PENDAHULUAN
Katarak hanya dapat diatas dengan prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olahraga yang dapat menghindari atau menyembuhkan
seseorang dari gangguan katarak. Penelitian menunjukan, penggunaan Aldose
reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol menunjukan hasil yang memuaskan. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun. 3
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular. 3
Lensa
tidak
memiliki
persarafan
dan
pembuluh
darah.
Selama
FISIOLOGIS LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastis
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan
daya biasnya. 1,3
Kerja sama fisiologis tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata
untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa berkontribusi 15-20 dioptri. 1,3
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Akomodasi merupakan kerjasam fisiologis antara kapsul
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda jauh ke retina. Derajat
akomodasi tergantung kapasitas lensa dalam merubah bentuknya dari bentuk bulat
panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk bulat(penglihatan dekat). Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris mengalami
KATARAK
Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies, Inggris Cataract
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduaduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
tidak dapat mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi
akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senillis. Katarak
senillis adalah kekeruhan lensa baik dikorteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas dan muncul mulai usia 40 tahun. 1
Pada mata yang normal terdapat lensa kristal yang bening yang memiliki
nukleus lensa, ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan
mebran luar yang lentur dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.
Perubahan metaboliseme pada lensa menyebabkan lensa menjadi keras dan
kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsur-angsur akan memperkeruh
lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak sebagai bintik abuabu putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan gambar yang
buram, katarak juga menyebabkan penurunan kulitas gambar yang dihasilkan oleh
retina. 3
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan
penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses
penuaan populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai
akibat dari kekeruhan lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi
17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia, dan angka ini
diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020. 5
Penelitian The National Health adn Nutrition Examination Survey (The
NHANES) menunjukan progresifitas kekeruhan lensa meningkat sesuai dengan
usia. Presentasi kejadian kekeruhan lensa sesuai dengan peningkatan usia; 12%
terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 55-64 tahun, dan 58% pada usia 6574 tahun dimana 28,5% nya disertai dengan penurunan visus. 5
PATOLOGI
Penuaan bisa menyebabkan peningkatan ketebalan lensa dan berkurangnya
daya akomodasi, terbentuk lapisan baru di lapisan korteks secara konsentris
sehingga inti lensa tertekan dan dan mengeras, terjadi sklerosis inti lensa. Terjadi
perubahan kimia pada protein lensa sehingga terbentuk agregat-agregat protein
bermolekul besar. Agregat ini mengakibatkan terjadinya penghamburan cahaya
dan berkurangnya transparansi lensa. Selain itu perubahan kimia pada lensa juga
bisa mengakibatkan peningkatan pigmentasi sehingga lensa semakin menguning
atau sampai kecoklatan. Selain itu, proses menua juga menyebabkan penurunan
konsentrasi glutation dan potassium serta peningkatan konsentrasi sodium dan
kalsium pada sitoplasma lensa. 2,3
Mekanisme multipel juga mempengaruhi kehilangan transparansi lensa
yang progresif. Epitelium lensa yang berubah sebagian perubahan umur terutama
penurunan densitas sel epithelial lensa dan penambahan sel serat lensa yang
berbeda. Kerusakan oksidasi progresif dari lensa yang sudah tua berkembang
menjadi katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk dari
oksidasi dan penurunan dari vitamin anti oksidan dan penurunan dari enzim
superoksida dismutase. Penting untuk proses oksidasi pada pembentukan katarak.
7
Katarak insipien
Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,
dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda
morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test
negatif.
Terdapat 2 tipe katarak pada stadium ini :
a. Katarak cuneiform. Ditandai dengan kekeruhan yang berbentuk seperti
baji dengan daerah yang masih jelas diantaranya. Kekeruhan ini meluas
dari ekuator ke arah pusat dan tahap awal hanya dapat ditunjukan jika
b.
pupil dilebarkan.
Katarak kupuliformis; pada katarak jenis ini berkembang kekeruhan
berbentuk seperti piring cawan tepat di bawah kapsul yang biasanya di
sentral korteks posterior (katarak subkapsular posterior). 1,3
Katarak intumesen
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 1,3
Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pemeriksaan shadow test positif. 1,3
Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
matur. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali. Pemeriksaan shadow
test negatif.
Katarak hipermatur
Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila
proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak morgagni. 1,8
Pada keadaaan tertentu ekstraksi darurat katarak hypermatur ditunjukkan
dalam phacolytic glaukoma untuk menyelamatkan mata. Phacolytic glaukoma Ini
adalah glaukoma akut pada mata dengan katarak hipermatur dimana protein lensa
terdenaturasi
melewati
kapsul
lensa
utuh
ke
ruang
anterior .
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar katarak termasuk katarak hipermatur kadang tidak terlihat
pada pengamatan sepintas sampai lensanya menjadi cukup keruh untuk
menyebabkan gangguan penglihatan yang berat. Dengan semakin keruhnya lensa,
fundus okuli akan semakin sulit untuk dilihat, katarak biasanya telah matur, dan
pupil menjadi putih. Keluhan-keluhan yang umumnya di alami penderita antara
lain :
1. Silau. Salah satu gangguan penglihatan yang terjadi dini pada
katarak adalah rasa silau atau ketidakmampuan menoleransi cahaya
terang; misalnya sinar matahari langsung atau lampu kendaraan
bermotor. Derajat silau tergantung pada lokasi dan ukuran
kekeruhan lensa.
DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada
stadium perkembangan yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang di
dilatasi maksimum dengan opthalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus
okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan
lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya
telah matang dan pupil mungkin tampak putih. 7
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain dari
pada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum. 7,8
Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofhtalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. 7,8
PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi, jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala,
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Indikasi utama untuk operatif adalah gangguan
penglihatan yang sudah mengganggu aktivitas pasien, operasi dilakukan terhadap
mata yang lebih dahulu sakit.
Beberapa teknik operasi yang digunakan pada katarak hpermatur.
Phacoemulsification (Phaco)
katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan
keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu. Metode ini merupakan
metode pilihan di Negara Barat.
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan
luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat
dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini
juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan
dengan operasi trabekulektomi.
Katarak
Hipermatur
dengan
korteks
cair
yang memiliki inti yang padat mendapatkan hasil yang sangat baik dengan SICS .
Untuk menangani katarak hipermatur dengan menggunakan phaco menjadi sulit
karena adanya kapsul fibrosis dan zonules yang lemah. Katarak traumatik yang
diikuti
dengan
trauma
tembus,
colobomas,
RD
katarak
berikut
efektif
untuk
fakoemulsifikasi
di
masa
kini.
memiliki
beberapa
manfaat
lebih
dari
keuntungannya
ECCE
adalah
konvensional.
sebagai
Untuk
daftar
berikut:
menghindari
jahitan
dan
komplikasi
jahitan
terkait
KOMPLIKASI
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).
A. Komplikasi preoperatif
1. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
2. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
3. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari. 7
B. Komplikasi intraoperasi
1. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
2. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat
terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
BAB III
KESIMPULAN
1. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan
ketajaman visual dan /cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
2. Katarak hipermatur mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering.
3. Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,
perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat-serat lensa.
Secara umum edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan
katarak. Pada katarak hipermatur relatif mengalami dehidrasi dan
kapsul mengkerut akibat air keluar dari lensa dan meninggalkan
kekeruhan.
4. Katarak pada stadium hipermatur dapat menyebabkan penurunan visus
yang signifikan jika tidak segera ditindaki.
5. Penatalaksanaan yang baik untuk katarak adalah dengan tindakan
operatif. Khusus untuk katarak hipermatur dapat digunakan teknik
Fakoemulsifikasi dan SICS.
6. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan SICS atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen
chart.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta, Sp. M, Prof. dr. H. Ilmu Penyakit Mata ed. 2 Hal. 207-218.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2. Vicente Victor D Ocampo, MD et al. Cataract, Senile. 15 september 2005.
Lee Judith and Bailey Gretchyn. Cataract and Cataract Surgery. Januari
2006.
3. Vaughan, Daniel G et al. Oftalmologi Umum (terj.) ed. 14 hal 175-183.
Widya Medika. Jakarta
4. Srinivasa, Badrinath Sengamedu et al. A case control study of senile
cataract in a hospital based population. 1996
5. Mandang J.H.AA. Katarak, Dalam: penyebab Utama Kebutaan di
Indonesia, Hal 14-31. FK Unsrat Manado,2004
6. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery, Hal 19, Penerbit Springer,
Germany, 2005.
7. Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last
update 25 Juny 2016-06-28
8. Lang, Gerhard K. Opthalmology, A Short Textbook, Hal 173-185, Penerbit
Thieme Stuttgar, New York, 2010