Ekonomi Mikro Islami
Ekonomi Mikro Islami
2. Tingkat pendapatan.
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin
tinggi tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan
mendorong permintaan terhadap suatu barang.
3. Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu
barang. Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan
terhadap barang itu pun akan meningkat.
4. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk
dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk
meningkat, maka konsumen terhadap barangpun meningkat.
5. Perkiraan harga dimasa dating
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih
baik membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa
mendatang, maka permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan
perkiraan harga di masa mendatang adalah positif.
C. Permintaan menurut Ekonomi Islam
Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu,
yang digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai. Diartikan juga sebagai jumlah
barang yang diminta[4]. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama
dengan ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus
diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib.
Aturan islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali
dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan
berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim
dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta
merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan
dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain)
belum cukup dalam membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan
adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan
kebaikan (maslahah).
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan
kemegahan, kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi
yang sudah mencapai nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar