Anda di halaman 1dari 7

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI
PUSKESMAS TUMARATAS KEC. LANGOWAN BARAT KAB. MINAHASA
Diyan, N.Oroh*, Grace D. Kandou**, Nancy S.H. Malonda*
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi*
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi**
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua
umur, yaitu mencapai 17-21 % dari proporsi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Faktor
pemicu/resiko penyakit hipertensi yang dapat diubah seperti obesitas, merokok, stres, penggunaan
estrogen, kurang olahraga, konsumsi lemak, konsumsi alkohol dan garam.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa pada bulan Februari tahun 2013 sampai Mei tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 107 orang. Sampel diambil secara simple random sampling (sampel acak sederhana).
Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan meliputi
analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square pada program SPSS.
Hasil penelitian: Hasil uji statistik menunjukkan faktor risiko kebiasaan merokok mempunyai
hubungan yang bermakna dengan hipertensi (p = 0,000; OR = 6,0 dan 95% CI = 2,53-14,22),
begitu juga dgn konsumsi alkohol menunjukan hubungan yang bermakna dengan hipertensi (p =
0,000; OR = 4,3 dan 95% CI 1,86-10,28).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa.
Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi

ABSTRACT
Background: Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia for all ages, reaching
17-21% of the proportion of the population and mostly undetectable. Trigger factors / risk of
hypertension that can be changed such as obesity, smoking, stress, use of estrogen, lack of
exercise, consumption of fat, alcohol and salt consumption.
Objective: To determine the relationship between smoking habit and alcohol consumption with
the incidence of hypertension in the Health Center West Langowan Tumaratas Minahasa district.
Methods: The study was an observational analytic cross sectional approach. The study was
conducted at the Health Center of West Langowan Tumaratas Minahasa district in February of
2013 to May of 2013. The sample in this study amounted to 107 people. Samples were collected
by simple random sampling (simple random sampling). Data were obtained through questionnaires
and direct interviews. Data analysis includes univariate and bivariate analysis using Chi-square test
in SPSS.
Results of research: Statistical test results showed the risk factors of smoking habit have a
significant association with hypertension (p = 0.000; OR = 6.0 and 95% CI = 2.53 to 14.22), as
well as with alcohol consumption showed a significant association with hypertension (p = 0.000;
OR = 4.3 and 95% CI 1.86 to 10.28).
Conclusion: There is a relationship between smoking habit and alcohol consumption with the
incidence of hypertension in the Health Center West Langowan Tumaratas Minahasa district.
Keywords: Smoking Habit, Alcohol Consumption, Hypertension

Minahasa). Data angka kesakitan Dinas


Kesehatan Kabupaten Minahasa pada
tahun 2012, kasus penderita hipertensi
paling banyak ditemukan di 2
puskesmas di Langowan Barat dengan
jumlah kasus mencapai 3027 kasus,
salah satunya yaitu di Puskesmas
Tumaratas.
Berdasarkan data-data tersebut,
maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan
kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi di
PKM Tumaratas Kecamatan Langowan
Barat Kabupaten Minahasa.

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyebab kematian
utama ketiga di Indonesia untuk semua
umur, yaitu mencapai 17-21 % dari
proporsi penduduk dan kebanyakan
tidak terdeteksi (Depkes, 2008).
Menurut Joint National Committee
(JNC) 7 (2003), hipertensi adalah
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90 mmHg pada
seseorang
yang
tidak
sedang
mengkonsumsiobat
antihipertensi
(Yogiantoro, 2006). Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, kejadian hipertensi pada usia 18
tahun ke atas mencapai 31,7%, dimana
hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui menderita hipertensi dan
dari 7,2%, hanya 0,4% penderita yang
mengkonsumsi obat hipertensi.
Faktor pemicu/resiko penyakit
hipertensi dapat dibedakan menjadi
faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
dan faktor yang dapat diubah. Salah satu
faktor resiko terjadinya hipertensi yang
dapat diubah, yaitu kebiasaan merokok.
Hubungan antara kebiasaan merokok
dengan hipertensi dibuktikan dengan
adanya kaitan erat antara kebiasaan
merokok dengan adanya aterosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya penyakit hipertensi
yang lain yaitu konsumsi alkohol. Telah
dibuktikan dalam penelitian sebelumnya
bahwa konsumsi alkohol setiap hari
dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik sebesar 1,21 mmHg dan tekanan
darah diastolik sebesar 0,55 mmHg
untuk rata-rata satu kali minum per hari
(Russel dkk, 1991).
Menurut Dinkes tahun 2008,
penderita hipertensi di Sulawesi Utara
mencapai 31,2 % dan ditemukan dua
wilayah dengan prevalensi >40% yakni
Kab. Minahasa dan Kota Tomohon.
Pada tahun 2012, penderita hipertensi di
Sulawesi utara mencapai 33.968 kasus
(Dinkes Provinsi Sulut, 2013). Pada
tahun 2012 penderita hipertensi di Kab.
Minahasa juga mengalami peningkatan
yakni mencapai 30.174 kasus, baik
kasus lama maupun kasus baru (Angka
Kesakitan Dinas Kesehatan Kab.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan Cross
Sectional atau potong lintang. Penelitian
ini dilakukan di PKM Tumaratas Kec.
Langowan Barat Kab. Minahasa dan
dilaksanakan pada bulan Maret sampai
bulan April tahun 2013. Populasi dari
penelitian ini yaitu seluruh pasien
poliklinik umum di PKM Tumaratas
yang berkunjung setiap hari selama
penelitian dilaksanakan, yang berusia
diatas 40 tahun.
Kriteria Inklusi Sampel
a. Merupakan pasien poliklinik umum
di PKM Tumaratas Kecamatan
Langowan Barat yang berkunjung
selama penelitian dilaksanakan.
b. Berusia lebih dari 40 tahun
Kriteria Eksklusi Sampel
a. Tidak bersedia mengikuti penelitian
b. Wanita pada masa kehamilan
Penelitian yang dilaksanakan selama 10
hari ini didapatkan jumlah sampel
sebanyak 107 orang dan teknik
pengambilan sampel dalam penelitian
ini yaitu menggunakan simple random
sampling (sampel acak sederhana).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol, sedangkan variabel terikat yaitu
kejadian hipertensi. Data yang telah
dikumpulkan akan dianalisis secara
bertahap meliputi analisis univariat dan
analisis bivariat menggunakan uji Chisquare pada program komputer yaitu
SPSS.
2

memiliki status pendidikan terakhir


Sekolah Dasar (SD), namun 40,18%
responden lainnya memiliki status
pendidikan terakhir SMA, bahkan ada
6,55% responden yang mendapat gelar
sarjana. Hasil ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden telah memiliki
status pendidikan yang cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebanyak 59,82% responden
tidak memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga.
Berdasarkan
hasil
analisis
univariat, dapat dilihat bahwa 63,6%
responden tidak menderita hipertensi
dan 36,4% responden menderita
hipertensi. Hasil ini menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
tidak
menderita hipertensi, namun 36,4%
responden menderita hipertensi, yang
berarti ada 39 orang dari 107 responden
yang
menderita
hipertensi.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Distribusi
responden
berdasarkan
karakteristik umur diketahui bahwa
42,06%
responden
berada
pada
kelompok umur 40-49 tahun, sedangkan
40,18%
responden
berada
pada
kelompok umur 50-59 tahun. Dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden
berada pada kelompok umur 40-49 dan
50-59 tahun. Distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa sebanyak 57,1% responden
berjenis kelamin laki-laki dan 42,9%
responden berjenis kelamin perempuan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
responden pada penelitian ini lebih
banyak berjenis kelamin laki-laki
daripada perempuan.
Distribusi responden berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat
bahwa sebanyak 43,92% responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Tumaratas Kecamatan


Langowan Barat Kabupaten Minahasa tahun 2013.
Jumlah
n

Karakteristik

Umur
40-49 tahun
50-59 tahun
60-69 tahun
70-79 tahun

45
43
14
5

42,06
40,18
13,08
4,68

Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki

46
61

42,9
57,1

Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
S1

47
10
43
7

43,92
9,35
40,18
6,55

Riwayat Hipertensi
Pada Keluarga
Ada
Tidak ada

43
64

40,18
59,82

Riwayat Penyakit
Hipertensi
Ada
Tidak ada

39
68

36,4
63,6

107

100

Total

yang bermakna antara kebiasaan


Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Kebiasaan Merokok
merokok dengan kejadian hipertensi di
dengan
Kejadian
Hipertensi
di
Puskesmas Tumaratas.Uji hubungan ini
Puskesmas
Tumaratas
Kecamatan
juga menghasilkan nilai OR sebesar 6,0
Langowan Barat Kabupaten Minahasa
(CI 95% = 2,532 14,220), ini berarti
tahun 2013.
bahwa responden yang mempunyai
Berdasarkan uji statistik, hasil analisis
kebiasaan merokok memiliki peluang 6
hubungan antara kebiasaan merokok
kali lebih besar menderita hipertensi
dengan kejadian hipertensi, diperoleh
dibandingkan dengan responden yang
nilai p sebesar 0,000. Hal ini
tidak memiliki kebiasaan merokok.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Tabel 2. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa tahun 2013.
Kebiasaan
Merokok
Ya
Tidak
Total

Kejadian hipertensi
Tidak
Hipertensi
Hipertensi
n
%
n
%
26
66,7
17
25
13
33,3
51
75
39
100
68
100

Total
N
43
64
107

2. Hubungan antara Konsumsi Alkohol


dengan
kejadian
Hipertensi
di
Puskesmas
Tumaratas
Kecamatan
Langowan Barat Kabupaten Minahasa
tahun 2013.
Berdasarkan uji statistik, hasil analisis
hubungan antara konsumsi alkohol
dengan kejadian hipertensi diperoleh
nilai p sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara konsumsi alkohol

%
41.2
59.8
100

P value

OR

95%
CI

0,000

6,0

2,53-14,22

dengan kejadian hipertensi di Puskesmas


Tumaratas. Uji hubungan ini juga
menghasilkan nilai OR sebesar 4,378
(CI 95% = 1,864 10,285), ini berarti
bahwa responden yang mengkonsumsi
alkohol memiliki peluang 4,378 kali
lebih
besar
menderita
penyakit
hipertensi
dibandingkan
dengan
responden yang tidak mengkonsumsi
alkohol.

Tabel 3. Hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas


Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa tahun 2013.
Konsumsi
Alkohol
Ya
Tidak
Total

Kejadian hipertensi
Tidak
Hipertensi
Hipertensi
n
%
n
%
28
71,8
25
36,8
11
28,2
43
63,2
39
100
68
100

Total
N
53
54
107

%
49.5
50.5
100

pvalue

OR

95%
CI

0,000

4,3

1,86-10,28

Evaluation, and Treatment Of High


Blood Pressure (JNC 7)tahun 2003 yaitu
dikatakan hipertensi derajat I jika TDS
140-159 mmHg dan TDD 90-99, serta
dikatakan hipertensi derajat II jika TDS
160 mmHg dan TDD 100 mmHg
(Yogiantoro, 2006).
Penelitian mengenai penyakit
hipertensi yang dilakukan di Puskesmas
Tumaratas Kecamatan Langowan Barat

PEMBAHASAN
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik
140 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg, atau bila pasien
memakai obat hipertensi (Mansjoer,
2001). Saat ini untuk menentukan
seseorang
menderita
hipertensi
digunakan ukuran berdasarkan The
Seventh Report Of Joint National
Committee On Prevention,Detection

ini dengan 107 jumlah sampel,


ditemukan 39 (36,4%) diantaranya
menderita
penyakit
hipertensi,
sedangkan 68 (63,6%)lainnya ditemukan
tidak menderita penyakit hipertensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden yang menderita penyakit
hipertensi di Puskesmas Tumaratas lebih
sedikit dibandingkan dengan responden
yang tidak menderita hipertensi. Hal ini
dikarenakan adanya faktor-faktor lain
yang mempengaruhi seperti faktor
lingkungan, dalam hal ini masyarakat di
Langowan Barat merupakan masyarakat
yang sering dikunjungi oleh petugaspetugas kesehatan, termasuk petugas
kesehatan dari Puskesmas Tumaratas
sehingga pengetahuan mengenai bahaya
hipertensi dapat diketahui dengan
baik.Faktor gaya hidup masyarakat di
Langowan
Barat
juga
mulai
menunjukkan perubahan seiring dengan
perkembangan teknologi. Masyarakat
disana mulai mengurangi beberapa gaya
hidup yang dapat menjadi faktor
pencetus terjadinya hipertensi, seperti
mengkonsumsi lemak berlebih dan
kurang berolahraga. Meskipun jumlah
penderita penyakit hipertensi yang
ditemukan lebih sedikit dibandingkan
dengan yang tidak menderita penyakit
hipertensi, namun hal ini tidak dapat
diabaikan,
diperlukan
adanya
penanggulangan yang baik dalam
mengurangi kejadian penyakit hipertensi
di Puskesmas Tumaratas ini secara
maksimal.
Kebiasaan merokok dilihat dari
berbagai sudut pandang memang sangat
merugikan, baik untuk diri sendiri
maupun orang disekelilingnya. Dari segi
kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia
yang dikandung rokok seperti nikotin,
CO (karbonmonoksida) dan tar akan
memacu kerja dari susunan syaraf pusat
dan susunan syaraf simpatis sehingga
mengakibatkan tekanan darah meningkat
dan detak jantung bertambah cepat,
menstimulasi kanker dan berbagai
penyakit lain (Komalasari & Helmi,
2000).
Berdasarkan hasil uji analisis pada
analisis bivariat dengan menggunakan

chi square, kebiasaan merokok dengan


kejadian penyakit hipertensi diperoleh
probabilitas sebesar 0,000 dengan p <
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bemakna antara
kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Tumaratas
Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa. Uji hubungan ini juga
menghasilkan nilai OR sebesar 6,0 (CI
95% = 2,532 14,220), ini berarti
bahwa responden yang mempunyai
kebiasaan merokok memiliki peluang 6
kali lebih besar menderita hipertensi
dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki kebiasaan merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nuarima
(2012) di Desa Kabongan Kidul yang
memperoleh hasil bahwa kebiasaan
merokok terbukti sebagai salah satu
faktor resiko terjadinya hipertensi.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
orang dengan kebiasaan merokok
memiliki resiko terserang hipertensi
9,537 kali lebih besar dibandingkan
orang yang tidak merokok. Dalam
penelitian ini ditemukan 36 responden
yang memiliki kebiasaan merokok dan
menderita hipertensi sedangkan 38
responden yang lain tidak memiliki
kebiasaan merokok namun juga
menderita
hipertensi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
merupakan
salah
satu
pencetus
terjadinya penyakit hipertensi, karena
meskipun responden yang tidak
memiliki kebiasaan merokok lebih
banyak dibandingkan dengan responden
yang memiliki kebiasaan merokok,
namun dapat dilihat pada penderita
hipertensi, 66,7% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan pada responden
yang tidak menderita hipertensi, 75%
tidak memiliki kebiasaan merokok.
Berdasarkan hasil uji analisis pada
analisis bivariat dengan menggunakan
chi square, konsumsi alkohol dengan
kejadian
hipertensi
diperoleh
probabilitas sebesar 0, 000 dengan p <
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bemakna antara
konsumsi alkohol dengan kejadian
5

hipertensi di Puskesmas Tumaratas


Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Minahasa. Uji hubungan ini juga
menghasilkan nilai OR sebesar 4,378
(CI 95% = 1,864 10,285), ini berarti
bahwa responden yang mengkonsumsi
alkohol memiliki peluang 4,378 kali
lebih
besar
menderita
penyakit
hipertensi
dibandingkan
dengan
responden yang tidak mengkonsumsi
alkohol. Hal ini dikarenakan jumlah
responden yang mengkonsumsi alkohol
dan menderita hipertensi lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden
yang tidak mengkonsumsi alkohol dan
menderita hipertensi.
Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa
kebiasaan
mengkonsumsi
minuman beralkohol dalam jumlah
tertentu merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan penyakit
hipertensi. Menurut Marmot, dkk
keterkaitan alkohol dengan hipertensi
lebih kuat daripada banyaknya asupan
garam yang dikonsumsi, hal itu terlihat
pada hasil studi ini yang menyatakan
bahwa peminum alkohol laki-laki
dengan dosis 300-499 ml/minggu dapat
meningkatkan tekanan sistolik/diastolik
rata-rata 2,7/1,6 mmHg lebih tinggi
dibandingkan bukan peminum alkohol,
dan untuk peminum 500 ml/minggu
memiliki tekanan darah 4,6/3,0 mmHg
lebih tinggi dibandingkan bukan
peminum. Sedangkan untuk perempuan,
peminum berat (300 ml/minggu)
menyebabkan tekanan darah 3,9/3,1
mmHg lebih tinggi dibandingkan
dengan bukan peminum. Penelitian yang
dilakukan oleh Riyadina (2002) pada
pekerja pompa bensin di Jakarta
menyatakan bahwa pekerja yang
mengkonsumsi minuman beralkohol
memiliki peluang 2,208 kali lebih besar
dibandingkan dengan bukan peminum
alkohol. Sugiharto (2007) dalam
tesisnya mengenai faktor-faktor resiko
hipertensi grade II pada masyarakat di
Kabupaten Karanganyar menyatakan
bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi
minuman beralkohol terbukti sebagai
faktor risiko hipertensi dengan nilai
p=0,028 dan nilai OR= 4,86 (CI 95% =

1,03-22,87)
yang
berarti
bahwa
responden yang mengkonsumsi alkohol
berpeluang 4,86 kali lebih besar
dibandingkan responden yang tidak
mengkonsumsi alkohol.
KESIMPULAN
1. Terdapat
hubungan
antara
kebiasaan
merokok
dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Tumaratas Kecamatan Langowan
Barat Kabupaten Minahasa, dimana
masyarakat
yang
memiliki
kebiasaan merokok mempunyai
peluang menderita hipertensi 6 kali
lebih besar daripada yang tidak
memiliki kebiasaan merokok.
2. Terdapat
hubungan
antara
konsumsi alkohol dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Tumaratas
Kecamatan
langowan
Barat
Kabupaten
Minahasa,
dimana
masyarakat yang mengkonsumsi
alkohol
mempunyai
peluang
menderita hipertensi 4,3 kali lebih
besar
daripada
yang
tidak
mengkonsumsi alkohol.
SARAN
1. Bagi Puskesmas
Kiranya dapat lebih aktif dalam
kegiatan
penyuluhan
tentang
penyakit-penyakit
degeneratif
terlebih khusus penyakit hipertensi.
2. Bagi Masyarakat
Kiranya dapat lebih memperhatikan
gaya hidup sehat, hindari gaya
hidup tidak sehat seperti merokok
dan mengkonsumsi alkohol, karena
kedua hal tersebut merupakan
faktor-faktor resiko yang dapat
memicu
terjadinya
hipertensi.
Masyarakat juga sebaiknya lebih
rutin memeriksakan tekanan darah
pada petugas-petugas kesehatan
agar tekanan darah dapat dikontrol.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan dapat
menambah variabel-variabel lain
yang
memiliki
kemungkinan
berhubungan dengan kejadian
hipertensi yang tidak ada dalam
penelitian ini.
6

DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. 2008. Laporan Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS) Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.

Nuariama, A. 2012. Faktor Resiko


Hipertensi Pada Masyarakat di
Desa Kabongan Kidul, Kabupaten
Rembang, (Online). (Available
from:
http://eprints.undip.ac.id/37291/1/
AGNESIA_NUARIMA_G2A008
009_LAP_KTI.pdf) diakses 26
Februari 2013

Dinas

Riyadina, W. 2002. Faktor-Faktor


Risiko Hipertensi Pada Operator
Pompa Bensin (SPBU)
di Jakarta. Jurnal Media Litbang
Kesehatan, Vol. XII, Nomor 2,
Tahun 2002. Jakarta

Kesehatan
Kabupaten
Minahasa.2013. Laporan Angka
Kesakitan di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Minahasa
Tahun 2012. Tondano

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi


Utara. 2013. Laporan Surveilans
Terpadu di Wilayah KerjaDinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2012. Manado

Russel ML, Cooper ML, Frone MR,


Welte JW. 1991.
Alcohol
Drinking Patterns and Blood
Pressure. AM J Public Health 81
(4):452-7.

JNC-7. 2004. The Seventh Report of the


Joint National Committee on
Prevention,
Detection,
Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (online).
(http://www.nhlbi.nih.gov/guideli
nes
hypertension/jnc7full.pdf).
Diakses pada tanggal 4 Februari
2013.

Sarasaty, R. 2011. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan dengan Hipertensi
Pada Kelompok Lanjut Usia di
Kelurahan
Sawah
Baru
Kecamatan
Ciputat,
Kota
Tangerang Selatan Tahun2011,
(Online).
(Available
from:http://perpus.fkik.uinjkt.ac.i
d/file_digital/RINAWANG%20J
ADI.pdf) diakses 28 Januari 2013.

Komalasari, D dan Helmi, F. 2000.


Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja. Jurnal
Psikologi, No. 1 Hal 37-47.
Yogyakarta.
Mansjoer, A. 2009.Kapita Selekta
Kedokteran. Ed 3. Jakarta: Media
Asculapius.

Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko


Hipertensi Grade II pada
Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten
Karanganyar),
(online).(Available
from:
http://eprints.undip.ac.id/) diakses
22 Januari 2013.

Marmot, M. G., Elliott, P., Shipley, M.


J. et al. 1994.Alcohol and blood
pressure: The INTERSALT study.
British Medical Journal, 308:
12631267

Yogiantoro,
M.(2006)
Hipertensi
Esensial. Buku Ajar Penyakit
IlmuPenyakit Dalam. Ed 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai