Anda di halaman 1dari 26

ILEUS OBSTRUKSI

1. Definisi
Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari
pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan pasase lumen usus
tergangggu.(8)
Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila
disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi
sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada
strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing
askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (9)
2. Epidemiologi
Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada
usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling sering
yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit
Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus obstruksi.
Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis atau penyakit
infeksi usus.(3,10)
Di Indonesia, perlekatan usus merupakan penyebab yang menempati ururtan
pertama saat ini. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari ileus adalah
perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001 mendapatkan 50%
dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan
15%, volvulus 1,7%.
1

3. Klasifikasi
1.

Secara umum(9)
-

Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh


darah

Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi
iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.

2.

Berdasarkan letak obstruksi

Letak tinggi

: duodenum jejenum

Letak tengah

: ileum terminal

Letak rendah

: colon sigmoid rektum

Gambar 3.1. Klasifikasi ileus berdasarkan letak obstruksi


3.

Berdasarkan stadium
Parsial

: menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara


masih dapat melewati tempat obstruksi.

Komplit

: menyumbat total lumen usus.


2

Strangulasi

: sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.

4. Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme,
yaitu blokade intralumen, intramural atau lesi instrinsik dari dinding usus, kompresi
lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus (Thompson 2005). Lesi intraluminal
seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi
ektralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)
Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh :

Gambar 3.2. Penyebab ileus obstruksi pada usus halus


1. Adhesi pascabedah
Perlekatan pascabedah merupakan salah satu komplikasi setelah pembedahan,
namun insidensnya berkurang semenjak ditemukannya prosedur laparoskopi. Pada
perlekatan pascabedah dapat ditemukan adanya pita jaringan ikat yang menyebabkan
perlekatan segmen saluran cerna. Perlekatan pasca bedah merupakan penyebab 7%
dari obstruksi usus pada bayi dan anak. Onset dapat terjadi mulai dari 2 hari hingga 10
tahun setelah bedah, dan 50% di antaranya terjadi dalam waktu 3-6 bulan setelah
3

bedah. Gejala dari perlekatan pascabedah antara lain kram/nyeri perut, anoreksia,
mual dan muntah.
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, sehingga terjadi
gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. (9)
Hernia inkarserasi dapat berupa hernia inguinal, femoral atau umbilikal.
Mayoritas hernia inguinal adalah hernia indirek. Pada hernia inguinal, inkarserasi
terjadi pada 6-18% pasien dan dapat meningkat sampai 30% pada bayi berusia kurang
dari 2 bulan. Sedangkan hernia femoral jarang terjadi. Adapun hernia umbilikal lebih
jarang inkarserasi dan dapat menutup spontan setelah usia 5 tahun.
Gejala dari hernia inkarserasi yang dihubungkan dengan obstruksi intestinal
antara lain: muntah yang mengandung empedu, distensi abdomen, konstipasi, massa
yang teraba edema dan pucat di daerah inguinal (dapat menjadi eritematosa apabila
terjadi strangulasi), dan demam apabila terjadi nekrosis dan perforasi.
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya
disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau anus. (9)
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
dewasa muda. Invaginasi adalah masuknya bagian usus proksimal (intussuseptum)
4

kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien). Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar
dari rektum. Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis. (9)

Gambar 3.3. Invaginasi


Anak dengan kelainan intususepsi akan menunjukkan gejala seperti nyeri
abdominal/kolik yang sangat berat sehingga terkadang anak menarik kedua
tungkainya, gelisah, lethargy hingga shock. Muntah terjadi pada awal kelainan dan
30% kasus muntahan mengandung empedu. Tinja dapat mengandung darah dan
mukus setelah 12 jam. Pada 20% kasus terdapat suatu triad klasik untuk intususepsi:
nyeri kolik yang hebat, massa yang dapat teraba dengan palpasi, serta currant-jelly
stools.
5. Volvulus
Volvulus sekal merupakan kelainan yang jarang terjadi, akibat sekum yang
tidak terfiksasi. Volvulus sekal terjadi akibat puntiran sekum, kolon ascendens dan
ileum terminal. Gejalanya antara lain nyeri, distensi, konstipasi dan muntah.
6. Kelainan congenital
Dapat berupa stenosis atau atresia. Kelaianan bawaan ni akan menyebabkan
obstruksi setelah bayi mulai menyusui. (9)
7. Radang kronik

Morbus Chron dapat menyebabkan obstruksi karena udem, hipertrofi, dan


fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik ini. (9)
8. Tumor
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan
yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali
jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena tumornya sendiri
(penyebab langsung).
Separuh kasus tumor ganas terdapat di ileum. Keluhannya samar, seperti
penurunan berat badan dan sakit perut. Sama halnya dengan tumor jinak usus halus,
tumor ganas juga jarang menyebabkan obstruksi. (9)
9. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantung empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi. (9)
Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis dan 5%
oleh volvulus sigmoid. (11)
1. Karsinoma kolon
Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh
karsinoma. Sekitar 70-75% kasinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan
sigmoid. Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi dari
pada bentuk kanker yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah poliposis
multiple, biasanya terdapat tanda-tanda yang mendahului antara lain penyimpangan
buang kotoran, keluarnya darah perektal dan colon akan mengalami distensi hebat
dalam waktu yang cepat. (9)
2. Volvulus

Volvulus terajadi akibat memutarnya usus (biasanya pada sekum ata sigmoid)
pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan sirkulasi
vena maupun arteri.
Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum, yaitu
sekitar 90%. Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang
dengan riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi bila
tidak dilakukan dekompresi.(9)
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak
terletak retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum yang yang
mobile karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia 60 tahunan.
Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan basis yang sempit.
( 9,11)

3. Divertikel
Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah
divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti
hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses terbuka, fistel, obstruksi
parsial, dan perdarahan.
4. Intususepsi/invaginasi
Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen
bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh
karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia
jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal
kolik.
Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus
intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per
tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(9,11).
5. Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat digambarkan
sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan hipertrofi yang berjalan kronik.
7

Penyakit ini dapat kongenital ataupun didapat dan biasanya berhubungan dengan ileus
obstruksi. (12)
Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari
neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat merupakan
hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi Trypanosoma cruzi
menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (12)

Location
CauseColon

Tumors (usually in left colon), diverticulitis (usually in


sigmoid), volvulus of sigmoid or cecum, fecal
impaction, Hirschsprung's disease, Crohn's disease

Duodenum

Adults

Cancer of the duodenum or head of pancreas, ulcer


disease

Neonates

Atresia, volvulus, bands, annular pancreas

Tabel 3.1. Etiologi ileus


obstruksi

Jejunum and ileum

Adults

Hernias, adhesions (common), tumors, foreign body,


Meckel's diverticulum, Crohn's disease
(uncommon), Ascaris infestation, midgut volvulus,
intussusception by tumor (rare)

Neonates

Meconium ileus, volvulus of a malrotated gut, atresia,


intussusception

5. Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi

Causes of Intestinal Obstruction

setelah obstruksi usus adalah


sama, tanpa memandang apakah
obstruksi itu disebabkan oleh
penyebab
fungsional.

mekanik

atau

Perbedaan

utama

terletak pada obstruksi paralitik


dimana

peristaltik

dihambat

sejak awal, sedangkan pada


obstruksi

mekanik,

awalnya

peristaltik diperkuat, kemudian


intermitten,
menghilang.(1)
8

dan

akhirnya

Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara
progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan (70% dari
udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi aktivitas sel
sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini mengakibatkan
peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi, dengan buang air
besar yang jarang dan flatus pada awal perjalanan.(13)
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap
hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan
limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya tekanan hidrostatik intraluminal,
meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler akan menyebabkan cairan yang
banyak, elektrolit dan protein ke dalam lumen usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi
yang disebabkan oleh hal akan sangat parah dan dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. (13)
Muntah dan pengosongan isi usus merupakan penyebab utama kehilangan
cairan dan elektrolit. Akibat muntah tadi akan terjadi dehidrasi, hipovolemik. Pada
obstruksi proksimal, kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hidrogen (H +),
kalium dan korida, sehingga terjadi alkalosis metabolik. Peregangan usus yang terjadi
secara terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi
carian dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus
adalah iskemia akibar peregangan dan peningkatan permeabilitas yang disebabkan
oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik.(1)
Pada obstruksi intestinal simpel, obstruksti terjadi tanpa gangguan
vaskularisasi. Makananan dan cairan yang masuk, sekresi getah pencernaan, dan gas
terkumpul di proksimal obstruksi. Bagian proksimal usus distensi, sedangkan bagian
distalnya colaps. Fungsi absorpsi dan sekresi dari mukosa usus berkurang, dan
dinding usus menjadi edema dan terbendung. Distensi usus yang parah akan semakin
progresif, menambah peristaltik, dan meningkatkan risiko dehidrasi dan progresi ke
arah strangulasi. (8)

Obstruksi intestinal strangulasi merupakan obstruksi dengan gangguan aliran


pembuluh darah, terjadi pada 25% dari pasien dengan ileus obstruksi. Biasanya
berhubungan dengan hernia, volvulus, dan intususepsi. Obstruksi strangulasi bisa
menjadi infark dan gangren dalam waktu 6 jam. Awalnya akan terjadi obstruksi vena,
kemudia oklusi arteri dan akhirnya iskemi cepat dari dinding usus. Usus yang iskemi
akan menjadi edema dan infark, yang berujung gangren dan perforasi. Bila tidak
ditangani akan menjadi perforasi, peritonitis, dan kematian. Pada ileus obstruksi
kolon, strangulasi jarang terjadi (kecuali pasien dengan volvulus).(8,13)
Perforasi dapat terjadi pada bagian yang iskemik (usus halus). Risiko akan
meningkat bila sekum dilatasi dengan diameter > 13 cm.
Pada ileus obstruksi kolon, terjadi dilatasi pada usus yang letaknya diatas
obstruksi, yang akan menyebabkan edema mukosa, gangguan aliran vena dan arteri ke

Obstruksi
usus. Edema dan iskemi yang terjadi
Usus meningkatkan permeabilitas mukosa, yang

mengakibatkan translokasi bakteri (termasuk bakteri anaerob Bacteoides) , toksik


sistemi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Iskemi pada kolon dapat mengakibatkan
Akumulasi gas dan cairan intralumen di
perforasi. (11)
sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi

Tekanan intralumen yang


meningkat dipertahankan

Proliferasi
bakteri yang
berlangsung
cepat

Kehilangan
H2O dan
elektrolit
Volume ECF

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan
menuju ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan


toksin dari usus yng
nekrotik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi
sistemik
Peritonitis
septikemia

10

Syok hipovolemik

Diagram 3.1 Patofisiologi Ileus Obstruksi


6. Manifestasi Klinik
a. Obstruksi usus halus
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit, baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi maupun oleh munrah. Keadaan umum akan
memburuk dalam waktu yang relatif singkat.(9)
Gejala yang timbul biasanya : kolik pada daerah umbilikus atau di
epigastrium, mual, muntah pada obstruksi letak tinggi, dan konstipasi (pada
pasien dengan obstruksi total). Pasien dengan obstruksi simpel/parsial
biasanya menderita diare pada awal obstruksi. Konstipasi dengan tidak dapat
flatus dirasakan oleh pasien pada fase lanjut. Gerakan peristaltik yang high
pitched dan meningkat yang bersamaan dengan adanya kolik merupakan tanda
yang khas.(8)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang
muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruksi usus halus, setiap 15
sampai 20 menit pada ileus obstruksi usus besar. Nyeri dari ileus obstruksi
usus halus demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen.
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang
memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti
oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Pada ileus obstruksi
usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan
jernih, hijau atau kuning. Muntah fekulen dapat terjadi pada obstruksi usus
halus yang lama yang terjadi karena bakteri yang tumbuh banyak dan
11

merupakan tanda patognomonik dari ileus obstruksi usus halus bagian distal
komplit.(15)
Pada obstruksi strangulasi, gejalanya biasanya takikardi, demam, asidosis,
leukosistosi, dinding perut yang lemas. Apabila telah terjadi infark, dinding
perut akan lemas dan pada auskultasi didapatkan peristaltik yang minimal.(3,8)
b. Obstruksi kolon
Gejalanya biasanya lebih ringan dan terjadi lebih perlahan dibandingkan
obstruksi pada usus halus. Gejala awalnya adalah peubahan kebiasaan buang
air besar, terutama berupa obstipasi dan kembung, yang kadang disertai kolik
pada perut bagian bawah (suprapubik). Akhirnya, penderita mengeluh
konstipasi menyebabkan adanya distensi abdomen. Muntah mungkin terjadi
namun tidak sering. muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi.
Muntahannya kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuuhan bakteri
berlebihan karena adanya renggang waktu yang lama.(3,8)

Small-intestinal

Large Intestinal

obstruction

obstruction

Penyebab paing sering

Adhesi dan hernia

Gejala

Kolik

abdomen

Kanker
dan Kolik

abdomen

dan

muntah dengan interval muntah yang jarang


yang reguler
Pemeriksaan fisik

Distensi abdomen mild- Distensi


moderate

Foto polos abdomen

Dilatasi

abdomen

moderate
lumen

usus Dilatasi kolon dengan

halus dengan air fluid

atau tanpa distensi usus

level ; udara dan kotoran halus dan air fluid level


yang sedikit pada distal
Tabel 3.2 Tabel Perbedaan Klinis Obstruksi Usus Halus dan Kolon(15)
7. Diagnosis
12

Diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai


gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan juga
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruksi tinggi, sering dapat ditemukan
penyebab, misalnya berupa adhesi dalam perut karena dioperasi atau terdapat
hernia. Gejala yang timbul umumya berupa syok, oligouri,dan gangguan
elektrolit.Kemudian ditemukan adanya serangan kolik perut, di sekitar
umbilikus pada ileus obstruksi usus halus dan disuprapubik pada ileus
obstruksi usus besar. Pada anamnesis, didapatkan adaya mual dan
muntah,tidak bisa BAB (buang air besar), tidak dapat flatus, perut kembung.
Pada strangulasi, terdapat jepitan yang menyebabkan gangguan
peredaran darah sehinggga terjadi iskemia, nekrosi atau gangren. Gangren
menyebabkan tanda toksis seperti, demam, takikardi, syok septik, dengan
leukosistosis.
2. Pemeriksaan Fisik
a.

Inspeksi
Pada inspeksi secara umum, terlihat adanya tanda tanda
dehidrasi, dilihat dari turgor kulit, mulut kering. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik. Pada inspeksi
abdomen, terlihat distensi, darm countour (gambaran kontur usus),
darm steifung (gambaran gerakan usus), terutama pada penderita yang
kurus.
Adanya adhesi dapat dilihat dengan adanya bekas luka operasi
pada abdomen. Adanya bejolan di perut, inguinal, dan femoral yang
menandakan adanya hernia.

b.

Auskultasi

13

Pada auskultasi, terdengar hiperperistaltik yang kemudian suara


usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan terjadinya
obstruksi dan borborygmi sound terdengar sangat jelas pada saat
serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi
strangulasi serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang.(15)
c.

Palpasi
Pada palpasi, diraba adanya defans muskular, ataupun adanya
tanda peritonitis seperti nyeri tekan, nyeri lepas, teraba massa seperti
pada tumor, invaginasi, dan hernia.

d.

Perkusi
Pada perkusi didapatkan bunyi hipertimpani.

Rectal Toucher
Untuk mengetahui apakah adanya massa dalam rectum. Apakah
ada darah samar, adanya feses harus diperhatikan. Tidak adanya feses
menunjukan obstruksi pada usus halus. Apabila terdapat darah berarti
penyebab ileus obstruksi adalah lesi intrinsik di dalam usus seperti
malignansi.(11,15)

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak dapat dijadikan pedoman
untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah
darah lengkap, elektrolit, BUN (blood urea nitrogen), ureum amilase, dan
kreatinin.
Pada ileus obstruksi sederhana, hasi pemeriksaan larobarotiumnya dalam batas
normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis, dan
nliai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan
14

pada semua jenis ileus obstruksi, terutama strangulasi. Penurunan dalam kadar
serum natrium, klorida dan kalium merupaan manifestasi lebih lanjut, dapat
juga terjadi alkalosis akibat muntah. Bila BUN didapatkan meningkat,
menunjukkan hipovolemia dengan azotemia prerenal.(15)
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis ileus obstruksi biasanya dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan
radiologi.
a. Foto polos abdomen
Diperlukan foto abdomen 3 posisi yaitu foto posisi supine, foto posisi
setengah duduk, dan foto left lateral decubitus. Pada posisi supine dapat
ditemukan gambaran distensi usus dan herring bone appearance, posisi
lateral dekubitus ataupun setengah duduk dapat ditemukan gambaran step
ladder pattern,
Hal yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi usus
halus (diamater > 3 cm), adanya air fliud level pada foto posisi setengah
duduk, dan kekurangan udara pada kolon. Negatif palsu dapat ditemukan
pada pemeriksaan radiologi ketika letak obstruksi berada di proksimal usus
halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak adanya
udara. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya gambaran air fluid level
ataupun distensi usus.(3)
Pada ileus obstruksi kolon, pemeriksaan foto abdomen menunjukan
adanya distensi pada bagian proksimal dari obstruksi. Selain itu, tampak
gambaran air fluid level yang berbentuk seperti tangga yang disebut juga
step ladder pattern karena cairan transudasi.

15

Gambar 3.4 Foto polos abdomen posisi supine (dilatasi usus)

(a)

(b)

Gambar 3.5 (a) ileus obstruksi (b) posisi setengah duduk denga gambaran air fluid level yang
membentuk step ladder pattern
b. Foto Thorax
Foto thorax dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak
dibawah difaragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi usus.(11)

Gambar 3.6. Gambaran free air sickle

16

c.CT scan
CT scan berguna untuk menentukan diagnosa dini dari obstruksi
strangulasi dan untuk menyingkirkan penyebab akut abdominal lain, terlebih
jika klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT scan juga dapat
membedakan penyebab dari ileus obstrusi usus halus,yaitu penyebab
ekstrinsik (seperti adhesi dan hernia) dengan penyebab instrinsik (seperti
malignansi dan penyakit Chron). Obtruksi pada CT scan ditandai dengan
diameter usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian
yang kolaps dengan diameter kurang dari 1 cm.(11)
Temuan lain pada obstruksi usus yaitu zona transisi dengan dilatasi usus
proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tidak
dapat melewati bagian obstruksi, dan pada bagian kolon terdapat gas ataupun
cairan. Strangulasi ditandai dengan menebalnya dinding usus, pneumatosis
intestinalis (udara pada dinding usus), udara pada vena porta, dan
berkurangnya kontras intravena ke dalam usus yang terkena.(3)
Penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas CT 80-90%, spesifisitas 7090% dalam mendeteksi obstruksi.(3)

Gambar 3.7. Ileus obstruksi pada CT scan (dilatasi lumen usus halus, dan dekompresi
terminal ileum (I) dan kolon asenden (C))
d. Enteroclysis
17

Enteroclysis berguna untuk mendeketsi adanya obstruksi dan berguna


membedakan antara obstruksi parsial atau total. Metode ini berguna jika
foto polos abdomen mempelihatkan gambaran normal namun gambaran
klinis menunjukan adanya obstruksi atau jika foto polos abdomen tidak
spesifik. Pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi karena metastase,
tumor yang rekuren, dan kerusakan akibat radiologi. Enteroclysis dapat
dilakukan dengan dua jenis kontras. Barium merupakan kontras yang sering
digunakan dalam pemeriksaan ini. Barium aman digunakan dan berguna
mendiagnosa obstruksi bila tidak terdapat iskemia usus ataupun perforasi.
Namun, penggunaan barium sering dihubungkan dengan terjadinya
peritonitis, dan harus dihindari bila diduga adanya perforasi.(11)
Enteroclysis jarang digunakan pada keadaan akut. Pada pemeriksaan
ini, digunakan 200-250 mL barium dan diikuti 1-2 L larutan
methylcellulose dalam air yang dimasukan melalui proksimal jejenum
melalu kateter nasoenteric.

(a) (b)

Gambar 3.8. (a). adhesional small bowel obstruction. Menunjukan gambaran lumen usus
yang menyempit (tanda anak panah) (b). Enteroclysis
e.USG abdomen

18

USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasif dan murah


dibandingnkan CT scan, dan spefisitas dari USG dilaporkan mencapai 100%.
Pemeriksaan ini dapat menunjukan gambaran dan penyebab dari obstruksi
dengan melihat pergerakan dari usus.

Gambar 3.9. USG abdomen dengan gambaran dilatasi usus halus


8. Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari ileus obstruksi adalah :
a. Ileus paralitik
Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang dirasakan
lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising usus yang
menghilang, pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans muskular dan pada
gambaran foto polos didapatkan gambaran udara pada usus.
b. Appendisitis akut
Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada epigastrium yang
kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah, demam, mual, dan muntah.
c. Pankreatitis akut
Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung. Gejala
ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada pankreatitis akut, amilase
kadarnya akan sangat tinggi bbila dibandingkan ileus obstruksi.
19

d. Gastroenteritis akut
Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare pada
penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada auskultasi.Namun
dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi dan hilangnya suara atau
sedikitnya aktifitas usus.
e. Torsio ovarium, dysmenorrhea, endometriosis
9. Penatalaksanaan
Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum
diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi tatalaksana
dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa lambung. Pada
strangulasi, tidak ada waktu untuk memperbaiki keadaan umum, sehingga strangulasi
harus segera diatasi.(9)
1.

Terapi konservatif

Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan


kekurangan

elektrolit

(Natrium,

kalium,

dan

klorida)

akibat

berkuranganya intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan


penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer
Laktat. Koreksi melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin dengan
menggunakan kateter , tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium,
tekanan vena sentral. (3,11)

Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis


atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus obstruksi. Injeksi
Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat juga diberikan untuk mengatasi muntah.(3,11)

Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric


tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk mengeluarkan
udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko
aspirasi pulmonal karena muntah.

20

Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif dan


pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya perbaikan
dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam. Namun jika
keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah diberi terapi
cairan dan sebagainya, makan terapi operatif segera dilakukan.(3,11)

2.

Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan
operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki keadaan
umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi dan
dekompresi nasogastrik telah dilakukan. (3,8)
Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :
-

Strangulasi

Obstruksi total

Hernia inkarserata

Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (pemasangat NGT,


infus, dan kateter).(9)
Tindakan

operatif

pada

ileus

obstruksi

ini

tergantung

dari

penyebabnya. Misalnya pada adhesi dilakukan pelepasan adhesi tersebut,


tumor dilakukan reseksi, dan pada hernia dapat dilakukan herniorapi dan
herniotomi. Usus yang terkena obstruksi juga harus dinilai apakah masih
bagus atau tidak, jika sudah tidak viabel maka dilakukan reseksi. Kriteria
dari usus yang masih viabel dapat dilihat dari warna yang normal, dan
adanya peristaltik, dan pulsasi arteri.(3)
Kanker kolon yang meyebabkan obstruksi kadang dilakukan reseksi dan
anastomosis, dengan atau tanpa colostomi atau ileostomy sementara. Jika
tidak dapat dilakukan, maka tumor diangkat dan kolostomi atau ileostomi
dibuat. Diverkulitis yang menyebabkan obstruksi, biasanya sering terjadi
perforasi. Reseksi bagian yang terkena devertikel mungkin agak sulit tapi
merupakan indikasi jika terjadi perforasi ataupun peritonitis umum.
21

Biasanya dilakukan reseksi dan kolostomi, namun anastomosis ditunda


sampai rongga abdomen bebas radang (cara Hartman).Vovulus sekal
biasanya dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang
terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang
juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Pada volvuus
sigmoid, dapat dilakukan reposisi dengan sigmoidoskopi, dan reseksi dan
anastomosis dapat dilakukan beberapa hari kemudian. Tanpa dilakukan
reseksi, kemungkinan rekuren dapat terjadi.(8)

Gambar 3.2. Algoritma penatalaksanaan ileus obstruksi usus halus


Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus :

22

a)

Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata
non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.
b)

Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian

usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
c)

Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.


d)

Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung

ususuntuk

mempertahankan

kontinuitas

lumen

usus,

misalnya

pada

carcinomacolon,invaginasi strangulata dan sebagainya.


Pada

beberapa

obstruksi

ileus,

kadang-kadang

dilakukan

tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya,misalnya pada Ca sigmoid obstruksi, mula-mula dilakukan kolostomi
saja, kemudiani dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi.
Pada obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca
bedah saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca
bedah ialah toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak
pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas
dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
10. Komplikasi
Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi usus
yang dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus yang strangulasi
mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi dalam usus keluar ke
peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun tidak mengalami perforasi,
bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan masuk ke sirkulasi darah yang
mengakibatkan syok septik.(14)
11. Prognosis
23

Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %,


dengan banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid. Angka
kematian pada operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. (3)
Pada ileus obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 30 %. Perforasi
sekum merupakan penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
diakukan dengan cepat.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Halus. In : Price Slyvia, Wilson Lorraine,editors.
Patofisiologi Konsep Kinis Proses Proses Penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC ; 2006. p
437-52
2. Sjamsuhidajat R,Dahlan M, Jusi Djang. Gawat Abdomen. Dalam : Sjamsuhidajat R,
Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012. P 237-45
3. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In :Charles F
Brunicardi. Schwartzs Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 702-11
4. Sherwood Lauralee. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. D 2.
Jakarta ; EGC ; 2001. p 570-88
5. Kumar

Vinay

Kapoor.

Small

Intestine

Anatomy.

2011.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/1948951-overview#showall.

at

Accesed

September 29, 2012


6. Kumar

Vinay

Kapoor.

Large

Intestine

Anatomy.

2011.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/1948929-overview#showall.

at

Accesed

September 29, 2012


7. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Besar. In : Price Slyvia, Wilson Lorraine,editors.
Patofisiologi Konsep Kinis Proses Proses Penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC ; 2006. p
456-59
8. Ansari

Parswa.

Intestinal

Obstruction.

2012.

Available

at

http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/acute_abdome
n_and_surgical_gastroenterology/intestinal_obstruction.html#v890928.

Accesed

September 29, 2012


9. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus Halus,
Apendiks, Kolon, dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W,
Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta :
EGC ; 2012. p 731- 72

25

10. Anonim.

Bowel

Obstruction.

2011.

Available

at

http://www.webmd.com/digestive-disorders/tc/bowel-obstruction-topicoverview. Accesed September 29, 2012

11. Hopkins

Christy.

Large

Bowel

Obstruction.

2011.

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall.

Accesed September 29, 2012


12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F
Brunicardi. Schwartzs Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 770
13. Nobie

Brian.

Small

Bowel

Obstruction.

2011.

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed

September 29, 2012


14. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 42
15. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey, Bolinger
Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science and Clinical
Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26

26

Anda mungkin juga menyukai