DOKTER KELUARGA
Oleh:
Rikky Dwiyanto Sulistyo
0815218
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh
orang per orang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang
harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan memenuhi faktor
3A 2C I dan Q, yaitu Available, Accesible, Affordable, Continue, Comprehensive,
Integrated dan Quality.
Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal
atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan
dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah
keluarga.
Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian,
keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang
belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem pelayanan kesehatan
dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan.
Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status
puskesmas menjadi sarana umum. Tugas puskesmas akan mengatur sanitasi dan
lingkungan atau yang bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), sedangkan
dokter keluarga menjadi private good, dokter akan menjadi bagian dari keluarga.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung tombak dalam
BAB II
DOKTER KELUARGA
2.1.
Definisi
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (IDI 1982).
Dokter keluarga adalah dokter yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh
yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, apabila
kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu
ditanggulangi, bertindak sebagai koordinator dalam merencanakan konsultasi dan
atau rujukan yang diperlukan, kepada dokter ahli yang sesuai (The American Board
of Family Practice, 1969)
Dokter
keluarga
adalah
dokter
yang
memiliki
tanggung
jawab
Berprofesi khusus
Dididik secara khusus untuk mencapai standar profesi sebagai penyelenggara
layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2.2.
dimasyarakat tersebut.
Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang
dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk
mengatasi berbagai penyakit yang mirip atau tidak khas serta
berbagai penyakit yang tergolong psikosomatik.
masyarakat sekitarnya.
Memberikan pelayanan
kesehatan
secara
menyeluruh
dan
disampaikan.
Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
2.3.
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah
sakit (RS),
2.4.
seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus ini didapat
melalui program pelatihan dokter keluarga. Kompetensi tersebut antara lain:
Dapat bekerjasama secara profesional dan harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
10
2.5.
keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Praktek dokter keluarga dapat diselenggarakan dibeberapa sarana
kesehatan, antara lain rumah sakit, dimana terdapat unit khusus dokter
keluarga, klinik dokter keluarga, dan praktek dokter swasta yang dapat
berbentuk praktek mandiri atau berkelompok.
2. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum (terletak di tempat
strategis).
3. Mempunyai bangunan yang memadai dan dilengkapi dengan sarana
komunikasi.
4. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan dokter
keluarga.
5. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis yang telah
lulus perlatihan khusus pembantu klinik dokter keluarga.
6. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah.
7. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
dan berkesinambungan.
8. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur.
9. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik
yang bersangkutan.
2.6.
zaman penjajahan yang populer dengan sebutan dokter rumah (huisaris). Dokter
rumah lebih memusatkan perhatiannya kepada penderita sebagai manusia seutuhnya,
11
12
berjalan, dimana daerah cakupan puskesmas yang luas, terdiri atas: Desa Sukamanah,
Desa Tegal Sumedang, Desa Rancaekek Kulon, Desa Rancaekek Wetan, dan
Kelurahan Rancaekek Kencana dengan total penduduk dalam satu kecamatan yaitu
59.144 jiwa, sedangkan dokter yang bertugas dalam satu kecamatan hanya terdapat
13 orang dokter yang terdiri dari 10 orang dokter umum dan 3 orang dokter gigi,
dimana masing-masing dokter memiliki tugas sepeti bertugas di poliklinik umum/
gigi, unit rawat inap maupun sebagai kepala puskesmas. Selain kendala tenaga
kesehatan yang terbatas juga terdapat kendala lain yaitu belum berjalannya sistem
pembiayaan kesehatan yang baru akan berjalan pada tahun 2014 yang akan datang.
13
BAB III
KESIMPULAN
Perwujudan dokter keluarga di Indonesia masih jauh dari harapan dan masih
harus menghadapi banyak kendala, diantaranya, sistem pembiayaan masih didominasi
dengan cara tunai, lemahnya sistem asuransi kesehatan, belum tertatanya strukturisasi
pelayanan kesehatan, beragamnya kompetensi dokter di tingkat pelayanan primer,
serta belum jelasnya kedudukan dokter keluarga dalam sistem kesehatan nasional
(SKN).
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu dilakukan pengembangan dokter
keluarga di Indonesia dengan memantapkan dan menyempurnakan pelayanan dokter
umum menjadi dokter keluarga melalui pelatihan dengan modul terstruktur,
meningkatkan materi pendidikan kedokteran keluarga bagi mahasiswa kedokteran
dengan memperbaiki kurikulum pendidikan dokter di Indonesia, dan memperbanyak
pengenalan secara luas tentang dokter keluarga pada para dokter melalui seminar
maupun kegiatan pertemuan yang lain. Beberapa hal
14
DAFTAR PUSTAKA
Abrori,
Cholis.
2006.
Serba
Serbi
Dokter
Keluarga.
http://lkpk-
Tulang
Punggung
Layanan
Kedokteran
di
Indonesia.
2007.http://www.depkominfo.go.id/portal/?
act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070730143701. Diakses tgl 15 Desember
2007.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2013.
Dokter
Keluarga.
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102, diakses tanggal 8 September
2013.
Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. Sumatera Utara : FK USU.
Wonodirekso S. 2003. Praktik Dokter Keluarga. Majalah Kedokteran Indonesia, Edisi
September, 2003.
Wonodirekso S. 2003. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga. Majalah Kedokteran
Indonesia, Edisi Oktober, 2003.
15
16