Anda di halaman 1dari 20

PENGUKURAN

KEJADIAN PENYAKIT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV:

ALFREDI STIRA BATOLU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


"ISTI EKATANA UPAWEDA"
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan

perkenanan-Nyalah

kami

dapat

menyelesaikan

makalah

yang

berjudul

"PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT" ini dengan baik.


Makalah kami susun sebagai bagian dari studi kami di STIE IEU dan juga sebagai
pengetahuan dalam proses pembelajaran kami. Makalah ini membahas tentang Ukuranukuran yang digunakan dalam epidemiologi. Dimana pengukuran ini sangat bermanfaat
untuk mendeteksi kelompok yang memiliki resiko paling tinggi terkena penyakit dan
faktor-faktor apa saja yang menyebabkannya.
Kami tahu dan kami sadar pula bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dari pembaca sekalian, untuk kesempurnaan kami dalam penulisan yang akan
datang.

Yogyakarta, Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan............................................................................................................ 2
A. Definisi Sehat-Sakit...................................................................................................... 2
B. Pengukuran dan Hal-hal yang Dipertimbangkan.......................................................... 4
C. Ukuran-ukuran Epidemiologi........................................................................................5
D. Ukuran Asosiasi Dua Variabel..................................................................................... 15
Bab III Penutup.................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan................................................................................................................... 16
B. Saran..............................................................................................................................16
Daftar Pustaka....................................................................................................................17

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap studi epidemiologi selalu melibatkan pekerjaan hitung-menghitung, dan
pasti berkaitan dengan alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk ringkasan data. Salah satu metode fundamental
yang umumnya digunakan untuk meringkas data adalah distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi merupakan suatu tabel yang menggambarkan berapa banyak
subyek yang masuk ke dalam salah satu kategori, seperti umur, status sosio-ekonomi
dan status penyakit.
Menghitung angka kejadian suatu penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin,
riwayat penyakit dan variable lainnya seperti income, dan status sosio-ekonomi akan
sangat bermanfaat untuk mendeteksi kelompok mana yang memiliki resiko paling
tinggi dan faktor-faktor apa saja yang bertindak sebagai faktor resiko.
B. Rumusan Masalah
1.

Apa itu Sehat dan Sakit?

2.

Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengukuran epidemiologi?

3.

Apa sajakah macam-macam pengukuran epidemiologi?

C. Tujuan Penulisan
1.

Untuk mengetahui Pengukuran dalam Epidemiologi.

2.

Untuk mengetahui macam-macam Pengukuran Epidemiologi.

Alfredi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sehat-Sakit
Menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada
waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan. Menurut Pepkin's, sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Definisi WHO tentang sehat tersebut mempunyai karakteristik berikut
yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif yaitu, pertama, memperhatikan
individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Kedua, memandang sehat dengan
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Serta yang ketiga, penghargaan
terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Dan dari definisi sehat menurut
WHO tersebut, terdapat empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam definisi sehat yaitu:

Sehat Jasmani. Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak
bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh
berjalan normal.

Sehat Mental. Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama
lain dalam pepatah kuno "Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang
sehat (Men Sana In Corpore Sano)". Atribut seorang insan yang memiliki
mental yang sehat adalah sebagai berikut: (a) Selalu merasa puas dengan apa
yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya,
selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik

Alfredi

kejiwaan. (b) Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan emosi orang lain. (c) Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi
serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa


perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam
kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu
menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

Sehat Spiritual. Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat


oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani
seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang
dinamis dan tidak monoton.

Hal-hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit, secara umum ada 5 hal utama
yang potensial untuk diukur, yang dikenal dengan lima "D", yaitu Death, Disease,
Disability, Discomfot, dan Dissatisfaction.

Death. Suatu akibat dari keadaan sehat universal, yang merupakan batas waktu
dari kelangsungan kejadian itu sendiri.

Disease. Suatu kombinasi dari gejala-gejala, tanda-tanda fisik dan hasil uji
laboratorium.

Disability. Suatu status funsional pasien dalam arti agar mampu hidup dan
melakukan kehidupan sehari-hari di rumah, tempat kerja, atau rekreasi tanpa
tergantung kepada orang lain.

Discomfort. Gejala-gejala yang tidak enak, seperti nyeri, vertigo, atau fatigue
(kelelahan).

Dissatifaction. Keadaan emosional dan mental, misalnya kegelisahan, kesusahan


atau marah.

Alfredi

B. Pengukuran dan Hal-hal yang Dipertimbangkan


Pengukuran (measurement) adalah bagian terpenting dalam epidemiologi.
Aspek-aspek dalam pengukuran meliputi alat ukur (instrumen pengukuran), cara
pengukuran dan hasil pengukuran. Dalam melakukan pengukuran, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
1.

Ketepatan Pnegukuran (Precision of Measurement)


Meskipun secara alamiah melakukan pengukuran pada subyek skala luas
berpotensi terjadinya random variation, cara-cara pengukuran yang tepat
diharapkan dapat mampu mengurangi resiko ketidaktepatan hasil pengukuran.
Oleh karena itu, harus ditetapkan metode standar yang reliable untuk menjamin
agar pengukuran valid.

2.

Pentingnya suatu Pengukuran


Dalam hal ini pengukuran outcome harus memberi makna yang besar bagi
suatu penelitian atau informasi. Sebagai contoh, mengukur outcome berupa
kematian bukanlah hal yang dianjurkan oleh karena prinsip dari ilmu kedokteran
adalah mencegah terjadinya kematian karena penyakit. Dengan demikian
diperlukan outcome antara, seperti tekanan darah, kadar gula, kadar Hemoglobin,
dan lain-lain.

3.

Isu Etika (Ethical Issues)


Tidak semua pengukuran dapat dibenarkan secara etika, di samping
pertimbangan keselamatan dan resiko, pertimbangan biaya juga tidak dapat
diabaikan.

4.

Sensitivitas
Cara pengukuran harus cukup sensitif untuk mengukur outcome. Sebagai
contoh adalah mengukur fungsi paru pada penderita saluran pernapasan bagian
bawah akibat formaldehid. Pengukuran fungsi paru seperti sendiri dapat
dilakukan secara obyektif juga relatif murah dan ketepatannya dapat dijamin.

Alfredi

Yang menjadi masalah adalah bahwa efek dari formaldehid mungkin tidak bisa
secara mudah diketahui karena biasanya tidak segera terjadi setelah eksposure.
C. Ukuran-ukuran Epidemiologi
1.

Ukuran Morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama
1 tahun per 1.000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat
digunakan

untuk

menggambarakan

keadaan

kesehatan

secara

umum,

mengetahui keberhasilan program-program pemberantasan penyakit, dan


sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk
terhadap pelayanan kesehatan. Secara umum ukuran yang banyak digunakan
dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan proporsi.
1) Rate
Rate

atau

angka

merupakan

proporsi

dalam

bentuk

khusus

perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu


populasi tertentu dengan jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam
batas waktu tertentu. Rate memenuhi unsur-unsur:

X = Pembilang, adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat di dalam


populasi atau dalam subgrup suatu populasi.

Y = Penyebut, adalah populasi atau subgrup di dalam populasi yang


mempunyai resiko untuk mendapatkan penyakit yang bersangkutan.

Waktu, misalnya pukul 12.00, tanggal 23 Juli 2003; atau jarak waktu,
misalnya 1 hari, 1 bulan, 1 tahun dan lain-lain.

Contoh:
Pada tanggal 23 Juli 2003 di Yogyakarta, yang berpenduduk 5 juta jiwa,
terdapat 50 ribu kasus DBD. Maka Rate kasus DBD di Yogyakarta:

Rate

50.000
0,01
5.000.000

Alfredi

Pada tanggal yang sama, di Kabupaten Klaten, terdapat 5 ribu kasus DBD
di antara 1 juta jiwa penduduknya. Maka Rate kasus DBD di Klaten:

Rate

5.000
0,005
1.000.000

Ini berarti, penduduk Yogyakarta mempunyai kemungkinan untuk


menderita DBD adalah seperseratus, dan penduduk Klaten seperduaratus.
2) Rasio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Rasio
dirumuskan:
Rasio = Kuantitas Numerator : Kuantitas Denominator
Contoh:
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 di
antaranya adalah jenis kelamin pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah
R = 10 : 20 = 1 : 2.
3) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut. Penyebaran proporsi adalah suatu
penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah peristiwaperistiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori
atau subkelompok dari kelompok itu. Proporsi dirumuskan:

Proporsi

x
100%
xy

Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah

10
100% 33,33%
10 20

Alfredi

Insidensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat
menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu tentang:

Data tentang jumlah penderita baru.

Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk).

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a.

Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan. Rumus:

IR

PB
K
PR

PB = Jumlah Penderita Baru


PR = Jumlah penduduk yang mungkin terkena (population at risk) penyakit
tersebut pada pertengahan tahun
Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun:

Jika diketahui Jumlah Penduduk pada 1 Januari dan 31 Desember pada


tahun yang sama, maka penghitungan jumlah penduduk pertengahan
tahunnya adalah:

P1 P2
atau P1 {(P1 - P2)}
2

Bila diperoleh Jumlah Penduduk pada 1 Maret dan 31 Desember, maka


Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun:

3
P1 P2
12

Alfredi

Manfaat Incidence Rate adalah:

Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi;

Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi;

Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu


fasilitas pelayanan kesehatan.

b.

Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama. Manfaat Attack Rate adalah Memperkirakan
derajat serangan atau penularan suatu penyakit (Makin tinggi nilai AR,
maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut). Rumus:

AR

P
K
PR

P = Jumlah Penderita baru dalam satu saat


PR = Population at Risk, Jumlah Penduduk yan mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama.
c.

Secondary Attack Rate


Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi
orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama.
Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi
yang kecil (misalnya dalam Satu Keluarga). Rumus:

SAR

P2
K
P1

P2 = Jumlah Penderita baru pada serangan kedua


P1 = Jumlah Penduduk Penduduk yang terkena serangan pertama

Alfredi

Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau Penduduk dengan Resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan

bahwa Angka

Prevalensi

sebenarnya bukanlah suatu Rate yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.

Period Prevalen Rate


Yaitu Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate
hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya,
misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Period PR

2.

Jumlah Penderita Lama & Baru


Jumlah Penduduk Pertengahan

Point Prevalen Rate


Adalah Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Point PR

Jumlah Penderita Lama & Baru Saat itu


Jumlah Penduduk Saat itu

Hubungan antara Insidensi dan Prevalensi


Prevalensi = Semua. Angka Prevalensi dipengaruhi oleh Tingginya
Insidensi dan Lamanya Sakit/Durasi Penyakit. Lamanya Sakit/Durasi Penyakit
adalah Periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut yaitu: sembuh, mati ataupun kronis. Dirumuskan:

Alfredi

P=ID
P = Prevalensi; I = Insidensi; D = Lamanya Sakit.
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika
dipenuhi 2 syarat, yaitu:
a)

Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan: Tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.

b) Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil: Tidak menunjukkan


perubahan yang terlalu mencolok.
2.

Ukuran Mortalitas
Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran
kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam
menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai
faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan
dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya
kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi. Mortalitas
merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian.
1) Case Fatality Rate (CFR) Angka Kefatalan Kasus
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit
tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang
menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Rumus:

CFR

P
K
T

P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu.


T = Jumlah penduduk yang menderita penyakit.
Perhitungan ini dapat digunakan uutk mengetahui tingkat penyakit
dengan tingkat kematian yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi
menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain.

10

Alfredi

2) Crude Death Rate (CDR) Angka Kematian Kasar


Angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat selama 1
tahun per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut
kasar karena angka ini dihitung secara menyeluruh tanpa memperhatikan
kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga tingkat kematian
yang berbeda-beda. Rumus:

CDR

D
K
P

D = Jumlah keamtian yang dicatat selama 1 tahun.


P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Manfaat CDR:
Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat;
Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat;
Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi;
Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis;
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk.
3) Age Spesific Death Rate (ASDR) Angka Kematian menurut Golongan
Umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara
jumlah kematian yang diacatat selama 1 tahun pada penduduk golongan
umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun.
Rumus:

ASDR

dx
K
px

dx = Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x


px = Jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang
sama
K = Konstanta (1000, 100%)

11

Alfredi

Manfaat ASDR sebagai berikut:

untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat


dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur;

untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah;

untuk menghitung rata-rata harapan hidup.

4) Under Five Mortality Rate (UFMR) Angka Kematian Balita


Angka kematian balita adalah gabungan antara angka kematian bayi
dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita
yang dicatat selam satu tahun per 1.000 penduduk balita pada tahun yang
sama. Rumus:

UFMR

M
K
R

M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun


R = Penduduk balita pada tahun yang sama
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan
masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk status
kesehatan bayi dan anak.
5) Neonatal Mortality Rate (NMR) Angka Kematian Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka
kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari
28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Rumus:

NMR

d1
K
B

d1 = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari


B = Kelahiran hidup pada tahun yang sama

12

Alfredi

Manfaat dari angka kematian neonatal:

untuk mengetahui tinggi rendahnya perawatan post natal;

untuk mengetahui program Imuninsasi;

untuk pertolongan persalinan;

untuk mengetahui penyakit infeksi.

6) Perinatal Mortality Rate (PMR) Angka Kematian Perinatal


Periode yang paling besar resiko kematiannya bagi umat manusia
adalah periode perinatal dan periode setelah usia 60 tahun. Di dalam
kedokteran klinis, evaluasi terhadap kematian anak dalam beberapa hari
atau beberapa jam bahkan beberapa menit setelah lahir merupakan hal yang
penting agar kematian dan kesakitan yang seharusnya tidak perlu terjadi
dalam periode tersebut bisa dicegah. Angka kematian perinatal adalah
jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28
minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari
yang dicatat dalam 1 tahun per 1.000 kelahiran-kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Rumus:

PMR

PM
K
R

P = Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28


minggu atau lebih
M = Kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari
R = 1.000 kelahiran-kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan
keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut: Banyak
bayi dengan berat badan lahir rendah; Status gizi ibu dan bayi; Keadaan
sosial ekonomi; Penyakit infeksi terutama ISPA; Pertolongan persalinan.

13

Alfredi

7) Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang
berumur kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumus:

IMR

d0
K
B

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun


B = Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi:

Untuk

mengetahui

gambaran

tingkat

permasalahan

kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi;

Untuk mengetahui tingkat pelayanan antenatal;

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil;

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan


Anak (KIA) dan Program Keluaga berencana (KB);

Untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi

8) Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per
1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumus:

MMR

I
K
T

I = Jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa


nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada: Sosial ekonomi;
Kesehatan ibu sebelum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas; Pelayanan
terhadap ibu hamil; Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.

14

Alfredi

D. Ukuran Asosiasi Dua Variabel


Ukuran ini biasanya ditunjukkan dengan resiko. Resiko dapat diartikan sebagai
kemungkinan bahwa individu yang sehat tanpa penyakit dan terpapar oleh
berbagai faktor resiko akan dapat menderita suatu penyakit. Faktor resiko adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan resiko untuk terjadinya suatu
penyakit. Pengkuran resiko yang paling sering digunakan adalah:
1.

Resiko Relatif (Relative Risk/RR)


Resiko relatif sering pula disebut sebagai rasio resiko (risk ratio). Resiko
relatif digunakan untuk menjawab pertanyaan, "Berapa kalikah kemungkinan
orang-orang terpapar faktor resiko untuk menderita penyakit apabila
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak terpapar faktor resiko?"
Tabel Exposure Faktor Resiko dan Penyakit
Penyakit
Exposure

(+)

(-)

(+)

(-)

Berdasarkan tabel tersebut, maka:

RR

2.

a
c

(a b) (c d)

Odds Ratio (OR)


Adalah kemungkinan paparan faktor resiko pada kelompok kasus dengan
kemungkinan paparan faktor resiko pada kelompok kontrol. Artinya "Berapa
kalikah faktor resiko menyebabkan penyakit bagi kelompok yang terpapar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar?" Berdasarkan tabel
sebelumnya, OR dapat dihitung:

OR

ad
bc

15

Alfredi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan kami sebelumnya di atas, kami mengambil kesimpulan bahwa
dalam pengukuran epidemiologi terdapat beberapa macam metode atau cara yang
bisa dipakai. Dalam pengukuran tersebut ada tiga metode yang paling sering
digunakan yaitu Rate, Rasio dan Proporsi. Pengukuran-pengukuran dalam
epidemiologi sangat bermanfaat bagi kita semua. Dengan adanya pengukuran
epidemiologi kita dapat mengetahui kelompok masyarakat yang berpotensi besar
terserang penyakit, juga, faktor-faktor penyebab terkenanya penyakit tersebut.
B. Saran
Semoga dengan membaca makalah kami, para pembaca sekalian dapat mengerti
tentang pengukuran-pengukuran penyakit dalam epidemiologi. Ini sangat bermaanfat
untuk kita semua terutama dalam hal kesehatan kita. Saran kami, untuk tetap
berkarya dalam hal apapun itu, dan sebagai mahasiswa dalam bidang kesehatan,
tetaplah berkarya dalam bidang kesehatan tersebut, untuk terciptanya masyarakat
Indonesia yang lebih sehat.

16

Alfredi

DAFTAR PUSTAKA

Kasjono, H.S, Kristiawan, H.B. (2009). Intisari Epidemiologi, Yogyakarta: Nuha Medika.
Hand Out: Ukuran-ukuran Epidemiologi, Ig. Dodiet Setyawan. SKM
http://adistinatanila31.blogspot.com/2013/03/definisi-sehat_7.html?M=1
http://www.who.int/about/definition/en/print.html
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-ukuran-epidemiologi/

17

Alfredi

Anda mungkin juga menyukai