Anda di halaman 1dari 4

NAMA : M IQBAL ARIANSYAH

NIM : 03031381419107
SHIFT : SELASA, JAM 13.00
KELOMPOK 4
SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EFEKTIVITASNYA
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu
energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan
temperatur. Proses perpindahan panas terjadi dari suatu sistem yang memiliki
temperatur lebih tinggi ke temperatur yang rendah. Keseimbangan pada sistem
terjadi saat sistem memiliki temperatur yang sama. Dalam prosesnya perpindahan
panas dapat berlangsung dengan tiga cara, yaitu kondusi, konveksi dan radiasi.
Dalam dunia industri, mekanisme perpindahan panas telah banyak
digunakan dan diaplikasikan, salah satu tujuannya adalah untuk memanfaatkan
panas yang diperoleh dari suatu proses untuk kemudian digunakan kembali
sebagai pemanas awal dari bahan baku sebelum diolah diproses utama. Beberapa
peralatan penukar panas yang banyak kita jumpai diantaranya adalah Heater,
Evaporator, Reboiler, Vaporizer, Cooler, Chiller, Condensor dan Heat Exchanger.
Heat Exchanger sendiri merupakan peralatan yang digunakan untuk proses
perpindahan panas antara dua atau lebih fluida. Saat ini telah banyak jenis heat
exchanger yang dibuat dan digunakan dalam pusat pembangkit tenaga, unit
pendingin, unit pengkondisi udara dan berbagai macam proses di industri,
beberapa diantaranya adalah double pipe heat exchanger, cross flow heat
exchanger, compact plate heat exchanger dan shell and tube heat exchanger.
Shell and tube heat exchanger adalah jenis penukar panas yang paling
banyak digunakan dalam dunia industri. Konfugurasi HE tipe ini melibatkan tube
dan shell sebagai komponen utamanya. Tube sendiri adalah pipa kecil
berpenampang lingkaran yang menjadi tempat salah satu fluida dialirkan. Desain
rangkaian pipa tube dapat bermacam-macam sesuai dengan fluida kerja yang
dihadapi. Sedangkan shell adalah bagian luar tempat mengalirnya fluida kerja
yang lain selain yang mengalir di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk
silinder dengan penampang melingkar. Material untuk membuat shell ini adalah
pipa silindris jika diameter desain dari shell tersebut kurang dari 0,6 meter.

Sedangkan jika diameter dari shell lebih dari 0,6 meter, maka digunakan bahan
plat metal yang dibentuk silindris dan disambung dengan proses pengelasan.
Secara umum prinsip kerja HE tipe shell and tube hampir mirip dengan
HE tipe lain. Dimana terdapat dua macam fluida yaitu fluida panas dan fluida
dingin yang masing-masing dialirkan di dua bagian berbeda. Pada shell and
tube heat exchanger salah satu fluida mengalir di dalam tube, sedangkan fluida
lainnya mengalir dibagian shell. Untuk fluida yang mengalir didalam tube, ada
banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah sifat korosifitas
fluida, biasanya untuk fluida dengan korosifitas yang tinggi akan lebih efektif dan
efisien bila dialirkan didalam tube. Hal ini bertujuan agar apabila bahan atau
material harus diganti akibat pengaruh korosifitas fluida, yang diganti hanya tube
yang terkorosi sedangkan shell tidak ikut diganti. Hal ini akan mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan dalam proses perawatan dan pemeliharaan heat exchanger.
Dalam aplikasinya, pada HE jenis shell and tube banyak ditemui
permasalahan yang dapat mempengaruhi kinerjanya seperti pressure drop,
perpindahan panas, faktor pengotoran, dan sebagainya. Evaluasi performansi
penukar panas dianggap perlu untuk meningkatkan efektivitasnya sehingga
penggunaannya sesuai dengan kondisi operasi yang diharapkan. Suhu outlet
merupakan suhu yang diharapkan dari perpindahan fluida panas ke fluida
dingin. Pengontrolan suhu keluaran diperlukan agar suhu untuk suatu proses
operasi jauh lebih stabil sehingga proses yang dilakukan dapat dikendalikan.
Besar kecepatan aliran menentukan jenis aliran, yaitu aliran laminer atau
turbulen. Turbulensi yang terjadi dalam aliran akibat tingginya kecepatan aliran
dapat memperbesar bilangan Reynold dan bilangan Nusselt yang kemudian
meningkatkan perpindahan panas secara konveksi didalam shell and tube heat
exchanger. Namun, semakin tinggi kecepatan aliran berarti waktu kontak kedua
fluida semakin singkat. Berangkat dari kondisi ini dapat ditarik kesimpulan
kenaikan kecepatan aliran akan meningkatkan efektivitas suatu heat exchanger
sampai pada suatu kondisi dan harga tertentu, dan kemudian efektivitas tersebut
tidak akan naik lagi melainkan akan mengalami suatu penurunan secara bertahap.

Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat exchanger


didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan
dengan perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger
tersebut. Perpindahan panas maksimum mungkin terjadi bila salah satu fluida
mengalami perbedaan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam
heat exchanger tersebut, yaitu selisih antara suhu masuk fluida panas dan fluida
dingin. Fluida yang mungkin mengalami perbedaan suhu maksimum ini ialah
fluida yang mempunyai nilai kapasitas panas minimum. Pada HE tipe shell and
tube fluida dengan kapasitas panas minimum biasanya berada pada bagian tube
sedangkan fluida dengan kapasitas panas maksimum berada pada bagian shell.
Dengan membuat laju aliran massa keduanya sama, kenaikan atau penurunan suhu
benar-benar disebabkan perpindahan panas diantara keduanya.
Sehingga jika fluida dingin diharapkan mengalir dengan kecepatan 5
m/det dalam tiap tube, agar laju aliran massa keduanya sama, fluida panas harus
masuk shell dengan kecepatan 0,7 m/det. Temperatur keluar udara panas dan
udara dingin maupun efektivitas

heat exchanger akan naik dengan kenaikan

kecepatan aliran fluida didalam tube dan didalam shell. Namun, kenaikan ini tidak
berlangsung terus menerus, setelah mencapai harga maksimum, efektivitas dan
temperatur keduanya akan turun. Hal ini menunjukkan bahwa besar perpindahan
panas dari fluida panas ke fluida dingin pada shell and tube heat exchanger juga
dipengaruhi oleh waktu kontak antara keduanya. Selain itu efektivitas HE tipe ini
juga dipengaruhi oleh turbulensi aliran. Dimana semakin tinggi kecepatan dan
turbulensi aliran maka akan meningkatkan efektivitas perpindahan panas fluida.
Dari kedua pengaruh tersebut dapat kita simpulkan bahwa efektivitas shell
and tube heat exchanger meningkat pada saat fluida, baik di sisi shell maupun di
sisi tube mengalir dengan kecepatan yang lebih tinggi. Akan tetapi hal lain yang
harus diperhatikan adalah lamanya waktu kontak antara kedua fluida di dalam
sistem, untuk itu diperlukan perhitungan yang tepat dan seimbang untuk
menentukan kecepatan aliran fluida yang masuk dan lamanya waktu kontak kedua
fluida didalam sistem heat exchanger, sehingga diperoleh nilai efektivitas operasi
yang lebih stabil dan optimal pada peralatan shell and tube heat exchanger.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto,Muhammad.2010.Pengaruh

Kecepatan

Aliran

Fluida

Terhadap Efektivitas HE tipe Shell And Tube. (online) :


https://www.scribd.com/doc/137892677/pengaruh-kecepatan-aliranfluida-terhadap-efektivitas-he-tipe-shell-and-tube.(Diakses

pada

tanggal 12 September 2016).


Incropera,F.P. and D.P. DeWitt.1981.Fundamentals of Heat Transfer, New York:
John Wiley & Sons
Nababan,Andrian.2011.

jenis-Jenis

Dan

Tipe

Heat

Exchanger

(online):http://www.scribd.com/doc/72839539/5/Jenis%E2%89-jenisHeat-Exchanger (Diakses pada tanggal 12 September 2016).


Pudjisusamar,A.1999. Viskositas Pengaruh Perbandingan Kecepatam Masuk
Fluida Panas dan Fluida Dingin Terhadap Efektivitas Heat Exchanger.
(online)

https://www.scribd.com/doc/7578343145.(Diakses

tanggal 12 September 2016).

pada

Anda mungkin juga menyukai