Adhd

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

ADHD

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Attention-deficit/hyperactivity disorder
Klasifikasi dan rujukan luar

Bidang

psikiatri

ICD-10

F90.

ICD-9-CM

314.00, 314.01

OMIM

143465

DiseasesDB

6158

MedlinePlus

001551

eMedicine

med/3103 ped/177

Patient UK

ADHD

MeSH

D001289

[sunting di Wikidata]

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam


peningkatan aktivitas motorikanak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa
diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang
duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup,
aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Epidemiologi

2Patogenesis
o

2.11. Faktor lingkungan/psikososial

2.22. Faktor genetik

2.33. Gangguan otak dan metabolisme

2.4Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD

3Gejala Klinis
3.13 Gejala Utama ADHD

3.1.11. Inatensi

3.1.22. Hiperaktif

3.1.33. Impulsive
3.2Gejala-gejala Lain

3.2.14. Sikap menentang

3.2.25. Cemas

3.2.36. Problem sosial


4Riwayat yang Diduga ADHD

4.11. Masa baby infant

4.22. Masa prasekolah

4.33. Usia sekolah

4.44. Adolescent

5Tatalaksana
o

5.1- Terapi Obat-obatan

5.2- Terapi nutrisi dan diet

5.3- Terapi biomedis

5.4- Terapi behaviour


6Referensi

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]


Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dilaporkan
lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian
menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.

Patogenesis[sunting | sunting sumber]


Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan
gangguan perkembangan lainnya (autisme).

1. Faktor lingkungan/psikososial[sunting | sunting sumber]


a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.

2. Faktor genetik[sunting | sunting sumber]


Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4)
pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme[sunting | sunting sumber]


a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan
fungsi oligodendrosit.
Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan
antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan
bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang
dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat
gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan kontrol
aktivitas diri.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD [sunting | sunting sumber]

Kurangnya deteksi dini

Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok,
serta stress psikogenik)

Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi,


kelainan persalinan)

Gejala Klinis[sunting | sunting sumber]


Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah
dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalahsensitif terhadap suara dan cahaya,
menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun.
Sulit makan ASI dan minumASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala, dan sering
marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung,
sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut
dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan
buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri, dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada
perilaku seorang anak.

3 Gejala Utama ADHD[sunting | sunting sumber]


1. Inatensi[sunting | sunting sumber]
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll. sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
2. Hiperaktif[sunting | sunting sumber]
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
g. Suka teriak-teriak
3. Impulsive[sunting | sunting sumber]
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak
sabar). Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Gejala-gejala Lain[sunting | sunting sumber]


4. Sikap menentang[sunting | sunting sumber]
seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas[sunting | sunting sumber]
seperti,
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial[sunting | sunting sumber]
seperti,
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Riwayat yang Diduga ADHD[sunting | sunting sumber]


1. Masa baby infant[sunting | sunting sumber]
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan

2. Masa prasekolah[sunting | sunting sumber]


- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan

3. Usia sekolah[sunting | sunting sumber]


- Sulit berkonsentrasi

- Sulit memfokuskan perhatian


- Impulsif

4. Adolescent[sunting | sunting sumber]


- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

Tatalaksana[sunting | sunting sumber]


Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh,
dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obatobatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah,

- Terapi Obat-obatan[sunting | sunting sumber]


Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya
digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine

- Terapi nutrisi dan diet[sunting | sunting sumber]


Keseimbangan diet karbohidrat protein

- Terapi biomedis[sunting | sunting sumber]


Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino

- Terapi behaviour[sunting | sunting sumber]


Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan
memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Apa itu ADHD?


ADHD merupakan
Disorder,

yaitu

singkatan

sebuah

dari Attention

gangguan

pada

Defi cit

Hyperactivity

perkembangan

otak

yang

menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah


memusatkan

perhatian.

Kondisi

ini

dulunya

sikenal

dengan ADD atau Attention Defi cit Disorder.


ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja
bahkan

pada

orang

dewasa.

Namun

gejalanya

biasanya

mulai

berkembang pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa.


Diperkirakan terdapat 3-5 persen anak-anak atau anak usia sekolah
yang mengalami kondisi ini. Tanpa penanganan yang tepat, ADHD
dapat

menimbulkan

(under-achievement),

konsekuensi
kegagalan

yang
di

serius

sekolah

seperti

atau

mal-prestasi

pekerjaan,

susah

menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang
parah, dan juga depresi kronis.

Gejala ADHD
Gejala atau pertanda ADHD bisa berbeda bagi setiap orang. Gejalanya
biasanya mulai tampak saat masa anak-anak. Berikut ini adalah tiga
gejala utama ADHD yang umum pada anak-anak:
Hiperaktif
Tampak seperti kelebihan energi, selalu aktif dan tidak bisa diam.
Tanda-tandanya yang biasanya tampak adalah:

Tidak bisa bermain dengan tenang

Susah

berdiam

diri,

menggeliat,

gelisah,

dan

sering

berdiri

kembali ketika duduk

Selalu bergerak, seperti berlari atau memanjat pada sesuatu

Tidak bisa duduk dengan tenang

Baca juga: cara menghadapi anak hiperaktif


Inattention

atau

bermasalah

pada

perhatian

Berupa gangguan atau kesulitan untuk memperhatikan sesuatu. Gejala


yang biasanya tampak antara lain:

Sangat susah untuk memusatkan perhatian

Tampak

tidak

mendengarkan

ketika

orang

lain

berbicara

kepadanya

Perhatiannya sangat mudah teralihkan

Sering membuat kesalahan akibat kurang berhati-hati atau karena


kurang memperhatikan

Susah mengikuti arahan atau menyelesaikan tugas

Sering melupakan atau menghilangkan sesuatu

Memiliki kecenderungan untuk mengingau saat tidur

Impulsif
Penderita ADHD biasanya memiliki sifat impulsif atau bertindak tanpa
berpikir (spontan). Gejala yang dapat dikenali misalnya:

Kesulitan untuk menunggu giliran

Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai atau sebelum


diberi kesempatan

Sering menginterupsi orang lain

Bertindak

impulsif

tanpa

memikirkan

konsekuensinya,

seperti

berlari di tengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya,


dsb.
Selain ketiga gejala di atas, terdapat juga beberapa gejala lain yang
bisa terjadi pada penderita ADHD, antara lain:

Menunjukkan sikap menentang atau melanggar peraturan

Susah untuk bersosialisasi dengan orang lain

Kurangnya rasa percaya diri

Kemampuan mengorganisasi yang buruk

Cepat bosan

Gelisah

Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan

Penyebab ADHD
Penyebab
peneliti

pasti

ADHD

belum

diketahui

memusatkan

objek

secara

penelitiannya

pasti,
pada

namun

para

kinerja

dan

perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang dianggap


mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:

Faktor

genetik/keturunan

Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari


orang tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada
keluarga/keturunan.

Ketidakseimbangan

kimia

Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak


(neurotransmitter)

merupakan

faktor

yang

mempengaruhi

perkembangan gejala ADHD.

Kinerja

otak

Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang
mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan
dengan anak-anak lainnya yang tidak menderita ADHD.

Pengobatan dan Penanganan ADHD


Walaupun

kondisi

ini

tidak

bisa

disembuhkan,

terdapat

beberapa

tindakan atau penanganan bagi penderita ADHD. Pengobatan di sini

berarti tindakan atau strategi untuk membantu mengontrol gejalagejala ADHD. Tujuannya adalah membantu penderitanya meningkatkan
kemampuan sosial, meningkatkan kemampuan dalam belajar/bekerja,
meningkatkan rasa percaya diri anak, dan menjaga penderitanya dari
tingkah laku yang dapat membahayakan diri sendiri.
Pengobatan bagi penderita ADHD bisa berupa obat-obatan ataupun
terapi. Obat-obatan yang sering diberikan oleh dokter biasanya berupa
stimulan, yang digunakan untuk membantu mengontrol sikap hiperaktif
dan impulsif pada anak, serta membantu meningkatkan fokus atau
perhatian.
Penanganan berupa terapi (psikoterapi) juga umum diberikan pada
penderita

ADHD.

Terapi

yang

diberikan

bisa

berupa

pelatihan

kemampuan sosial, modifikasi tingkah laku (behavior), dan juga terapi


kognitif.

Orang

tua

dan

keluarga

juga

biasanya

akan

diberikan

pelatihan berupa pengenalan terhadap ADHD, cara menghadapi gejala


ADHD pada anak, pendekatan-pendekatan yang digunakan, ataupun
berupa support bagi orang tua yang memiliki anak penderita ADHD.

PENGERTIAN GANGGUAN KEPRIBADIAN


Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki
pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari rata-rata orang biasanya.
Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang juga dikategorikan sebagai penyakit
mental ini bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau
berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja bisa menyebabkan masalah dalam situasi
sosial. Tidak jarang hubungan penderita gangguan kepribadian dengan orang lain di
lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.

Gejala gangguan kepribadian berdasarkan jenisnya


Gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok, pertama adalah gangguan
kepribadian kelompok A. Gangguan kepribadian kelompok ini biasanya ditandai dengan
gejala pemikiran dan perilaku yang aneh. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok A
adalah:

Gangguan kepribadian skizotipal. Selain tingkah laku yang aneh dan cara
bicara mereka yang tidak wajar, penderita gangguan kepribadian jenis ini kerap terlihat
cemas atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Penderita juga kerap berkhayal,
misalnya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan telepati yang mampu memengaruhi
emosi dan tingkah laku orang lain atau percaya bahwa suatu tulisan di koran adalah
sebuah pesan tersembunyi bagi mereka.
Gangguan kepribadian skizoid. Ciri utama penderita gangguan kepribadian
jenis ini adalah sifat yang dingin. Mereka seperti sukar menikmati momen apa pun,
tidak bergeming saat dikritik atau dipuji, dan tidak tertarik menjalin hubungan

pertemanan dengan siapa pun, bahkan dengan lawan jenis. Mereka cenderung
penyendiri dan menghindari interaksi sosial dengan orang lain.
Gangguan kepribadian paranoid. Ciri-ciri utama gangguan kepribadian jenis ini
adalah kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara berlebihan,
bahkan pada pasangan mereka juga. Mereka selalu takut bahwa orang lain akan
memanipulasi atau merugikan mereka, dan mereka takut pasangan mereka akan
berkhianat.
Kelompok gangguan kepribadian yang kedua adalah kelompok B. Ciri-cirinya adalah
pola pikir dan perilaku yang tidak bisa diprediksi, serta emosi yang berlebihan dan
dramatis. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok B di antaranya adalah:

Gangguan kepribadian ambang (borderline). Orang yang menderita kondisi ini

biasanya memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri dan tidak stabil secara emosi.
Gangguan kepribadian antisosial. Orang yang menderita kondisi ini kerap

mengabaikan norma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa simpati apabila orang
lain mengalami kesusahan. Penderita malah cenderung menyalahkan orang lain atas
masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka gemar mengintimidasi orang lain
dan tidak menyesali akibat dari perbuatan mereka tersebut. Ciri lainnya adalah
ketidakmampuan mengendalikan amarah dan mempertahankan hubungan dalam
jangka panjang.
Gangguan kepribadian narsistik. Orang yang menderita kondisi ini merasa

yakin sekali bahwa dirinya lebih istimewa dibandingkan orang lain. Mereka cenderung
arogan dan terus-menerus mengharapkan pujian dari orang lain. Mereka akan
membanggakan dan melebih-lebihkan prestasi yang dicapai. Ketika merasa ada orang
lain yang lebih unggul daripada mereka, penderita gangguan kepribadian narsistik akan
merasa sangat iri.
Gangguan kepribadian histrionik. Orang yang menderita kondisi ini biasanya
terlalu mencemaskan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan selalu
mencari perhatian. Apabila menjalin hubungan pertemanan, penderita gangguan ini
akan menganggap hubungan mereka dengan temannya tersebut sangat erat, meskipun
orang lain menganggapnya tidak.
Kelompok gangguan kepribadian ketiga adalah kelompok C. Meski ciri-ciri tiap
gangguan yang masuk dalam kelompok ini berbeda-beda, ada satu komponen yang
sama, yaitu rasa cemas dan ketakutan. Gangguan kepribadian kelompok C terdiri dari:

Gangguan kepribadian dependen. Penderita kondisi ini akan merasa sangat


tergantung pada orang lain dalam hal apa pun. Mereka tidak bisa hidup mandiri dan

selalu diliputi rasa takut akan ditinggalkan orang lain. Saat mereka sedang sendiri,
mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak berdaya. Akibat ketergantungan yang
berlebihan ini, penderita gangguan kepribadian dependen tidak akan bisa membuat
keputusan dan mengemban tanggung jawab sendiri tanpa petunjuk dan bantuan orang
lain.
Gangguan kepribadian menghindar. Ciri utama pada penderita kondisi ini

adalah penghindaran terhadap kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang
melibatkan orang asing. Tidak sama seperti gangguan kepribadian skizoid,
penghindaran ini dilakukan penderita lantaran mereka malu dan tidak percaya diri.
Sebenarnya mereka ingin sekali menjalin hubungan dekat, namun mereka merasa diri
mereka tidak pantas untuk berbaur dan sangat khawatir mengalami penolakan.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Orang yang mengalami kondisi ini
bisa dikatakan gila kendali. Mereka sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain
dan lebih memilih untuk mengatur atau menyelesaikan tugasnya sendiri. Diakibatkan
kepribadian mereka yang perfeksionis, sering kali mereka stres apabila hasil pekerjaan
tidak sesuai dengan standar mereka yang tinggi. Apabila penderita gangguan ini adalah
seorang atasan di kantor, maka dia tidak akan bisa mendelegasikan tugas pada
bawahannya dan hasratnya untuk mengatur situasi dan pegawainya akan makin
menjadi-jadi. Kepribadian penderita cenderung kaku dan gila kerja. Sering kali mereka
mengabaikan teman dan jarang terlibat dalam kegiatan bersama. Mereka lebih asyik
mengurus aturan-aturan, perincian, jadwal, dan mengawasi ketertiban. Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif
(OCD). Penderita OCPD bisa menerima perilaku mereka tersebut dan tidak
memandangnya sebagai penyimpangan yang perlu diubah. Sedangkan penderita OCD
menyadari bahwa perilaku mereka tersebut tidak normal dan cemas akan hal itu, meski
sulit bagi mereka untuk mengubahnya.
Penyebab gangguan kepribadian
Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat memasuki
usia dewasa. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu atau meningkatkan risiko
terjadinya kondisi ini, di antaranya:

Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.

Adanya riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya di dalam


keluarga.

Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.

Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.

Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal maupun


fisik.

Tingkat pendidikan yang rendah.

Hidup di tengah-tengah keluarga berekonomi sulit.


Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian disebabkan oleh
kombinasi dari situasi-situasi atau latar belakang kehidupan yang tidak menyenangkan
dengan gen yang membentuk emosi seseorang yang diwariskan dari orang tuanya.

Diagnosis gangguan kepribadian


Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, dokter mungkin akan menyarankan
diadakannya evaluasi psikologis mengenai cara pasien berpikir dan bertindak, serta
perasaan yang mereka rasakan. Keterangan mengenai hal ini bisa didapat dokter
dengan cara bertanya langsung pada pasien atau melalui kuesioner.
Selain evaluasi psikologis, pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk mengetahui apakah
gangguan kepribadian pasien disebabkan oleh buruknya kesehatan fisik mereka.
Dalam hal ini dokter mungkin akan menanyakan gejala-gejala apa saja yang dirasakan
pasien atau melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Misalnya tes fungsi kelenjar
tiroid untuk mengetahui apakah kelainan yang diderita disebabkan oleh hal tersebut.
Dan satu hal yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan kadar alkohol atau obatobatan terlarang di dalam tubuh pasien, sebab mungkin saja itulah yang memicu
munculnya gejala-gejala gangguan kepribadian.

Pengobatan gangguan kepribadian


Cara utama dalam menangani gangguan kepribadian adalah melalui terapi psikologis
atau kejiwaan di bawah bimbingan psikiater dengan tujuan meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengendalikan emosi serta pikirannya secara lebih baik. Penggunaan
obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan
kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan, dan depresi, sudah memasuki level
menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan
penstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).

Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi yang
mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah:

Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan

bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku
seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya. Artinya, jika pikiran orang tersebut
negatif, maka perilakunya akan negatif, dan begitu pula sebaliknya.
Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi

segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Kondisi
semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman yang negatif.
Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan
mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Artinya
jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala yang merupakan bagian dari
gangguan kepribadian, seperti rasa cemas, ragu, dan tidak percaya diri, bisa terbentuk.
Karena itulah tujuan utama terapi ini adalah membenahi segala macam masalah yang
terjadi di dalam interaksi sosial pasien.

PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL


Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan
tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan seharihari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya
secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan
positif dengan orang lain.

Namun sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami


gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya
bisa mengarah pada perilaku buruk.
Tidak mengherankan jika penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari penderitanya, misalnya terganggunya interaksi atau hubungan
mereka dengan orang lain, terganggunya prestasi di ruang lingkup pendidikan, dan
terganggunya produktivitas dalam pekerjaan.
Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga jenis
kondisi di antaranya yang paling umum terjadi.

Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik
secara emosi maupun mental.

Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung.
Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus
tertentu, memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:

Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.

Enggan makan atau makan secara berlebihan.

Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.

Merokok.

Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.


Berikut ini masalah fisik yang dapat timbul akibat stres:

Gangguan tidur
Lelah

Sakit kepala

Sakit perut

Nyeri dada

Nyeri atau tegang pada otot

Penurunan gairah seksual

Obesitas

Hipertensi

Diabetes

Gangguan jantung
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres,
sebagian di antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau

tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah


mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya.
Selain itu, penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan
mengaplikasikan nasihat-nasihat yang masuk ke dalam manajemen stres
yang baik, seperti:

Belajar menerima suatu masalah yang mustahil diatasi atau hal-hal


yang tidak dapat Anda ubah.

Selalu berpikir positif bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam


hidup ada hikmahnya.

Membicarakan masalah yang Anda alami dengan orang yang Anda


percayai agar Anda mendapat dukungan serta saran yang dapat membantu
mengatasi masalah Anda.

Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.

Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna


meredakan ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran Anda.

Melakukan hal-hal baru yang menantang guna meningkatkan rasa


percaya diri Anda.

Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.

Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang


lain. Cara ini dapat menjadikan Anda lebih tabah dalam menghadapi
masalah, terutama jika Anda membantu seseorang yang memiliki masalah
lebih berat dari Anda.

Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya


merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau
menggunakan narkoba.

Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas agar


manajemen waktu Anda lebih baik dan hidup Anda lebih seimbang.
Temui dokter jika teknik penanggulangan stres yang Anda lakukan tidak
membuahkan hasil. Dokter kemungkinan akan menyarankan Anda menjalani
suatu terapi atau konseling. Selain itu pergilah ke dokter jika stres yang Anda

alami sampai menimbulkan penyakit fisik. Dalam kasus ini, diagnosis dan
pemberian obat-obatan bisa dilakukan.

Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika penderitanya
mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan,
sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu
kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau
wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas
ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami
kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu.
Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang
mungkin bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah
berkurangnya rasa percaya diri, menjadi lekas marah, stres, sulit
berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.
Sementara itu gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan
kecemasan adalah:

Sulit tidur

Badan gemetar

Mengeluarkan keringat secara berlebihan

Otot menjadi tegang

Jantung berdebar

Sesak napas

Lelah

Sakit perut atau kepala

Pusing

Mulut terasa kering

Kesemutan

Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, namun


beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Salah
satu faktor pemicu gangguan kecemasan adalah trauma akibat intimidasi,
pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar atau pun keluarga.
Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang diwariskan dari
orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan noradrenalin di
dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Selain itu, gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan
minuman keras dan obat-obatan terlarang.
Jika Anda merasa menderita gangguan kecemasan, penting untuk
membicarakan gejala yang Anda alami pada dokter agar diagnosis bisa
dipastikan dan pengobatan yang tepat dapat diberikan.
Ada beberapa kondisi yang memiliki gejala fisik yang sama dengan
gangguan kecemasan, contohnya gangguan kelenjar tiroid dan anemia. Dan
untuk membedakan kondisi-kondisi tersebut dengan gangguan kecemasan,
pemeriksaan darah perlu dilakukan.
Sebenarnya gangguan kecemasan dapat Anda atasi tanpa bantuan dokter
melalui cara-cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup tidur,
mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang lainnya,
tidak merokok, berolah raga secara rutin, dan melakukan metode relaksasi
sederhana, seperti yoga atau meditasi.
Namun temuilah dokter jika Anda merasa tidak bisa lagi menangani sendiri
gejala gangguan kecemasan, apalagi kondisi tersebut sampai membuat
kehidupan sehari-hari Anda berantakan. Penanganan dari dokter biasanya
meliputi pemberian obat-obatan antidepresan, serta terapi kognitif.

Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan
penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa
yang umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada
depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan


masalah fisik, mengubah cara berpikir serta mengubah cara berperilaku si
Penderita. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari
secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri
sendiri dan mencoba bunuh diri.
Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang yang mengalami
depresi:

Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.

Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus menangis.

Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.

Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.

Sulit membuat keputusan.

Acuh terhadap orang lain.

Mudah tersinggung.

Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.


Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin
dapat terjadi:

Gangguan tidur.

Lemah.

Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.

Perubahan siklus menstruasi pada wanita.

Libido turun.

Sembelit.

Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.

Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.


Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari peristiwa
dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang dicintai,
merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap depresi.

Selain itu depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh
penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan
gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman
beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor
genetika dalam keluarga.
Temui dokter jika Anda merasakan gejala-gejala depresi selama lebih dari
dua minggu dan tidak kunjung mereda. Terlebih lagi jika gejala depresi
tersebut sampai mengganggu proses pendidikan, pekerjaan, dan hubungan
sosial Anda dengan orang lain, bahkan hingga membuat Anda berniat
menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Penanganan depresi yang akan dilakukan oleh dokter akan disesuaikan
dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing pasien.
Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-obatan
antidepresi, atau kombinasi keduanya.

PENGERTIAN GANGGUAN BIPOLAR


Gangguan bipolar adalah salah satu masalah kejiwaan yang membuat
penderitanya mengalami perubahan suasana hati secara fluktuatif dan
drastis. Misalnya dari yang murung, tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat
bahagia atau sebaliknya.
Pada fase turun atau yang disebut sebagai periode depresi, penderita
gangguan bipolar biasanya akan terlihat sedih, lesu, dan tidak bergairah.
Sedangkan pada fase naik atau mania, penderita kondisi ini bisa menjadi
sangat bersemangat, enerjik, dan banyak bicara.

Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada penderita gangguan
bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Meski
begitu, ada sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase
ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase gejala yang tergolong parah
dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan
depresi secara bersamaan. Misalnya, ketika penderita merasa sangat
berenerjik, di saat bersamaan dirinya juga merasa sangat sedih dan putus
asa. Gejala yang jarang terjadi ini dinamakan dengan periode campuran.

Penyebab gangguan bipolar


Hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab terjadinya gangguan
bipolar. Namun mengenai gejala mania atau depresi pada penderitanya,
diduga turut dipicu oleh beberapa faktor seperti adanya kelainan pada zat
pengantar sinyal di otak.

Faktor pemicu lain yang tidak boleh dianggap enteng adalah stres. Banyak
kasus gangguan bipolar yang terjadi pada penderita yang sering mengalami
tekanan dalam hidupnya.
Selain stres, gaya hidup yang tidak baik diduga turut memiliki dampak
terbentuknya gangguan bipolar dalam diri seseorang, misalnya kecanduan
minuman keras dan penyalahgunaan obat-obatan.

Diagnosis gangguan bipolar


Dalam mendiagnosis gangguan bipolar, psikiater akan mencoba
mengumpulkan keterangan, baik dari pasien langsung maupun dari
keluarga. Psikiater akan bertanya seputar gejala, riwayat kesehatan pasien,
dan riwayat kesehatan keluarganya. Misalnya apakah ada anggota keluarga
pasien yang mengidap kondisi sama. Selain itu, dokter mungkin melakukan
tes darah dan tes urin untuk memastikan gejala yang ada bukan disebabkan
oleh penyakit lain.
Pengobatan gangguan bipolar
Tujuan pengobatan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi
terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat hidup
secara normal dan membaur dengan lingkungan.
Selain memperbaiki pola hidup, rencana pengobatan biasanya mencakup
pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan penanganan lain
misalnya terapi psikologis.

GEJALA GANGGUAN BIPOLAR


Gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit kejiwaan yang
menyebabkan penderita mengalami perubahan suasana hati secara drastis
dari mania menjadi depresi atau sebaliknya. Karena itu gejala yang muncul
pada penderita dengan kondisi ini akan tergantung kepada fase suasana hati
mana yang tengah dia alami.

Gejala-gejala pada fase mania


Fase mania ditandai dengan kenaikan suasana hati secara signifikan
sehingga menyebabkan penderita gangguan bipolar yang mengalaminya
akan merasa sangat gembira dan bersemangat. Mereka merasa sangat
berenerjik dan merasa tidak lelah walau kurang tidur. Kondisi-kondisi itu
membuat mereka menjadi banyak bicara dengan sangat cepat dan
mengalami peningkatan libido.
Mania juga membuat ego penderita menjadi tinggi sehingga tidak jarang
mereka menjadi mudah tersinggung dan terusik, merasa dirinya sangat
penting, merasa sangat bangga terhadap dirinya sendiri, dan dapat
melakukan hal-hal sembrono seperti menghabiskan tabungan atau membuat
keputusan besar yang berisiko tinggi atau yang merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
Kadang-kadang pada kasus bipolar yang parah, penderita juga bisa
mengalami gejala psikotik berupa delusi dan halusinasi. Saat berhalusinasi,
seseorang akan merasa seperti mendengar atau melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada, dan saat mengalami delusi, seseorang akan meyakini
sesuatu yang pada umumnya tidak masuk akal atau tidak benar.

Gejala-gejala pada fase depresi


Kebalikan dari fase mania adalah fase depresi. Fase ini ditandai dengan
penurunan suasana hati secara signifikan, sehingga penderita bipolar akan
merasa sangat sedih, cemas, sulit tidur, merasa bersalah, pesimis, dan
cenderung putus asa. Jika gejala ini makin parah, dikhawatirkan penderita
dapat menyakiti dirinya sendiri atau bahkan bunuh diri.
Fase depresi juga dapat membuat penderita gangguan bipolar menjadi sulit
untuk berkonsentrasi dan mengalami penurunan daya ingat, sehingga tidak
jarang prestasi atau produktivitas mereka menjadi menurun.
Fase depresi juga dapat membuat hubungan penderita bipolar dengan
orang-orang terdekat menjadi rusak akibat hilangnya minat penderita
terhadap aktivitas sehari-hari dan menarik diri dari kehidupan sosial.

Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada beberapa penderita
gangguan bipolar yang mengalami periode normal di antara mania dan
depresi. Meskipun begitu, ada sebagian penderita yang mengalami
perputaran cepat dari fase ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase
yang tergolong parah dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan
depresi secara bersamaan. Misalnya, ketika penderita merasa sangat
berenerjik, di saat bersamaan dirinya juga merasa sangat sedih dan putus
asa. Gejala yang jarang terjadi ini dinamakan dengan periode campuran.

PENYEBAB GANGGUAN BIPOLAR


Hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab terjadinya gangguan
bipolar. Namun penyakit bipolar diduga dapat terpicu oleh beberapa faktor
berikut ini:

Adanya gangguan pada produksi atau keseimbangan zat-zat pengantar


sinyal antar saraf di dalam otak, sehingga kinerja saraf yang bertugas
mengatur suasana hati menjadi terganggu.

Faktor genetika atau keturunan, mengingat sebagian besar kasus


gangguan bipolar dialami oleh mereka yang juga memiliki saudara atau
orang tua dengan kondisi yang sama.
Faktor pemicu lain adalah stres. Banyak kasus gangguan bipolar yang terjadi
pada penderita yang sering mengalami tekanan dalam hidupnya, misalnya
seperti ditinggal mati oleh orang yang dicintai, perceraian, putus hubungan
dengan kekasih, tekanan di dalam keluarga, sekolah, atau dunia kerja, serta
pengalaman pelecehan.
Selain stres, gaya hidup negatif diduga turut memiliki dampak terbentuknya
gangguan bipolar dalam diri seseorang, seperti misalnya kecanduan
alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan.

DIAGNOSIS GANGGUAN BIPOLAR


Dalam mendiagnosis gangguan bipolar, psikiater biasanya akan terlebih
dahulu menggali keterangan secara langsung dari pasien, keluarga atau
teman dekat pasien. Psikiater akan bertanya seputar gejala pasien, misalnya
apakah pasien pernah mengalami perubahan suasana hati secara drastis,
apa yang dirasakannya ketika periode tersebut muncul, dan kapan periode
tersebut terjadi.
Setelah itu psikiater juga akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan
keluarga pasien, apakah dirinya memiliki kakak, adik, atau orang tua yang
mengidap gangguan bipolar. Dokter juga mungkin akan melakukan tes urin
dan tes darah untuk memastikan gejala yang diderita bukan karena penyakit
lain seperti gangguan tiroid.
Selain dengan cara bertanya langsung terkait kondisi pasien, diagnosis juga
bisa dilakukan dengan membaca data dari buku harian suasana hati. Melalui
metode ini, pasien akan diberi tugas oleh psikiater untuk mencatat tentang
suasana hati yang dirasakannya tiap hari, pola tidur, dan hal-hal lain yang
terkait dengan kondisi kejiwaan pasien.
Jika seluruh keterangan sudah terkumpul, baik secara lisan maupun data dari
buku harian suasana hati, maka penyimpulan bisa lebih mudah dilakukan.
Keterangan lengkap juga akan membantu dokter dalam memberikan
pengobatan yang tepat.

PENGOBATAN GANGGUAN BIPOLAR


Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang. Oleh karena
itu meski penderitanya sudah merasa sembuh, dokter biasanya tidak akan
menghentikan pengobatan begitu saja hingga dirasa cukup.
Tujuan pengobatan jangka panjang bipolar adalah untuk menurunkan
frekuensi terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita

dapat hidup secara normal dan membaur dengan orang-orang di sekitarnya.


Selain langkah pencegahan kambuhnya salah satu fase bipolar, terdapat
juga obat-obatan untuk menangani gejala-gejala ketika sedang kambuh.
Penderita bipolar akan dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup, misalnya
dengan cara berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan mengadopsi
pola makan yang lebih sehat.
Rencana pengobatan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang
dikombinasikan dengan penanganan lain yang diperlukan, misalnya terapi
psikologis.
Sebagian besar penderita gangguan bipolar dapat membaik tanpa harus
menjalani rawat inap di rumah sakit. Perujukan ke rumah sakit biasanya
dilakukan jika gejala makin parah dan dikhawatirkan perilaku penderita
dapat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, seperti misalnya
bunuh diri.

Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan
bipolar, tergantung gejala serta riwayat kesehatan masing-masing penderita,
di antaranya:

Antikonvulsan, seperti misalnya lamotrigine dan divalproex.Obat ini


sebenarnya biasa digunakan untuk mengobati epilepsi, namun efeknya telah
terbukti efektif dalam menangani gangguan bipolar. Obat yang berfungsi
sebagai penstabil suasana hati jangka panjang ini juga digunakan untuk
mengobati episode mania. Beberapa efek samping penggunaan
antikonvulsan di antaranya adalah:
Mengantuk
Pusing
Kenaikan berat badan
Lithium, yakni obat yang mampu mencegah terjadinya gejala mania
dan depresi serta menstabilkan suasana hati. Selama penggunaan obat ini,
tes darah untuk memeriksa kadar lithium di dalam tubuh perlu dilakukan
secara rutin. Hal tersebut untuk memastikan kadar lithium masih dalam
kisaran yang aman sehingga mencegah terjadinya efek samping serius

berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek samping penggunaan
lithium lainnya adalah:
Gangguan pencernaan
Mulut terasa kering

Gelisah

Muntah

Diare
Antidepresan seperti fluoxetine. Pada beberapa penderita gangguan

bipolar, obat pereda depresi ini dapat memicu episode mania. Oleh karena
itu antidepresan kerap dipasangkan dokter dengan obat-obatan penstabil
suasana hati. Salah satu efek samping penggunaan antidepresan adalah
menurunnya libido atau lemah syahwat.
Antipsikotik, misalnya olanzapine dan ariprazol. Sama seperti obat-

obatan antikonvulsan, antipsikotik diresepkan untuk mengatasi episode


mania dan juga efektif untuk menstabilkan suasana hati. Beberapa efek
samping penggunaan antipsikotik adalah:
Peningkatan detak jantung

Penglihatan kabur

Gemetar

Mengantuk

Kenaikan berat badan

Penurunan daya ingat


Terapi psikologis
Terapi psikologis untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang
telah diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan pasien bisa
tercapai secara lebih efektif.
Di dalam terapi psikologis, pasien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan
yang sedang mereka alami. Pasien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal
yang dapat memicu terjadinya episode suasana, baik itu dalam bentuk
pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah faktor pemicu gejala diketahui,
psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk mau mengubah
pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif. Melalui

metode yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan diajari
cara menanggulangi stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar
pola makan, tidur, dan olahraga yang baik untuk kesehatan.
Tidak hanya pasien, keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa
sangat membantu. Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang
dialami pasien sehingga bisa bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah
yang terjadi di dalam rumah tangga yang mungkin saja menjadi penyebab
gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.

Gangguan bipolar dan kehamilan


Merencanakan kehamilan bagi penderita bipolar wanita merupakan hal yang
tidak mudah karena obat-obatan bipolar memiliki potensi efek samping dan
dampaknya pada proses kehamilan belum sepenuhnya diketahui. Perlu kerja
sama antara sisi medis yang menangani bipolar penderita dan
kehamilannya.
Wanita hamil yang menderita gangguan bipolar umumnya mengalami
dilema. Di satu sisi, jika dirinya mengonsumsi obat-obatan penenang
suasana hati, maka janinnya bisa berisiko mengalami cacat. Namun di sisi
lain, jika obat-obatan tersebut tidak digunakan, maka gejala gangguan
bipolar wanita hamil tersebut bisa makin buruk.
Wanita yang sedang menyusui juga menghadapi masalah yang sama karena
sebagian besar obat gangguan bipolar dapat terserap oleh ASI dan
dikhawatirkan sang bayi bisa terkena efek samping dari obat-obatan
tersebut.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut, bicarakanlah pada dokter
Anda untuk mendapatkan solusi pengobatan yang tepat tanpa harus
membahayakan kondisi bayi.

SULIT KONSENSTRASI, INI CARA MENGATASINYA


Anda merasakan tertekan sehingga kurang tidur, padahal masih
banyak pekerjaan kantor yang belum selesai dan pekerjaan rumah
yang terbengkalai. Jangan panik, kemungkinan hal itu terjadi karena
Anda sulit konsentrasi.
Kesulitan konsentrasi memang dapat mengganggu proses belajar atau
bekerja. Memahami penyebabnya akan membantu mencari tahu cara untuk
mengatasinya.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang sulit konsentrasi, antara


lain:

Mengerjakan beberapa tugas sekaligus


Para ahli menyebut multitasking (melakukan beberapa tugas bersamaan)
dapat memecah konsentrasi. Ada anggapan multitasking dapat

menyelesaikan tugas lebih banyak, namun sebenarnya hal itu justru


memakan waktu lebih banyak dibanding menyelesaikan tugas satu per satu.
Tidak cukup tidur

Jangan anggap remeh akibatkurang tidur, terutama pada kemampuan


konsentrasi. Tidur berperan dalam proses kognitif, yaitu proses belajar dan
berpikir. Tidur juga memiliki fungsi menyatukan berbagai ingatan. Kurang
tidur hanya akan mengganggu konsentrasi, juga kewaspadaan dan
pemecahan masalah, mengurangi rentang atensi dan daya nalar, serta
gangguan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya.
Tugas yang membosankan

Tugas yang membosankan dapat menjadi penyebab kesulitan konsentrasi,


karena membuat seseorang rentan teralihkan. Kadang kala bekerja dengan
caramultitasking dapat membantu mengatasi kebosanan. Saat ini, internet
dan gadgetmerupakan salah satu pengalih konsentrasi yang banyak dialami.
Tidak jarang yang mengalami ketinggalan bus, kereta atau pesawat karena
terlampau banyak mengamati gadget.
Memikirkan banyak hal
Sering kali seseorang tengah memikirkan berbagai hal secara sekaligus.
Misalnya masalah keuangan, perbincangan dengan rekan kerja yang tidak
menyenangkan, dan vitamin yang harus diminum. Dengan segala pikiran
tersebut, kemungkinan ia akan kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan
yang harus diselesaikan.

Tips Meningkatkan Konsentrasi


Jangan sampai sulit konsentrasi mengganggu kinerja sehari-hari. Cegah hal
tersebut dengan teliti dalam memilih tugas yang dilakukan secara
bersamaan. Pilih yang paling mudah, misalnya berbicara di telepon sambil
melipat baju yang baru dicuci. Hindari mengerjakan sesuatu yang sulit
secara bersamaan. Tetapkan waktu untuk akses internet atau
menyentuh gadget. Bila merasa perlu, pindah ke lokasi kerja yang tidak
memiliki akses internet selama beberapa saat.
Meski kurang tidur berefek tidak baik untuk konsentrasi, tidur berlebihan pun
dapat berdampak buruk. Untuk tingkat konsentrasi yang maksimal upayakan
untuk tidur cukup dengan waktu yang hampir sama setiap hari. Jika perlu,
gunakan alarm untuk mengingatkan waktu tidur dan bangun.

Sementara itu, jika sulit konsentrasi disebabkan rasa bosan, sebaiknya


selingi dengan berjalan ke luar ruangan sekitar 10 menit, atau mengonsumsi
makanan dan minuman favorit.
Untuk konsentrasi optimal, pastikan Anda memperoleh asupan makanan
dengan nutrisi seimbang. Rasa lapar atau diet ketat hanya akan
mengganggu konsentrasi. Beberapa jenis makanan mengandung vitamin B,
C, E, dan magnesium seperti jeruk, wortel, bayam dan sayuran hijau lain,
merupakan pendukung konsentrasi yang baik.
Agar konsentrasi tetap optimal, jangan lupa berikan juga waktu bagi otak
untuk beristirahat dengan cukup. Lakukan hobi yang menyenangkan atau
mendengar musik favorit.

Anda mungkin juga menyukai