pasangannya
atau
siswa
memilih
sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru
ini
saling
menanyakan
dan
mencari
kepastian
jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
4.
Keunggulan
dan
Kelemahannya
Keunggulan
:
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
(bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5.
Contoh
model
pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional.
misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai
tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan
perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap
peraturan
perundangan
nasional.
Kemudian
masing-masing
anggota
kelompok
membentuk
kelompok
baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis
dan
sikap
patuh
dan
seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah
dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi
keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan kemampuan
menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian
di
atas
dapat
kita
simpulkan
bahwa
:
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk
pasangannya
atau
siswa
memilih
sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru
ini
saling
menanyakan
dan
mencari
kepastian
jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
(bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranbertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian
model
pembelajaran
snowball
throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing
yang menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara
sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan
komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung
kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota
kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus
menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau
informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks.
Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu
dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks
komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
materi
yang
akan
disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok
untuk
memberikan
penjelasan
tentang
materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa
yang
lain
selama
kurang
lebih
5
menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola
tersebut
secara
bergantian.
7.
Guru
memberikan
kesimpulan.
8.
Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh
kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri
siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan
secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi
berbagai
persoalan
yang
muncul
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan
untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu
pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat
luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu
berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan
siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball
throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak
yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah
mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1.
Melatih
kesiapan
siswa.
2.
Saling
memberikan
pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaransnowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran
dimana
siswa/peserta
didik
belajar
mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif
untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya
sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam
merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara
aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi
sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4.
Guru
menyimpulkan
ide/pendapat
dari
siswa.
5.
Guru
menerangkan
semua
materi
yang
disajikan
saat
itu.
6.
Penutup
Kelebihan
Model
Pembelajaran
Student
Facilitator
and
Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan
ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan
Model Pembelajaran
Student Facilitator and
Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2.
Banyak
siswa
yang
kurang
aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi
pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti
dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat
mengajak
peserta
didik
mandiri
dalam
mengembangkan
potensi
mengungkapkan gagasan berpendapat.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-modelpembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
Pengertian
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan
berteriakhore! atau yel-yel lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana
pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa
merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay
ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah
disepakati
oleh
kelompok
maupun
individu
siswa
itu
sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode
pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana
jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan
untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban
yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak horay atau menyanyikan
yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk
menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau
jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata horay atau
menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah
maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse
Review Horay menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang
mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review Horay,
so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering
digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak
berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia
harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila
ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan
berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu
dikembalikan
lagi
ke
ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD,
SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkahlangkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Guru
membentuk
kelompok
yang
terdiri
atas
5
orang.
2.
Guru
menyiapkan
sebuah
tongkat
yang
panjangnya
20
cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi
pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya
tidak
bisa
menjawab
pertanyaan.
8.
Guru
memberikan
kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1.
Menguji
kesiapan
siswa.
2.
Melatih
membaca
dan
memahami
dengan
cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara)
yang
diberikan
secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih
mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantalking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya
terlalu
kecil
atau
penjelasannya
tidak
jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana
siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai
pengalaman
yang
berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang
terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d.
Hendaknya
dilakukan
dalam
hal-hal
yang
bersifat
praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang
akan di Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus
terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh
murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
Kelebihan metode demonstran adalah:
Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting
oleh
guru
dapat
di
amati
Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan,
jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak
didik
kepada
masalah
lain
Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
Dapat
menambah
pengalaman
anak
didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa
karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka
dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan
terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang
lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak
didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan
apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati
langkah
dari
langkah
dari
setiap
gera-gerik
murid
tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban
memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu
memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna
guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang
menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:
Memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahanbahannya
Memerlukan
tenaga
yang
tidak
sedikit
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a.
Perencanaan
Dalam
perencanaan
hal-hal
yang
dilakukan
ialah
;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di
harapkan
dapat
tercapai
setelah
metode
demontrasi
berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di
laksanakan
c.
Memperhitungkan
waktu
yang
di
butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang
baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
Siswa
di
sarankan
membuat
catatan
yang
dianggap
perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b.
Pelaksanaannya:
Hal-hal
yang
mesti
di
lakukan
adalah:
1.
Memeriksa
hal-hal
tersebut
di
atas
untuk
kesekian
kalinya
2.
Melakukan
demonstrasi
dengan
menarik
perhatian
siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai
sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan
baik
5.
Memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah
ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi
tersebut
adalah:
Rumuskan
secara
spesific
yang
dapat
di
capai
oleh
siswa.
Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur
sesuai
dengan
skenario
yang
telah
di
rencanakan.
Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.
B. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersamasama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh
atau
akibat
dari
sesuatu
aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi pendidikan agama
Islam mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar
yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata
pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia
hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang
biasanya
di
lakuka
dalam
mata
pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode
Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada
pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat,
puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah
bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam
terutama bidang
studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk
air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di
buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode
Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.
Menerangkan
Metode
Eksperimen
Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja
yang
harus
di
variebel-variebel
apa
yang
harus
di
kontrol
Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses
kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit
e.
Kelebihan
dan
kekurangan
Metode
Eksperimen
ialah:
1) Kelebihannya
Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah
permasalahan
Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2) Segi kekurangannya
Tidak
semua
mata
pelajaran
dapat
menggunakan
metode
ini
Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik
hasilnya.
Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang
belum di ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen
ini terasa benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah
sebagai
berikut;
1.
Persiapkan
terlebih
dahulu
bahan-bahan
yang
di
butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan
penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan
yang telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi
untuk
membuktikn
kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara
tertulis.
C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:
1.
Untuk
memberikan
latihan
keterampilan
tertetu
pada
siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung
mengetahui
dan
dapat
terampil
dan
melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan
teliti.
Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di
Demonstrasikan
atau
di
Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat
dan
keterampilan
dalam
berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka
mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau
eksperimen.
Kelemahan
Metode
Demonstrasi
dan
Eksperimen
adalah:
1.
Persiapa
dan
pelaksanaannya
memakan
waktu
lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang
lengkap
sesuai
dengan
kebutuhan
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-daneksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar
ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends
(2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :A teaching model that is
aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a
step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct
instruction model. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini,
guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran
dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik.
Langkah
Pembelajaran
CIRC
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil
kelompok.
5.
Guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan
bersama.
6.
Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang
suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau
media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa
untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru,
dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal.
Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha
melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada
dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-
tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih
berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa
merancang
eksperimen,
demonstrasi
untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil
temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.
Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian
terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman
sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
C.
Kelebihan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat
perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan
anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar
anak
didik
akan
dapat
bertahan
lebih
lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir
anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam
lingkungan
anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah
belajar
yang
dinamis,
optimal
dan
tepat
guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi
dan
respek
terhadap
gagasan
orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru
dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D.
Kekurangan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kerurangan
dari
model
pembelajaran
CIRC
tersebut
antara
lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata
pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan
prinsip menghitung.
E.
Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan
model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di
dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circcooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN
KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa
agar
saling
berbagi
informasi
pada
saat
yang
bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan
yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu
keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur.
Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah
:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk
lingkaran
kecil
dan
menghadap
ke
luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap
ke
dalam.
3.
Dua
siswa
yang
berpasangan
dari
lingkaran
kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLELINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar
berbagi
informasi.
Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan
:
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan
:
Membutuhkan
ruang
kelas
yang
besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau,
juga rumit untuk dilakukan.
Materi
yang
cocok
dengan
model
pembelajaran.
1.
IPA
kelas
5
Bab
V
Penyesuaian
Makhluk
Hidup
a.
Penyesuaian
diri
pada
hewan
1.
Penyesuaian
diri
untuk
memperoleh
makanan.
2.
Penyesuaian
diri
untuk
melindungi
diri
dari
musuhnya.
b.
Penyesuaian
diri
pada
tumbuhan
1.
Penyesuaian
diri
tumbuhan
dengan
lingkungan
tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan
:
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle
(lingkaran besar lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan
informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut
saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside
inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui
anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang
penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga
pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya
anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang
akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki
cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk
membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing
masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman
pasangannya.
2.
IPA
Kelas
5
Bab
XIV
Sumber
Daya
Alam
a.
Sumber
Daya
Alam
di
Lingkungan
Sekitar
1.
Sumber
daya
alam
yang
dapat
diperbaharui
2.
Sumber
daya
alam
yang
tidak
dapat
diperbaharui
b.
Penggunaan
Sumber
Daya
Alam
1.
Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan
:
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar
lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside circle)
(lingkaran besar lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh
anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi
tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru
menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk
setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan,
pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena
kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya
berbeda. Dengan model pembelajaran outside inside circle materi akan
mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat
dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model
pembelajaran outside inside circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat
dipahami dan dikembangkan oleh anak.
3.
Pendidikan
kewarganegaraan
kls
XI
Semester
II
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
a.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
hokum
b.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran
IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat
pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan
sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(
RPP
)
Model pembelajaran IOC
Mata
Pelajaran
:
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kelas
/
semester
:
XI
/
(dua)
Hari
/
tanggal
:
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St
standar
Kompetisi
:
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K
kompetisi
Dasar
:
Mendiskripsikan
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Mendeskripsiskan
pancasila
sebagai
sumber
nilai
Mendeskripsikan
nilai
pancasila
sebagai
sumber
norma
hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A.
Indikator
:
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B.
Tujuan
pembelajaran
:
1.
memahami
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
2.
Mengetahui
pentingnya
nilai
pancasila
sebagai
norma
hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C.
Materi
pembelajaran
:
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai
buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
kehidupan
sehari-hari.
pancasila
sebagai
dasar
negara
dan
ideologi
nasional
membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental
bagi
penyelenggaraan
negara
Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar
pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik
(norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila
adalah
nilai
moral
D.
Metode
Pembelajaran
1.
Kerja
kelompok
2.
Presentasi
3.
Diskusi
4.
Tanya
jawab
E.
Langkah-langkah
Pembelajaran
:
1.
Pendahuluan
1)
Salam,
sapa
dan
berdoa
bersama
2)
Apersepsi
tentang
materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan
tingkat
kemampuan
membaca.
2.
Kegiatan
Inti
1)
Menjelaskan
pembagian
tugas
kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4)
Mempresentasikan
/
membaca
hasil
kelompok.
3.
Kegiatan
akhir
1)
Guru
menyimpulkan
materi
bersama
murid
2) Penutup
F.
Sumber
bahan
:
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G.
Penilaian
Test
perbuatan
dalam
kegiatan
Tes lisan
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A.
Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat
2
(dua)
macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses
tidak
memandang
perbedaan
sebagai
usaha
mencari
alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B.
Prinsip
atau
Ciri-Ciri
Pembelajaran
berlangsung
menyenangkan
Siswa
diarahkan
untuk
aktif
Menggunakan
media
kartu
C.
Kelebihan
dan
Kekurangan
dalam
Pemanfaatannya
Kelebihannya
:
a.
anak
akan
mempunyai
kekayaan
bahasa.
b.
Sangat
menarik
sehingga
setiap
siswa
ingin
mencobanya.
c.
Siswa
menjadi
tertarik
untuk
belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
Kekurangannya
:
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju
karena
waktu
terbatas.
D.
Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model
pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik
agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam
menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga
diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode
ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan
metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa
dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki
Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran
yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini
merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar
kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa
pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak
pada kolom yang telah disediakan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :
1.
Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
S
Y
E
N
I
E
K
K
K
A
G
U
A
N
D
M
E
N
N
B
A
R
T
I
R
T
D
G
A
N
R
N
R
S
U
S
U
D
G
T
U
T
G
R
Z
I
O
O
L
S
A
I
U
I
N
R
P
A
I
P
A
N
F
I
A
S
O
L
I
O
A
U
S
R
I
N
H
B
C
N
U
CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat
orang tersebut dilahirkan disebut asas
2.
Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan
yang disebut asas ius
3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang
berbeda disebut
4.
Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak
5.
Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan
Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.
Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2.
Melatih untuk berdisiplin.
3.
Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4.
Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap
materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan
mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini
adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.
Mematikan kreatifitas siswa.
2.
Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3.
Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun
tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi
yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu
pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang
didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya,
model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan
mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa
hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran
siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian,
kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban
yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar
kerja.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranword-square.html#ixzz2uZb6Ll3H
digunakan
sebagai
alat
pembayaran
yang
sah
3.
Uang
saat
ini
banyak
dipalsukan
4.
Nilai
bahan
pembuatan
uang
disebut
nilai
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut
nilai
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7.
Nilai
yang
tertulis
pada
uang
disebut
nilai
3.
TRASEK
4.
KISTRINI
5.
LIRI
6.
SRUK
7.
MINALON
.
8.
SAKSITRAN
9. KEC
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE
Seberapa
baik
tingkat
pencapaian
tujuan
kelompok
Bagaimana
mereka
saling
membantu
satu
sama
lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan
setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang
supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4
kata
kunci
sesuai
materi
yang
disajikan.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
tujuan.
2.
Guru
menyajikan
materi
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal
4
kata
kunci
setiap
kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7.
Kesimpulan.
Kelebihan:
1.
Lebih
memahami
kata
kunci
dari
materi
pokok
pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1.
Hanya
untuk
mata
pelajaran
tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranconsept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3.
Kelebihan/kekurangan
model
pembelajaran
complete
sentence
a.
Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b.
Kekurangan
1.
Guru
kurang
kreatif
dan
inovasi
dalam
membuat
soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata,
karena
biasanya
hanya
kata
hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4.
Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini
sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan
kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari
jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang
jawabannya telah disediakan.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancomplete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek.
Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu
menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik
perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru
dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan
yang
ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih
dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak
boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis.
B.
LANGKAH
MODEL
PEMBELAJARAN
TIME
TOKEN
ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/
KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3.
Guru
memberi
tugas
pada
siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon
pada
tiap
siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil
lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya
tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara
bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan
menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan
Model
Time
Token
Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
Siswa
menjadi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
Melatih
siswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan
masukan
dan
keterbukaan
terhadap
kritik
Mengajarkan
siswa
untuk
menghargai
pendapat
orang
lain.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan
yang
ditemui.
Tidak
memerlukan
banyak
media
pembelajaran.
Kekurangan
Model
Time
Token
Arends
Hanya
dapat
digunakan
untuk
mata
pelajaran
tertentu
saja.
Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran,
karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang
dimilikinya.
Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang
dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari
siswa
mendominasi
pembicaraan
atau
siswa
diam
sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan
dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time
token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi
waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan
kesempatan untuk berbicara.
D.
Langkah-Langkah
Model
Pembelajaran
Time
Token
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning
/
CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa
lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih
memegang
kupon
harus
bicara
sampai
semua
kuponnya
habis.
6. Demikian seterusnya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-timetoken.html#ixzz2uZc6sCmJ
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan
b.
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang
dipelajarinya.
c.
Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR
d.
Guru menutup pelajaran
I. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
Tes lisan : ketepatan jawaban
keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak
Bentuk tes : Tanya jawab
Tes tertulis : tugas kelompok
evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J. Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranround-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A.
Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini
menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak
kelebihan
maupun
kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan
kemampuan
memberi
penilaian.
B.
prinsip
model
pembelajaran
Pair
Cheks
prinsipnya
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Siswa
berkelompok
berpasangan
sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3.
pengecekan
kebenaran
jawaban,
4.
bertukar
peran
4.
penyimpulan,
5.
evaluasi
6. refleksi.
Berikut
ini
langkah
dari
model
pair
check
1.
Guru
menjelaskan
konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2
pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada
yang
patner.
3.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama
lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal
dan
tim
mengecek
jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C.
Langkah-langkah
Pembelajarannya,
sebagai
berikut
:
1).
Bekerja
Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa
dalam
menilai.
2).
Pelatih
Mengecek
Apabila
patner
benar
pelatih
memberi
kupon.
3).
Bertukar
Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4).
Pasangan
Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5).
Penegasan
Guru
Guru
mengarahkan
jawaban
/ide
sesuai
konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat
lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihannya
1.
Dipandu
belajar
melalui
bantuan
rekan
2.
Menciptakan
saling
kerjasama
di
antara
siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman
konsep
dan
/
atau
proses
4.
menmemenimelatih
berkomunikasi
Kekurangannya
1.
memerlukan
banyak
waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencerkagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam
waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan
pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya
Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang
diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar .
Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain
adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke
ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-taribambu.html#ixzz2uZcS0HYt
didik.
Siswa
terlibat
dalam
eksplorasi
dan
penyelidikan.
Belajar,
paling
sering,
adalah
interdisipliner.
Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan
berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi
dan
mengevaluasi
informasi.
Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar
semua
membantu
/
pembinaan
dalam
proses
pembelajaran.
Pembelajar
menggunakan
perancah
teknik.
Siswa
memiliki
peluang
untuk
wacana
sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995
Nolan & Francis, 1992).
2.
Prinsip
Pembelajaran
Otentik
pengalaman
belajar
otentik
menganut
prinsip
yaitu:
Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas
memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masingmasing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban
mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang
konstruktor-co pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan
bahwa Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru
bersama-sama menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi
pembelajar berpusat. Juni Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia
mengambil tengah panggung di kedua membangun dan program pengajaran
dan
mereka
sendiri
mini
kursus.
Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor,
peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif
duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi
peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis, membahas,
menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil
tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan menunjukkan
kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa Marc
Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare
dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan
Bards. Tag Stan juga berpendapat bahwa siswa harus ditantang untuk
membuat seni, untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi
dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan
mempelajari
apa
yang
orang
lain
lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi
pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini
adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki dunia nyata yang berkualitas
untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan
mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke kelas
Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online lainnya,
dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain
instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk
menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman
pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan
profesional mereka.
3.
Ciri
Pembelajaran
Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran
yang
tradisional.
Ciri-ciri
pembelajaran
otentik:
Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu
siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan
kehidupan
siswa;
Siswa
terlibat
dalam
kegiatan
menggali
dan
menyelidiki;
Belajar
bersifat
interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat
tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan
mengevaluasi
informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru,
orangtua,
dan
narasumber
bersifat
membantu
atau
mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan
bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala
mereka
sanggup
melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
Siswa
bekerja
dengan
banyak
sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk
berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
4.
Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan
sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika
belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli
yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan,
sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan
menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa
harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas.
Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan
keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari faktafakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan
informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan
sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif
melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran.
5.
Kelebihan
dan
Kekurangan
a.
Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat
terjadi
dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami
materi secara utuh
b.
Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan
secara
aktif
Setiap
siswa
menjadi
siap
semua
Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada
siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima
keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut
untuk
berdiskusi
untuk
memecahkan
suatu
masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih
model pembelajaran yang sesuai.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarannumbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.
Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan.
2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemamuan dan kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri
menurut Sanjaya (2009).
1.
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir.
Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan
dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsepkonsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam
Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
Perilaku Guru
Guru
membimbing
siswa
1. Menyajikan pertanyaan atau mengidentifikasi
masalah
dan
masalah
masalah dituliskan di papan. Guru
membagi siswa dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk
hipotesis.
Guru
membimbing
siswa
dalam
2. Membuat hipotesis
menentukan hipotesis yang relevan
dengan
permasalahan
dan
memproiritaskan
hipotesis
mana
yang menjadi prioritas penyelidikan.
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis
3. Merancang percobaan
yang
akan
dilakukan
.
Guru
membimbing
siswa
mengurutkan
langkah-langkah percobaan
Guru
membimbing
siswa
4. Melakukan percobaan untuk
mendapatkan
informasi
melalui
memperoleh informasi
percobaan
Guru memberi kesempatan kepada
5. Megumpulkan
dan setiap
kelompok
untuk
menganilisis data
menyampaikan hasil pengolahan data
yang terkumpul.
Guru membimbing siswa dalam
6. Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan.
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya,
pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam
mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang
memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya
dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar
bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin
oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S.
Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di
kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam
berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS
mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian;
Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula.
Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam
metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur
tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan
pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas)
dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1.
Mula
membaca
permulaan
dijadikan
dua
bagian
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
tanpa
buku
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai
kontak
permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah
kalimat
anak-anak
yang
sesuai
dengan
gambar.
4.
Membaca
kalimat
secara
structural
5.
Membaca
permulaan
dengan
buku
6.
Membaca
lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi
baiknya
a.
Metode
ini
dapat
sebagai
landasan
berpikir
analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah
mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan
berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai
bacaan dengan lancar.
Segi
lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta
sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk
sekolah
sekolah
tertentu
dirasa
sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini
Metode
ini
tidak
dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan
kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar
dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun
menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat
giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya
sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn
tali,
OHP
(Over
Head
Projector)
dapat
juga
digunakan.
Metode
Struktural
Analitik
Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan
cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur
analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode
pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni
cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari
dialog
siswa
dan
guru
atau
siswa
dengan
siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS
mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan
dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan
Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Guru
bercerita
atau
berdialog
dengan
siswa.
2.
Memperlihatkan
gambar
yang
berhubungan
dengan
isi
cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan
dari isi cerita.
4.
Menulis
satu
kalimat
yang
diambil
dari
isi
cerita.
5.
Menulis
kata-kata
sebagai
uraian
dari
kalimat.
6.
Menulis
suku-suku
kata
sebagai
uraian
dari
kata-kata.
7.
Menuliskan
huruf
huruf
sebagai
uraian
dari
suku-suku
kata.
8.
Mensintesiskan
huruf-huruf
menjadi
suku-suku
kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam
setiap
langkah
pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan
struktur
analitik
sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan
yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis
huruf
cetak
lebih
dulu
pada
awal
belajar
menulis
:
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan
dua
bentuk
tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena hurufhuruf
tersebut
berdiri
sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1.
Pengertian
Warga
Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk
yang
menjadi
unsur
negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari
citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI
Pasal 4 no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga
negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia
dan
ibu
warga
negara
asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara
asing
dan
ibu
warga
negara
Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum
kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan
ayah
ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya
tidak
di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan
atau
tidak
di
ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu
warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan
sumpah
atau
janji
setia.
2.Asas
Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara
asas
ius
sanguinis
dan
asas
ius
soli.
a.
Ius
soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
daerah
atau
negara
tempat
dimana
ia
dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga
negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara
Inggris,
Mesir
Amerika
Serikat
dan
lain-lain.
b.
Ius
sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
pertalian
darah
atau
keturunan
dari
orang
tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga
negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh
RRC)
3.Pengertian
Pewarganegaraan
(Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi
negara asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai
berikut
:
1.
Telah
berusia
18
tahun
atau
sudah
kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah
negara Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10
tahun
tidak
berturut-turut.
3.
Sehat
jasmani
dan
rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD
negara
Republik
Indonesia
tahun
1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan
pidana
1
tahun
atau
lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii
berkewarganegaraan
ganda.
7.
Mempunyai
pekerjaan
dan/atau
berpenghasilan
tetap.
8.
Membayar
uang
pewarganegaraan
ke
kas
negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang
telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan sumpah atau
janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam naturalisasi biasa).
Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
4.Problematika
status
kewarganegaraan
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan
untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau
dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang
dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih
status kewarganegaraan.
Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada
penduduk yang tinggal di daerah perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan
stelsel aktif dan stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu
warga negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam
stelsel
pasif)
3.
Cara
Mendapatkan
dan
Kehilangan
Kewarganegaraan
Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga
negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal
juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia. UU RI
No.12 tahun 2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan
kewarganegaraan
indonesia
apabila
memenuhi
hal-hal
berikut
:
2.
Memperoleh
kewarganegaran
lain
atas
kemauannya
sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang
yang
bersangkutan
mendapat
kesempatan
untuk
itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat
4.
UU
No.12
tahun
2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang
lebih
revolusioner
dan
aspiratif,
seperti
:
1.
Siapa
yang
mnjadi
warga
negara
Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3.
Kehilangan
kewarganegaraan
Republik
Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia
5.
Ketentuan
pidana
6.Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap
individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas
termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV
pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang
persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.
1.
Persamaan
kedudukan
dalam
hukum
dan
pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalambidang
hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak
asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara
Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab
bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam bidang politik.
4.
Persamaan
dalam
HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa
negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam
menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui
pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5.
Persamaan
dalam
agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Berdasar pasal ini
tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6.
Persamaan
dalam
upaya
pembelaan
negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30 UUD
1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal
tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan
yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
7.
Pesamaan
dalam bidang
pendidikan
dan
kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan.
Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap
pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara
mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8.
Persamaan
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan
sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan
diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan
dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara
keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan
sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
7Menghargai
Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
di
Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama
dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan
keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di
indonesia
dalam
berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang
ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti
berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan
meningkatkan
taraf
hidupnya.
2. Bidang
budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni,
misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni
bangunan
dsb.
3. Bidang
politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih,
menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan,
dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam
memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah
agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan
martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling
menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaranstruktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai
tujuan
belajar.
A.
Pengertian
pembelajaran
terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11
April
2003)
kurikulum
terpadu
adalah
suatu
pendekatan
untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata
pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapabidang
mata
pelajaran
yang
sesuai.
berikut
:
1.
Pembalajaran
terpusat
pada
anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan
konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya
sesuai
dengan
perkembangannya.
2.
Menekankan
pembentukan
pemahaman
dan
kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek
yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar
menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan
siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan
masalah-masalah
yang
nyata
dalam
kehidupannya.
3.
Belajar
melalui
proses
pengalaman
langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara
langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka
alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih
memperhatikan
proses
daripada
hasil
semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry
(penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses
evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat,
dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar
terus-menerus.
5.
Sarat
dengan
muatan
keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian
suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari
sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya
nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau
menghadapi kejadian yang ada.
C.
Tujuan
Pembelajaran
Terpadu
Pembalajaran
terpadu
dikembangkan
selain
untuk
mencapai tujuan
pembalajaran
yang
telah
ditetapkan,
diharapkan
siswa
juga
dapat
:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan
dalam
kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi,
serta
menghargai
pendapat
orang
lain,
5.
Meningkatkan
minat
dalam
belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D.
Kemanfaatan
Pembalajaran
Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan
keterampilannya
melalui
berbagai
kegiatan.
2.
Meningkatkan
pemahaman
anak
secara
komprehensif.
3.
Meningkatkan
kecakapan
berpikir
anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan
konsep
dengan
yang
dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata
pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat
hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses
informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan
berkembangnya
jaringan
konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan
berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi
nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan
dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan
berbagai
ragam
kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila
situasi
pembelajaran
dekat
dengan
situasi
kehidupan
nyata.
10.
Meningkatkan
interaksi
sosial
anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
E. Model-model pembelajaran terpadu
1.
Pembelajaran
Terpadu
Tipe
Terhubung
(Connected)
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan
secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep
lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari
dengan
hari
lainnya,
dalam
satu
mata
pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung
(connected)
:
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang
dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a.
Kelebihan
1.
Guru
akan
dapat
melihat
gambaran
yang
menyeluruh
dan
kemampuan/indikator
yang
digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada
indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep
sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok
dikembangkan
terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang
dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman,
tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
b.
Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah
dilaksanakan
secara
mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan
konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya
atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global
jadi terabaikan.
2.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Jaring
Laba-Laba
(Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan
model
jaring
laba-laba
di
TK,
yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang
pengembangan
untuk
masing-masing
kelompok
usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui
tema
dan
subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu
pada
indikator
yang
akan
dicapai
dan
subtema
yang
dipilih;
5.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Mingguan;
6.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed)
ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru
mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya
siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung
dalam
mata
pelajaran
matematika,
IPS,
IPA,
dan
Bahasa.
a.
Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan
dari
ilmu-ilmu
yang
berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan
pada
minat
siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan
ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b.
Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat
bagi
siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
3.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Integrated
(Terpadu)
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan
pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan
sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model
adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan
lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang
utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat
dalam bidang-bidang
pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada
awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya:
matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan
tumpang
tindih
di
antara
beberapa
mata
pelajaran.
a.
Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan
dari
berbagai bidang
studi/mata
pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan
untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik
antar
berbagai
disiplin
ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b.
Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan
tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di
setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan
guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1.
Kelebihan
Kelebihan
tersebut
didasari
oleh
beberapa
alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak
dengan
mudah
memahami
sekaligus
melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di
mata
pelajaran
yang
satu
dengan
mata
pelajaran
lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek
kognitif.
4.
Pembelajaran
terpadu
mengakomodir
jenis
kecerdasan
siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah
menggunakan
belajar
siswa
aktif
sebagai
metode
pembelajaran.
2.
Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk
terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu
akan
sulit
terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar
peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubunghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan).
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat
sulit
dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi,
mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka
penerapan
pembelajaran
terpadu
juga
akan
terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain
dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan
pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru
lain,
bila
materi
pelajaran
berasal
dari
guru
yang
berbeda.
6.
Suasana
pembelajaran:
Pembelajaran
terpadu
berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain.
Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru
itu
sendiri.
G.
Cara/Strategi
Pembalajaran
Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan
siswa
dan
memadukan
materi-materidari
matapelajaran-matapelajaran.
1.
Integrasi
melalui
pemaduan
siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1
pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas
1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga
siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1
dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan
siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa
yang
lebih
muda.
2.
Integrasi
materi/mata
pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan
kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai
mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya
dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan
tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang
dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan
atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang
dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum.
Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang
disebut unit tema (subtema).
H.
Prosedur
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran
terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1.
Tahap
Perencanaan
Pembelajaran
Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi
dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan
digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan
seorang
guru
adalah
sebagai
berikut
:
a.
Pemilihan
tema
dan
unit-unit
tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau
guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan
dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang
dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok
bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat
juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan
consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu,
yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan
sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1)
Tema
dasar-Unit
tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2)
Curah
pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih
maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu
atau
beberapa
mata
pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan
pengalaman
belajar
oleh
para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas
perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang
mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan
pembelajaran
yang
biasa.
Beberapa
prosedur
pemilihan
tema
adalah
sebagai
berikut
:
Model
ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada
beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat
dikembangkan
menjadi
sub-sub
tema
atau
unit
tema.
Model
ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun
demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model
ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b.
Langkah
perencanaan
aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan
aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu
meliputi
berikut
ini
:
1.
Janis
evaluasi
yaitu
evaluasi
otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
4.
Teknik-teknik
evaluasi
yang
digunakan
meliputi
:
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan
daftar
cek
atau
skala
penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c.
Evaluasi
siswa
d.
Jurnal
siswa
e.
Portofolio
f.
Tes
prestasi
belajar
(baku
atau
buatan
guru)
c.
Kontrak
belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan
merupakan
suatu
kesepakatan
antara
guru
dan
siswa.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
dan
Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Aktivitas
siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun
individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan
lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi
(Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari
proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama
untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk
kerja dan pameran, serta evaluasi.
I.
Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut
keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu
mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat
dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar
beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu
kesatuan yang utuh.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi
orang lain.
Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap
pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan
pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat
tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara
kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri
kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu
siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa
tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila
tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang
jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan,
mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk
menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama
pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi
tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada
tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya,
guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat
menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di
kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjukpetunjuk tentang apa yang dilakukan adalah penting guru tidak menyertakan
penjelasan tentang mengapa sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses
pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya
mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian
menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya
tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap
terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi
dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang
dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategistrategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek
khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk
menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak
aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan
berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila
siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya
memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa
tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah.