Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

DOKTER KELUARGA

Oleh:
Rikky Dwiyanto Sulistyo
0815218

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh
orang per orang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang
harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan memenuhi faktor
3A 2C I dan Q, yaitu Available, Accesible, Affordable, Continue, Comprehensive,
Integrated dan Quality.
Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal
atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan
dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah
keluarga.
Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian,
keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang
belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem pelayanan kesehatan
dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan.
Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status
puskesmas menjadi sarana umum. Tugas puskesmas akan mengatur sanitasi dan
lingkungan atau yang bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), sedangkan
dokter keluarga menjadi private good, dokter akan menjadi bagian dari keluarga.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung tombak dalam

pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan


kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain.

BAB II
DOKTER KELUARGA
2.1.

Definisi
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (IDI 1982).
Dokter keluarga adalah dokter yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh
yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, apabila
kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu
ditanggulangi, bertindak sebagai koordinator dalam merencanakan konsultasi dan
atau rujukan yang diperlukan, kepada dokter ahli yang sesuai (The American Board
of Family Practice, 1969)
Dokter

keluarga

adalah

dokter

yang

memiliki

tanggung

jawab

menyelengarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pintu masuk


ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien, dan
menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa
cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia
sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung
jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan serta bertindak
3

sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan


total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien yakni
keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The American Academic
of General Practice, 1947)
llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya (IDI, 1983).
Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran personal,
menyeluruh, terpadu, berkesinambungan dan proaktif serta lebih memusatkan
perhatian dan tanggungjawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
seluruh anggota keluarga sebagai satu unit, dalam kaitan komunitas dan lingkungan
dimana keluarga itu berada, bukan pada golongan umur, jenis kelamin, organ tubuh,
jenis penyakit dan atau tertentu saja (The American Academy of Family Physician,
1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981; IDI, 1982) .
Dokter Keluarga
Dokter yang berprofesi khusus sebagai dokter praktik umum yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer dengan menerapkan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga (Wonodirekso, 2003).

Berprofesi khusus
Dididik secara khusus untuk mencapai standar profesi sebagai penyelenggara
layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Dokter Praktik Umum


Dokter yang dalam praktiknya menampung semua masalah yang dipunyai
pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit, golongan
usia, ataupun sistem organ.

Layanan Kesehatan Primer


Ujung tombak pelayanan kesehatan tempat kontak pertama dan kelanjutannya
dengan pasien guna menyelesaikan secara komprehansif semua masalah
sedini dan sedapat mungkin dengan mengutamakan pencegahan. Selanjutnya,
jika diperlukan, mengkoordinasikan tindak lanjut misalnya dengan melakukan
pemeriksaan penunjang atau merujuk/mengkonsultasikan ke pelayanan
spesialistis yang diperlukan pasien.

Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga adalah memberikan/ mewujudkan:


a. Pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik
b. Pelayanan yang kontinu
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
h. Pelayanan yang sadar biaya
i. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

2.2.

Ciri-ciri pelayanan dokter keluarga

Dokter dan pelayanan kedokteran keluarga memiliki beberapa karakteristik


tersendiri .Ciri-ciri tersebut diuraikan oleh para ahli secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menurut Lan R.McWhinney (1981)

Lebih mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan,


bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit, dan atau
teknik-teknik kedokteran tertentu.

Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan


berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu


kesempatan untuk menyelenggarakan pencegahan penyakit atau
pendidikan kesehatan.

Memandang dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang beresiko


tinggi.

Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan


kesehatan yang tersedia di masyarakat.

Diselenggarakan dalam satu daerah domisili yang sama dengan


pasiennya.

Melayani kepentingan pasien di tempat praktek, di rumah dan di


rumah sakit.

Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran.

Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai


manager dari sumber-sumber yang tersedia.

2. Menurut Lynn P.Carmichael (1973)

Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga,


memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan
atau suatu kelompok fungsional yang saling terkait, yang mana setiap

individu membentuk hubungan tingkat pertama.


Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan

keluarganya dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.


Mempunyai keterampilan diagnosis yang andal serta pengetahuan
tentang epidemiologi untuk menentukan pola penyakit yang terdapat
di masyarakat dimana pelayanan tersebut diselenggarakan, dan
selanjutnya para dokter yang menyelenggarakan pelayanan harus
memiliki keahlian mengelola berbagai penyakit yang ditemukan

dimasyarakat tersebut.
Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang
dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk
mengatasi berbagai penyakit yang mirip atau tidak khas serta
berbagai penyakit yang tergolong psikosomatik.

3. Menurut Debra P.Hymovic dan Martha Underwood Barnards (1973)

Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan

kesehatan yang lebih responsif serta bertanggung jawab.


Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan kesehatan
tingkat pertama (termasuk pelayanan darurat) serta pelayanan

lanjutan (termasuk pengaturan rujukan).


Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan pencegahan
penyakit dalam stadium dini serta peningkatan derajat kesehatan

pasien setinggi mungkin.


Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk diperhatikannya
pasien tidak hanya sebagai orang perorang, tetapi juga sebagai
anggota keluarga dan anggota masyarakat.

Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk dilayaninya pasien


secara menyeluruh dan dapat diberikan perhatian kepada pasien
secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan
keluhan yang disampaikan.

4. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982)


IDI melalui Muktamat ke-19 yang dilaksanakan di Surakarta pada tahun
1982 telah pula merumuskan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga, yaitu:

Melayani penderita tidak hanya sebagai orang-perorang melainkan


sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota

masyarakat sekitarnya.
Memberikan pelayanan

kesehatan

secara

menyeluruh

dan

memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan


sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang

disampaikan.
Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan

mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.


Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan ddan

berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.


Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

2.3.

Tugas dan Wewenang Dokter Keluarga


Tugas seorang dokter keluarga antara lain:

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh, dan


bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,

Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,

Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat


sehat dan sakit,

Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,

Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan


taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,

Menangani penyakit akut dan kronik,

Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah
sakit (RS),

Bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau


dirawat di RS,

Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,

Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,

Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,

Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar,

Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara


umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang dokter keluarga antara lain:

Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar,

Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,

Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,

Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,

Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,

Melakukan tindak prabedah, bedah minor, rawat pascabedah di unit


pelayanan primer,

Melakukan perawatan sementara,

Menerbitkan surat keterangan medis,

Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,

Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

2.4.

Kompetensi Dokter Keluarga


Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada

seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus ini didapat
melalui program pelatihan dokter keluarga. Kompetensi tersebut antara lain:

Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran


keluarga,

Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik


dalam pelayanan kedokteran keluarga,

Menguasai ketrampilan berkomunikasi,

Seorang dokter keluarga diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan


dokter- pasien yang profesional untuk:

Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga


dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana


menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan
dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko
kesehatan keluarga,

Dapat bekerjasama secara profesional dan harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

10

2.5.

Klinik Dokter Keluarga


Pelayanan kedokteran keluarga diselenggarakan dalam bentuk praktek dokter

keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Praktek dokter keluarga dapat diselenggarakan dibeberapa sarana
kesehatan, antara lain rumah sakit, dimana terdapat unit khusus dokter
keluarga, klinik dokter keluarga, dan praktek dokter swasta yang dapat
berbentuk praktek mandiri atau berkelompok.
2. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum (terletak di tempat
strategis).
3. Mempunyai bangunan yang memadai dan dilengkapi dengan sarana
komunikasi.
4. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan dokter
keluarga.
5. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis yang telah
lulus perlatihan khusus pembantu klinik dokter keluarga.
6. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah.
7. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
dan berkesinambungan.
8. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur.
9. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik
yang bersangkutan.
2.6.

Pelayanan Kedokteran Keluarga di Indonesia


Pelayanan kedokteran keluarga di Indonesia sebenarnya sudah dikenal sejak

zaman penjajahan yang populer dengan sebutan dokter rumah (huisaris). Dokter
rumah lebih memusatkan perhatiannya kepada penderita sebagai manusia seutuhnya,

11

yang lebih terpadu dan berkesinambungan, yang lebih memperhatikan biaya


kesehatan, serta yang lebih proaktif, dalam arti lebih mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif serta tidak hanya sekedar menunggu pasien di kamar praktek,
tetapi jika perlu juga mendatangi pasien di rumah. Lambat laun, pelayanan
kedokteran yang lebih profesional, lebih manusiawi, lebih efektif serta lebih efisien
ini menghilang. Pelayanan kedokteran yang lebih penuh pengabdian serta lebih luhur
tersebut, sejak awal tahun 1960-an mulai ditinggalkan.
Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia ditandai dengan munculnya
berbagai spesialis dan sub-spesialis, serta penggunaan berbagai peralatan kedokteran
canggih, yang tidak diikuti oleh penataan sub sistem pelayanan kesehatan dan sub
sistem pembiayaan kesehatan, menjadi penyebab munculnya berbagai perubahan
dalam pelayanan kedokteran keluarga. Sebagai akibat perkembangan spesialis dan
sub-spesialis, serta penggunaan berbagai peralatan kedokteran yang canggih,
pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi terkotak-kotak, tidak berkesinambungan,
kurang personal serta mahal. Prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga yang
selama ini sangat kental melekat pada pelayanan kedokteran di Indonesia akhirnya
tidak ditemukan lagi.
Menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang terpadu, berkesinambungan,
efektif, efisien, personal, serta manusiawi, dalam rangka menyempurnakan pelayanan
kesehatan, maka dilakukan upaya untuk mengembangkan kembali pelayanan
kedokteran keluarga. Untuk pengembangan tersebut, terdapat tiga pilihan, yaitu:
1. Mengembangkan pelayanan kedokteran keluarga melalui pemantapan
pelayanan kedokteran umum.
2. Mengembangkan pelayanan kedokteran keluarga sebagai salah satu
pelayanan kedokteran spesialis.
3. Mengembangkan pelayanan kedokteran keluarga melalui penerapan
prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga pada setiap pelayanan

12

kedokteran yang diselenggarakan, termasuk pelayanan kedokteran


spesialis.
Jika diperhatikan ketiga pilihan diatas, serta disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di Indonesia, dapat dilihat bahwa upaya untuk mengembangkan kembali
pelayanan kedokteran keluarga di Indonesia, bukanlah dengan melahirkan pelayanan
kedokteran keluarga yang bersifat spesialistik, atau bukan pula dengan mewajibkan
pelayanan kedokteran spesialis menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran
keluarga. Upaya untuk mengembangkan pelayanan kedokteran keluarga di Indonesia
yang dipandang tepat tampaknya dengan lebih memantapkan dan menyempurnakan
pelayanan kedokteran umum.
2.7

Pelayanan Kedokteran Keluarga di Puskesmas DTP Rancaekek


Pelayanan kedokteran keluarga di puskesmas DTP Rancaekek masih belum

berjalan, dimana daerah cakupan puskesmas yang luas, terdiri atas: Desa Sukamanah,
Desa Tegal Sumedang, Desa Rancaekek Kulon, Desa Rancaekek Wetan, dan
Kelurahan Rancaekek Kencana dengan total penduduk dalam satu kecamatan yaitu
59.144 jiwa, sedangkan dokter yang bertugas dalam satu kecamatan hanya terdapat
13 orang dokter yang terdiri dari 10 orang dokter umum dan 3 orang dokter gigi,
dimana masing-masing dokter memiliki tugas sepeti bertugas di poliklinik umum/
gigi, unit rawat inap maupun sebagai kepala puskesmas. Selain kendala tenaga
kesehatan yang terbatas juga terdapat kendala lain yaitu belum berjalannya sistem
pembiayaan kesehatan yang baru akan berjalan pada tahun 2014 yang akan datang.

13

BAB III
KESIMPULAN
Perwujudan dokter keluarga di Indonesia masih jauh dari harapan dan masih
harus menghadapi banyak kendala, diantaranya, sistem pembiayaan masih didominasi
dengan cara tunai, lemahnya sistem asuransi kesehatan, belum tertatanya strukturisasi
pelayanan kesehatan, beragamnya kompetensi dokter di tingkat pelayanan primer,
serta belum jelasnya kedudukan dokter keluarga dalam sistem kesehatan nasional
(SKN).
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu dilakukan pengembangan dokter
keluarga di Indonesia dengan memantapkan dan menyempurnakan pelayanan dokter
umum menjadi dokter keluarga melalui pelatihan dengan modul terstruktur,
meningkatkan materi pendidikan kedokteran keluarga bagi mahasiswa kedokteran
dengan memperbaiki kurikulum pendidikan dokter di Indonesia, dan memperbanyak
pengenalan secara luas tentang dokter keluarga pada para dokter melalui seminar
maupun kegiatan pertemuan yang lain. Beberapa hal

tersebut diharapkan dapat

mengatasi masalah yang dihadapi dalam mengembangkan dan mewujudkan


kedokteran keluarga di Indonesia.
Pelayanan kedokteran keluarga di puskesmas DTP Rancaekek masih belum
berjalan oleh karena beberapa alasan, yaitu jumlah penduduk yang tinggi dalam satu
kecamatan, banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing tenaga
kesehatan baik dalam hal pelayanan medis serta bidang administrasi puskesmas, dan
juga sistem pembiayaan kesehatan yang baru akan berjalan pada tahun 2014.

14

DAFTAR PUSTAKA
Abrori,

Cholis.

2006.

Serba

Serbi

Dokter

Keluarga.

http://lkpk-

indonesia.blogspot.com/2007/08/sistem-pelayanan-dokter-keluarga. diakses tgl 22


Desember 2007.
Azwar Azrul. 2002. Dokter Keluarga. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan RI
Konferensi Nasional Dokter Keluarga : Pengembangan Profesi Dokter keluarga
Sebagai

Tulang

Punggung

Layanan

Kedokteran

di

Indonesia.

2007.http://www.depkominfo.go.id/portal/?
act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070730143701. Diakses tgl 15 Desember
2007.
Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2013.

Dokter

Keluarga.

http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102, diakses tanggal 8 September
2013.
Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. Sumatera Utara : FK USU.
Wonodirekso S. 2003. Praktik Dokter Keluarga. Majalah Kedokteran Indonesia, Edisi
September, 2003.
Wonodirekso S. 2003. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga. Majalah Kedokteran
Indonesia, Edisi Oktober, 2003.

15

Wonodirekso, Sugito. 2007. WONCA World Congress of Family Medicine,


Singapore, 2427July 2007. http://ophidesanti.wordpress.com/ 2007/10/19/woncaworld-congress-kongres-untuk-dokter-keluarga/ diakses tanggal 8 September 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai