Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

KONSEP MASYARAKAT MADANI


DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 5 :
1. BAIQ DEWI SASMITA
RAMDHAINI
2. FIRYAL DHIYAUL HAQQI
3. FITRIYANI
4. RIYAN SUPRIADI

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dimana
berkat limpahan rahmat-Nya makalah Agama Islam ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kedua kalinya sholawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW,
dimana berkat beliau kita bisa berada di jalan yang terang yakni Islam. Tidak lupa pula penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Konsep
Masyarakat Madani", yang mmenurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari agama islam.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Karena tidak ada gading yang tak retak, oleh karena
itu penulis berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini. Karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, dan kekurangan ada pada manusia.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Mataram, 10 Desember 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai teori atau konsep, masyarakat madani sebenarnya sudah lama dikenal sejak
masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero pada zaman Roma Kuno, pada abad
pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda,
masyarakat madani mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di
zaman pencerahan dan modern, istilah tersebut dibahas oleh tokoh-tokoh ilmu-ilmu social.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar
merubah adab dan tradisi masyarakat lokal, tetapi lebih dari itu adalah membangun
masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang
saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusian. Ungkapan lisan dan tulisan
tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bertambahnya
kemajuan zaman.
Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak
tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masingmasing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu
perjuangan yang gigih. Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia
untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang
(tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada
masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya
menunggu waktu saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tesebut di atas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan:
1. Apa pengertian masyarkat madani ?
2. Bagaimana konsep masyarakat madani ?

3. Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?


4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk masyarakat madani ?
5. Apa peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani ?
C.

Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk dapat mengetahui konsep masyarakat madani
serta peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam

sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota, yaitu masyarakat yang maju, berperadaban dan
lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang
ditunjukkan oleh kondisi dan system kehidupan yang berlaku di kota madinah. Kondisi
dan system kehidupan out menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambarkan
masyarakat yang islami, sekalipun penduduknya terdiri dari berbagai macam keyakinan.
Mereka hidup rukun, saling membantu, taat hukum dan menunjukkan kepercayaan penuh
terhadap pimpinan. Al-Quran menjadi konstitusi untuk menyelesaikan berbagai
persoalan hidup yang terjadi di antara penduduk Madinah.
B. KONSEP MASYARAKAT MADANI
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan
istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk
masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap
sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam
masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero
adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam filsafat

politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara
historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke,
dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang
mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry
Diamond).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi Islami. Menilik dari subtansi civil society lalu
membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran
atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan
sekaligus perbedaan di antara keduanya. Perbedaan lain antara civil society dan
masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan
modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang
meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh
karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini, masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat
yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang
bersumber dari wahyu Allah.
Masyarakat madani memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang
beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau
masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan
Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market. Merujuk
pada Bahmueller (1997).

C. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI


Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan
program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan
berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang
mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh
Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak
lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap
ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak
dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingankepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di
wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi,
yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair yang
dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita
kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat
madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat
madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih
dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sbb:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang
kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan
terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain
terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga


swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan
kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan
yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara
teratur, terbuka dan terpercaya.
D. MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI
Dalam QS. Ali Imran: 110, Allah menyatakan bahwa umat islam adalah umat yang
terbaik dari semua kelompok umat manusia yang Allah ciptakan. Diantara aspek kebaikan
umat islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnya dibanding umat non islam.
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai
dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam
setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani
adalah Alquran. Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari
tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap
optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab).
Pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah pembangunan yang mengacu
pada sistem ilahi, dan dikerjakan secara bertahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan. Membersihkan mental masyarakat dari kemusyrikan, kezaliman,
dan kebodohan. Yakni memantapkan keyakinan atau aqidah atau kepercayaan kepada
Allah. Maka manusia akan bersikap jujur, adil, berwibawa, tegas dan sopan santun.

Kalau kebenaran sudah dijungkir balikan, hukum diinjak-injak, mereka akan bangkit
membelanya. Allah menyatakan : (Surat Al-Fath/48:29 ).
Muhammad dan orang-orang yang bersamanya itu tegas terhadap orang-orang
kafir (yang mengganggunya), tetapi kasih sayang terhadap sesamanya.
2. Tahap Penggalangan. Rasulullah SAW tiba di yastrib pada hari Jumat tanggal 12
Rabiul Awal tahun pertama Hijriah. Pada hari itu juga Yatrib diganti namanya menjadi
Madinah. Langkah yang ditempuh adalah:
a. Menyatukan visi dan misi yang diikat dengan persaudaraan.
b. Menanamkan rasa kasih sayang dan persamaan derajat atau tingkatan, tidak ada
perbedaan antara satu dengan yang lain, kecuali takwanya.
c. Mengadakan perjanjian perdamaian, kerukunan umat beragama.
d. Toleransi dalam menjalankan keyakinan agama atau kepercayaan, tidak adanya
paksaan dalam beragama.
e. Menata sistem hukum, pranata perundang-undangan.
3. Tahap Pemberdayaan. Menerapkan diberikannya kepada mereka kebebasan
melakukan kegiatan, tetapi harus di dalam koridor peraturan yang ada. Semangat iman,
dan semangat disiplin itulah yang mengantarkan manusia menjadi muttaqiin. Jiwa
iman dan taqwa inilah yang melandasi orang dalam setiap kegitaannya, apapun
pekerjaan dan profesinya. Rasulullah memberikan motivasi kepada setiap orang,
bahwa apa yang dikerjakan itu pasti akan mendapat balasan, tidak hanya berupa upah
di dunia tetapo pahala juga di akherat. Bekerjalah setiap perkerjaan akan dimudahkan
Allah. Beliau bersabda:
Dari Ali Bin Abi Thalib r.a berkata: datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan
berkata: apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada Allah? Rasul SAW
menjawab: tidak, bekerjalah kamu segala sesuatu itu dimudahkan, kemudian
membaca ayat: maka barangsiapa yang memberi dan bertaqwa serta membenarkan
adanya pahala kebaikan pasti akan kami mudahkan baginya.
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman maka perlu
ditekankan untuk mewujudkan masyarakat madani selain apa yang sudah dilakukan oleh
Rasulullah SAW, antara lain:

1.

Membangkitkan

semangat

islam

melalui

pemikiran

islamisasi

ilmu

pengetahuan, islamisasi kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan


syariah dan lain-lain.
2.

Kesadaran untuk maju dan selalu bersikap konsisten terhadap moral atau
akhlak islami.

3.

Menegakkan hukum islam dan ditegakkannya keadilan dengan disertai


komitmen yang tinggi.

4.

Ketulusan ikatan jiwa, sikap yang yakin kepada adanya tujuan hidup yang
lebih tinggi daripada pengalaman hidup sehari-hari di dunia ini

5.

Adanya pengawasan sosial.

6.

Menegakkan nilai-nilai hubungan sosial yang luhur dan prinsip demokrasi


(musyawarah).

E.Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi
pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang
kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan
bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Namanama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam alGhazali, al-Farabi, dan yang lain. Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan
perubahan zaman pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui
peranannya:
a. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan

pendapatan dan

pendidikan.
b. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang teraniaya, tidak berdaya membela hak-hak dan
kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh yang
digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain).
c. Sebagai kontrol terhadap negara.
d. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group).
e. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara di
satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat

sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan
hubungan di antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan
bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.
1. Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah
umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek
kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam.
Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya normatif,
potensial, bukan riil.
2.

Posisi Umat Islam


SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena
itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Di
Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih
rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang
berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak
Islam.

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam
mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Quran
dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Potensi yang ada di dalam diri manusia juga sangat mendukung untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam

membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya,
apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan.

B. SARAN
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan
masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui
peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta
menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam
dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.

DAFTAR PUSTAKA
Aman, Saifuddin. 2000. Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Al Mawardi Prima.
Madjid, Nurcholish. 2000. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern Respon dan Transformasi
Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Mediacita.
Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Prenada
Media: Jakarta.
file:///D:/masyarakat%20madani/MAKALAH%20MASYARAKAT%20MADANI
%20%C2%AB%20Fix%20my%20wOrLD.htm diakses tanggal 02 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai