Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS

DI SUSUN OLEH :
1. Aan Dian Lestari
2. Bella Krisna Mareta
3. Desy Irawati
4. Dewi Nur Kholifah
5. Diny Tri Yulia C.S
6. Dita Deviyanti
7. Leni Sintya Dewi
8. Maria Ulfa
9. Salma Rayanti
10.Ulfi Apriyani
11.Rully Maidy
12.Septania Kharisma Pertiwi

11141053
11141057
11141061
11141062
11141064
11141065
11141079
11141080
11141094
11141097
11141092
11141095

SARJANA KEPERAWATAN REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
TAHUN AKADEMIK 2016

KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT
curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menuju alam yang diridhoiNya.
Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Klien Nukleus Pulposus, melalui pembahasan pengertian Nukleus Pulposus dan
bagaimana cara perawat mnerapkan asuhan keperawatan yang sesuai terhadap pasien
tersebut dalam dunia kerja kesehatan yang nantinya diharap dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang patologis dari Sistem Persyarafan. Selama pembuatan
makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari dosen pengajar mata
kuliah Sistem Persyarafan II. Namun dalam penulisan makalah ini, mungkin jauh dari
apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu,
dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya.
Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua.

Jakarta,15 September 2016


Penyusun
Kelompok Nukleus Pulposus

System persyarafan

Page 1

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
....................................................................................................................................
1
1.2
Rumusan
Masalah
....................................................................................................................................
2
1.3
Tujuan
Penulisan
Makalah
....................................................................................................................................
2
1.4
Manfaat
....................................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT......................................................................................................
4
2.1. Anatomi
Dan
Fisiologi
.............................................................................................................................
4
2.2. Definisi
.............................................................................................................................
6
2.3. Etiologi
.............................................................................................................................
7
2.4. Manifestasi
klinis
.............................................................................................................................
7
2.5. Patofisiologi
.............................................................................................................................
8
2.6. Web
System persyarafan

Of
Page 2

Caustion

.............................................................................................................................
9
2.7. Komplikasi
.............................................................................................................................
10
2.8. Pemeriksaan
Diagnostik
.............................................................................................................................
11
2.9. Penataklasanaan
Medis
.............................................................................................................................
13
2.10.
Pencegahan
....................................................................................................................................
15
BAB III KASUS HERNIA NUKLEUS PULPOSUS..................................................................
16
3.1. Pengkajian
.............................................................................................................................
17
3.2. Data
Fokus
.............................................................................................................................
31
3.3. Analisa
Data
.............................................................................................................................
33
3.4. Diagnosa
Keperawatan
.............................................................................................................................
36
3.5. Intervensi
Keperawatan
.............................................................................................................................
37
3.6. Implementasi
Keperawatan
.............................................................................................................................
39
3.7. Evaluasi
.............................................................................................................................
40

BAB III PENUTUP


System persyarafan

Page 3

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................
42
3.2. Saran................................................................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA

System persyarafan

Page 4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan
oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada
daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung
bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6
dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anakanak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun.
Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan
diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali
mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti
duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat
batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri
yang bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh
peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter. Wiener
mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang
bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahanperubahan pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat
serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan
kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus
terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam
rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan
kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi
nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae
bertambah

sehingga

terjadilah

penurunan

tekanan

intradiskal

yang

mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini
ditujukan untuk mengetahui perjalanan dan proses penyakitnya serta asuhan
keperawatan HNP.

System persyarafan

Page 1

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana Anatomi Fisiologi dari HNP?
b. Apa pengertian dari Herniasi Nukleus Pulposus ?
c. Apa etiologi dari Herniasi Nukleus Pulposus ?
d. Apa saja Manifestasi klinis dari HNP?
e. Bagaiman Patofisiologi dari HNP?
f. Bagaimana Pathway dari HNP?
g. Bagaimana komplikasi dari HNP?
h. Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan ?
i. Bagaimankah penatalaksanaannya ?
j. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Nukleus Pulposus?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
a.

Tujuan Umum
Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami
penyakit pada Sistem Persarafan pada pasien dengan Hernia Nukleus
Pulposus.

b.

Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar
penyakit Hernia Nukleus Pulposus.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Hernia Nukleus Pulposus.
3) Mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep asuhan keperawatan
pada pasien Hernia Nukleus Pulposus.

1.4. Manfaat Penulisan


Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang penyakit Hernia Nukleus
Pulposus dan memberikan informasi tentang Hernia Nukleus Pulposus agar
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara tepat dan
optimal.

System persyarafan

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
2.1. Anatomi tulang belakang
Ruas-ruas tulang bekakang manusia ruas-ruas tulang belakang manusia
tersusun dari atas kebawah dan diantara ruas-ruas dihubungkan dengan tulang
rawan yang disebut cakram sehingga tulang belakang dapat tegak dan

System persyarafan

Page 3

membungkuk. Dan disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan


serabut kenyal yang memperkuat kedudukan luas tulang belakang.
Bagian-bagian tulang belakang tersebut adalah :
a. Vertebrata servikalis ( tulang leher )
Ada tujuh ruas dengan badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada taju
sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen transversalis. Ruas
pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua
disebut prosessus odontoit (aksis) yang meungkinkan kepala berputar kekiri
dan kekanan.
b. Vertebra thorakalis ( tulang punggung)
Ada 12 ruas titik badan ruasnya besar dan kuat, taju duri nya panjang dan
melengkung.
c. Vertebra lumbasis ( Tulang belakang)
Ada
5

ruas badan

ruasnya

besar, tebal

dan kuat,

taju

durinya

agak picak.

Bagian

ruas kelima

agak

menonjol

disebut

promontorium.
d. Vertebra sakralis (tulang kalangkang)
Ada 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai sebuah tulang.
e. Vertebral koksigialis (Tulang ekor)
Ada 4 ruas. Ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut
oskoksigalis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan
sacrum.
Discus invertebratalis terdiri dari tiga bagian : Annulus fibrosus,, nucleus
pulposus, dan lempeng kartilago. Annulus fibrosus merupakan cincin yang liat
dan terususn atas 10 12 lapisan jaringan ikat yang konsentrik dan
fibrokartilago. Dibagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinalis
anterior dan posterior. Nucleus pulposus terletak didalamnya pada posisi yang

System persyarafan

Page 4

sedikit ekstrensik pada arah posterior. Ia merupakan sisa notochord yang


tersusun oleh suatu bentuk kartilago yang lebih lunak. Pada anak-anak
konsistensinya semi liquit (agak cair) dan kemudian menjadi bertambah padat
seiring dengan pertambahan usia. Tiap-tiap diskus invertebralis lumbal
menempel pada korpus vertebrata diatas dan dibawahnya yang dibatasi oleh
suatu lempeng kartilago hylain yang tipis (lempeng ini tidak berofikasi dengan
segmen korpus vertebrata) struktur yang melingkari kanalis spinalis posterior
dibentuk oleh dua pedikel, dua lamina dan prosessus spinosus.
Arkus lamina antara tulang belakang dihubungkan oleh suatu ligament
kuning yang elastic, yang dinamakan sebagai ligamentum flavum. Bagian
kaudal dari sumsum tulang belakang, konus medularis, terletak mulai dari level
vertebrata L-1 kebawah. Dan berakhir sebagai pipa tipis yang dinamakan filum
terminale. Kanalis spinalis daerah lumbal yang mengandung akar-akar saraf
motoric dan sensorik lumbal maupun sacral yang tampil seperti ekor kuda serta
dinamakan kauda ekuina. Akar-akar saraf ini terletak didalam kantung
durameter arachnoid yang berbentuk silindris yang berisi likuor.
Pada sisi kiri dan kanan tiap level spinal ada akar saraf yang mengandung
komponen sensorik dan motoric, yang keluar dari kantong durameter. Saraf
tersebut berjalan pada bagian lateral kantong dura kira-kira 2,54 cm ( 1 inci ),
baru kemudian membelok keluar dari ( tulang ) kanalis spinalis pada satu level
dibawahnya.
2.2.

Definisi
Diskus intervetrebalis adalah lempengan kartilago yang berbentuk
sebuah bantalan diantara dua tulang belakang. Material yang keras dari
vebrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah

diskus

dinamakan

nucleus

pulposus.

Pada

hernia

diskus

intervetebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol kedalam


annulus (cincin vibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi.

System persyarafan

Page 5

HNP adalah keadaan nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian


menekan kearah kanalis spinalis melalui anulus vibrosis yang sobek. HNP
merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis dikolumna
vertebralis pada diskus intervertebalis/ diskogenis.
Hernia diskus intervertebalis (herniation of intervertebral disk) atau
disebut juga hernia nucleus pulposus adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh penonjolan nucleus pulposus dari diskus kedalam anulus (cincin
pibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar
syaraf.
2.3.

Etiologi
Penyebab dari hernia nucleus pulposus (HNP) biasaya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degenerative yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Anulus fibrosus mengalami
perubahan perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annolus
fibrosus biasanya didaerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan
Agur, 2013)
Hernia nucleus pulposus atau HNP kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang berulang mengenai diskus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada

System persyarafan

Page 6

kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan
oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau
bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong

kearah

medulla

spinalis,

atau

memungkinkan nucleus pulposus terdorong

mungkin

ruptur

dan

terhadap sakus doral atau

terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
2.4.

Manifestasi Klinis
Herniasi diskus disertai nyeri dapat terjadi pada bagian spinal
manapun : servikal, torakal, atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada
lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada
struktur sekitarnya. Selain itu, gejala dari HNP adalah kejang otot,
kelemahan pada otot atau bagian atrophy, nyeri yang menyebar ke daerah
bokong, betis dan kak, nyeri diperparah jika batuk, tertawa, terjadi nyeri
pada pada tulang belakang, kekakuan pada kaki dan betis dan juga pada saat
duduk dalam jangka waktu yang lama.
Nyeri akan berkurang bila istirahat berbaring. Penderita seringkali
mengeluh kesemutan atau bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan
distribusi persarafan yang terlibat.

2.5.

Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi,
maka resiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya
presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatic ketika hendak
menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainnya.
Menjebolnya (Herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus
tulang belakang diatas atau dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke
kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus kedalam
korpus. Vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai
nodus Schmorl. Sobekan sirkumferansial dan radial pada annulus fibrosus

System persyarafan

Page 7

diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl.


Merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis
yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
iskhialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus kekanalis vertebralis
berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Tidak aka nada radiks yang terkena jika
tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus kebawah
tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis
tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah
terjadi HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua
corpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP
sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid,
parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada
rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengahtengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan
ekstensi jari kelima kaki berkurang dan refleks achiler negative. Pada HNP
lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah,
bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negatif.
Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Pada percobaan tes Laseque atau tes mengankat tungkai yang lurus
(straight leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi
pada sendi panggul, akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang
(tanda Laseque positif).
2.6.

WOC

trauma

kompresi dan
fraksi nukleus
System persyarafan
kelumpuhan
menekan
saraf
syok
spinal,
nyeri
pada annulus blok
kesulitan
otot
spinalserta
cord
simpatis
nucleus
servikal
lumer
spasme
otot
leher,
fibrosus
robekbernafas
pernafasan

Stress Fisik

ligament
longitudinal
Page 8
postolateral
pemisahan
gangguan
serabut
annulus
gangguan
lempeng
saraf
tulang
motorik
nucleus
tetraplegi
robek
mobilitas

Degenerasi

respon beban
berat

penurunan
kadar protein
dan air pada
daerah
peningkatan
rupture
pada
nucleus
lumbal
nucleus
intradistal
annulus

HERNIA
NUKLEUS
PULPOSUS

NYERI

POLA NAFAS
TIDAK

gangguan
saraf
sensorik

gangguan
saraf
motorik

mati rasa,
hilang
sensitivitas

kelumpuha
n

KURANG
cemas
PENGETAH
UAN

menekan
spinal cord

syok spinal
System persyarafan

Page 9
skiatika, nyeri punggung
bawah sampai kaki
NYERI

GANGGUA
N
MOBILITA
S FISIK

gangguan saraf
otonom

gangguan
fungsi rectum
dan kandung
kemih

2.7.

GANGGUAN
POLA
ELIMINASI

Komplikasi
a. Sindroma Cauda Equina
Yaitu hernia cakram yang menekan ekor sumsum tulang belakang

(cauda equina dan ditandai rasa baal di dubur dan sekitarnya, gangguan
buang air besar dan berkemih).
b. Kelumpuhan
HNP terjadi pada seluruh ruas tulang belakang mulai dari tulang
leher sampai tulang ekor (cervical,thorakal, lumbal atau sacrum). Daerah
sakitnya tergantung dimana terjadinya penjempitan, semisal dileher maka
akan terjadi migrain atau sakit sampai kebahu. Bisa juga terjadi
penjempitan di tulang ekor maka akan terasa sakit seperti otot ketarik
pada bagian paha atau betis, kesemutan, bahkan sampai pada
kelumpuhan.
c. Disfungsi ereksi
Kerusakan syaraf menuju atau dari penis dapat menyebabkan
disfungsi ereksi. Kerusakan serupa dapat diakibatkan dari bagian
panggul atau operasi perut (umumnya operasi prostat) .terapi radiasi ,
penyakit tulang belakang , diabetes, , multiple sclerosis atau gangguan
seputar syaraf.
d. Nyeri menahun
Nyeri oleh karna HNP yang menjeit saraf rasanya lebih
menggigit, terasa seperti terbaka atau seperti terkena sengatan listrik.
Dirasakan menjalar kebagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa
nyerinya dari belakang paha menyebar kebagian bawah hingga betis
pada satu sisi. Nyeri dapat timbul setiap saat tidak terbatas apakah
sedang beraktivitas tau sedang beristirahat. Berbeda dengan nyeri akibat
gangguan di saluran kemih. Jika hambatan ada di ginjal, nyeri terasa

System persyarafan

Page 10

lebih diatas pinggang, kemeng dan penderita merasa sebatas tidak


nyaman saja. Kalua hambatan berada didalam saluran bagian bawahnya
dapat menimbulkan nyeri kolik, saat parah menimbulkan muntah dan
susah melokalisir asal nyeri
2.8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pungsi lumbal
Dengan pungsi lumbal dapat diketahui warna cairan serebrospinal
(jernih air, kuningan/xantrokrom, keruh), adanya kesan sumbatan atau
hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau persial, jumlah sel,
kadar protei, nacl dan glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya
sumbatan aliran cairan serebrospinal, maka dilakukan percobaan
queckenstedt, yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan
percepatan tetesannya, kemudian kedua vena juguralis ditekan dan
diperhatikan perubahan kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat
dengan segera, waktu tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti
semula berarti tidak ada sumbatan bila kecepatan bertambah dan
kembalinya terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total
(persial). Bila tidak ada perubahan atau makin lambat tetesannya berati
ada sumbatan total.
b. Foto Rontgen
Dengan foto rontgen polos (dari depan,samping dan seroang dan
oblique) dapat diidentifikasi adanya fraktur korpus verterba, arkus atau
prosesus spinosus. Kemudian juga dapat dilihat adanya dislokasi
vertebra, spondilolistesis,bamboo spine, destruksi vertebra (spondilitis,
keganasan),osteofit (spondilosis), rang antar vertebra menyempit
spondilosis, hnp, skoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar
vertebra (spondilosis) dan sudut ferguson lebih besar dari 30 derajat.
Setelah memperhatikan hasil foto polos kolumna vertebralis tadi,
atau memperhatikan hasil anemnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat
pula dipertimbangkan untuk dikerjakan foto paru-paru, misalnya pada
kasus

yang

mencurigakan

adanya

sebagainya.

System persyarafan

Page 11

tuberkulosis,

keganasan

dan

Milografi ialah pemeriksaan dengan memasukan bahan kontras


melalui tindakan pungsi lumbal, kemudian dilakukan pemotretan dengan
sinar tembus. Dengan mielografi ini dapat. Diketahui adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
oleh neoplasma, HNP, ataupun araknoiditis.
c. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya fibrilasi, serta dapat pula
dihitung kecepatan hantar saraf dan latensi distal. Juga dapat diketahui
adanya serabut otot yang mengalami kelainan. Tujuan pemeriksaan
ENMG ini adalah untuk mengetahui radiks mana yang terkena , atau
apakah justru terlihat adanya polineuropati.
d. Scan tomografik
Dengan scan seluruh badan dapat dilihat gambar vertebra dan jaringan
disekitarnya termasuk diskus intervertebralis. Dengan alat ini dapat
dilihat adanya HNP, neoplasma, penyempitan kanalis spinalis, penjepitan
radiks dan kelainan vertebra.
e. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protusi diskusi kecil. Apabila
secara klinis tidak didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT scan
mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat
gangguan pada diskus vertebralis.
f. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai
komplikasi cedera tulang belakang terhadap orang lain.
2.9.

Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Konservatif
Tirah Baring : Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah
duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu.
Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per, dengan demikian
tempat tidur harus dari papan yang lurus dan di tutup dengan lembar busa
tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik

System persyarafan

Page 12

akut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang
di rasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam
waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau
di

pasang

korset

untuk

mencegah

terjadinya

kontraktur

dan

mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.


b. Medikamentosa
1) Simptomatik
a.
Analgesik ( salisilat,parasetamol)
b.
Kortikosteroid ( predtison,prednisolone)
c.
Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) seperti piroksikan
d.
Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
e.
Obat penenang minor (diazepam,klordiasepoksid)
2) Kausal kolagenese
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk

diatermi (pemanasan dengan jangkauan

permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi


lordosis.
d. Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konserfatif tidak
memberikan hasil yang nyata,kambuh berulang, atau terjadi devisit
neurologis.
e. Rehabilitasi
1. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.
2. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
3. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia,infeksi saluran
kemih,dan sebagainya.

2.10. Pencegahan
Untuk pencegahan dari Hernia Nukleus Pulposus , lakukan:
a. Olahraga. Hal ini akan menjaga kelenturan dan kekuatan otot
b. Menghindari aktivitas berulang (repetitif)
c. Mengontrol berat badan sehingga tekanan pada ruas tulang belakang
tidak berat.
System persyarafan

Page 13

d. Duduk dengan sikap tubuh yang benar


e. Hindari mengendara dalam waktu yang lama
f. Mempelajari teknik mengangkat yang benar.
Bagi seseorang yang sering mengangkat benda berat, bisa menggunakan
korset lumbal untuk membantu menopang tulang belakang dan mencegah
terjadinya kerusakan saraf. Tetapi terlalu sering menggunakan perangkat ini
akan melemahkan otot-otot yang mendukung tulang belakang dan membuat
masalah menjadi lebih buruk. Konsultasikan dulu ke dokter sebelum
menggunakan perangkat semacam ini.

1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan

dengan

penjepitan

saraf

pada

diskus

intervetebralis tekanan di daerah distribusi ujung saraf


b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
ditandai dengan keterbatasan rentang gerak punggung, pelvis dan tungkai
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakberdayaan dan
merasa tidak ada harapan, kehilangan atau perubahan dalam pekerjaan.

BAB III
KASUS HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS
Tn. N 60 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah + sejak 2 bulan
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di
pinggang bawah, nyeri juga tidak mengganggu aktivitas pasien. Namun nyeri dirasakan
semakin memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tajam dialami
terus menerus sepanjang hari, tidak bergantung baik siang ataupun malam. Nyeri juga
System persyarafan

Page 14

dirasakan menjalar ke paha kanan bagian belakang, tungkai bawah hingga jari-jari kaki
kanan. Pasien juga mengeluhkan bahwa nyeri dalam 1 minggu ini sudah menggangu
aktivitas. Pasien juga mengeluhkan tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan dari
anak atau istrinya. Nyeri dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan
posisi ( tidur ke duduk atau duduk ke berdiri), saat batuk, mengedan, dan bersin. Nyeri
dirasakan berkurang dengan posisi berbaring disertai posisi kaki yang ditekuk.
Pasien juga mengalami kebas di bagian lateral tungkai bawah kanan hingga ke
jari-jari kaki kanan. Kebas dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak ada mengalami
keluhan buang air kecil maupun air besar. Tidak ada trauma tulang belakang, demam,
batuk lama, serta penurunan berat badan. Pasien pernah mengalami nyeri pinggang
bawah dialami sejak tahun 2005. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit baik hipertensi
maupun diabetes mellitus. Dalam keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit baik
hipertensi maupun diabetes mellitus.
Pasien pernah berobat dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan mendapat
terapi injeksi obat secara intratekal, hasilnya keluhan pasien membaik, tahun 2005.
Tahun 2011 sekitar 2 bulan yang lalu pasien juga berobat dengan keluhan nyeri
pinggang bawah dan mendapat terapi obat oral, hasilnya pasien membaik dengan
pengobatan. 1 minggu yang lalu pasien berobat dengan keluhan nyeri punggang bawah
ke dr.Sp.S sama seperti sebelumnya dan mendapat terapi obat oral namun hasilnya juga
tidak ada perbaikan. 5 hari yang lalu, pasien juga berobat dengan keluhan nyeri
punggang bawah ke dokter yang sama dan mendapat terapi obat oral namun hasilnya
juga tidak ada perbaikan. 2 hari yang lalu pasien berobat dengan keluhan nyeri
punggang bawah ke dokter yang sama dan mendapat terapi obat oral serta dianjurkan
menggunakan korset lumbal, namun hasilnya tidak ada perbaikan. Pasien merasa
khawatir dan takut akan penyakitnya karena telah melalui pengobatan yang cukup lama
namun penyakit belum dapat disembuhkan dan cemas dapat kehilangan pekerjaanya.
Pasien bekerja sebagai mekanik disalah satu kantor alat-alat berat dengan posisi
kerja yang sering berjongkok dalam waktu yang lama serta posisi duduk dengan tubuh
menghadap ke satu sisi dalam waktu yang lama. Pasien memilki kebiasaan merokok
sejak 28 tahun yang lalu dan Olah raga ( jalan pagi) tidak rutin seminggu sekali. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit,

System persyarafan

Page 15

frekuensi napas 24x/menit, suhu 36,90C, mata tampak konjungtiva tidak pucat, sklera
anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak oral hygiene
baik, leher, paru, jantung, serta abdomen dalam batas normal.
3.2.1 Pengkajian Keperawatan
Tanggal Pengkajian

: 23 Maret 2012

Tanggal masuk
: 23 Maret 2012
Ruang/Kelas
: MELATI / I
Nomor Register
: 098788123
Diagnosa Medis
: HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
a) Identitas Pasien
Nama Klien
: Tn. N
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 60 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SD
Bahasa Yang Digunakan
: Indonesia
Pekerjaan
: Pekerja Bangunan
Alamat
: Jalan. Ternate No.35
Sumber Biaya (Pribadi,Perusahaan,Lain-lain : Pribadi
Sumber Informasi (Klien/Keluarga)
: Klien

Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pinggang bawah + sejak 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

b)

Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang bawah, nyeri juga tidak
mengganggu aktivitas pasien. Namun nyeri dirasakan semakin memberat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tajam dialami terus menerus sepanjang
hari, tidak bergantung baik siang ataupun malam. Nyeri juga dirasakan menjalar ke
paha kanan bagian belakang, tungkai bawah hingga jari-jari kaki kanan. Pasien juga
mengeluhkan bahwa nyeri dalam 1 minggu ini sudah menggangu aktivitas. Nyeri
dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi ( tidur ke duduk
atau duduk ke berdiri), saat batuk, mengedan, dan bersin. Nyeri dirasakan
berkurang dengan posisi berbaring disertai posisi kaki yang ditekuk.
Pasien juga mengalami kebas di bagian lateral tungkai bawah kanan hingga ke
jari-jari kaki kanan. Kebas dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak ada
System persyarafan

Page 16

mengalami keluhan buang air kecil maupun air besar. Tidak ada trauma tulang
belakang, demam, batuk lama, serta penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
a.Riwayat nyeri pinggang bawah dialami sejak tahun 2005
b. Tidak ada riwayat HT
c.Tidak ada riwayat DM
Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa.
b. Tidak ada riwayat HT maupun DM
Riwayat Pengobatan
a. Tahun 2005 pasien berobat dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan
mendapat terapi injeksi obat secara intratekal, hasilnya keluhan pasien
membaik.
b. Tahun 2011 sekitar 2 bulan yang lalu pasien juga berobat dengan keluhan nyeri
pinggang bawah dan mendapat terapi obat oral, hasilnya pasien membaik
dengan pengobatan.
c. 1 minggu yang lalu pasien berobat dengan keluhan nyeri punggang bawah ke
dr.Sp.S sama seperti sebelumnya dan mendapat terapi obat oral namun
hasilnya juga tidak ada perbaikan
d. 5 hari yang lalu, pasien juga berobat dengan keluhan nyeri punggang bawah ke
dokter yang sama dan mendapat terapi obat oral namun hasilnya juga tidak ada
perbaikan
e. 2 hari yang lalu pasien berobat dengan keluhan nyeri punggang bawah ke
dokter yang sama dan mendapat terapi obat oral serta dianjurkan
menggunakan korset lumbal, namun hasilnya tidak ada perbaikan.
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari
klien)

System persyarafan

Page 17

Keterangan :

Lakilaki
perempu

klie
n
Tinggal
serumah
meningg
al

menika
h

a. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1. Adakah orang terdekat klien : Suaminya
2. Interaksi dalam keluarga :
a. Pola Komunikasi
: Baik
b. Pembuatan Keputusan
: Keluarga
c. Kegiatan Kemasyarakatan
: Tidak ada
3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga : aktivitas keluarga
terhambat karena menjaga klien di rumah sakit
Masalah yang mempengaruhi klien : Klien merasa terbebani dengan penyakit
yang di derita
Riwayat Pekerjaan
Bekerja sebagai mekanik disalah satu kantor alat-alat berat dengan posisi kerja
yang sering berjongkok dalam waktu yang lama serta posisi duduk dengan tubuh
menghadap ke satu sisi dalam waktu yang lama.
Riwayat Kebiasaan
Merokok sejak 28 tahun yang lalu dan olah raga ( jalan pagi) tidak rutin
seminggu sekali
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. IMT

System persyarafan

: 74 kg
: 170 cm
: 25,6 (over weight)

Page 18

4. Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
5. Nadi
: 88 X/menit
6. Frekuensi Nafas
: 24 X/menit
7. Suhu Tubuh
: 36,5oC
8. Keadaan Umum
: Compos Metis
9. Pembesaran Kelenjar Getah Bening
10. Keadaan umum
11. Kesadaran

: Tidak ada
: Sakit sedang
: Composmentis
(GCS: E4V5M6 )

Pengkajian Fisik Per-sistem


a. Sistem Penglihatan
1. Posisi mata
: Simetris
2. Kelopak mata
: Normal
3. Pergerakan bola mata : Normal
4. Konjungtiva
: Tidak Anemis
5. Kornea
: Normal
6. Sklera
: Ikterik
7. Pupil
: Isokor
8. Otot-otot mata
: Tidak Ada kelainan
9. Fungsi penglihatan
: Baik
10. Tanda-tanda radang : Tidak ada
11. Pemakaian kaca mata : Tidak
12. Pemakaian lensa kontak : Tidak
13. Reaksi terhadap cahaya : Normal
b. Sistem Pendengaran
1. Daun telinga
: Normal
2. Karakteristik serumen : Tidak ada
3. Kondisi telinga tengah : Normal
4. Cairan dari telinga
: Tidak ada
5. Perasaan penuh di telinga : Tidak ada
6. Tinitus
: Tidak ada
7. Fungsi pendengaran : Normal
8. Gangguan keseimbangan: Tidak
9. Pemakaian alat bantu : Tidak
c. Sistem wicara
: Normal
d. System pernafasan
1. Jalan nafas
: Bersih
2. Pernafasan
: Tidak Sesak
3. Menggunakan otot bantu pernafasan : Tidak
4. Frekuensi
: 24 X/menit
5. Irama
: Teratur
6. Jenis pernafasan
: Spontan
7. Kedalaman
:8. Batuk
: Tidak ada

System persyarafan

Page 19

9. Sputum
: Tidak ada
10. Konsistensi
: Tidak
11. Terdapat darah
: Tidak
12. Palpasi dada
:13. Perkusi dada
:14. Suara nafas
: Sonor
15. Nyeri saat bernafas
: Tidak
16. Penggunaan alat bantu nafas
: Tidak
e. System kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer
- Nadi
: 88 X/menit
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Distensi vena jugularis
: Tidak
- Temperature kulit
: Hangat
- Warna kulit
: kuning
- Pengisian kapiler
: < 3 detik
- Edema
: Tidak ada
2. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical :
- Irama
: Teratur
- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
- Sakit dada
: Tidak ada
*Timbulnya
:*Karakteristik
:*Skala nyeri
:g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
- Pucat
: Tidak
- Perdarahan
: Tidak
h. System Saraf Pusat
:
- Keluhan sakit kepala
: Tidak ada
- Tingkat kesadaran
: Compos Metis
- Glasgow coma scale (GCS)
: 15 (G = 6 C=5 S=4)
- Tanda-tanda peningkatan TIK
: Tidak ada
- Gangguan Sistem Persarafan
: Tidak ada
- Pemeriksaan refleks
: Refleks spontan
i. Sistem Pencernaan
:
1. Keadaan mulut
: 1) Gigi
: Tidak caries
2) Penggunaan gigi palsu : Tidak
3) Stomatitis
: Tidak
4) Lidah Kotor
: Tidak
5) Salifa
: Normal
2. Muntah
: Tidak
- Isi
:- Warna
:- Frekuensi : - Jumlah
:3. Nyeri daerah perut
:-

System persyarafan

Page 20

4. Skala nyeri
5. Lokasi & karakteristik nyeri
6. Bising Usus
7. Diare
8. Warna Feces
9. Konsistensi Feces
10. Konstipasi
11. Hepar
12. Abdomen

::: 7x/menit
: Tidak
: feses normal
: lunak
: Tidak
: Normal
: Normal

j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid
: Tidak
Nafas berbau Keton
: Tidak
Luka Ganggren
: Tidak
k. System Urogenital
Balanced cairan
: Intake : Tidak Terkaji
B.a.k :
Warna :
Distensi//ketegangan kandung kemih :
Keluhan sakit pinggang
:
Skala nyeri
:
l. System Integumen
Turgor kulit
: baik
Temperature kulit
: Hangat
Warna kulit
: Normal
Keadaan kulit
: Normal
Kelainan kulit
: Tidak
Kondisi kulit daerah pemasangan infuse
: Tidak terkaji
Keadaan rambut : - Tekstur
: Baik
- Kebersihan : Baik
Tandai lokasi luka bakar pada diagram dibawah ini : Tidak ada
m. System Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan
: Ya
Sakit pada tulang, sendi, kulit : Ya
Fraktur
: Tidak
Lokasi : di pinggang bawah menjalar ke paha kanan dan kiri bagian
belakang, tungkai bawah hingga jari-jari kaki.
Kondisi : nyeri terasa tajam, sakit untuk melakukan pergerakan,
kelemahan pada ekstermitas bawah
Kelainan bentuk tulang sendi
: Tidak
Kelainan struktur tulang belakang
: Tidak
Keadaan tonus otot
: Tidak
Kekuatan otot :

System persyarafan

5555
3333

Page 21

5555
3333

n. System psikiatrik
Tingkah
Laku
Perasaan
Hati
Orientasi
Kecerdasan

Daya Ingat

Normal

Agak cemas

:
:

Normal
Normal

Normal

o. Status Neurologis
Sikap Tubuh
Gerakan Abnormal
Kepala

:
:
:

Lurus dan simetri


(-)
Normocephal

Pemeriksaan Nervus Kranialis


NERVUS CRANIALIS
N.I
Daya Penghidu
N.II Daya Penglihatan
Penglihatan Warna

N.III

Kanan
Normal/Normal
Normal/Normal
Normal/Normal

Lapang Pandang

Normal/Normal

Ptosis

-/-

Gerakan mata ke medial


Gerakan mata ke atas
Gerakan mata ke bawah
Ukuran Pupil
Reflek cahaya Langsung
Reflek cahaya konsensuil

Normal/Normal
Normal/Normal
Normal/Normal
+ (3 mm)
+
+

System persyarafan

Page 22

Kiri

+ (3mm)
+
+

Strabismus divergen

N.IV

Gerakan

mata

ke

-/-

lateral

bawah
Strabismus konvergen
Menggigit

N.V

N.VI

+/+
-/Normal/Normal

Membuka mulut

Normal/Normal

Sensibilitas muka
Reflek kornea

Normal/Normal
+

Trismus

-/-

Gerakan

mata

ke

bawah
Strabismus konvergen
N.VII Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi

lateral

+/+
-/Normal/Normal
Simetris/simetris
Simetris/simetris
Normal/Normal
Normal/Normal
Normal/Normal
Normal/Normal

Daya kecap lidah 2/3 depan Normal/Normal

System persyarafan

Page 23

Mendengar suara berbisik


+/+
Mendengar detik arloji
+/+
N.VIII Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tes Schawabach
Tidak dilakukan
Tes Weber
Tidak dilakukan
Arkus Faring
Normal/Normal
Daya kecap lidah 1/3
Normal/Normal
belakang
N.IX
Reflek muntah
+
Sengau

Tersedak

Denyut nadi
90x/mnt regular
Arkus Faring
Simetris/simetris
N.X
Bersuara
Normal/Normal
Menelan
Normal/Normal
Memalingkan kepala
Normal/Normal
Sikap bahu
Normal/Normal
N.XI
Mengangkat bahu
Normal/Normal
Trofi otot bahu
Eutrofi/Eutrofi
Sikap Lidah
Normal/Normal
Artikulasi
Normal/Normal
Tremor Lidah
-/N.XII
Menjulurkan Lidah
Normal/Normal
Trofi otot lidah
Eutrofi/Eutrofi
Fasikulasi Lidah
-/Sensibilitas

: normal

Fungsi Vegetatif

: BAB dan BAK normal

Refleks Patologis

: Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-),

Oppenheim (-/-),
Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).
PEMERIKSAAN KHUSUS

System persyarafan

Page 24

Posisi terlentang :
Lasegue : (-/+)
Braggard : (-/+)
Patrick : (-/+)
Kontra patrick : (-/+)
Posisi telungkup
Pasien sulit melakukan posisi telungkup

Nyeri tekan otot paravertebra VL5-VS1

Gibbus : (-)

Spasme otot (+)

Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri

Posisi tegak

Deformitas :

Pelvis : dbn

Atrofi gluteal, paha, betis :

Spasme otot :

Gerakan aktif otot punggung :

Jongkok berdiri :

System persyarafan

Page 25

Berjalan jinjit atau tumit :

Pemeriksaan
Hematologi

Hasil

Nilai Rujukan

12,7
7,4
4,13
37,1
270
89,8
30,8
34,2
13,0
7,5

14,0-18,0 g/dl
4,0-10 ribu
4,0-6,2 juta
40-58 %
200-400 ribu
80-90 mikro m3
27-34 pg
32-36 g/dl
10-16 %
7-11 mikro m3

87
25,8
0,80
20
24
6,84
4,37
2,47

70-100 mg/dl
10-50 mg/dl
0,62-1,1 mg/dl
0-50 U/L
0-50 IU/L
6-8 g/dl
3,4-4,8 g/dl
2.0-4.0 g/dl

Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Protein total
Albumin
Globulin

Foto LumboSacral AP-Lateral :


Kesan :
1) terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L4-L5, L5-S1
2) Tak tampak osteofit, kompresi, dan listesis
Hasil MRI:
Kesan

System persyarafan

Page 26

a. Kedudukan tulang baik


b. Tak tampak listesis
c. Degenerasi diskus intervertebralis L5-S1
d. Bulging pada diskus intervertebralis L5-S1 disertai penyempitan foramen
neuralis kanan kiri
Konsultasi dr.Spesialis Rehab Medik
Hasil Konsultasi:
Evaluasi Rehab Medik
S : nyeri pinggang bawah
Program Rehab Medik (Fisioterapi) :
a.Positioning
b. Alih baring
c.TENS
d. SWD
e.Traksi
f. Pemasangan korset
g. Edukasi pasien dan Keluarga
3.2 Data Fokus
Data Subyektif
Data Obyektif
1. Klien mengatakan nyeri bahwa 1. Keadaan Umum : Compos Metis
nyeri dalam 1 minggu ini sudah

Tanda-Tanda Vital :

menggangu aktivitas dan saat

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

System persyarafan

Page 27

pasien

melakukan

perubahan

posisi ( tidur ke duduk atau duduk


ke berdiri), saat batuk, mengedan,
dan bersin
2. Klien mengatakan mengeluhkan
tidak dapat melakukan aktivitas
3. Klien merasa cemas dan takut

Suhu

: 36,5oC

Nadi
: 88 X/menit
Pernafasan
: 24 X/menit
Skala Nyeri
:8
P = terdapat penyempitan pada diskus
intervetebralis L4-L5, L5-S1
Q = nyeri terasa tajam
R = terletak di pinggang di pinggang bawah

akan kehilangan pekerjaannya.

menjalar ke paha kanan dan kiri bagian


belakang, tungkai bawah hingga jari-jari
kaki.
S = skala nyeri 8
T = semenjak 1 minggu yang lalu
Wajah klien tampak meringis,

Klien

memegang bagian nyeri yang dirasakan


Hasil pemeriksaan penunjang, antara lain :
X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan :
1. terdapat

penyempitan

pada

discus

intervertebralis pada L4-L5, L5-S1


2. Tak tampak osteofit, adanya kompres
Hasil MRI
Kesan :
1. Kedudukan tulang baik
2. Tak tampak listesis
3. Degenerasi diskus intervertebralis L5-S1
4. Bulging pada diskus intervertebralis L5S1

disertai

penyempitan

neuralis kanan kiri

System persyarafan

Page 28

foramen

5. Terdapat

nucleus

pulposus

yang

menonjol keluar ke lateral


2. System Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan
Sakit pada tulang, sendi, kulit
Fraktur
Lokas

: Ya
: Ya
: Tidak

:di pinggang bawah menjalar


ke paha kanan dan kiri
bagian belakang, tungkai
bawah hingga jari-jari kaki.

Kondisi

: nyeri terasa tajam, sakit


untuk

melakukan

pergerakan,

kelemahan

pada ekstermitas bawah


Kelainan bentuk tulang sendi
:
Tidak
Kelainan struktur tulang belakang

Tidak
Keadaan tonus otot

Tidak

Kekuatan otot :
5555

5555

3333

3333

Klien merasakan nyeri menjalar ke paha kanan


bagian belakang, tungkai bawah hingga jari-jari
kaki kanan.
Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya
selama 1 minggu dan tidak dapat melakukan
aktivitas tanpa bantuan anak ataupun istrinya.
3. Sistem psikiatrik atau mental pasien

System persyarafan

Page 29

menunjukkan bahwa perasaan klien cemas.


Klien tampak khawatir akan kehilangan
pekerjaannya.
Klien tampak tak berdaya dan tidak ada
harapan dengan penyakitnya.
3.3 Analisa Data
No.
1.

Data
Masalah
Ds : Klien mengatakan nyeri pada Nyeri Akut

Etiologi
Agen
cedera

fisik,

bahwa nyeri dalam 1 minggu ini

penjepitan

pada

sudah menggangu aktivitas dan saat

diskus

pasien melakukan perubahan posisi (

tekanan

tidur ke duduk atau duduk ke

distribusi ujung saraf

berdiri), saat batuk, mengedan, dan


bersin
Do :
Keadaan Umum : Compos Metis
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5oC
Nadi : 88 X/menit
Pernafasan: 24 X/menit
Skala Nyeri : 8
P = terdapat penyempitan pada
diskus
intervetebralis L4-L5, L5-S1
Q = nyeri terasa tajam
R =terletak di pinggang di pinggang
bawah menjalar ke paha kanan dan
kiri bagian
belakang, tungkai bawah hingga
jari-jari kaki.
S = skala nyeri 8
T = semenjak 1 minggu yang lalu
Wajah klien tampak meringis, Klien
System persyarafan

Page 30

saraf

intervetebralis
di

daerah

memegang

bagian

nyeri

yang

dirasakan
Hasil pemeriksaan penunjang, antara
lain :
X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan :
3.

terdapat penyempitan pada


discus intervertebralis pada L4-L5,
L5-S1

4.

Tak tampak osteofit, adanya


kompresi
Hasil MRI:
Kesan

6.

Kedudukan tulang baik

7.

Tak tampak listesis

8.

Degenerasi

diskus

intervertebralis L5-S1
9.

Bulging

pada

diskus

intervertebralis

L5-S1

disertai

foramen

neuralis

penyempitan
kanan kiri
10.

Terdapat nucleus pulposus


yang menonjol keluar ke lateral

2.

Ds :

Hambatan

Klien mengatakan mengeluh tidak mobilitas


dapat melakukan aktivitas

fisik

Do :

berhubunga

System persyarafan

Page 31

gangguan
neuromuscular

System Muskuloskeletal

n dengan

Kesulitan dalam pergerakan : Ya


Sakit pada tulang, sendi, kulit : Ya
Fraktur : Tidak
Lokasi : di pinggang bawah
menjalar ke paha kanan dan kiri
bagian belakang, tungkai bawah
hingga jari-jari kaki.
Kondisi : nyeri terasa tajam, sakit
untuk

melakukan

pergerakan,

kelemahan pada ekstermitas bawah


Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak
Kelainan struktur tulang belakan :
Tidak
Keadaan tonus otot : Tidak
Kekuatan otot :
5555

5555

3333

3333

Klien merasakan nyeri menjalar ke


paha kanan bagian belakang, tungkai
bawah hingga jari-jari kaki kanan.
Klien

tidak

dapat

melakukan

aktivitasnya selama 1 minggu dan


tidak dapat melakukan aktivitas
tanpa bantuan anak ataupun istrinya.

System persyarafan

Page 32

3.

Ds: Klien merasa cemas dan takut Koping

ketidakberdayaan

dan

akan kehilangan pekerjaannya.

merasa

ada

individu

tidak

Do : Sistem psikiatrik atau mental tidak efektif

harapan, kehilangan atau

pasien menunjukkan bahwa perasaan

perubahan

klien cemas.

pekerjaan

Klien

tampak

khawatir

dalam

akan

kehilangan pekerjaannya.
Klien tampak tak berdaya dan tidak
ada harapan dengan penyakitnya.

3.4 Diagnosa Keperawatan

No
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri

(P&E)
akut

berhubungan
penjepitan
diskus

Tanggal

Ditemukan
yang Tanggal :
23 maret 2012
dengan

saraf

Tanggal
Teratasi
Belum teratasi

pada

intervetebralis

tekanan

di

daerah

distribusi ujung saraf


2.

Hambatan mobilitas fisik Tanggal :


23 maret 2012
berhubungan
dengan

Belum teratasi

gangguan neuromuscular
ditandai

dengan

keterbatasan

rentang

gerak punggung, pelvis


dan tungkai
3.

Koping
efektif

individu

tidak Tanggal :
23 maret 2015
berhubungan

dengan ketidakberdayaan
dan merasa tidak ada

System persyarafan

Page 33

Belum teratasi

Nama Jelas

harapan, kehilangan atau


perubahan

dalam

pekerjaan.

3.5 Intervensi Keperawatan


No
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri

akut

NOC/TUJUAN

yang Setelah

berhubungan dengan agen tindakan

NIC

dilakukan Pain managemen :


asuhan 1. lakukan pengkajian nyeri

cedera fisik, penjepitan saraf keperawatan selama 3x24

secara

pada diskus intervetebralis jam pada pasien dengan

termasuk

lokasi,

tekanan di daerah distribusi gangguan nyeri akut dapet

karakteristik

durasi,

ujung saraf

vrekuensi, kualitas dan

teratasi.
NOC :

faktor presipitasi
2. kontrol lingkungan yang

Pain level:
1. melaporkan

nyeri

berkurang
2. tidak
menunjukan
eksperesi

wajah

menahan nyeri
3. mampu
mengontrol
nyeri

2.

Hambatan

mobilitas

berhubungan
gangguan

fisik Setelah

dengan tindakan

komprehensif

dapat
nyeri

mempengaruhi
seperti

ruangan,

suhu

pencahayaan,

dan kebisimgan
3. ajarkan tentang teknik
non faramakologi : tarik
nafas dalam
4. kolaborasi

pemberian

analgetik
dilakukan Exercise therapy:
asuhan Ambulance

neuromuscular keperawatan selama 3x24 1. monitoring

vital

ditandai dengan keterbatasan jam pada pasien dengan

sebelum

rentang

latihan dan lihat respon

gerak

pelvis dan tungkai

punggung, hambatan mobilitas fisik


dapat teratasi.

System persyarafan

Page 34

sesudah

pasien saat latihan


2. kaji kemampuan pasien

NOC:
1. aktivitas

dan

sign

klien

dalam mobilisasi

meningkat
3. latih
pasien
dalam
2. mengerti tujuan dan
pemenuhan
kebutuhan
peningkatan
ADL secara mandiri
mobilitas
sesuai kemampuan
3. memverbalisasikan
4. konsultasikan
dengan
perasaan
dalam
terapi
fisik
tentang
meningkatan
rencana ambulasi sesuai
kekuatan
dan
dengan kebutuhan
kemampuan
3.

Koping

individu

berpindah
tidak Setelah
dilakukan Coping Enhancement:

efektif berhubungan dengan tindakan


ketidakberdayaan

asuhan

1. hargai

pemahaman

dan keperawatan selama 3x24

pasien tentang proses

merasa tidak ada harapan, jam pada pasien dengan

penyakit dan konsep diri


2. sediakan
informasi

kehilangan atau perubahan koping tidak efektif dapat


dalam pekerjaan

actual tentang diagnosis,

teratasi.

penangan dan prognosis


3. bantu pasien untuk

NOC:
1. menunjukkan

mengidentifikasi strategi

fleksibilitas peran
2. mempunyai
perencanaan

positif untuk mengatasi


pada

kondisi kegawatan
3. menggunakan support
social

keterbatasan

dan

mengelola gaya hidup


dan perubahan peran
4. bantu klien beradaptasi
dan

mengantisipasi

perubahan peran

3.6 Implementasi Keperawatan


No. Dx Kep.
1.

Tanggal
23-03-2012

Tindakan
Paraf
1. melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Ttd
termasuk lokasi, karakteristik durasi, vrekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. mengontrol
lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

System persyarafan

Page 35

pencahayaan, dan kebisimgan


3. mengajarkan tentang teknik non faramakologi :
tarik nafas dalam
4. mengkolaborasi pemberian analgetik
2.

23-03-2012

1. memonitoring vital sign sebelum dan sesudah


latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri sesuai kemampuan
4. mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

3.

23-02-2012

1. menghargai pemahaman pasien tentang proses


penyakit dan konsep diri
2. menyediakan informasi actual tentang diagnosis,
penangan dan prognosis
3. membantu pasien untuk

mengidentifikasi

strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan


mengelola gaya hidup dan perubahan peran
4. membantu klien beradaptasi dan mengantisipasi
perubahan peran

3.7 Evaluasi Keperawatan


No. Dx.
Kep.
1.

Tanggal
23-032012

Evaluasi

Paraf

S : Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada Ttd


daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari
terasa berat.
P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda
berat),
Q:

Nyeri

seperti

ditusuk-tusuk,

sifatnya

menetap,
R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai
menjalar ke paha,

System persyarafan

Page 36

T : nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan


nyeri sedikit berkurang saat istirahat.
O : Suhu : 36C, Nadi : 80 x/mnt, TD : 120/80
mmHg, RR : 20 x/mnt, BB : 65 Kg, , Skala nyeri : 6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
-

2.

23-032012

kaji nyeri secara komprehensif


ajarkan tentang teknik non farmakologi :

tarik nafas dalam


- kolaborasi pemberian analgetik
S : Klien masih mengatakan tidak dapat melakukan
aktifitas
O : Ekstermitas bagian bawah klien masih
mengalami kelemahan
Tanda-Tanda Vital: Suhu : 36C
Nadi : 80 x/mnt,
TD : 120/80
RR : 20 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
-

3.

Monitoring tanda-tanda vital


Latih pemunuhan ADL
Jadwalkan terapi ambulasi secara rutin

23-03-

S : klien mengatakan cemas klien sudah berkurang

2012

O : Tanda-Tanda Vital: Suhu : 36C


Nadi : 80 x/mnt,
TD : 120/80
RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
-

sediakan informasi actual tentang diagnosis,

penangan dan prognosis


bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi
perubahan peran

System persyarafan

Page 37

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diskus intervetrebalis adalah lempengan kartilago yang berbentuk
sebuah bantalan diantara dua tulang belakang. Material yang keras dari
vebrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah

diskus

dinamakan

nucleus

pulposus.

Pada

hernia

diskus

intervetebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol kedalam


annulus (cincin vibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi.
HNP adalah keadaan nucleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui anulus vibrosis yang
sobek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis
dikolumna vertebralis pada diskus intervertebalis/ diskogenis.
Hernia diskus intervertebalis (herniation of intervertebral disk) atau
disebut juga hernia nucleus pulposus adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh penonjolan nucleus pulposus dari diskus kedalam anulus (cincin
pibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar
syaraf.
3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan
tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati klien Hernia Nukleus
Pulposus di lahan.

System persyarafan

Page 38

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan . Jakarta : Salemba Medika
Harsono, 2009. Neurologi Edisi 2. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Batticaca, Fransisca B, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

System persyarafan

Page 39

Anda mungkin juga menyukai