PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam itu bertingkat-tingkat: Pertama, kepasrahan dalam amal lahiriah,
gerakan badan, dan aggota-anggota jasmani, seperti dalam Al-Quran QS: AlHujurat; 14. Kedua, Menjadikan diri sesuai atau sejalan secara lahir dan batin,
sehingga tidak terjadi pertentangan zat. Pada amalnya, niatnya, dan hatinya,
seperti Kamu tidak akan dapat memperdengarkan kepada mereka mereka
(petunjuk) kecuali kepada orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, maka
mereka itulah yang berserah diri (QS. Al-Rum; 53).
Ketiga, menghilangkan kontradiksi sama sekali. Baik dalam amal, niat,
maupun eksistensi zat. Pada tingkat ini tidak ada lagi eksistensi diri atau melihat
diri. Seluruh wujudnya tenggelam dalam samudra wujud Yang Haq, fana dalam
kebesaran cahaya Dia. Pada tingkat ini tercerabutlah bekas kontradiksi itu dari
akarnya. Yang tampak adalah hakikat makna penyerahan diri dan penyesuaian diri
kepada Al-Haq yang Mutlak sesungguhnya kepatuhan di sisi Allah adalah
kepasrahan penuh (QZ. Ali Imron; 19).
Makalah ini akan melihat bagaimana pola pemikiran Islam tersebut dan
dampak yang ditimbulkan dari pencarian otentisitas itu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terlebih dahulu dijelaskan Islam dan Globalisasi yang mendasari
pergolakan gerakan Pemikiran Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Islam dan Globalisasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Universalisme Islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan Fundamentalisme ?
BAB II
ISI
A. Islam dan Globalisasi
Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari
kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah
diri masuk kedalam kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan
sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. 1 Kata salam yang
marifat dengan al (al-salam) merupakan salah satu dari al-asma al-husna,
nama yang dikaitkan dengan Allah, dan oleh karenanya, memiliki
kesucian. Oleh karena merupakan istilah yang suci, maka perdamaian
merupakan sesuatu yang sudah selayaknya untuk disucikan.
Menurut Hanafi, karena kesucian perdamaian inilah, manusia tidak
diperkenankan menggunakan istilah salam untuk nama diri, kecuali
dikaitkan dengan Abdul pada awalnya sehingga menjadi Abdul Salam.
Hal ini memberikan implikasi bahwa seorang muslim itu adalah
hamba dari perdamaian, yang berkewajiban mengimplementasikan nama
suci tersebut ke dalam kehidupan dan mengarahkan perbuatannya untuk
perdamaian.2
Dalam pengertian agama Islam, Islam berarti kepatuhan terhadap
kehendak dan kemauan Allah SWT, serta taat kepada hukum dan aturanNya, atau sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman anNahlawi,
Islam adalah aturan Allah yang sempurna yang mencakup berbagai bidang
kehidupan, juga mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
sesamanya, dan alam semesta, atas dasar ketundukan dan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.3
1
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2006,
Hlm.15
Hassan Hanafi, Agama, Kekerasan Dan Islam Kontemporer, Terj. Ahmad Najib
(Yogyakarta: Jendela, 2002), Hlm. 126
Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual.
yang
universal
perkembangan.
dan
fleksibel
terhadap
perubahan
dan
merupakan
diskursus
yang
banyak
mengundang
perdebatan masyarakat dunia, baik yang setuju (pro) maupun yang anti
(kontra). Mereka yang setuju pada umumnya berangkat dari pemahaman
bahwa globalisasi adalah suatu keniscayaan sejarah yang harus diterima
dengan lapang dada. Sementara itu, yang anti-globalisasi melihat pada
akibat yang timbul dari globalisasi itu sendiri, terutama pengaruhnya yang
destruktif bagi lingkungan hidup.
Di maksudkan dengan ungkapan Islam, globalisasi, dan peradaban
dunia adalah ingin menjelaskan persinggungan, pertentangan , atau juga
persamaan di antara masing-masing muatan konsep di atas. Untuk itu perlu
terlebih dulu dijelaskan masing-asing istilah tersebut.Islam merupakan
Agama yang memiliki karakter sebagai berikut:
akan selamat atau Barang siapa yang beragama Islam akan selamat).
Penyerahan diri seorang muslim tertuju kepada Allah Swt secara
mutlak. Allah dikonsepsikan sebagai Tuhan yang Mutlak dan tak
terbatas sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata (walam
keselamatan manusia
Tak ada sesuatu pun yang dibiarkan tidak diperhatikan ke dalam Islam
Tebaran penyelamatan Islam mencakup seluruh alam semesta, lebih
kesemuanya
untuk
dunia
Barat
yang
B. Universalisme Islam
Istilah universalisme berasal dari bahasa latin, universum yang berarti
alam semesta (the universe). Kata ini dibentuk dari kata sifat universalis
yang berarti umum, mencakup semua, dan menyeluruh. Dalam bahasa
inggris kata latin universalis menjadi universal. Kata universal ini dapat
berarti konsep umum yang dapat diterapkan pada kenyataan, misalnya
konsep kemanusisaan yang dapat di terapkan pada setiap manusia apapun
status sosial, warna kulit, ras, dan agamanya.
Istilah universalis atau universal inilah yang menjadi asal kata
universalisme yang mengusung paham universal, melihat semua manusia itu
sama dan sederajat. Sebagai manusia, semua orang mempunyai tugas dan
kewajiban yang sama dan karena itu pula, tiap manusia di tuntut hidup,
berperilaku, bertindak sebagaimana layaknya manusia, yaitu manusia yang
mampu
memanfaatkan
akal
dan
budinya
serta
hidup
dengan
dan
karenanya
pada
awalnya
semua
berada
manusia
di
harus
dalam
tunduk kepadanya.
tubuh
suatu
bangsa,
Islam
semua,
kosmopolitanisme
budaya
konsep-konsep
kesatuan
kemanusiaan
Budhy Munawar Rahman (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Yayasan
Paramadina, Jakart, 1994, hlm. 515
Yusuf Qardhawi, Madkhal li al-Dirasat al-Islamiyyah, Dar al-Syuruq, Beirut, 1993, hlm.
61
(wahdat
al-insaniyah)
yang
Q.S. Yunus: 19
Q.S. al-Baqarah: 213.
Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta, 1992, hlm. 422
menyiarkan
dakwah
Islam
yang
universal,
manusia,
baik
individu
maupun
kelompok, berdirilah
Islam
juga
digambarkan
oleh
ilmu
yang
dikembangkan. Ulama zaman klasik, yaitu zaman antara abad ke-8 dan
ke-13 M, mereka tidak hanya menguasai di bidang agama, tetapi juga
merambah kepada keilmuan sekuler (sains), seperti kedokteran,
12
matematika, astronomi, kimia, optika, geografi, dan sebagainya. Namanama yang termasyhur dalam ilmu kedokteran ialah al-Thabari (abad
IX), al-Razi (865-925), Ibnu Sina (980-1037 M.), dan Ibnu Rusyd
(1126-1198 M.). Selain Ibn Rusyd di Andalus atau Spanyol, Islam
dikenal juga al-Zahrawi sebagai ahli bedah pada abad ke-19 M. Dari
keturunan Ibn Zur muncul dokter perempuan.Dalam bidang matematika
dikenal al-Hawarizmi (750-850 M), bapak ilmu aljabar.
Universitas-universitas didirikan di Dunia Islam. Ke sanalah
mahasiswa-mahasiswa dari Prancis, Inggris, dan lain-lain datang
menuntut ilmu yang dikembangkan ulama-ulama Islam itu. Di antara
mahasiswa itu adalah Roger Bacon dan Michael Scott. Buku-buku
karangan ulama Islam diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, dan
Toledo menjadi pusat penerjemahan.
Penerjemah-penerjemah terkenal adalah Adelard Bath, Gerard
Cremona, dan lain-lain. Pada penutup abad ke-13 M, filsafat dan sains
yang dikembangkan ulama Islam itu telah berpindah ke Eropa.
Akibatnya, renaisans pun timbul di benua itu. Dari sini bisa dilihat
bahwa peran orang Islam sangat besar sehingga orang-orang Eropa
memiliki peradaban. Merekalah yang menjadi guru orang Eropa selama
enam ratus tahun.13
Totalitas Tata Sosial
Universalitas Islam juga dapat dilihat pada tata sosial Islam yang
totalis, dalam arti, bahwa Islam relevan dengan setiap bidang kegiatan
hidup manusia. Dasar tata sosial ini adalah kehendak Tuhan yang pasti
relevan dengan setiap makhluk karena Tuhan
telah
memberikan
pun dari kegiatannya yang lepas dari penentuan Tuhan, dan dia tidak
bisa memproyeksikan suatu tujuan dalam upayanya di bidang apapun,
yang tidak termasuk dalam kategori wajibhingga haramdalam syariah.
Di samping itu, suatu tanda mentalitas yang telah berkembang dan
sempurna adalah bidang yang diperbolehkan (mubah) paling banyak
berisi hal-hal yang dibutuhkan dalam Islam.
Tata sosial yang paling baik sebagai konsekuensi dari kebenaran
tersebut adalah tata sosial yang mengatur sebanyak mungkin aktivitas
tata sosial Islam tidak hanya menyangkut aktivitas-aktivitas manusia
dan tujuan-tujuannya di masa mereka saja.Ia mencakup seluruh
aktivitas di setiap masa dan tempat, dan juga semua manusia yang
merupakan subjek dari aktivitas-aktivitas tersebut.
Sementara itu, Islam menganggap bahwa semua umat Islam
termasuk
dalam
menganggap
memiliki
program
orang-orang
kemampuan
dan
pelaksanaan hukum.
bukan
Islam
sebagai
Islam
juga
anggota
yang
tidak ada akhir bagi tata sosial sepanjang kehidupan dan aktivitas di
dunia ini juga belum berakhir. Tugas yang harus dijalankan adalah
campur
tangan semua
pihak,
baik
manusia
sebagai
individu,
at-taghyir,Islam
adalah
kecuali
agama
yang
yang
buruk. Al-Islam
menghendaki
ke
kesatuan
alam
semesta,
Penguasaan
peradaban
yang
tinggi
dilandasi
dengan
akidah,
persamaan,
lainnya.
C. Fundamentalisme
Fundamentalisme Islam adalah fenomena baru dalam sejarah
agama Islam. Fundamentalisme Islam muncul sebagai bentuk perlawanan
terhadap imperialisme dan hegemono barat perlu diluruskan. Sebab
kesimpulan semacam ini seakan memberikan angin segar bagi
ketertindasan. Dan bangkitnya gerakan-gerakan radikal sebagai bentuk
kelompok Islam lebih sebagai bentuk perlawanan terhadap ketertindasan
yang mereka alami. Oleh karena itu, fundamentalisme adalah bentuk
gerakan pembebasan, hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kesan
negatif yang merusak citra Islam itu sendiri.
Maraknya
terorisme
dan
radikalisme
yang
berasal
dari
yang mejadi incaran sudah nampak jelas. Dari bom yang terjadi di Bali,
hotel JW Mariot, kedubes Australia, JW Mariot dan Ritz Carlton sampai
merebaknya aksi teror di Aceh, menunjukkan sesuatu tandensi untuk
menjatuhkan korban dari pihak asing serta mengganggu konsep yang
dimiliki oleh kelompok fundamentalis yang menghendaki adanya sebuah
negara dengan sebuah konsep pemerintahan yang berdasarkan kepada
kedaulatan Tuhan.
Dari keagamaan yang berkembang pesat saat ini, kaum
fundamentalis memang terkesan konservatif dan selalu dengan masa
lampau, meskipun ide-ide mereka sebenarnya adalah sangat modern dan
inovatif. Bila kita mengacu pada terjemahan harfiah Fundamentalis ke
dalam bahasa Arab, maka artinya ushulliyah, sebagai sebuah kata yang
merujuk pada sumber-sumber sebagai aturan dan prinsip dalam hukum
Islam.
Jika kemudian kita mengaitkan kembali relasi antara agama dan
terorisme, mungkin tidak juga seratus persen salah. Hal ini disebabkan
masih adanya kelompok fundamentalis yang sejatinya merupakan
sekelompok religius yang masih cenderung melakukan pemberontakan.
Kecenderungan umat Islam yang lainnya adalah fundamentalisme. Istilah
fundamentalisme untuk pertama kalinya digunakan oleh kelompok
penganut agama Kristen di Amerika untuk menamai aliran pemikiran
keagamaan yang menafsirkan kitab suci mereka secara tekstual dan rigid.
Umumnya kelompok seperti ini lahir sebagai reaksi terhadap gerakan
modernisme, karena kelompok modernisme cenderung menafsirkan kitab
suci secara bebas dan elastis dan disesuaikan dengan kemajuan sains dan
teknologi yang telah berkembang yang seringkali berakibat agama menjadi
terpinggirkan.
Istilah Fundamentalisme Islam atau Islam Fundamentalis ini
banyak dilontarkan oleh kalangan pers terhadap gerakan-gerakan
kebangkitan Islam kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al-Ikhwanul
Muslimin, Jemaat Islami, dan Hizbut Tahrir Al-Islamy. Penggunaan istilah
fundamentalisme yang dituduhkan oleh media massa terhadap gerakangerakan kebangkitan Islam kontemporer tersebut, disamping bertujuan
memberikan gambaran yang negatif terhadap berbagai aktivitas mereka,
juga bertujuan untuk menjatuhkan kredibilitas mereka di mata dunia.
Istilah fundamentalisme dengan makna yang populer dalam dunia
media massa tersebut berasal dari barat dan berisikan pengertian dengan
tipologi barat pula. Sementara, istilah ushulliyah dalam bahasa Arab dan
dalam wacana pemikiran Islam, mempunyai pengertian-pengertian lain
yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh wacana pemikiran barat
yang saat ini dipergunakan oleh banyak orang. Dengan tujuan
memudahkan pemahaman dunia tentang gerakan salafiyah Jamaluddin AlAfghani dimana kata tersebut tidak memiliki padanan kata yang tepat di
Eropa, maka digunakanlah istilah yang sudah cukup akrab, yaitu
fundamentalisme.
Tuduhan terhadap agama yang tidak hanya membawa misi
perdamaian, tetapi juga misi kekerasan sulit untuk ditolak manakala
menyaksikan bahwa agama seringkali digunakan sebagai landasan
ideologis dan pembenaran simbolis bagi tindak kekerasan yang dilakukan
sebagian umat beragama. Hal tersebut dimanfaatkan oleh barat untuk
melakukan
tuduhan-tuduhan
dan
propaganda
atas
Islam
dengan
(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakanakan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan
dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
hati.
Dalam rangka kontekstualisasi agama, interpretasi merupakan
suatu kebutuhan (Necessity). Persoalan yang seringkali muncul manakala
interpretasi
tersebut mengarah
pada
adanya truth
claim,
yang
inti
ajaran Al-Quran,
selain
memerintahkan
menciptakan
isterinya:
dan
dari
pada
keduanya
Allah
danmemberikan
manfaat
dan
keselamatan
bagi
para
16
saling
Mengemukakan
ciri-ciri
kaum
eksklusif,
diantaranya adalah :
a. Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap alquran dan sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan
literal, maka ijtihad bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir
mereka.
b.
mengoreksi
agama-agama
lain.
Karena
itu
mereka
telah
masuk
unsure
bidah,
khufarat
dan
wajib
perkembangan
disembah
selanjutnya
hanyalah
mereka
Allah.namun
dalam
mengganti
doktrin
sikap
hati-hati
terhadap
kemungkinan
timbulnya
sikap
ekslusif
karena
karena
misi
Islam
yang
dibawa
oleh
para
nabi
manusia
sesuai
dengan
potensi
fitrah
lagi
oleh
sebagian
umat
nasrani
yang
menunjukan
semangat
inklusifisme
Islam.
Pandangan-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Islam menurut bahasa dengan pengertian menurut
istilah, yaitu hanya dengan kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah
dan
tunduk
kepada
hukum
dan
kehendak
aturan-Nya. Sedangkan
Islam
merupakan
sebuah
pemahaman
yang
berangkat dari fakta tekstual historis bahwa risalah Islam ditujukan untuk
semua umat, segenap ras dan bangsa, serta untuk semua lapisan
masyarakat.
Fundamentalisme adalah bentuk gerakan pembebasan, hal ini perlu
dilakukan untuk menghilangkan kesan negatif yang merusak citra Islam
itu sendiri.
Secara etimologi kata inklusif dan ekslusif merupakan bentuk kata jadian
yang berasal dari bahasa Inggris inclusive dan exlusive yang masing-masing
memiliki makna termasuk didalamnya dan tidak termasuk didalamnya/
terpisah.
B. Saran
Diharapkan pada pembuatan makalah selanjutnya lebih bagus lagi
dan juga dapat bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin,. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika
Offset
Faruqi, al, Ismail Raji. 1988. Tauhid.Terj. Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka.
Habibullah, M.2002. Universalisme Dan Kosmopolitanisme Dalam Budaya Islam.
Tajdid. Volume XI. No.2