GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL
Semester:
Ganjil 2015
Oleh:
Muhammad Sofyan A
A1L014139/ 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, gen yang bersifat
homozigot letal, dan sebagainya.
Penyimpangan
semu
Hukum
Mendel
adalah
peristiwa
munculnya
Tujuan
Persilangan
dua
DNA melalui
perkawinan
dua
organisme
akan
Mendel II. Variasi nisbah dari nisbah Mendel ini dapat terjadi karena adanya
interaksi gen pada saat pembentukan gamet (Crowder,1986).
Beberapa cara penurunan sifat tidak mengikuti hokum Mendel II dengan rasio
klasik F2 = 9 : 3 : 3 : 1 . Akan tetapi kedua pasang gen ini akan mengadakan
interaksi (kerjasama) yang menghasilkan fenotip baru., atau ada pula terjadi
penutupan ekspresi oleh pasangan gen lain yang disebut epistasis. Ada beberapa
macam epistasis yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi: kantong plastik dan
kancing warna. Alat yang digunakan antara lain lembar pengamatan dan alat tulis
B.
1.
Posedur Kerja
hingga homogen.
2.
3.
5.
IV.
A. HASIL
Jenis penyipangan Hk. Mendel Epistasis Dominan
Tabel 1. Perhitungan X2 90 Kali Pengambilan Kancing
Karakter yang Diamati
Hijau
Merah
T
Putih
otal
Observa
9
61
17
12
si (O)
Harapan
0
9
67,5
16,88
5,63
(E)
0
2
(|OE|)
8
42,25
0,014
40,57
2,83
(|OE|)
E
7,
0,62
0,0008
7,2
82
7,
X2
0,62
0,0008
7,2
82
X2tab = 5,99
X2hit = 7,82
Kesimpulan : X2tab < X2hit artinya hasil observasi tidak sesuai dengan
perbandingan/teori
dominan
penyimpangan
hukum
Mendel
epistasis
Hijau
Merah
Putih
126
21
13
otal
Observa
si (O)
Harapan
60
1
120
30
10
(E)
60
2
(|OE|)
1
36
81
9
26
(|OE|)
E
3,
0,3
2,7
0,9
9
3,
X2
0,3
2,7
0,9
9
X2tab = 5,99
X2hit = 3,9
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis dominan.
Hijau
Kuning
Pink
50
21
19
otal
Observa
si (O)
Harapan
0
9
50,625
16,875
0,39062
17,0156
22,5
(E)
0
2
(|OE|)
2
12,25
25
9,656
(|OE|)
E
1,
0,0077
1,0083
0,544
56
1,
0,0077
1,0083
0,544
56
X2tab = 5,99
X2hit = 1,56
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis resesif.
Tabel 4. Perhitungan X2 160 Kali Pengambilan Kancing
Karakter yang Diamati
Hijau
Hijau
Pink
83
40
37
otal
Observa
si (O)
Harapan
60
1
90
(E)
30
40
60
(|OE|)
49
100
9
58
4,
(|OE|)
E
0,544
3,33
0,225
099
4,
X2
0,544
3,33
0,225
099
X2tab = 5,99
X2hit = 4,099
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis resesif.
Total
13
77
90
16,87
73,13
90
0,67
0,15
0,82
0,67
0,15
0,82
0,67
0,15
0,82
Observasi
(O)
Harapan
(E)
2
(|OE|0,5)
(|OE|0,5)
E
X2
X2tab = 3,84
X2hit = 0,82
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis dominan resesif.
Tabel 6. Perhitungan X2 160 Kali Pengambilan Kancing
Total
41
119
160
30
130
160
110,25
110,25
220,50
3,68
0,85
4,53
3,68
0,85
4,53
Observasi
(O)
Harapan
(E)
2
(|OE|0,5)
(|OE|0,5)
E
X2
X2tab = 3,84
X2hit = 0,82
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis dominan resesif.
Total
82
90
84
90
2,25
2,25
4,5
0,027
0,375
0,4
0,027
0,375
0,4
Observasi
(O)
Harapan
(E)
2
(|OE|0,5)
(|OE|0,5)
E
X2
X2tab = 3,84
X2hit = 0,4
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis dominan duplikat.
Total
151
160
150
10
160
0,25
0,25
0,5
0,0016
0,025
0,0266
0,0016
0,025
0,0266
Observasi
(O)
Harapan
(E)
2
(|OE|0,5)
(|OE|0,5)
E
X2
X2tab = 3,84
X2hit = 0,0266
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis dominan duplikat.
Total
59
31
90
50,62
39,37
89,99
Observasi
(O)
Harapan
(E)
(|OE|0,5)
62,09
61,94
124,03
1,23
1,57
2,8
1,23
1,57
2,8
(|OE|0,5)
E
X2
X tab = 3,84
2
X hit = 2,8
Kesimpulan : X2tab > X2hit artinya hasil observasi sesuai dengan perbandingan/teori
penyimpangan hukum Mendel epistasis resesif duplikat.
Total
72
88
160
90
70
160
56,25
306,25
362,5
0,625
4,375
0,625
4,375
Observasi
(O)
Harapan
(E)
2
(|OE|0,5)
(|OE|0,5)
E
X2
X2tab = 3,84
X2hit = 5
Kesimpulan : X2tab < X2hit artinya hasil observasi tidak sesuai dengan
perbandingan/teori penyimpangan hukum Mendel epistasis resesif duplikat.
Merah
Hijau
Kuning
29
56
otal
Observa
si (O)
Harapan
0
8
50,6
33,75
5,6
(E)
9,95
2
(|OE|)
9
466,56
495,06
0,36
61,98
(|OE|)
E
2
9,22
14,66
0,06
3,95
2
9,22
14,66
0,06
3,95
X2tab = 5,99
X2hit = 23,95
Kesimpulan : X2tab < X2hit artinya hasil observasi tidak sesuai dengan
perbandingan/teori penyimpangan hukum Mendel epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif
Merah
Hijau
Kuning
66
76
18
otal
Observa
si (O)
Harapan
60
1
90
60
10
(E)
60
2
(|OE|)
8
576
256
64
96
(|OE|)
E
1
6,4
4,2
6,4
7
1
6,4
4,2
6,4
7
X2tab = 5,99
X2hit = 17
Kesimpulan : X2tab < X2hit artinya hasil observasi tidak sesuai dengan
perbandingan/teori penyimpangan hukum Mendel epistasis gen duplikat dengan
efek kumulatif.
B. PEMBAHASAN
Penyimpangan Hukum Mendel terjadi karena adanya beberapa gen yang
saling
memengaruhi
dalam
menghasilkan
fenotip.
Meskipun
demikian,
1.
Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan sebagai
gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak
pengaruhnya apabila bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya. Peristiwa
kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun 1912) setelah
menyilangkan bungaLinaria marocanna berwarna merah (Aabb), dengan bunga
Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga
berwarna ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya
(yaitu merah dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4
putih. Lantas
dari
penelitian plasma
manakah
sel,
warna
ternyata
ungu
warna
tersebut
merah
timbul?
disebabkan
Dari
oleh
hasil
adanya
pigmen antosianin dalam lingkungan asam. Di lingkungan basa, pigmen ini akan
memberikan warna ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin,
baik di dalam lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih.
Faktor A, apabila mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a
jika tidak ada antosianin dalam plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b
dalam kondisi asam. Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap
sifat b. Oleh karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan
Aabb atau AAbb, sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan
dengan aaBB atau aabb.(Yatim,1983)
2.
Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa munculnya suatu sifat pada hasil persilangan
heterozigot karena adanya pengaruh gen-gen lain. Hal tersebut disebabkan karena
terdapat dua atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi memiliki sifat
yang sama. Perbandingan fenotip F2 dari polimeri adalah 15:1 (Sutrisno, 1982).
Polimeri adalah peristiwa dengan beberapa sifat beda yang berdiri sendiri
memengaruhi bagian yang sama dari suatu individu.,Contoh soalnya ada
penyilangan antara gandum berbiji merah (R1R1R2R2) dan gandum berbiji putih
(r1r1r2r2), dihasilkan F1 semua gandum berbiji merah. Maka rasio fenotip F2nya
adalah :
Penyelesaian:
P1
R1R1R2R2 (merah)
><
r1r1r2r2 (putih)
Gamet :
R1R2
F1
P2
R1r1R2r2 (merah)
Gamet :
F2
r1r2
><
R1r1R2r2 (merah)
R1R2
R1r2
R1R2
R1R1R2R2
(merah)
R1R1R2r2
R1r2
R1R1R2r2
(merah)
R1R1r2r2
r1R2
R1r1R2R2
(merah)
R1r1R2r2
r1r2
R1r1R2r2
(merah)
R1r1r2r2 (merah)
(merah)
(merah)
R1r1R2R2
R1r1R2r2
r1R2
(merah)
(merah)
R1r1R2r2
r1r2
R1r1r2r2 (merah)
(merah)
Rasio fenotif F2: Merah : putih = 15 : 1
3.
(merah)
r1r1R2R2
(merah)
r1r1R2r2 (merah)
r1r1R2r2 (merah)
r1r1r2r2 (putih)
Epistasis-hipostasis
Kalian tentunya masih ingat tentang istilah epikotil (epi = di atas) dan
Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang
berwarna merah
dengan
umbi
berwarna
kuning.
Gen A menyebabkan
umbi berwarna merah dan gen B menyebabkan umbi berwarna kuning. Dapat
disimpulkanbahwa epistasis dominan terjadi bila sebuah gen dominan
mengalahkan pengaruh gen lain yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen
A bersifat epistasis terhadap gen B dan b. Oleh karena itu, meskipun dalam
genotip terdapat gen B atau b, gen A tetap menutup ekspresi dari gen B dan b.
b.
Epistasis Resesif
Peristiwa ini terjadi jika gen resesif mengalahkan pengaruh gen dominan
dan resesif yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen aa epistasis terhadap B dan
b. Pada persilangan antara anjing berambut emas dan anjing berambut coklat,
dihasilkan keturunan F1 berambut hitam. Beberapa gen yang berperan adalah gen
B (menentukan warna hitam), gen b (menentukan warna coklat), gen E
(menentukan keluarnya warna), dan gen e (menghambat keluarnya warna). Dari
hasil penyilangan tersebut menunjukkan perbandingan fenotip 9 hitam: 4 emas: 3
coklat. Oleh karena itu, rumus epistasis resesif adalah aa epistasis terhadap B dan
b, dalam contoh ini, aa adalah ee (menghambat keluarnya warna).
c.
dominan
menghambat ekspresi
fenotip
resesif
yang
merupakan
disebabkan
peristiwa
oleh
gen
suatu
gen
mutan
yang
bukan alelnya. Gen mutan tersebut bersifat menghambat, sehingga disebut gen
penghalang atau inhibitor atau gen suspensor. Epistasis dominan resesif terjadi
pada persilangan lalat buah (Drossophila melanogaster). Gen P menentukan warna
mata merah, gen p menentukan warna mata ungu, gen S merupakan gen nonsuspensor, dan s merupakan gen suspensor. Perbandingan fenotipnya adalah 13
merah: 3 ungu. Rumus epistasis dominan resesif adalah A epistasis terhadap B dan
b serta bb epistasis terhadap A dan a.
4.
Gen-gen komplementer
V.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Bima, A. (2008). Categorical Data Analysis Secound Edition.John Wiley & Sons.
New Jersey
Crowder, L.V. 1993. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Pai, Anna C. 1985. Foundations Of Genetics: A Science Society. McGraw-Hill
Book. Singapore.
Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu Ilmu Sosial. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Suryo, H. 1984. Sitogenetika Srata 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sutrisno. 1982. Genetika Kuantitatif. Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara
Walker, R. A. (2011). Caterogical Data Analysis for Behavorial Social
Science. Routledge Taylor and Francis Group. New York.
Yatim, Wildan. 1983. Genetika. Tarsito. Bandung.