Makalah Tugas SPRK Revisi
Makalah Tugas SPRK Revisi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia
pada
tahun
1945,
dengan
bendera
Belanda,
dan
pengenalan
lagu
persepsi
mengenai
integrasi
Papua
ke
dalam
Negara
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dapat dijelaskan mengenai konflik Papua tersebut dengan
pendekatan teori konflik Protracted Social Conflict (PSC) dari Edwar
Azzar ?
2. Bagaimana upaya memperoleh solusi untuk menyelesaikan konflik
Papua tersebut dengan menggunakan beberapa analisa konflik ?
BAB II
PEMBAHASAN
adalah
sebuah
kenyataan
hidup,
tidak
mungkin
berkepanjangan
terjadi
dan
semakin
berlarut-larut
dalam
orang
asli
Papua
elite
yang
hanya
dari
Belanda
3
tetapi
juga
dari
Indonesia.
Pemungutan
suara
pilihan
bebas
(free
choice)
yang
Penentuan
Pendapat
persoalan
krusial
yang
hingga
saat
ini
terus
maupun
secara
separatis
di
hutan-hutan
adalah
Indonesia.
Implikasinya
adalah
tidak
boleh
ada
kebutuhan-kebutuhan
sosial
kelompok-kelompok
juga
besarnya
perbedaan
antar
daerah-daerah,
di
bawah
garis
kemiskinan.
Analisa
obyektif
dari
pemiskinan
struktural
yang
disebabkan
oleh
Masyarakat
asli
Papua
tidak
dapat
memenuhi
pemerintah.
Misalnya,
pada
tahun
1971-1973,
yang
masyarakat
dirancang
pedalaman
untuk
Papua
membuat
masyarakat-
beradab
dan
untuk
untuk
pegunungan
mempengaruhi
untuk
orang
meninggalkan
asli
Papua
aspek-aspek
di
dari
pembangunan
modern
dan
kemajuan,
strategi
di
publik
berekspresi.
yang
Para
mempengaruhi
wartawan
lokal
tingkat
kebebasan
menyatakan
bahwa
nama
beberap
kegiatan
termasuk
forum
yang
dilaksanakan
berdasarkan
UU
no.
5/1969.
Papua
disita
menyebabkan
dari
keresahan
pasar
karena
masyarakat.
mereka
dianggap
Pembatasan
juga
Penyelesaian
Konflik
Menggunakan
Beberapa
Analisa
Konflik
Inisiatif untuk menyelesaikan konflik Papua dengan jalan damai
telah ada sejak tahun 1998, ketika Indonesia berada pada Era
Reformasi, yaitu dengan dilakukannya dialog Papua dengan 100 ketua
(Tim 100) dengan Presiden Habibie, yang kemudian diberi nama Forum
Rekonsiliasi Masyarakat Irian Jaya (Foreri). Kemudian pada tahun 1999,
Presiden Abdulrahman Wahid membentuk Kongres Rakyat Papua
sebagai wadah untuk menyampaikan seluruh aspirasi masyarakat
Papua kepada pemerintahan pusat. Pada Tahun 2001, Otsus dibentuk
8
SDA,
dan
tingginya
tingkat
penyebaran
HIV/AIDS
masyarakat
Papua
serta
kelompok
separatisme
untuk
2. Konfrontasi
Pemerintah Indonesia mengajukan diri sebagai perwakilan
dalam konsesus musyawarah tersebut, dengan alasan bahwa
masyarakat
memberikan
Papua
masih
suaranya
dianggap
lantas
hasil
terlalu
primitif
pemungutan
dalam
tersebut
11
BAB IV
PENUTUP
7 Muhammad Arif R. Ibid.
12
Kesimpulan :
Dalam konflik yang terjadi di Papua ini didapatkan sebuah resolusi
konflik yaitu adanya inisiatif untuk menyelesaikan konflik Papua dengan
jalan damai telah ada sejak tahun 1998, ketika Indonesia berada pada Era
Reformasi, yaitu dengan dilakukannya dialog Papua dengan 100 ketua
(Tim 100) dengan Presiden Habibie, yang kemudian diberi nama Forum
Rekonsiliasi Masyarakat Irian Jaya (Foreri). Kemudian pada tahun 1999,
Presiden Abdulrahman Wahid membentuk Kongres Rakyat Papua sebagai
wadah untuk menyampaikan seluruh aspirasi masyarakat Papua kepada
pemerintahan pusat. Pemerintah berkomitmen untuk menjamin eksistensi
orang asli Papua, memelihara nilai-nilai kultural, dan pemerintah bertugas
membentuk peraturan perundang-undangan untuk memperlancar UU
Otsus tersebut.
Dengan demikian Masalah Papua bukan masalah rentang suatu
konflik saja yang menjadi masalah negeri ini seperti yang diembuskan
pemerintah pusat sebagai dasar mempercepat pemekaran Provinsi Papua.
Tetapi kendala pembangunan Papua itu yakni soal pelayanan pemerintah
terhadap masyarakat Papua dan masalah isolasi yang bisa diperangi
dengan membuka jalur-jalur informasi dengan teknologi telekomunikasi
untuk mendekatkan provinsi dengan kampung. Di samping itu, bagaimana
menciptakan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi bersih dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), pemerintahan yang kuat serta
pemerintahan jujur.
13
DAFTAR PUSTAKA
14