Anda di halaman 1dari 12

LAYANAN, TEKNIK, DAN STRATEGI TEPAT

MENGATASI KENAKALAN ANAK DALAM HAL


PEMERASAN SERTA PENGANCAMAN
Mata Kuliah

Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu

Luhur Wicaksono, M.Pd

Oleh :
Arini Mafaida (130401080090)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa Dan Sastra
Universitas Kanjuruhan Malang
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha
kuasa atas berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah

yang berjudul LAYANAN, TEKNIK, DAN

STRATEGI TEPAT MENGATASI KENAKALAN ANAK DALAM HAL


PEMERASAN SERTA PENGANCAMAN ini untuk melaksanakan tugas
mata kuliah Bimbingan Konseling.
1. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Luhur
Wicaksono, M.Pd selaku dosen pembimbing.
2. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada

penulis

mendapatkan imbalan dari Allah Yang Maha Kuasa. Harapan penulis,


semoga

makalah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dunia

pendidikan umumnya. Amin

Malang, 10 Juni 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anak adalah generasi penerus bangsa. Istilah tersebut sudah
sering kita dengar dan perbincangkan di masyarakat maupun di media
sosial dan elektronik.
Sebagai generasi penerus bangsa seharusnya anak mempunyai
ketangguhan fisik serta psikologis. Namun tidak semua anak bisa
diandalkan sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini dikarenakan tidak
sedikit anak yang mempunyai latar belakang fisik maupun psikologis yang
tangguh serta berakhlak mulia. Meskipun dari latar belakang keluarga
yang baik-baik sajapun tidak akan menjamin bahwa anak sebagai
generasi penerusnya akan mempunyai ketahanan fisik, psikologis, serta
akhlah yang baik pula.
Dari hal tersebut maka dirasa perlu adanya layanan khusus disertai
dengan teknik serta strateginya yang tepat untuk mengatasi suatu
masalah yang terdapat pada diri setiap anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kasus Firdaus dalam pemerasan dengan ancaman?
2. Layanan, teknik, serta strategi apa yang dilakukan?
3. Bagaimana teori pendukungnya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kasus Firdaus dalam pemerasan dengan ancaman.
2. Mengetahui Layanan, teknik, serta strategi apa yang digunakan.
3. Mengetahui teori pendukungnya.

BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan kasus
Firdaus adalah siswa kelas 6 di MI Raudlatul Falah Talok Turen
Malang tempat saya bekerja. Ia adalah siswa yang tergolong
kurang mampu untuk menerima pelajaran.
Selain kurang mampu dalam hal menerima pelajaran ia juga
merupakan anak yang bandel dan nakal. Bandel dalam kasusnya ini
adalah dalam hal berinteraksi dengan lawan sosialnya layaknya anak,
bukan dalam bidang kriminal seperti mencuri, narkoba, ataupun
berjudi.
Melihat latar belakangnya keluarganya adalah keluarga baik-baik.
Ayahnya adalah termasuk tokoh agama di kampungnya tersebut.
Ibunya juga merupakan sosok ibu yang baik dan tidak terlalu banyak
bicara. Tetapi kakak-kakaknya juga mempunyai latar belakang yang
sama dengan si Firdaus ini. Kakak-kakaknya juga tergolong sebagai
anak-anak yang nakal dan bandel.
kerap kali sebagai guru di sekolah tersebut kami mendapatkan
laporan dari siswa-siswi tentang kenakalan Firdaus ini. Laporan
tersebut antara lain adalah bullyingkepada temannya sendiri maupun
adik-adik kelas, pemerasan terhadap adik kelas, bertengkar dengan
teman yang melibatkan kekerasan fisik, dan masih banyaklagi
lainnya.
Dalam kasus yang saya bahas disini utamanya adalah masalah
tentang kenakalannya yakni pemerasan terhadap teman serta adikadik kelasnya. Ia sering meminta uang kepada teman serta adik
kelasnya dengan cara memaksa dan mengancam. Apabila tidak
diberi oleh anak yang dipalak maka ia mengancam akan melakukan
kekerasan.

Perilaku firdaus seperti ini kerap kali membuat teman serta adikadik kelasnya merasa ketakutan serta terancam. Banyak dari mereka
yang

melaporkan

perilaku

Firdaus

bahwa

ia

memeras

dan

mengancam keselamatannya. Setiap ada laporan wali kelas, juga


Waka Kesiswaan yang bertindak sebagai guru BP di Madrasah
Ibtidaiyah kami memanggil dan menasehatinya, tetapi tetap saja ia
tidak jera dengan imbauan maupun hukuman yang telah diberikan.

3.2 Layanan, Teknik, dan Strategi BK yang dilakukan


A. Layanan
Layanan yang digunakan dalam penanganan kasus Firdaus
tersebut adalah Layanan Konseling Individual dan Layanan
Konsultasi.
B. Teknik
Teknik yang digunakan dalam penanganan kasus Firdaus
tersebut adalah wawancara dan dialog.
C. Strategi
Strategi yang digunakan dalam penanganan kasus Firdaus
tersebut antara lain adalah
1. Konseling Individual dan Kelompok
2. Kolaborasi dengan Guru atau Wali Kelas
3. Kolaborasi dengan Orang tua
4. Kunjungan Rumah

3.3 Alasan penggunaan teknik


Dalam

kasus

kenakalan

Firdaus

yakni

pemerasan

serta

pengancaman kekerasan ini saya memilih Layanan Konseling Individual


dan Layanan Konsultasi. Hal tersebut karena Layanan Konseling
Individual adalah layanan melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara wali kelas atau Waka kesiswaan dengan Firdaus.

Layanan Konseling Individual ini sangat cocok karena dapat


mengetahui dengan pasti bagaimana karakter serta bagaimana keinginan
ataupun masalah yang dihadapi oleh Firdaus secara pribadi.
Selain Layanan Konseling Individual kasus Firdaus ini juga
membutuhkan Layanan Konsultasi. Hal ini dikarenakan wali kelas serta
Waka kesiswaan memerlukan bantuan ataupun konsultasi dengan pihak
lain yang lebih bisa menyelesaikan masalah Firdaus. Layanan ini
dibutuhkan juga karena wali kelas serta waka kesiswaan telah kuwalahan
menghadapi perilaku Firdaus tersebut.
Untuk teknik yang digunakan dalam penanganan kasus Firdaus
tersebut menurut saya yang paling cocok adalah dengan wawancara dan
dialog. Wawancara serta dialog akan membantu menggali keterangan dari
Firdaus mengenai apa, mengapa maupun bagaimana sebenarnya
keinginan dari Firdaus dengan berperilaku seperti itu. Apakah ia ingin
diperhatikan, ataukah memang ia tidak pernah punya uang saku atau
karena sebab-sebab lain ia berperilaku seperti itu. Cocok dengan layanan
bimbingan dan konseling yang diambil yakni Layanan Konseling
Individual, jadi ia akan diwawancarai serta diajak berdialog secara individu
atau sendirian.
Dalam penanganan kasus Firdaus tersebut strategi yang tepat
digunakan dalam penanganannya antara lain adalah pertama, Konseling
Individual

dan

Kelompok.

Strategi

ini

diharapkan

akan

dapat

mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif


pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
Kedua, strategi kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali
kelas hal ini diharapkan akan membantu pemecahan masalah Firdaus
dengan memperoleh informasi tentang

bagaimana perilaku, sifat,

hubungan sosial dengan temannya serta keaktifannya di dalam kelas saat


mengikuti pelajaran.
Ketiga, strategi kolaborasi dengan orang tua. Setelah berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran berkolaborasi dengan orang tua adalah

langkah yang tepat. Strategi ini akan sangat membantu mengatasi


perilaku Firdaus yang suka melakukan pemerasan terhadap temantemannya. Peran orang tua sangat besar terhadap perilaku anak serta
kebiasaannya, dari sini kita dapat menggali banyak informasi tentang
sebab maupun alasan mengenai Firdaus. Kita juga dapat bekerja sama
dengan orang tuanya untuk mencari solusi serta mengatasi perilaku buruk
si Firdaus tersebut. Akan sangat efektif apabila kolaborasi antara orang
tua dengan pihak sekolah berjalan dengan lancar, karena sebagian besar
waktu yang dihabiskan oleh Firdaus adalah dengan keluarga.
Keempat adalah strategi kunjungan rumah. Strategi ini dapat
membantu mengatasi masalah dari Firdaus. Kunjungan rumah dapat
memberi informasi secara langsung bagaimana ia ketika di rumah dan di
lingkungan tempat ia tinggal. Dengan adanya kunjungan ke rumah dapat
menyumbang solusi serta cara terbaik dalam penanganan kasus si
Firdaus tersebut.

3.4 Teori pendukung


A. Layanan Konseling Individual
1. Layanan Konseling Individual
Konseling

individual

adalah

proses

belajar

melalui

hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara


seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien
mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan
sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas

yang

profesional

dalam

jabatannya

dengan

pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan


pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran
dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial
dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.

2. Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai
suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor,
orang

tua,

administrator

dan

konselor

lainnya

dalam

mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi


efektivitas

peserta

didik

atau

sekolah.

konseling

atau

psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang


langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung
melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
B. Teknik
1. Wawancara dan dialog
Menurut beberapa ahli, wawancara merupakan suatu
teknik

pengumpulan

komunikasi

dengan

data

dengan

sumber

data.

jalan

mengadakan

Komunikasi

tersebut

dilakukan dengan dialoh (tanya jawab) secara lisan, baik


langsung maupun tidak langsung (I Djumhur dan Muh. Surya,
1981: 50).
Wawancara juga merupakan salah satu metode untuk
mendapatkan

data

anak

atupun

orang

tua

dengan

mengadakaln hubungan secara langsung dengan informan/


face to face relation (Bimo Walgito, 1989: 63). Jadi dalam
metode pengumpulan data pengertian wawancara merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mem[eroleh informasi melalui
proses tanya jawab secara langsung antara pewawancara
dengan responden.
C. Strategi
1. Konseling Individual dan Kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk
membantu
mengalami

peserta

didik

hambatan

yang

dalam

mengalami
mencapai

kesulitan,
tugas-tugas

perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli)

dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah,


penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
2. Kolaborasi dengan Guru atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas
dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik
(seperti

prestasi

membantu

belajar,

memecahkan

kehadiran,
masalah

dan

peserta

pribadinya),
didik,

dan

mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan


oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (1)
menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi
belajar peserta didik; (2) memahami karakteristik peserta didik
yang unik dan beragam; (3) menandai peserta didik yang
diduga bermasalah; (4) membantu peserta didik yang
mengalami

kesulitan

belajar

melalui

program

remedial

teaching; (5) mereferal (mengalihtangankan) peserta didik


yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
guru pembimbing; (6) memberikan informasi yang up to date
tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang
diminati peserta didik; (7) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan,

sehingga dapat memberikan

informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja


(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan
prospek kerja); (8) menampilkan pribadi yang matang, baik
dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini
penting, karena guru merupakan figur central bagi peserta
didik); dan (9) memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

3. Kolaborasi dengan Orang tua


Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang
tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses
bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah.
Melalui

kerjasama

ini

memungkinkan

terjadinya

saling

memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar


konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi
peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin
dihadapi peserta didik. Untuk melakukan kerjasama dengan
orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1)
kepala Sekolah/Madrasah atau komite Sekolah/Madrasah
mengundang

para

orang

tua

untuk

datang

ke

Sekolah/Madrasah (minimal satu semester satu kali), yang


pelaksanaannya dapat bersamaan dengan pembagian rapor,
(2) Sekolah/Madrasah memberikan informasi kepada orang
tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah
peserta didik, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan
keadaan anaknya di rumah ke Sekolah/Madrasah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan
tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam
upaya menggentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke
rumahnya.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Dari kasus Firdaus dapat kita tarik kesimpulan layanan, teknik,
dan strategi apa yang dapat membantu untuk mengatasi masalah
tersebut.
Jenis

layanan

yang

dapat

membantu

adalah

Layanan

Konseling Individual dan Layanan Konsultasi. Jenis Tekniknya


adalah wawancara dan dialog. Sedangkan jenis strateginya antara
lain adalah
1. Strategi Konseling Individual dan Kelompok
2. Strategi Kolaborasi dengan Guru atau Wali Kelas
3. Strategi Kolaborasi dengan Orang tua
4. Strategi Kunjungan Rumah

DAFTAR PUSTAKA

Prayi c ctno & Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar BK. Jakarta: Rineka
Cipta.
Winkel & Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi
Wicaksono, Luhur 2015. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling. Malang:
Namis

Anda mungkin juga menyukai