Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam itu bertingkat-tingkat: Pertama, kepasrahan dalam amal lahiriah,
gerakan badan, dan aggota-anggota jasmani, seperti dalam Al-Quran QS: AlHujurat; 14. Kedua, Menjadikan diri sesuai atau sejalan secara lahir dan batin,
sehingga tidak terjadi pertentangan zat. Pada amalnya, niatnya, dan hatinya,
seperti Kamu tidak akan dapat memperdengarkan kepada mereka mereka
(petunjuk) kecuali kepada orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, maka
mereka itulah yang berserah diri (QS. Al-Rum; 53).
Ketiga, menghilangkan kontradiksi sama sekali. Baik dalam amal, niat,
maupun eksistensi zat. Pada tingkat ini tidak ada lagi eksistensi diri atau melihat
diri. Seluruh wujudnya tenggelam dalam samudra wujud Yang Haq, fana dalam
kebesaran cahaya Dia. Pada tingkat ini tercerabutlah bekas kontradiksi itu dari
akarnya. Yang tampak adalah hakikat makna penyerahan diri dan penyesuaian diri
kepada Al-Haq yang Mutlak sesungguhnya kepatuhan di sisi Allah adalah
kepasrahan penuh (QZ. Ali Imron; 19).
Makalah ini akan melihat bagaimana pola pemikiran Islam tersebut dan
dampak yang ditimbulkan dari pencarian otentisitas itu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terlebih dahulu dijelaskan Islam dan Globalisasi yang mendasari
pergolakan gerakan Pemikiran Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Islam dan Globalisasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Universalisme Islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan Fundamentalisme ?

4. Apa yang dimaksud dengan Islam Ekslusif dan Inklusif ?

BAB II
ISI
A. Islam dan Globalisasi
Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari
kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah
diri masuk kedalam kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan
sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. 1 Kata salam yang
marifat dengan al (al-salam) merupakan salah satu dari al-asma al-husna,
nama yang dikaitkan dengan Allah, dan oleh karenanya, memiliki
kesucian. Oleh karena merupakan istilah yang suci, maka perdamaian
merupakan sesuatu yang sudah selayaknya untuk disucikan.
Menurut Hanafi, karena kesucian perdamaian inilah, manusia tidak
diperkenankan menggunakan istilah salam untuk nama diri, kecuali
dikaitkan dengan Abdul pada awalnya sehingga menjadi Abdul Salam.
Hal ini memberikan implikasi bahwa seorang muslim itu adalah
hamba dari perdamaian, yang berkewajiban mengimplementasikan nama
suci tersebut ke dalam kehidupan dan mengarahkan perbuatannya untuk
perdamaian.2
Dalam pengertian agama Islam, Islam berarti kepatuhan terhadap
kehendak dan kemauan Allah SWT, serta taat kepada hukum dan aturanNya, atau sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman anNahlawi,
Islam adalah aturan Allah yang sempurna yang mencakup berbagai bidang
kehidupan, juga mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
sesamanya, dan alam semesta, atas dasar ketundukan dan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.3
1

M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2006,
Hlm.15
Hassan Hanafi, Agama, Kekerasan Dan Islam Kontemporer, Terj. Ahmad Najib
(Yogyakarta: Jendela, 2002), Hlm. 126
Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual.

Pengertian Islam menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah,


yaitu hanya dengan kepatuhan dan ketaatan kepada kehendak Allah dan
tunduk kepada hukum dan aturan-Nya. Seseorang dapat mencapai
kedamaian

yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah 112:


(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri
(aslama wajhahu) kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan,
maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.4
Ajaran Islam tidak pula mengenal pemisahan antara kehidupan duniawi
dan kehidupan ukhrawi. Kehidupan dunia merupakan sarana ibadah kepada
Allah SWT dalam rangka mendapatkan kebahagiaan yang abadi di akhirat
kelak. Hal ini sebagaimana Firman Allah:
Maka carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan (al-Qashash: 77).
Pada prinsipnya, Islam berisikan tata nilai yang menyeluruh, yang
membuat manusia dijamin dapat mencapai tingkat kedudukan yang tinggi
dalam pandangan Allah SWT, dengan memanfaatkan semua potensi
yang dimilikinya yang merupakan anugerah dari Allah SWT. Tata nilai
tersebut bisa dijadikan alternatif acuan di zaman globalisasi ini karena
sifatnya

yang

universal

perkembangan.

Q.S. Al-Baqarah: 112.

dan

fleksibel

terhadap

perubahan

dan

Sedangkan kata globalisasi berasal dari kata global. Globalisasi


(globalization) merupakan proses-proses menuju ke arah global. Arti global
itu sendiri adalah menyeluruh atau menyatu, dari berbagai unsur menjadi
satu. Globalisasi

merupakan

diskursus

yang

banyak

mengundang

perdebatan masyarakat dunia, baik yang setuju (pro) maupun yang anti
(kontra). Mereka yang setuju pada umumnya berangkat dari pemahaman
bahwa globalisasi adalah suatu keniscayaan sejarah yang harus diterima
dengan lapang dada. Sementara itu, yang anti-globalisasi melihat pada
akibat yang timbul dari globalisasi itu sendiri, terutama pengaruhnya yang
destruktif bagi lingkungan hidup.
Di maksudkan dengan ungkapan Islam, globalisasi, dan peradaban
dunia adalah ingin menjelaskan persinggungan, pertentangan , atau juga
persamaan di antara masing-masing muatan konsep di atas. Untuk itu perlu
terlebih dulu dijelaskan masing-asing istilah tersebut.Islam merupakan
Agama yang memiliki karakter sebagai berikut:

Agama yang menjanjikan keselamatan dunia-akhirat (Man aslama


salima- Barang siapa yang menyerahlan diri (kepada Allah) maka ia

akan selamat atau Barang siapa yang beragama Islam akan selamat).
Penyerahan diri seorang muslim tertuju kepada Allah Swt secara
mutlak. Allah dikonsepsikan sebagai Tuhan yang Mutlak dan tak
terbatas sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata (walam

yakun lahu kufuan Ahad)


Penyelamatan yang dijanjikan Oleh Islam sedemikian sempurna,

komrehensif, global, dan amat mendetail.


Islam sebagai agama yang sempurna
Islam Menjelaskan segala sesuatu yang

keselamatan manusia
Tak ada sesuatu pun yang dibiarkan tidak diperhatikan ke dalam Islam
Tebaran penyelamatan Islam mencakup seluruh alam semesta, lebih

dari sekedar globalisme


Meskipun lebih dari global, dalam waktu yang sama, Islam juga

kesemuanya

untuk

merupakan agama eksklusif ketika harus berhadapan dengan segala

bentuk sekularisme, dan kebatilan, dari system ketauhidan yang


murni.
Dalam hal-hal yang bersifat duniawi, sejauh tidak melanggar prinsipprinsip Islam di atas, umat Islam diberi kebebasan seluas-luasnya untuk bisa
beradabtasi, berdialog, dan hidup berdampingan dengan isme-isme non
Islam. Demikian sabda Rasul, Antum alamu biamri dunyaakum atau
antum alamu biumuuri dunyakum (Kamu lebih mengetahui urusan
duniamu).
Globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Internasionalisasi (dari kedaerahan menuju kearah wilayah yang lebih
luas)
Liberalisasi (faham menuju kearah serba bebas dan melepaskan
norma-norma yang telah mapan, antara lain norma-norma agama
Islam).
Universalisasi (dunia telah menyatu, tak ada lagi yang menyekat
antara wilayah satu dengan yang lain sebagai berkah kemajuan iptek,
terutama teknologi telekomunikasi)
Westernisasi (arah peradaban dari dunia Timur menuju kea rah
cultural

dunia

Barat

yang

bercirikan sekulariseme, individualisme, kapitalisme, liberalisme,


danhedonisme).
Suprateritorialisme ( ruang-ruang sosialitas tak lagi dapat dipetakan
jarak dan batas-batas wilayah. Dengan demikian dunia adalah satu
wilayah).
Secara prinsip, globalisasi merupakan sebuah proses penyatuan
dunia, yang secara perlahan, tetapi pasti mulai menghilangkan sekatsekat negara dan bangsa. Proses penyatuan ini melibatkan manusia,
informasi, perdagangan, dan modal. Derasnya arus informasi yang masuk
lintas benua telah menghilangkan halangan-halangan yang diakibatkan oleh
batas-batas dimensi ruang dan waktu. Oleh karenanya, suatu peristiwa yang
terjadi di belahan bumi akan segera bisa diketahui di belahan bumi lainnya.

B. Universalisme Islam
Istilah universalisme berasal dari bahasa latin, universum yang berarti
alam semesta (the universe). Kata ini dibentuk dari kata sifat universalis
yang berarti umum, mencakup semua, dan menyeluruh. Dalam bahasa
inggris kata latin universalis menjadi universal. Kata universal ini dapat
berarti konsep umum yang dapat diterapkan pada kenyataan, misalnya
konsep kemanusisaan yang dapat di terapkan pada setiap manusia apapun
status sosial, warna kulit, ras, dan agamanya.
Istilah universalis atau universal inilah yang menjadi asal kata
universalisme yang mengusung paham universal, melihat semua manusia itu
sama dan sederajat. Sebagai manusia, semua orang mempunyai tugas dan
kewajiban yang sama dan karena itu pula, tiap manusia di tuntut hidup,
berperilaku, bertindak sebagaimana layaknya manusia, yaitu manusia yang
mampu

memanfaatkan

akal

dan

budinya

serta

hidup

dengan

mempertimbangkan akal sehat,mampu mendengarkan bisikan suara hati,


melibatkan kehendak baik dalam mengambil keputusan.5
Universalisme Islam merupakan sebuah pemahaman yang berangkat
dari fakta tekstual historis bahwa risalah Islam ditujukan untuk semua umat,
segenap ras dan bangsa, serta untuk semua lapisan masyarakat. Ia bukan
risalah untuk bangsa tertentu yang beranggapan bahwa dialah bangsa
terpilih,
Meskipun

dan

karenanya

pada

awalnya

semua
berada

manusia
di

harus

dalam

tunduk kepadanya.

tubuh

suatu

bangsa,

sekelompok bangsa atau hanya sekelompok individu, ia adalah satu


dalam arti, bahwa ia meliputi seluruh manusia. Oleh karenanya, berbicara
secara Islam, tidak bisa ada tata sosial Arab atau Turki, Iran atau Pakistan
ataupun Malaysia, melainkan satu, yaitu tata sosial Islam, walaupun tata
sosial bermula dari negeri atau kelompok tertentu.6

M.Habibullah, Universalisme Dan Kosmopolitanisme Dalam Budaya Islam, Tajdid,


Volume Xi, No.2, 2002, Hlm.110
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid Terj. Rahmani Astuti, Pustaka, Bandung, 1988, hlm. 110

Universalisme Islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi


penting, dan yang terbaik dalam ajaran-ajarannya. 7Ajaran-ajaran

Islam

yang mencakup aspek akidah, syariah, dan akhlak (yang seringkali


disempitkan oleh sebagian masyarakat menjadi hanya kesusilaan dan sikap
hidup), menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan
utama kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dari enam tujuan umum syariah,
yaitu menjamin keselamatan agama, badan, akal, keturunan, harta, dan
kehormatan. Selain itu, risalah Islam juga menampilkan nilai-nilai
kemasyarakatan (social values) yang luhur, yang bisa dikatakan sebagai
tujuan dasar syariah, yaitu keadilan, ukhuwah, tafakkul, kebebasan, dan
kehormatan.8
Berikut berbagai manifestasi penting Universalisme Islam:
Kosmopolitanisme Kebudayaan
Universalisme dapat dilihat pada kosmopolitanisme kebudayaan
yang ditawarkan, tempat ia tetap merespon dengan baik, dan mengakui
eksistensi budaya-budaya lokal, yang pada kondisi-kondisi tertentu,
malah terkadang dipandang sebagai bagian dari ajaran Islam. Islam
menempatkan manusia pada posisi yang sejajar dalam tatanan
peradaban global, sebagai anak-anak Adam yang telah tercerai-berai,
apa dan bagaimanapun dia, tidak akan mengubah status sebagai turunan
Adam.
Pemahaman semacam itu, selain merupakan pancaran makna Islam
itu sendiri, pandangan tentang kesatuan kenabian (wahdat alnabawiyah) berdasarkan makna Islam itu, serta konsisten dengan
semangat prinsip-prinsip itu

semua,

kosmopolitanisme

budaya

Islam juga mendapat pengesahan langsung dari kitab suci seperti


pengesahan berdasarkan
7

konsep-konsep

kesatuan

kemanusiaan

Budhy Munawar Rahman (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Yayasan
Paramadina, Jakart, 1994, hlm. 515
Yusuf Qardhawi, Madkhal li al-Dirasat al-Islamiyyah, Dar al-Syuruq, Beirut, 1993, hlm.
61

(wahdat

al-insaniyah)

yang

merupakan kelanjutan konsep

kemahaesaan Tuhan (wahdaniyat atau tauhid). Kesatuan asasi umat


manusia dan kemanusiaan itu ditegaskan dalam firman-firman:
Umat manusia itu tidak lain adalah umat yang tunggal,
tapi kemudian mereka berselisih (sesama mereka), jika
seandainya tidak ada keputusan (kalimah) yang telah
terdahulu dari Tuhanmu, maka tentulah segala perkara
yang mereka perselisihkan itu akan diselesaikan (sekarang
juga).9
Atau pada ayat:
Umat manusia itu dulunya adalah umat yang tunggal,
kemudian Allah mengutus para nabi untuk membawa kabar
gembira dan memberi peringatan dan bersama para nabi
itu diturunkannya kitab suci dengan membawa kebenaran,
agar kitab suci itu dapat memberi keputusan tentang hal-hal
yang mereka perselisihkan10
Para pengikut Nabi Muhammad Saw. diingatkan untuk selalu
menyadari sepenuhnya kesatuan kemanusiaan, dan dijadikan dasar
mereka membentuk pandangan budaya kosmopolit, yaitu sebuah pola
budaya yang konsep-konsep dasarnya meliputi, dan diambil dari
seluruh budaya umat Islam.11
Islam sebagai agama bersifat universal yang menembus batas-batas
bangsa, ras, dan peradaban, tetapi tak bisa dinafikan bahwa unsur Arab
mempunyai beberapa keistimewaan dalam Islam. Ada hubungan kuat
yang mengisyaratkan ketiadaan kontradiksi antara Islam sebagai agama
dengan unsur Arab. Menurut Dr. Imarah, hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal:
9
10
11

Q.S. Yunus: 19
Q.S. al-Baqarah: 213.
Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta, 1992, hlm. 422

Pertama, Islam diturunkan kepada Muhammad bin Abdullah,


seorang Arab. Demikian juga mukjizat terbesar agama ini (al-Quran),
didatangkan dengan bahasa Arab yang jelas (al-Mubin), yang dengan
ketinggian sastranya dapat mengungguli para sastrawan Arab sepanjang
sejarah. Oleh karena itu, memahami dan menguasai al-Quran sangat
sulit dengan bahasa apapun selain bahasa Arab. Implikasinya, Islam
menuntut pemeluknya jika ingin menyelami dan mendalami makna
kandungan al-Quran, maka hendaknya mengarabkan diri.
Kedua, dalam

menyiarkan

dakwah

Islam

yang

universal,

bangsa Arab berada di garda depan, dengan pimpinan kearaban


Nabi dan al-Quran. Kebangkitan realita Arab dari segi sebab turunnya
wahyu dengan peran sebagai penafsir terhadap al-Quran dan lokasi
dimulainya dakwah di Jazirah Arab sebagai garda depan dalam dakwah.
Ketiga, jika agama-agama terdahulu memiliki karakteristik yang
sesuai dengan konsep Islam lokal, kondisional, dan temporal, maka
Islam mengandung dasar-dasar ajaran yang berlaku untuk semua tempat
dan semua zaman. Ajaran Islam berlaku pada semua situasi dan kondisi,
serta mengakui pengelompokkan alamiah manusia ke dalam keluarga,
suku, dan bangsa sebagai pengaturan yang dikehendaki Tuhan.
Akan tetapi, Islam menolak setiap ultimisasi dari pengelompokan
tersebut sebagai kriteria final dari kebaikan dan kejahatan. Di atas
semua

manusia,

baik

individu

maupun

kelompok, berdirilah

ketentuan hukum sebagai kenyataan bagi kebaikan dan kejahatan.12


Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Keuniversalan

Islam

juga

digambarkan

oleh

ilmu

yang

dikembangkan. Ulama zaman klasik, yaitu zaman antara abad ke-8 dan
ke-13 M, mereka tidak hanya menguasai di bidang agama, tetapi juga
merambah kepada keilmuan sekuler (sains), seperti kedokteran,
12

Muhammad Imarah, Al-Islam wa al-Urubah, (al-Haihal al-Mashriyyah al-Ammah lil


Kitab, 1996), hlm. 11-12

matematika, astronomi, kimia, optika, geografi, dan sebagainya. Namanama yang termasyhur dalam ilmu kedokteran ialah al-Thabari (abad
IX), al-Razi (865-925), Ibnu Sina (980-1037 M.), dan Ibnu Rusyd
(1126-1198 M.). Selain Ibn Rusyd di Andalus atau Spanyol, Islam
dikenal juga al-Zahrawi sebagai ahli bedah pada abad ke-19 M. Dari
keturunan Ibn Zur muncul dokter perempuan.Dalam bidang matematika
dikenal al-Hawarizmi (750-850 M), bapak ilmu aljabar.
Universitas-universitas didirikan di Dunia Islam. Ke sanalah
mahasiswa-mahasiswa dari Prancis, Inggris, dan lain-lain datang
menuntut ilmu yang dikembangkan ulama-ulama Islam itu. Di antara
mahasiswa itu adalah Roger Bacon dan Michael Scott. Buku-buku
karangan ulama Islam diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, dan
Toledo menjadi pusat penerjemahan.
Penerjemah-penerjemah terkenal adalah Adelard Bath, Gerard
Cremona, dan lain-lain. Pada penutup abad ke-13 M, filsafat dan sains
yang dikembangkan ulama Islam itu telah berpindah ke Eropa.
Akibatnya, renaisans pun timbul di benua itu. Dari sini bisa dilihat
bahwa peran orang Islam sangat besar sehingga orang-orang Eropa
memiliki peradaban. Merekalah yang menjadi guru orang Eropa selama
enam ratus tahun.13
Totalitas Tata Sosial
Universalitas Islam juga dapat dilihat pada tata sosial Islam yang
totalis, dalam arti, bahwa Islam relevan dengan setiap bidang kegiatan
hidup manusia. Dasar tata sosial ini adalah kehendak Tuhan yang pasti
relevan dengan setiap makhluk karena Tuhan

telah

memberikan

kepada manusia konstitusi, struktur, dan fungsi.


Dalam dimensi fisik, personal, sosial dan spiritualnya, manusia
memiliki konstitusi anugerah Tuhan yang wajib dipenuhinya. Tidak satu
13

Harun Nasution, Islam Rasional, hlm. 35

pun dari kegiatannya yang lepas dari penentuan Tuhan, dan dia tidak
bisa memproyeksikan suatu tujuan dalam upayanya di bidang apapun,
yang tidak termasuk dalam kategori wajibhingga haramdalam syariah.
Di samping itu, suatu tanda mentalitas yang telah berkembang dan
sempurna adalah bidang yang diperbolehkan (mubah) paling banyak
berisi hal-hal yang dibutuhkan dalam Islam.
Tata sosial yang paling baik sebagai konsekuensi dari kebenaran
tersebut adalah tata sosial yang mengatur sebanyak mungkin aktivitas
tata sosial Islam tidak hanya menyangkut aktivitas-aktivitas manusia
dan tujuan-tujuannya di masa mereka saja.Ia mencakup seluruh
aktivitas di setiap masa dan tempat, dan juga semua manusia yang
merupakan subjek dari aktivitas-aktivitas tersebut.
Sementara itu, Islam menganggap bahwa semua umat Islam
termasuk

dalam

menganggap
memiliki

program

orang-orang

kemampuan

dan

pelaksanaan hukum.

bukan

Islam

sebagai

Islam

juga

anggota

yang

harus diperhatikan. Dengan demikian,

tidak ada akhir bagi tata sosial sepanjang kehidupan dan aktivitas di
dunia ini juga belum berakhir. Tugas yang harus dijalankan adalah
campur

tangan semua

pihak,

baik

manusia

sebagai

individu,

komunitas masyarakat, bahkan benda sebagai pelaksana-pelaksana


kehendak Illahi.14
Islam sebagai Acuan Tata Nilai yang Dinamis
Islam sebagai ajaran agama yang universal mampu menjadi
tata nilai sebagai acuan bagi kehidupan yang serba berkembang dan
dinamis, sekaligus menunjukan keagungan, keutuhan, dan keunikannya.
Keunikan Islam dalam tata nilai tersebut dapat dilihat pada:
Pertama, syariat Islam adalah tata nilai, aturan, dan norma ciptaan
Allah SWT, yang mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
14

Ismaiil Raji, Tauhid, hlm. 112

manusia. Tata nilai tersebut dibuat sesuai dengan sendi umum


kemanusiaan, baik secara individu maupun sosial kemasyarakatan.
Tidak mungkin terjadi pertentangan antara ajaran Islam yang
bersumberkan wahyu Allah SWT dan fitrah manusia sebagai makhlukNya.
Kedua, seluruh tata nilai dalam ajaran Islam dimaksudkan untuk
kesejahteraan agar manusia terpelihara agamanya, dirinya, akalnya,
kehormatannya, dan harta bendanya. Ajaran Islam tidak pernah
menyuruh, kecuali kepada hal-hal yang makruf, tidak pernah melarang
kecuali yang mungkar, tidak pernah menghalalkan kecuali yang baik,
dan tidak pernah mengharamkan
minhaj

at-taghyir,Islam

adalah

kecuali
agama

yang
yang

buruk. Al-Islam
menghendaki

perubahan, mengeluarkan manusia dari keadaan zhulumat menuju


kehidupan yang penuh dengan nur. Tempat manusia dihargai sebagai
manusia yang mempunyai derajat dan kedudukan yang sama di hadapan
Allah, yang membedakannya hanyalah ketakwaan kepada-Nya.
Ketiga, syumuliyah, yaitu mencakup semua segi kehidupan
manusia. Ia adalah ajaran yang berkaitan dengan sistem keyakinan,
aturan, moral, pemikiran, ilmu pengetahuan, nilai-nilai kemanusiaan,
hukum, sistem keluarga, serta hubungan antarmanusia, yang saling
berhubungan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Unsur-unsurnya

disusun sedemikian rupa, mencakup seluruh segi

kehidupan, melengkapi segala kebutuhan, dan melindungi segala


kegiatan. Dalam lingkup ini, prinsip tauhid merupakan prinsip yang
pertama agama Islam, dan prinsip segala yang Islami. Allah itu tunggal
secara mutlak dan tertinggi dan secara metafisis dan aksiologis. Dia
adalah Sang Pencipta, yang dengan perintah-Nya, segala sesuatu dan
peristiwa terjadi. Ia kemudian menjabarkan dari prinsip tauhid ini

ke

kesatuan

alam

semesta,

kesatuan kebenaran, kesatuan

pengetahuan, kesatuan hidup, dan kesatuan umat manusia.15


Keempat, tata nilai Islam itu tampil dalam bentuk prinsip-prinsip
umum menyeluruh yang melahirkan gerak maju. Sejarah telah
menunjukkan kepeloporan umat Islam dalam berbagai bidang
kehidupan yang sejalan dengan peningkatan kualitas kemanusiaan itu
sendiri.

Penguasaan

peradaban

yang

tinggi

dilandasi

dengan

akidah,

persamaan,

keadilan, persaudaraan, serta nilai-nilai tinggi

lainnya.
C. Fundamentalisme
Fundamentalisme Islam adalah fenomena baru dalam sejarah
agama Islam. Fundamentalisme Islam muncul sebagai bentuk perlawanan
terhadap imperialisme dan hegemono barat perlu diluruskan. Sebab
kesimpulan semacam ini seakan memberikan angin segar bagi
ketertindasan. Dan bangkitnya gerakan-gerakan radikal sebagai bentuk
kelompok Islam lebih sebagai bentuk perlawanan terhadap ketertindasan
yang mereka alami. Oleh karena itu, fundamentalisme adalah bentuk
gerakan pembebasan, hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kesan
negatif yang merusak citra Islam itu sendiri.
Maraknya

terorisme

dan

radikalisme

yang

berasal

dari

fundamentalisme Islam membuat banyak kalangan ketakutan atas


memudarnya citra Islam yang baik, damai, dan mengayomi semua umat
manusia. Lalu dibuatlah sebuah teori bahwa fundamentalisme Islam tidak
ada hubungannya dengan Islam itu sendiri. Fundamentalisme Islam adalah
fenomena baru yang muncul pada abad 19 atau 18, fundamentalisme
hanyalah semacam reaksi terhadap tatanan kehidupan yang lebih global
saat ini.
Jika kita melihat serangkaian aksi teror bom yang terjadi di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, maka sepertinya target utama
15

Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, hlm.22

yang mejadi incaran sudah nampak jelas. Dari bom yang terjadi di Bali,
hotel JW Mariot, kedubes Australia, JW Mariot dan Ritz Carlton sampai
merebaknya aksi teror di Aceh, menunjukkan sesuatu tandensi untuk
menjatuhkan korban dari pihak asing serta mengganggu konsep yang
dimiliki oleh kelompok fundamentalis yang menghendaki adanya sebuah
negara dengan sebuah konsep pemerintahan yang berdasarkan kepada
kedaulatan Tuhan.
Dari keagamaan yang berkembang pesat saat ini, kaum
fundamentalis memang terkesan konservatif dan selalu dengan masa
lampau, meskipun ide-ide mereka sebenarnya adalah sangat modern dan
inovatif. Bila kita mengacu pada terjemahan harfiah Fundamentalis ke
dalam bahasa Arab, maka artinya ushulliyah, sebagai sebuah kata yang
merujuk pada sumber-sumber sebagai aturan dan prinsip dalam hukum
Islam.
Jika kemudian kita mengaitkan kembali relasi antara agama dan
terorisme, mungkin tidak juga seratus persen salah. Hal ini disebabkan
masih adanya kelompok fundamentalis yang sejatinya merupakan
sekelompok religius yang masih cenderung melakukan pemberontakan.
Kecenderungan umat Islam yang lainnya adalah fundamentalisme. Istilah
fundamentalisme untuk pertama kalinya digunakan oleh kelompok
penganut agama Kristen di Amerika untuk menamai aliran pemikiran
keagamaan yang menafsirkan kitab suci mereka secara tekstual dan rigid.
Umumnya kelompok seperti ini lahir sebagai reaksi terhadap gerakan
modernisme, karena kelompok modernisme cenderung menafsirkan kitab
suci secara bebas dan elastis dan disesuaikan dengan kemajuan sains dan
teknologi yang telah berkembang yang seringkali berakibat agama menjadi
terpinggirkan.
Istilah Fundamentalisme Islam atau Islam Fundamentalis ini
banyak dilontarkan oleh kalangan pers terhadap gerakan-gerakan
kebangkitan Islam kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al-Ikhwanul
Muslimin, Jemaat Islami, dan Hizbut Tahrir Al-Islamy. Penggunaan istilah

fundamentalisme yang dituduhkan oleh media massa terhadap gerakangerakan kebangkitan Islam kontemporer tersebut, disamping bertujuan
memberikan gambaran yang negatif terhadap berbagai aktivitas mereka,
juga bertujuan untuk menjatuhkan kredibilitas mereka di mata dunia.
Istilah fundamentalisme dengan makna yang populer dalam dunia
media massa tersebut berasal dari barat dan berisikan pengertian dengan
tipologi barat pula. Sementara, istilah ushulliyah dalam bahasa Arab dan
dalam wacana pemikiran Islam, mempunyai pengertian-pengertian lain
yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh wacana pemikiran barat
yang saat ini dipergunakan oleh banyak orang. Dengan tujuan
memudahkan pemahaman dunia tentang gerakan salafiyah Jamaluddin AlAfghani dimana kata tersebut tidak memiliki padanan kata yang tepat di
Eropa, maka digunakanlah istilah yang sudah cukup akrab, yaitu
fundamentalisme.
Tuduhan terhadap agama yang tidak hanya membawa misi
perdamaian, tetapi juga misi kekerasan sulit untuk ditolak manakala
menyaksikan bahwa agama seringkali digunakan sebagai landasan
ideologis dan pembenaran simbolis bagi tindak kekerasan yang dilakukan
sebagian umat beragama. Hal tersebut dimanfaatkan oleh barat untuk
melakukan

tuduhan-tuduhan

dan

propaganda

atas

Islam

dengan

memberikn label radikalisme Islam'. Secara harfiah ekslusif berasal dari


bahasa Inggris, exclusive yang berarti sendirian, dengan tidak disertai
yang lain, terpisah dari yang lain, berdiri sendiri, semata-mata dan tidak
ada sangkut pautnya dengan yang lain. Sikap eksklusif yaitu yang
menganut pandangan tentang sikap tertutup dengan beragama dan tidak
mau menerima klaim kebenaran dari agama lain.
Agama Islam diyakini sebagai agama yang paling benar sedangkan
agama lain dianggap sesat dan tidak akan diterima Tuhan. Pandangan ini
didasarkan pada ayat Al-Quran yang artinya sebagai berikut:
13. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang
telah bertemu (bertempur), segolongan berperang di jalan Allah dan

(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakanakan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan
dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
hati.
Dalam rangka kontekstualisasi agama, interpretasi merupakan
suatu kebutuhan (Necessity). Persoalan yang seringkali muncul manakala
interpretasi

tersebut mengarah

pada

adanya truth

claim,

yang

mengakibatkan adanya sikap pelecehan kebenaran agama-agama lain


(bersifat eksklusif) permasalahan diatas sebenarnya tidak akan terjadi
manakala terdapat pendewasaan dalam beragama, yang tercermin pada
adanya sikap yang demokratis dalam beragama.
Sikap inklusif merupakan sebuah sekumpulan orang yang
menganut pandangan bahwa semua agama-agama yang ada memiliki
kebenaran dan keselamatan bagi para penganutnya. Sikap terbuka akan
berdampak pada relasi sosial yang bersifat sehat dan harmonis antar
sesama warga masyarakat.
Sebagaimana

inti

ajaran Al-Quran,

selain

memerintahkan

penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakkan pilar-pilar


yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar hidup dalam
suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku,
bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang
sama. Firman Allah: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah

menciptakan

isterinya:

dan

dari

pada

keduanya

Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak dan


bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi


kamu. (An-Nisa : 1 )16
D. Islam Ekslusif dan Inklusif
1. Pengertian islam Eksklusif dan Inklusif
Secara etimologi kata inklusif dan ekslusif merupakan bentuk kata
jadian yang berasal dari bahasa Inggris inclusive dan exlusive yang
masing-masing memiliki makna termasuk didalamnya dan tidak
termasuk didalamnya/ terpisah.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
eksklusif berarti terpisah dari yang lain. Sedangkan inklusif berarti
termasuk, terhitung. Sedangkan Islam eksklusif dan inklusif menurut
DR. K.H. Didin Hafidhuddin, M,Sc. "Islam merupakan agama yang
sangat inklusif, dan bukan merupakan ajaran yang bersifat eksklusif. Tapi
inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh
kelompok liberal", Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang
universal dan dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehattanpa
memperdulikan latar belakang, suku bangsa, setatus sosial dan atribut
keduniawian lainya.
Islam inklusif merupakan sekumpulan orang yang menganut
pandangan bahwa semua agama-agama yang ada, semuanya memiliki
kebenaran

danmemberikan

manfaat

dan

keselamatan

bagi

para

penganutnya, sebagaimana di Indonesia banyak terdapat beraneka ragam


agama yang diakui dan banyak penganutnya. Dalam artian lain bahwa,
Islam inklusif mempunyai pandangan bahwa agama-agama yang ada di
sekeliling kita semuanya memiliki kebenaran yang sama, yaitu sama-sama
mempunyai tujuan yang sama yaitu kepada Allah. Hanya saja cara menuju
kepada Allah yang berbeda antara agama yang satu dengan agama yang
lainnya.

16

http://neti2512.blogspot.co.id/2015/10/islam-dan-gagasan-universal.html diunduh pada


tanggal 19 Mei 2016 pukul 8.50 WIB

Islam inklusif merupakan sebuah pandangan yang mengajarkan


tentang sikap terbuka dalam beragama dan dengan berhubungan dengan
agama non muslim. Sikap terbuka akan berdampak pada relasi sosial yang
bersifat sehat dan harmonis antar sesama warga masyarakat. Teologi
inklusifisme ini dilandasi dengan toleransi, itu tidak berarti bahwa semua
agama dipandang sama. Sikap toleran hanyalah suatu sikap penghormatan
akan kebebasan dan hak setiap orang untuk beragama, perbedaan
beragama tidak boleh menjadi penghalang dalam upaya

saling

menghormati, menghargai, dan kerjasama.


Meskipun umat Islam diharuskan untuk meyakini bahwa agama
Islam adalah agama yang paling benar, namun Islam melarang untuk
merendahkan agama lain. Apalagi menyakiti penganut agama non Islam.
Sikap merendahkanpenganut non muslim justru akan menunjukkan bahwa
agama Islam bukan agama yang mulia. Nabi Muhammad SAW,
merupakan sebuah suri tauladan yang baik yang layak dijadikan panutan
dalam konteks ini. Dalam kehidupan beliau sebagai pememimpin
masyarakat Madinah, sikap toleran terhadap umat yang lainnya merupakan
ciri dari kepemimpinannya.Bukan aroganis teoligis yang beliau tunjukkan
kepada kaum Yahudi dan Nasrani, melainkan ajaran untuk sama-sama
membangun masyarakat dan melindungi Negara dari ancaman musuh.
Sedangkan sikap eksklusif yaitu yang menganut pandangan tentang
sikap tertutup dalam beragama, dan tidak mau menerima klaim kebenaran
dari agama lain. Sebagai contoh dalam agama Islam, hanya mengakui
bahwa hanya Islam yang menjadi agama paling benar dibandingkan
dengan agama lain. Teologi eksklusif mendorong penganutnya untuk
menutup diri terhadap relasi sosial dengan pemeluk agama lain. Teologi ini
didasari bahwa agama non muslim itu sesat, jahat, dan ingin merusak
agama Islam, pandangan seperti ini mereka ambil dari QS. Albaqoroh
(2):113:

"Dan orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu


tidak memiliki seuatu (pegangan)", dan orang-orang
Nasrani (juga) berkata, "orang-orang Yahudi tidak
memiliki sesuatu (pegangan)," Padahal mereka membaca
Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu,
berkata seperti ucapan mereka itu.Maka Allah akan
mengadili mereka pada hari kiamat, tentang apa yang
mereka perselisihkan.
2. Ciri-ciri Islam Eksklusif dan Inklusif
Fatimah Husein dalam buku Muslim-Chritian relation in
the new order indonesia: the exclusivist and inclusivist
muslim.

Mengemukakan

ciri-ciri

kaum

eksklusif,

diantaranya adalah :
a. Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap alquran dan sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan
literal, maka ijtihad bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir
mereka.
b.

Mereka berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui


agama Islam. bagi mereka, Islam adalah agama final yang datang
untuk

mengoreksi

agama-agama

lain.

Karena

itu

mereka

menggugat otentisitas kitab suci agama lain.


Sedangkan yang dimaksud kaum inklusif, memiliki ciri:
a. Karena mereka memahami agama islam sebagai agama yang
berkembang, maka mereka menerapkan metode kontekstual dalam
memahami al-quran dan sunah, yang memerlukan teks-teks asas
dalam Islam dan ijtihad berperan sentral dalam pemikiran mereka.

b. Kaum inklusif memandang, Islam adalah agama terbaik bagi


mereka, namun mereka berpendapat bahwa keselamatan di luar
agama Islam adalah hal yang mungkin.
3.

Latar Belakang Munculnya Islam Eksklusif dan Inklusif


a. Latar belakang munculnya Islam Eksklusif
Banyak faktor yang menjadi latar belakang penyebab timbulnya paham
ekslusif. Diantaranya sebagai berikut:
a) Doktrin ajaran. Harus diakui bahwa sungguhpun pada mulanya
agama agama selain islam seperti yahudi, dan nasrani berasal
dari tuhan, namun dalam sejarahnyaagama-agama ini sudah
tidak memelihara kemuriannya lagi. Kedalam agama-agama
tersebut

telah

masuk

unsure

bidah,

khufarat

dan

tahayul.Misalnya, pada mulanya agama ini mengakui bahwa


yang

wajib

perkembangan

disembah
selanjutnya

hanyalah
mereka

Allah.namun

dalam

mengganti

doktrin

Tuhannya dengan trinitas. Kemudian dalam ajaran agama


hindu,

keyakinan kepercayaan terhadap binatang-binatang

tertentu yang dinggap keramat dan sebagai penjelmaan dari


Tuhan. Dengan menunjukkan contoh-contoh tersebut dapatlah
dimaklumi jika kemudian orang-orang islam ada yang
mengambil

sikap

hati-hati

terhadap

kemungkinan

tercampurnya agama islam dengan ajaran agama lain.


b) Faktor Wawasan yang sempit. Paham yang mengartikan Islam
sebagai agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saja dan
bukan islam dalam pengertian missi kepatuhan dan ketundukan
serta keikhlasan beribadah Allah.akibat dari paham demikian
mereka hanya menghormati agama yang dibawa nabi
Muhammad saja dan tidak menghormati agama-agama yang
dibawa oleh nabi sebelumnya. Demikian pula sikap yang hanya
mengetahui satu madzhab atau aliran saja dalam aliran teologi,

fiqih, tasawuf dan sebagainya dalam islam, dapat pula


menyebabkan

timbulnya

sikap

ekslusif

karena

karena

menganggap madzhab dan aliran yang dianutnyalah yang


paling benar.
c) Faktor Kesempurnaan ajaran Islam. Berdasarkan petunjuk surat
al-maidah ayat 3 bahwa ajaran Islam yang dibawa nabi
Muhammad saw. Sebagai ajaran yang menyempurnakan ajaran
atau

misi

Islam

yang

dibawa

oleh

para

nabi

sebelumnya.Kesempurnaan aajaran Islam juga dapat dilihat


dari sikapnya yang memandang manusia secaraa wajar yakni
melakukan

manusia

sesuai

dengan

potensi

fitrah

kemanusiaannya.Secara fitrah manusia mmerlukan makan,


minum, tempat tinggal, pakaian, dan sebaginya. Fitraah
manusia terhadap seluruh aspek kehidupan tersebut sangat
diperhatikan dalam ajaran Islam sebagaimana diinggung dalam
surat al-rum ayat 30. Engan melihaat ajaran Islam yang
smpurna dan sesuai dengan fitrah manusia itu, mka timbul
anggapan/sikap yang tidak merasa perlu lagi belajar atau
mengetahui agama lain. Malah sebaliknya penganut agamaagama lainlaah yang seharusnya masuk ke agama Islam.
d) Faktor sejarah. Sejarah mencatat bahwa antara umat muslim
dan nasrani pernah terlibat perang salib yang berlangsung
selama tiga periode dari tahun 1095-1292 atau kurang lebih
dalam kurun waktu tiga abad. Bagi umat islam peperangan
tersebut menyebabkan pula pula timbulnya kelemahan daalam
bidang politik , sejumlah karya tulis dan harta pussaka banyak
yang dirampas kaum nasrani. Selanjutnya sejarah juga
mencatat bahwa antara kaum muslimin dan nasrani di spanyol
pernah konflik ketika umat muslim berkuasa disana, setelah
kurang lebih 700 tahun umat Islam berkuasa di spanyol,
akhirnya terusir dri Negara tersebut dengan cara yang sangat

kejam. Selain itu, sejarah juga menulis bahwa antara umat


Islam dan hindu pernah terjai konflik yaitu ketika umat Islam
berkuasa di India zaman kerajaan mughal kurang lebih selama
tiga abad. Banyak umat Islam yang ditindas oleh umat hindu
ketika berada di sana. Berbagai peristiwa sejarah yang
sebagaimana disbutkan, masih belum hilang dri ingatan umat
Muslim.Hal itu seanjutnya dapat mengganggu hubungan antara
umat muslin dengan penganut agama lainnya. Hal demikian
diperparah

lagi

oleh

sebagian

umat

nasrani

yang

dalammelaksanakan misi dakwahnya sering menggunakan


berbagai cara yang kurng jujur sepertimembujuk orang-orang
Islam yang lemah ekonominya, daan sebaagainya.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa munculnya ekslusifime
bukanlah sepenuhnya berasal dari doktrin ajaran Islam itu sendiri
melainkan karena factor-faktor yang bersifat non ajaran.
b. Latar belakang timbulnya islam Inklusif
Asal mula perkembangan istilah Islam inklusif karena tidak dikenal
dalam tradisi keilmuan islam, istilah teologi inklusif sekarang
diterjemahkan ke dalam bahasa arab menjai al-lahut al-munfatih, maka
kita bisa menelusuri perkembangan istilah ini pada perkembangan
pemikiran agama dalam Kristen. Sejak berakhirnya konsili vatikan II
(1962-1965), dimana katolik roma melakukan perubahan konsep
teologinya, dari ekslusif (dengan jargon terkenalnya, extra eccelesiam
nulla salus) menjadi teologi inklusif.
Kajian kritis yang mendalam tentang sejarah, konsep dan fenomea
kontemporer terhadap kkristenan dan agama agama lain diperlukan
agar tidak mudah melakukan generalisasi dalam memandang agama.
Banyak ilmuan agama di barat yang kmudian mengembangkan
metodologi studi agama dengan menyamaratakan semua agama dan
menempatkan islam dan sebagai objek kajian yang posisi dan

kondisinya seolah-olah sama dengan agama agama lain. Buku buku


metodologi studi agama semacam ini sekarang menjamur di
lingkungan perguruan tinggi padahal banyak teori-teori metodologi
studi agama itu lahir dari latar belakang yang khas sejarah Kristen dan
peradaban barat yang tidak begitu saja di aplikasikan untuk studi
terhadap islam. Istilah tersebut yang kemudian dikembangkan yang
sebenarnya khaskristen dan sesuai dengan tradisi barat yang traumatic
terhadap agama dan tidak tepat diterapkan untuk islam.
Para musafir di abad klasik misalnya, termasuk kedalam kelompok
yang menentang ilam inklusif dengan berdasar pada dalil Al-quran
sebagai berikut :
- (Qs Al-baqarah ayat 62)
- (Qs Al-imran ayat 85)
- (Qs-al imran ayat 19 )
Ahli tafsir abad ke-10 al-thabari mengatakan bahwa keselamatan
dari Allah tersebut harus bersyaratkan tiga hal : 1) beriman kepada
Allah, 2) percaya kepada hari kemudian, 3) berbuat baik. Syarat
beriman itu termasuk beriman kepada Allah dan Muhammad saw.
Dengan kata lain yang dimaksudkan ayat 62 surat al baqarah adalah
mereka yang telah memeluk islam. Sementara ahli tafsir abad ke -12
fakhruddin al-razi memperkuat pendapat tersebut bahwa ketiga syarat
sebagaimana tersebut dalam surat al-baqarah ayat 62 tersebut tidak lain
adalah essensi ajaran islam. Demikian pula ibn katsir (abad ke-14)
menyatakan bahwa berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan ibn
abbas yang menyatakan bahwa kandungan ayat 62 surat al-baqarah
yang berisi kesamaan ajaran islam, yahudi, nasrani dan shabiin
tersebut diatas elah di nasakh (dihapus/diganti) oleh kandungan ayat
85 surat al-imran yang menyatakan bahwa hanya agama islamlah
sebagai agama yang diterima dan diridhai Tuhan. Semua pendapat ini
mengarah pada pendapat islam yang ekslusif. Selanjutnya, ath
thabathabai lain penafsirannya.Baginya Allah tidak memandang pada

agama tertentu, tetapi yang terpenting adalah substansi dan essensi


yang terkandung dalam agama itu. Selain itu ia mengatakan bahwa
selama tiga syarat yang terkanung dalam ayat 62 surat al-baqarah
tersebut terpenuhi, janji keselamatan dari Tuhan itu terlaksana.
Pendapat tersebut dapat pula dijumpai pada tulisan-tulisan fazlur
rahman dan yang sejalan degannya, khususnya mereka yang berusaha
untuk

menunjukan

semangat

inklusifisme

Islam.

Pandangan-

pandangan ulama yang datang belakang tersebut tampak bercorak


inklusif berbeda dengan pendapat para mufasir terdahulu yang
bercorak islam ekslusif

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Islam menurut bahasa dengan pengertian menurut
istilah, yaitu hanya dengan kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah

dan

tunduk

kepada

hukum

dan

kehendak

aturan-Nya. Sedangkan

Sedangkan kata globalisasi berasal dari kata global. Globalisasi


(globalization) merupakan proses-proses menuju ke arah global. Arti
global itu sendiri adalah menyeluruh atau menyatu, dari berbagai unsur
menjadi satu.
Universalisme

Islam

merupakan

sebuah

pemahaman

yang

berangkat dari fakta tekstual historis bahwa risalah Islam ditujukan untuk
semua umat, segenap ras dan bangsa, serta untuk semua lapisan
masyarakat.
Fundamentalisme adalah bentuk gerakan pembebasan, hal ini perlu
dilakukan untuk menghilangkan kesan negatif yang merusak citra Islam
itu sendiri.
Secara etimologi kata inklusif dan ekslusif merupakan bentuk kata jadian
yang berasal dari bahasa Inggris inclusive dan exlusive yang masing-masing
memiliki makna termasuk didalamnya dan tidak termasuk didalamnya/
terpisah.

B. Saran
Diharapkan pada pembuatan makalah selanjutnya lebih bagus lagi
dan juga dapat bermanfaat bagi pembaca

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin,. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika
Offset
Faruqi, al, Ismail Raji. 1988. Tauhid.Terj. Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka.
Habibullah, M.2002. Universalisme Dan Kosmopolitanisme Dalam Budaya Islam.
Tajdid. Volume XI. No.2

Hafidhuddin, Didin. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani.


Hanafi, Hassan. 2002. Agama, Kekerasan, dan Islam Kontemporer.Terj. Ahmad
Najib. Yogyakarta: Jendela.
Imarah, Muhammad.1996. Al-Islam wa al-Urubah. al-Haihal al-Mashriyyah
al-Ammah lil Kitab.
Madjid, Nurcholish. 1992. Islam, Doktrin, dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung: Mizan.
Qardhawi, Yusuf. 1993. Madkhal li al-Dirasat al-Islamiyyah. Beirut: Dar alSyuruq.
Rahman, Budhy Munawar (ed). 1994. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Sejarah. Jakarta: Yayasan Paramadina
Sholeh, Shonhaji, Et.Al,. 2010. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel
Press
http://naimatussyadiyah.blogspot.co.id/2015/05/makalah-metodologi-studi-islamislam.html
http://uimmpi.blog.com/files/2013/03/ISLAM-EKSKLUSIF-DAN-INKLUSIF.pdf
http://neti2512.blogspot.co.id/2015/10/islam-dan-gagasan-universal.html

Anda mungkin juga menyukai