Epid - Pengukuran Kejadian Penyakit
Epid - Pengukuran Kejadian Penyakit
KEJADIAN PENYAKIT
DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan
perkenanan-Nyalah
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
yang
berjudul
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan............................................................................................................ 2
A. Definisi Sehat-Sakit...................................................................................................... 2
B. Pengukuran dan Hal-hal yang Dipertimbangkan.......................................................... 4
C. Ukuran-ukuran Epidemiologi........................................................................................5
D. Ukuran Asosiasi Dua Variabel..................................................................................... 15
Bab III Penutup.................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan................................................................................................................... 16
B. Saran..............................................................................................................................16
Daftar Pustaka....................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap studi epidemiologi selalu melibatkan pekerjaan hitung-menghitung, dan
pasti berkaitan dengan alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk ringkasan data. Salah satu metode fundamental
yang umumnya digunakan untuk meringkas data adalah distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi merupakan suatu tabel yang menggambarkan berapa banyak
subyek yang masuk ke dalam salah satu kategori, seperti umur, status sosio-ekonomi
dan status penyakit.
Menghitung angka kejadian suatu penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin,
riwayat penyakit dan variable lainnya seperti income, dan status sosio-ekonomi akan
sangat bermanfaat untuk mendeteksi kelompok mana yang memiliki resiko paling
tinggi dan faktor-faktor apa saja yang bertindak sebagai faktor resiko.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
Alfredi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sehat-Sakit
Menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada
waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan. Menurut Pepkin's, sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Definisi WHO tentang sehat tersebut mempunyai karakteristik berikut
yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif yaitu, pertama, memperhatikan
individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Kedua, memandang sehat dengan
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Serta yang ketiga, penghargaan
terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Dan dari definisi sehat menurut
WHO tersebut, terdapat empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam definisi sehat yaitu:
Sehat Jasmani. Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak
bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh
berjalan normal.
Sehat Mental. Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama
lain dalam pepatah kuno "Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang
sehat (Men Sana In Corpore Sano)". Atribut seorang insan yang memiliki
mental yang sehat adalah sebagai berikut: (a) Selalu merasa puas dengan apa
yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya,
selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik
Alfredi
kejiwaan. (b) Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan emosi orang lain. (c) Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi
serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
Hal-hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit, secara umum ada 5 hal utama
yang potensial untuk diukur, yang dikenal dengan lima "D", yaitu Death, Disease,
Disability, Discomfot, dan Dissatisfaction.
Death. Suatu akibat dari keadaan sehat universal, yang merupakan batas waktu
dari kelangsungan kejadian itu sendiri.
Disease. Suatu kombinasi dari gejala-gejala, tanda-tanda fisik dan hasil uji
laboratorium.
Disability. Suatu status funsional pasien dalam arti agar mampu hidup dan
melakukan kehidupan sehari-hari di rumah, tempat kerja, atau rekreasi tanpa
tergantung kepada orang lain.
Discomfort. Gejala-gejala yang tidak enak, seperti nyeri, vertigo, atau fatigue
(kelelahan).
Alfredi
2.
3.
4.
Sensitivitas
Cara pengukuran harus cukup sensitif untuk mengukur outcome. Sebagai
contoh adalah mengukur fungsi paru pada penderita saluran pernapasan bagian
bawah akibat formaldehid. Pengukuran fungsi paru seperti sendiri dapat
dilakukan secara obyektif juga relatif murah dan ketepatannya dapat dijamin.
Alfredi
Yang menjadi masalah adalah bahwa efek dari formaldehid mungkin tidak bisa
secara mudah diketahui karena biasanya tidak segera terjadi setelah eksposure.
C. Ukuran-ukuran Epidemiologi
1.
Ukuran Morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama
1 tahun per 1.000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat
digunakan
untuk
menggambarakan
keadaan
kesehatan
secara
umum,
atau
angka
merupakan
proporsi
dalam
bentuk
khusus
Waktu, misalnya pukul 12.00, tanggal 23 Juli 2003; atau jarak waktu,
misalnya 1 hari, 1 bulan, 1 tahun dan lain-lain.
Contoh:
Pada tanggal 23 Juli 2003 di Yogyakarta, yang berpenduduk 5 juta jiwa,
terdapat 50 ribu kasus DBD. Maka Rate kasus DBD di Yogyakarta:
Rate
50.000
0,01
5.000.000
Alfredi
Pada tanggal yang sama, di Kabupaten Klaten, terdapat 5 ribu kasus DBD
di antara 1 juta jiwa penduduknya. Maka Rate kasus DBD di Klaten:
Rate
5.000
0,005
1.000.000
Proporsi
x
100%
xy
10
100% 33,33%
10 20
Alfredi
Insidensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat
menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu tentang:
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a.
Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan. Rumus:
IR
PB
K
PR
P1 P2
atau P1 {(P1 - P2)}
2
3
P1 P2
12
Alfredi
b.
Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama. Manfaat Attack Rate adalah Memperkirakan
derajat serangan atau penularan suatu penyakit (Makin tinggi nilai AR,
maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut). Rumus:
AR
P
K
PR
SAR
P2
K
P1
Alfredi
Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau Penduduk dengan Resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan
bahwa Angka
Prevalensi
sebenarnya bukanlah suatu Rate yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
Period PR
2.
Point PR
Alfredi
P=ID
P = Prevalensi; I = Insidensi; D = Lamanya Sakit.
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika
dipenuhi 2 syarat, yaitu:
a)
Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan: Tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
Ukuran Mortalitas
Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran
kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam
menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai
faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan
dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya
kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi. Mortalitas
merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian.
1) Case Fatality Rate (CFR) Angka Kefatalan Kasus
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit
tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang
menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Rumus:
CFR
P
K
T
10
Alfredi
CDR
D
K
P
ASDR
dx
K
px
11
Alfredi
UFMR
M
K
R
NMR
d1
K
B
12
Alfredi
PMR
PM
K
R
13
Alfredi
IMR
d0
K
B
Untuk
mengetahui
gambaran
tingkat
permasalahan
kesehatan
MMR
I
K
T
14
Alfredi
(+)
(-)
(+)
(-)
RR
2.
a
c
(a b) (c d)
OR
ad
bc
15
Alfredi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan kami sebelumnya di atas, kami mengambil kesimpulan bahwa
dalam pengukuran epidemiologi terdapat beberapa macam metode atau cara yang
bisa dipakai. Dalam pengukuran tersebut ada tiga metode yang paling sering
digunakan yaitu Rate, Rasio dan Proporsi. Pengukuran-pengukuran dalam
epidemiologi sangat bermanfaat bagi kita semua. Dengan adanya pengukuran
epidemiologi kita dapat mengetahui kelompok masyarakat yang berpotensi besar
terserang penyakit, juga, faktor-faktor penyebab terkenanya penyakit tersebut.
B. Saran
Semoga dengan membaca makalah kami, para pembaca sekalian dapat mengerti
tentang pengukuran-pengukuran penyakit dalam epidemiologi. Ini sangat bermaanfat
untuk kita semua terutama dalam hal kesehatan kita. Saran kami, untuk tetap
berkarya dalam hal apapun itu, dan sebagai mahasiswa dalam bidang kesehatan,
tetaplah berkarya dalam bidang kesehatan tersebut, untuk terciptanya masyarakat
Indonesia yang lebih sehat.
16
Alfredi
DAFTAR PUSTAKA
Kasjono, H.S, Kristiawan, H.B. (2009). Intisari Epidemiologi, Yogyakarta: Nuha Medika.
Hand Out: Ukuran-ukuran Epidemiologi, Ig. Dodiet Setyawan. SKM
http://adistinatanila31.blogspot.com/2013/03/definisi-sehat_7.html?M=1
http://www.who.int/about/definition/en/print.html
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-ukuran-epidemiologi/
17
Alfredi