Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH BIOSTATISTIK LANJUT


POPULASI DAN SAMPEL

Disusun oleh :
1. Antika Yuliana
2. Khomsatun
3. Supatmi
4. Heri Sri Dwi
5. Ivan
6. Zulfikar Ahmad

PROGRAM LINTAS JALUR STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kami kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktu yang
ditentukan. Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
biostatistik lanjut dengan pembahasan POPULASI dan SAMPEL. Diharapkan pembaca
mampu memperkaya materi dan mampu menerapkan dan mengaplikasi pengetahuan yang
diperoleh dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya kerja sama yang baik, makalah ini tidak
dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Rahayu Astuti, M.Kes selaku dosen mata kuliah biostatistik lanjut yang
telah memberikan pembelajaran mata kuliah ini.
2. Teman-teman kelompok 3 kelas non regular

yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini dan telah memberikan informasi.


Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa kemungkinan masih
adanya kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kepada semua pihak sangat terbuka
untuk menerima saran, masukan dan kritikan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kalian yang
menbaca dan mempelajari khususnya bagi yang ingin menambah informasi dan
pengetahuan bidang statistic dan metodologi penelitian khususnya mengenai populasi dan
sampel.
Semarang, 22 September 2016
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A.
B.
C.

Latar Belakang..4
Rumusan Masalah..5
Tujuan Penulisan5

BAB II PEMBAHASAN6
A. Pengertian Populasi .. 6
B. Pengertian Sampel..7
C. Teknik Pengambilan Sampel..8
D. Menghitung Besar Sampel12
BAB III PENUTUP17
A. Kesimpulan.17
DAFTAR PUSTAKA.18

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Penggunaan statistik dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak memegang


peranan yang cukup penting, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Misalnya
seorang ibu rumah tangga menggunakan statistik untuk mengetahu berapa rata-rata
pengeluarannya selama sebulan. Statistik juga digunakan di Pemerintahan, industri, Rumah
Sakit, Perusahaan Swasta dan lain sebagainya untuk perencanaan dan penyusunan
program-program yang didasari atas fakta di lapangan, dengan kata lain harus berdasarkan
data real. Dari data tersebut kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang
dijadikan dasar untuk mengambil keputusan.
Dalam bidang kesehatan kehadiran statistik sangat banyak sekali manfaat dan
kegunaannya seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan bidang kesehatan
tersebut. Oleh sebab itu pemahaman terhadap statistik sudah menjadi suatu keharusan,
khususnya bagi para mahasiswa kesehatan, akademisi dan praktisi bidang kesehatan.
Dalam menciptakan pencapaian yang maksimal dalam akademik perkuliahan, serta
menyegarkan kembali ingatan materi mata kuliah biostatistik yang sudah dipelajari.
Khususnya untuk metode penelitian dan penulisan skripsi.
Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang sebagai sebuah penelitian survei
(survey research),

keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris tak dapat

dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian
kita.
Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel
yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran,
maupun karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan
sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita.
Dalam membantu kita memahami tentang biostatistik, didalam makalah ini disajikan
bagian dari materi metodologi penelitian tersebut, yakni tentang populasi dan sampel.

B.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian populasi ?
2. Apakah pengertian sampel ?
3. Bagaimana teknik cara pengambilan sampel ?

4. Bagaimana cara menghitung besar sampel ?


C.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah biostatistik lanjut

kelas lintas jalur program studi S1 ilmu gizi Universitas Muhammadiyah Semarang

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN POPULASI

Populasi berasal dari kata dalam bahasa inggris population yang berarti jumlah
penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).

Menurut Drs. S.

Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data,
bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia. Pengertian lainnya, diungkapkan
oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai
tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu
didalam suatu penelitian. Sedangkan Riduwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat syarat tertentu berkaitan
dengan masalah penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan
berikut ini :
1.

Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang batasbatasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku
juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumur

2.

25 tahun sampai 40 tahun, program S1, jalur tesis, dll.


Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi yang
secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250
di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah di
tetapkan dalam populasi teoritis.

Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus dibedakan ke dalam
sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki
sifat yang sama, sehingga tidak perlu di persoalkan

jumlahnya secara

kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah


seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu
mengambil satu botol darah, karena baik setetes maupun satu botol hasilnya
akan sama saja.

2.

Populasi

yang

bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batasbatasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dibidang sosial
yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia
menghadapi populasi yang heterogen.
B.

PENGERTIAN SAMPEL
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pupulasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti daapat menuggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yangdiambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili). Adapun
alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini :
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi
seperti itu. Demikian juga dalam

populasi terbatas (terhingga)

yang

jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi
50 juta puskesmas yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2.

Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya

3.

Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,

4.

dalam hal ini, lebih cepat.


Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena
dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua
darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga
tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.

5.

Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam

hal ini, meliputi pengumpulan,

pencatatan, dan analisis data. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dalam
melaksanakan tugasnya, dan dapat mengakibatkan kurangnya tingkat ketelitian.
Untuk menghindari
6.

itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan

ketelitian dalam suatu penelitian.


Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang
telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan
kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada
penelitian populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).

C.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d,
Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan Secara skematis, teknik sampling pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non probability
Sampling. Probability Sampling meliputi : simple random, proportionate stratified
random,

disproportionate

stratifed

random, dan

area

random.

Nonprobability

sampling meliputi : sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive


sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
1.

Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Macam-macam teknik ini meliputi :
a. Simple random sampling
Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen. Pada contoh pemilihan 20 orang sampel dari populasi yang


beranggotakan 100 orang, dengan teknik simple random sampling maka

setiap orang pada populasi tersebut memilki peluang yang sama untuk
menjadi satu dari 20 sampel yang dipilih.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proposional. Misalkan suatu desa

yang

mempunyai kepala keluarga dari latar belakang pendidikan yang berstrata,


maka populasi kepala keluarga itu berstrata. Misalnya

jumlah kepala

keluarga yang lulus S1 = 45 orang, S2 = 30 orang, SMK= 100 orang, SMA=


50 orang, SMP= 200 orang, SD = 300 orang. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja
tertentu mempunyai, 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1,
800 orang SMU, 700 orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang
lulusan S2 tersebut diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua
kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU,
dan SMP.
d. Cluster sampling ( Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari
suatu negara, provinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan jadi sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 provinsi, dan sampelnya akan
menggunakan 15 provinsi, maka pengambilan 15 privinsi itu dilakukan
secara random,. Tetapi perlu diingat, karena provinsi-provinsi di Indonesia
itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan
stratified random sampling. Provinsi di Indonesia ada yang penduduknya
padat ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak,
ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakter semacam ini perlu
diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat
ditetapkan.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu menggunakan teknik sampling juga.
2.

Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5, untuk itu maka yang
diambil sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai
100.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan

500 orang.

didasarkan pada 500 orang tersebut,

Kalau pengumpulan data belum


maka penelitian dipandang belum

selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.


Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5
orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 orang anggota sampel tersebut.
c. Sampling ansidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti, hasil datanya dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling purposive
Sampling

purposive

adalah

teknik

penentuan

sampel

dengan

pertimbangan tertentu. Misalnya akan melekukan penelitian tentang kualitas


makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan.
Atau penelitian

tentang kondisi

politik di suatu daerah, maka sampel

sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil,

kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain


sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball, misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan
cocok menggunakan purposive dan snowball.

D.

MENGHITUNG BESAR SAMPEL


Dalam

statistik

inferensial,

besar sampel sangat

menentukan

representasi

sampel yang diambil dalam menggambarkan populasi penelitian. Oleh karena itu menjadi
satu kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami kaidah-kaidah yang benar
dalam menentukan sampel minimal dalam sebuah penelitian.

Cara

menghitung

oleh desain penelitian yang

besar

sampel

digunakan

dan

suatu
data

penelitian
yang

sangat

diambil.

Jenis

ditentukan
penelitian

observasional dengan menggunakan disain cross-sectional akan berbeda dengan casecontrol study dan kohort, demikian pula jika data yang dikumpulkan adalah proporsi akan
beda dengan jika data yang digunakan adalah data continue. Pada penelitian di bidang
kesehatan masyarakat, kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-sectional
atau belah lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control ataupun
kohort. Terdapat banyak rumus untuk menghitung besar sampel minimal sebuah penelitian,
namun

pada

makalah

ini

akan

disampaikan

sejumlah

rumus

yang

paling

sering dipergunakan oleh para peneliti.


1. Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan
proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui,
maka dicari dengan menggunakan rumus berikut :

Rumus sampel cross sectional


Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak). Namun apabila besar populasi (N) tidak
diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Rumus Lemeshow
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan

p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif


q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2
1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui
kadang-kadang diubah menjadi :

Penyederhanaan rumus lemeshow


Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari
faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita
harus melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil
penelitian Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang
diberi makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q
= 1 p. Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar :

Contoh rumus sampel cross sectional


= 219 orang (angka minimal)
Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka
dapat dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti maka nilai
d sekitar 2,5 % (0,025) atau lebih kecil lagi.

2. Rumus Sampel Case Control dan Kohort


Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control
maupun kohort adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya
saja untuk penelitian kohort, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue
(nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk
mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok
kontrol. Kadang kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel
kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan
tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun rumus yang banyak
dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian case-control adalah sebagai
berikut :

Rumus sampel case control dan kohort


Pada

penelitian

kohort

yang

dicari

adalah

jumlah

minimal

untuk

kelompok exposure dan non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar.
Jika yang digunakan adalah data proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0
pada rumus di atas sebagai proporsi yang sakit pada populasi yang tidak terpapar
dan p1 adalah proporsi yang sakit pada populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x
RR (Relative Risk). Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat
badan, tinggi badan, IMT dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka
penentuan besar sampel untuk kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut :

Rumus sampel case control dan kohort 2


Contoh

kasus,

misalnya

kita

ingin

mencari

sampel

minimal

pada

penelitian tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan
bayi. Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95 % atau Alfa = 0,05, dan tingkat
kuasa/power 90 % atau =0,10, serta kesudahan (outcome) yang diamati adalah
berat badan bayi yang ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi
selisih antara nilai mean kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar
dan kelompok terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 U1) sebesar
0,6 kg (mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka perkiraan jumlah
minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar
atau tidak terpapar adalah :

Contoh Hitung Sampel Case Control dan Kohort


= 51,5 orang atau dibulatkan: 52 orang/kelompok
Pada penelitian kohort harus ditambah dengan jumlah lost to follow atau akalepas
selama pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %. Pada contoh diatas, maka
sampel minimal yang diperlukan menjadi n= 52 (1+0,15) = 59,8 bayi atau
dibulatkan menjadi sebanyak 60 bayi untuk masing-masing kelompok baik

kelompok terpapar ataupun tidak terpapar atau total 120 bayi untuk kedua
kelompok tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
2.
3.

4.
5.

lingkup dan waktu yang kita tentukan.


Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi.
Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
a. Ukuran populasi
b. Masalah biaya
c. Masalah waktu
d. Percobaan yang sifatnya merusak
e. Masalah ketelitian
f. Masalah ekonomis
Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
a. Probability/Random Sampling
b. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Cara menghitung besar sampel dapat menggunakan

a. Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional


b. Rumus Sampel Case Control dan Kohort

DAFTAR PUSTAKA
Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R
& D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012
Sulistyo, Basuki. Metode Penelitian, Jakarta : Penaku, 2010
https://www.academia.edu/9756750/MAKALAH_METODOLOGI_PENELITIAN_POPU
LASI_DAN_SEMPEL_Di_Susun_Oleh
http://dienanalis.blogspot.co.id/2015/09/menghitung-besar-sampel-penelitian-uji.html

Anda mungkin juga menyukai