Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan


ketajaman visual dan /cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
beberapa hal, biasanya akibat proses degeneratif. 1
Sekitar 16 juta orang diseluruh dunia terkena efek katarak. Data yang
dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2 % seluruh populasi Afrika mengalami
kebutaan, dengan penyebab katarak 3,6% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu
survei yang dilakukan di 3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden
katarak senillis sekitar 15,3% dari 1269 orang yang diperiksa. 1
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,
perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat-serat lensa. Secara umum
edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Pada katarak
hipermatur relatif mengalami dehidrasi dan kapsul mengkerut akibat air keluar
dari lensa dan meninggalkan kekeruhan. Mekanisme pembentukan katarak sangat
multifaktoral, karenanya sulit untuk dipelajari. Oksidasi lipid membran, struktural,
atau enzimatik protein atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas yang
disebabkan oleh sinar UV merupakan hal awal terjadinya kejadian yang
mengakibatkan hilangnya transparansi baik dinukleus dan jaringan korteks pada
lensa. Kerusakan nukleus pada katarak biasanya terjadi sekunder akibat denaturasi
protein akibat proses oksidasi, proteolitik, dan glikasi. Agregat protein
menyebabkan berat molekul protein lebih tinggi. Peningkatan densitas optik ini
dapat menyebabkan pergeseran myopia indeks sehingga menghasilkan kesalahan
bias. Selain itu, daerah pusat lensa menjadi keruh, tampilan kekuningan sampai
terlihat pada bagian optik dengan slitlamp. 3

Katarak hanya dapat diatas dengan prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olahraga yang dapat menghindari atau menyembuhkan
seseorang dari gangguan katarak. Penelitian menunjukan, penggunaan Aldose
reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol menunjukan hasil yang memuaskan. 5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun. 3
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular. 3

(Gambar 1. Anatomi Lensa ) 3

(Gambar 2. Histologi Lensa) 3

Lensa

tidak

memiliki

persarafan

dan

pembuluh

darah.

Selama

embriogenesis mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloid dan setelah


itu secara total suplainya tergantung dari aqueus humor dan vitreus humor. Lensa
terdiri dari tiga bagian yaitu kapsul lensa, epitel lensa, korteks dan nukleus. 3
Kapsul lensa adalah membran basalis elastis yang dihasilkan oleh
epitelium lensa yang membungkus sekeliing lensa. Kapsul lensa bersifat
semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari kapiler) yang menyebabkan air dan
elektrolit masuk. 3
Didepan lensa terdapat selapis sel epitel subkapsuler yang hanya
ditemukan pada bagian anterior lensa. Pada daerah ekuator sel ini memanjang dan
berbentuk kolumner yang tersusun secara meridional. Epitel ini mempunyai
kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas sel normal termasuk
DNA, RNA, Protein, dan biosintesa lemak, dan menghasilkan ATP yang berguna
untuk menghasil energi yang diperlukan lensa. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel subkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan
kehilangan elastisitas. 2,3

Nukleus lensa lebih keras dibandingkan korteks. Serabut-serabut lamelar


subepitelial terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamelar
konsentris memanjang dan tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat
dari pinggir lensa dekat ekuator yang berhubungan dengan epitel subkapsuler.
Serat-serat ini saling berhubungan dibagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh
gabungan ujung ke ujung serabut lamelar ini dan bila dilihat dengan lampu setelah
terbentuk y bentuk y ini tegak dianterior dan terbalik di posterior. 2,3

FISIOLOGIS LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastis
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan
daya biasnya. 1,3
Kerja sama fisiologis tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata
untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa berkontribusi 15-20 dioptri. 1,3
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Akomodasi merupakan kerjasam fisiologis antara kapsul
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda jauh ke retina. Derajat
akomodasi tergantung kapasitas lensa dalam merubah bentuknya dari bentuk bulat
panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk bulat(penglihatan dekat). Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris mengalami

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior


lensa sampai ukurannya terkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot silaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang, sehingga lensa yang lentur ini berubah
bentukya menjadi lebih bulat. Kemampuan lensa untuk berakomodasi lebih kuat
pada usia muda. Kapasistas ini tergantung pada hubungan korteks dengan inti.
Pada usia muda, intinya kecil dan korteksnya tebal dan lembut yang
memungkinkan perubahan bentuk yang seluasa, sehingga bentuk lensa hampir
bulat. Pada usia lanjut intinya besar dan korteksnya tipis, sehingga perubahan
bentuk lensa hanya sedikit. 3,4

KATARAK
Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies, Inggris Cataract
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduaduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
tidak dapat mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi
akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senillis. Katarak
senillis adalah kekeruhan lensa baik dikorteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas dan muncul mulai usia 40 tahun. 1
Pada mata yang normal terdapat lensa kristal yang bening yang memiliki
nukleus lensa, ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan
mebran luar yang lentur dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.
Perubahan metaboliseme pada lensa menyebabkan lensa menjadi keras dan
kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsur-angsur akan memperkeruh
lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak sebagai bintik abuabu putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan gambar yang

buram, katarak juga menyebabkan penurunan kulitas gambar yang dihasilkan oleh
retina. 3

(Gambar 3. Lensa yang keruh akibat katarak)8

(Gambar 4. Perbandingan penglihatan mata normal dan mata katarak)8

EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan
penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses
penuaan populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai
akibat dari kekeruhan lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi
17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia, dan angka ini
diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020. 5
Penelitian The National Health adn Nutrition Examination Survey (The
NHANES) menunjukan progresifitas kekeruhan lensa meningkat sesuai dengan
usia. Presentasi kejadian kekeruhan lensa sesuai dengan peningkatan usia; 12%
terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 55-64 tahun, dan 58% pada usia 6574 tahun dimana 28,5% nya disertai dengan penurunan visus. 5

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Katarak senilis khususnya hipermatur berkembang seiring dengan proses
bertambahnya usia. Etiopatogenesis yang pasti belum jelas, ada beberapa faktor
yang berperan dalam terjadinya katarak senilis. Faktor yang berpengaruh terhadap
onset umur, jenis, dan maturitas katarak senilis adalah :
1. Herediter; berperan dalam insiden, onset umur, dan maturasi katarak
senilis pada keluarga yang berbeda.
2. Radiasi ultraviolet; banyak studi epidemiologi menunjukkan peranan
paparan sinar ultraviolet terhadap lebih awalnya onset dan maturitas dari
katarak senilis hipermatur.

3. Faktor diet; defisiensi protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin,


vitamin E, vitamin C), dan elemen esensial diduga mempercepat onset dan
maturitas katarak senilis tipe matur dan hipermatur.
4. Krisis dehidrasi; adanya episode dehidrasi sebelumnya (misalnya diare,
kolera) juga dihubungkan dengan cepatnya onset dan maturitas katarak.
5. Merokok; mengakibatkan akumulasi molekul 3 hidroksikinurinin
berpigmen dan kromofor yang dapat menyebabkan warna kekuningan.
Sianat pada rokok menyebabkan karabamilasi dan denaturasi protein lensa.
2,8

PATOLOGI
Penuaan bisa menyebabkan peningkatan ketebalan lensa dan berkurangnya
daya akomodasi, terbentuk lapisan baru di lapisan korteks secara konsentris
sehingga inti lensa tertekan dan dan mengeras, terjadi sklerosis inti lensa. Terjadi
perubahan kimia pada protein lensa sehingga terbentuk agregat-agregat protein
bermolekul besar. Agregat ini mengakibatkan terjadinya penghamburan cahaya
dan berkurangnya transparansi lensa. Selain itu perubahan kimia pada lensa juga
bisa mengakibatkan peningkatan pigmentasi sehingga lensa semakin menguning
atau sampai kecoklatan. Selain itu, proses menua juga menyebabkan penurunan
konsentrasi glutation dan potassium serta peningkatan konsentrasi sodium dan
kalsium pada sitoplasma lensa. 2,3
Mekanisme multipel juga mempengaruhi kehilangan transparansi lensa
yang progresif. Epitelium lensa yang berubah sebagian perubahan umur terutama
penurunan densitas sel epithelial lensa dan penambahan sel serat lensa yang
berbeda. Kerusakan oksidasi progresif dari lensa yang sudah tua berkembang
menjadi katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk dari
oksidasi dan penurunan dari vitamin anti oksidan dan penurunan dari enzim
superoksida dismutase. Penting untuk proses oksidasi pada pembentukan katarak.
7

STADIUM MATURASI KATARAK

Katarak insipien

Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,
dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda
morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test
negatif.
Terdapat 2 tipe katarak pada stadium ini :
a. Katarak cuneiform. Ditandai dengan kekeruhan yang berbentuk seperti
baji dengan daerah yang masih jelas diantaranya. Kekeruhan ini meluas
dari ekuator ke arah pusat dan tahap awal hanya dapat ditunjukan jika
b.

pupil dilebarkan.
Katarak kupuliformis; pada katarak jenis ini berkembang kekeruhan
berbentuk seperti piring cawan tepat di bawah kapsul yang biasanya di
sentral korteks posterior (katarak subkapsular posterior). 1,3

Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif


menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengaakibatkan lensa menjadi

bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 1,3

Katarak imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pemeriksaan shadow test positif. 1,3

(Gambar 5. Perbedaan katarak imatur dan Matur) 8

Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak

matur. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali. Pemeriksaan shadow
test negatif.

(Gambar 6. Katarak matur ) 8

Katarak hipermatur

Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila
proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak morgagni. 1,8
Pada keadaaan tertentu ekstraksi darurat katarak hypermatur ditunjukkan
dalam phacolytic glaukoma untuk menyelamatkan mata. Phacolytic glaukoma Ini
adalah glaukoma akut pada mata dengan katarak hipermatur dimana protein lensa

terdenaturasi

melewati

kapsul

lensa

utuh

ke

ruang

anterior .

( Gambar 7. katarak hipermatur dimana inti nukleus cokelat telah menyusut


dengan cairan korteks ) 8

MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar katarak termasuk katarak hipermatur kadang tidak terlihat
pada pengamatan sepintas sampai lensanya menjadi cukup keruh untuk
menyebabkan gangguan penglihatan yang berat. Dengan semakin keruhnya lensa,
fundus okuli akan semakin sulit untuk dilihat, katarak biasanya telah matur, dan
pupil menjadi putih. Keluhan-keluhan yang umumnya di alami penderita antara
lain :
1. Silau. Salah satu gangguan penglihatan yang terjadi dini pada
katarak adalah rasa silau atau ketidakmampuan menoleransi cahaya
terang; misalnya sinar matahari langsung atau lampu kendaraan
bermotor. Derajat silau tergantung pada lokasi dan ukuran
kekeruhan lensa.

2. Poliopia uniokular. Dapat berupa melihat dua atau tiga bayangan


objek. Hal ini juga merupakan gejala dini dari katarak yang
disebabkan oleh refraksi yang tidak beraturan akibat indeks
refraktif yang bervariasi sebagai hasil dari proses kekeruhan lensa.
3. Halo berwarna. Hal ini mungkin dirasakan oleh beberapa pasien
sebagai cahaya putih yang terpecah menjadi spektrum warna akibat
adanya droplet air di lensa.
4. Bintik hitam di depan mata. Bintik hitam yang stasioner dapat
5.

dirasakan oleh beberapa pasien.


Pandangan kabur, ditorsi gambar, dan pandangan berkabut dapat
terjadi pada stadium awal katarak. Penurunan atau hilangnya
penglihatan. Kemunduran visus akibat katarak senilis mempunyai
beberapa gambaran tipikal. Penglihatan yang menurun atau hilang
secara perlahan tanpa diseratai rasa nyeri. Pasien dengan kekeruhan
sentral (misalnya pada katarak kupuliformis) merasa mengalami
kemunduran penglihatan lebih awal. Penglihatan dirasakan lebih
baik ketika pupil midriasis pada malam hari dengan cayaha yang
suram (day blindness). Pada pasien dengan kekeruhan lensa di
bagian perifer (misalnya pada katarak kuneiformis) kemunduran
penglihtan lambat terjadi dan penglihatan dirasakan lebih baik pada
cahaya terang ketika pupil miosis. Pasien dengan sklerosi nuklear,
penglihatan jauh mengalami kemunduran akibat miop indeks yang
progresif. Pasien tersebut dapat membaca dekat tanpa memakai
kacamata presbiop. Perbaikan penglihatan dekat ini disebut
second sight. 4,7

DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada

stadium perkembangan yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang di
dilatasi maksimum dengan opthalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus
okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan
lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya
telah matang dan pupil mungkin tampak putih. 7
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain dari
pada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum. 7,8
Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofhtalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. 7,8

PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi, jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala,
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Indikasi utama untuk operatif adalah gangguan
penglihatan yang sudah mengganggu aktivitas pasien, operasi dilakukan terhadap
mata yang lebih dahulu sakit.
Beberapa teknik operasi yang digunakan pada katarak hpermatur.

Phacoemulsification (Phaco)

Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan


melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (2-5 mm) dengan
menggunakan getaran-getaran ultrasonik. Biasanya tidak dibutuhkan penjahitan.
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan

katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan
keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu. Metode ini merupakan
metode pilihan di Negara Barat.

Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan
luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat
dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini
juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan
dengan operasi trabekulektomi.
Katarak

Hipermatur

dengan

korteks

cair

yang memiliki inti yang padat mendapatkan hasil yang sangat baik dengan SICS .
Untuk menangani katarak hipermatur dengan menggunakan phaco menjadi sulit
karena adanya kapsul fibrosis dan zonules yang lemah. Katarak traumatik yang
diikuti

dengan

trauma

tembus,

colobomas,

RD

katarak

berikut

operasi, dll lebih baik ditangani oleh prosedur ini.


Dimana manual SICS Pengguna SICS telah berkembang sebagai alternatif
yang

efektif

untuk

fakoemulsifikasi

di

masa

kini.

Penelitian baru telah membuktikan bahwa Pedoman SICS adalah biaya-efektif


dan

memiliki

beberapa

manfaat

lebih

dari

keuntungannya

ECCE

adalah

konvensional.
sebagai

Untuk

daftar

berikut:

1. Stabilitas luka yang lebih baik dan awal


2. Inflamasi pasca operasi Kurang
3.Dapat

menghindari

jahitan

dan

(Mis prolaps iris, jahitan menyusup, perdarahan)

komplikasi

jahitan

terkait

4. Kurangnya kunjungan pasca operasi


Namun, operasi katarak ekstrakapsular masih digunakan dan, dalam
beberapa kasus, mungkin lebih aman daripada fakoemulsifikasi. Dalam kasus di
mana operasi paparan sulit, dilatasi pupil buruk, sinekia posterior , subluksasi,
katarak hipermatur , ruang anterior dalam dan posterior capsular air mata,
endocapsular fakoemulsifikasi membawa risiko komplikasi intraoperatif yang
serius dan ahli bedah akhirnya akan perlu untuk membatalkan fakoemulsifikasi
dan berubah menjadi ECCE. 4,6

KOMPLIKASI
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).
A. Komplikasi preoperatif
1. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
2. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
3. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari. 7
B. Komplikasi intraoperasi
1. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
2. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat
terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.

3. Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi


akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
PROGNOSIS
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak risiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan SICS atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan
snellen chart. 7

BAB III
KESIMPULAN
1. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan
ketajaman visual dan /cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
2. Katarak hipermatur mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering.
3. Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,
perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat-serat lensa.
Secara umum edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan
katarak. Pada katarak hipermatur relatif mengalami dehidrasi dan
kapsul mengkerut akibat air keluar dari lensa dan meninggalkan
kekeruhan.
4. Katarak pada stadium hipermatur dapat menyebabkan penurunan visus
yang signifikan jika tidak segera ditindaki.
5. Penatalaksanaan yang baik untuk katarak adalah dengan tindakan
operatif. Khusus untuk katarak hipermatur dapat digunakan teknik
Fakoemulsifikasi dan SICS.
6. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan SICS atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen
chart.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta, Sp. M, Prof. dr. H. Ilmu Penyakit Mata ed. 2 Hal. 207-218.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2. Vicente Victor D Ocampo, MD et al. Cataract, Senile. 15 september 2005.
Lee Judith and Bailey Gretchyn. Cataract and Cataract Surgery. Januari
2006.
3. Vaughan, Daniel G et al. Oftalmologi Umum (terj.) ed. 14 hal 175-183.
Widya Medika. Jakarta
4. Srinivasa, Badrinath Sengamedu et al. A case control study of senile
cataract in a hospital based population. 1996
5. Mandang J.H.AA. Katarak, Dalam: penyebab Utama Kebutaan di
Indonesia, Hal 14-31. FK Unsrat Manado,2004
6. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery, Hal 19, Penerbit Springer,
Germany, 2005.
7. Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last
update 25 Juny 2016-06-28
8. Lang, Gerhard K. Opthalmology, A Short Textbook, Hal 173-185, Penerbit
Thieme Stuttgar, New York, 2010

Anda mungkin juga menyukai