HIV
Disusun oleh:
dr. Fanny Sary Ermadani
Dokter Internship
Pembimbing:
dr. HALOMOAN Sp.PD
Pendamping:
dr. DIANTI ASWITA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
dan hidayah-Nya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun
sebagai salah satu laporan
kegawatdaruratan.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak terutama kepada yang terhormat Bapak/Ibu pembimbing/
spesialis dan Ibu pendamping kami , penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bimbingannya. Tak lupa pula penulis ucapkan
terimakasih pada teman- teman dan seluruh pihak yang memberikan bantuan
berupa ilmu, hasil diskusi kelompok, buku-buku referensi serta hal lainnya. Oleh
karena itu penulis berdoa mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan
selama ini akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun agar dapat
memberikan yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, mudah-mudahan
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Fanny Sary Ermadani
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Puri husada Tembilahan Indragiri Hilir
Topik : HIV
Tanggal (kasus): 10 Juli 2016
Nama Pasien : Ny. H
No RM: 14.76.11
Tanggal Presentasi:
Pendamping: dr. Dianti Aswita
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Pasien dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSU puri husada dengan keluhan kejang.
Pasien mengalami kejang berulang sejak 1 minggu yang lalu. Dari keterangan ibu, kejang terjadi
pada awalnya hanya ditangan kemudian kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien
kelonjotan, mata melirik ke atas. Kejang berlangsung lebih dari 10 kali sehari selama lebih dari 5
menit kemudian berhenti. Setelah kejang berhenti, pasien diam, lemah, tidak rewal (menangis).
Keluhan batuk (-), pilek (-), mimisan (-), muntah (-), mencret (-), keluar cairan atau darah dari
telinga (-).
BAB (+) dengan frekuensi 1-2 kali per hari, konsistensi lembek, berwarna kuning, tidak dijumpai
lendir maupun darah. BAK (+) dengan frekuensi 3-5 kali per hari, warna kuning jernih, darah (-),
nyeri atau menangis saat BAK disangkal.
Pasien masih menyusu dengan ibunya. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien masih mau menyusu.
Pasien belum diberikan makanan pendamping asi.
Riwayat kehamilan dan persalinan : pasien lahir spontan di dukun anak dirumah pasien, ibu
mengatakan cukup bulan, BBL 3300gr, tidak kuning dan tidak biru saat lahir, lahir langsung
menangis, riwayat sakit selama kehamilan disangkal ibu. Ibu pasien mengatakan pasien tidak diberi
suntikan saat lahir.
Bahan bahasan
Tinjauan
Cara membahas
Pustaka
Diskusi
Riset
Kasus
Presentasi dan
diskusi
Data pasien
Nama: Ny. H
No RM: 14.76.11
Audit
Pos
Telp: (-)
Bayi usia 6 bulan datang dengan kejang berulang sejak 1 minggu yang lalu.
Kejang selama lebih dari 5 menit selama lebih dari 10 kali sehari
Kejang dimulai dari tangan lalu kaku dan kelonjotan pada seluruh tubuh, mata melirik keatas
Ante Natal Care : ibu tidak pernah kontrol selama hamil ke bidan, tidak pernah sakit selama
hamil.
Persalinan : Pasien lahir ditolong dukun di rumah, lahir normal, cukup bulan, lahir langsung
menangis, tidak kuning, tidak kebiruan, tidak pucat
Berat badan lahir : 3300gr
Kesan : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan.
3. Riwayat imunisasi
BCG (1x)
:-
Hepatitis B (3x)
:-
Polio (4x)
:-
DTP (3x)
:-
Campak (1x)
:-
: Composmentis
Nadi
: 120 x/ menit
Pernafasan
: 30 x/ menit
Suhu
: 37,90 c
BB
: 8 kg
Status Gizi :
BB : 8 kg
PB : 56 cm
LK : 37 cm
Grafik (WHO):
- BB/U : 2 SD -2 SD (gizi baik)
- PB/U : 2 SD -2 SD (gizi baik)
- BB/PB : 2 SD -2 SD (normal)
STATUS GENERALISATA
Kepala
Rambut
Mata
Mulut
THT
Leher
Toraks
:
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Sonor
Jantung - Inspeksi
-
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
: Simetris
- Palpasi
- Perkusi
: Timpani
- Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
Status Neurologis
Rangsang meningen : kaku kuduk Brudzinki I -
Normorefleks
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Parameter darah
-
Hemoglobin
: 6,5 mg/dl
Leukosit
: 10.400/mm3
Trombosit
: 203.000/mm3
Hematokrit
: 18 vol%
Glukosa sewaktu
: 99 mg/dl
DIAGNOSIS
1. Suspek intracranial bleeding ec vitamin K deficiency bleeding
Assesment:
1. IVFD D5
1
4 NS 11 tpm
Tanggal
17 12016
Klinis
Pasien kejang berulang dirumah lebih
dari 10 kali sehari selama lebih dari 5
Terapi
1. IVFD D5
1
4 NS 11 tpm
Suhu : 39,9
hari)
3. Inj phenytoin 20mg/kg bb = 160
RR : 30 x / menit
BB : 8 kg
UUB menonjol
kgbb
I : 40 cc
II: 140 cc
5. Paracetamol inf 80mg/8jam
6. Dexametason 2,6cc/8jam
Konjungtiva pucat
18 1-
2016
TINJAUAN PUSTAKA
PROSES KOAGULASI
Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik dan jalur
ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan jalur
ekstrinsik dimulai dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya luka.1
Jalur pembekuan darah intrinsik memerlukan faktor VIII, IX, X, XI, dan XII, dibantu dengan
protein prekalikrein, high-molecular weight kininogen (HMWK), ion kalsium dan fosfolipid dari
trombosit. Jalur ini dimulai ketika prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor XII bersentuhan
dengan permukaan sel endotelial, yang disebut dengan fase kontak. Adanya fase kontak ini
menyebabkan konversi dari prekalikrein menjadi kalikrein, yang kemudian mengaktifkan faktor XII
menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa memacu proses pembekuan melalui aktivasi faktor XI, IX, X dan II
(protrombin) secara berurutan.1
Aktivasi faktor Xa memerlukan bantuan dari tenase complex, terdiri dari ion Ca, faktor
VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel trombosit. Faktor VIIIa pada proses koagulasi
bersifat seperti reseptor terhadap faktor IXa dan X. Aktivasi faktor VIII menjadi faktor VIIIa dipicu
oleh terbentuknya trombin, akan tetapi makin tinggi kadar trombin, malah akan memecah faktor
VIIIa menjadi bentuk inaktif.1
Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat terjadinya luka dengan melepaskan tissue factor (TF).
TF merupakan suatu lipoprotein yang terdapat pada permukaan sel, adanya kontak dengan plasma
akan memulai terjadinya proses koagulasi. TF akan berikatan dengan faktor VIIa akan mempercepat
aktivasi faktor X menjadi faktor Xa sama seperti proses pada jalur intrinsik. Aktivasi faktor VII
terjadi melalui kerja dari trombin dan faktor Xa. Faktor VIIa dan TF ternyata juga mampu
mengaktifkan faktor IV sehingga membentuk hubungan antara jalur ekstrinsik dan intrinsik.1
Selanjutnya faktor Xa akan mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa).
Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan bantuan kompleks
protrombinase yang terdiri dari fosfolipid sel trombosit, ion Ca, faktor V dan Xa. Faktor V
merupakan kofaktor dalam pembentukan kompleks protrombinase. Seperti faktor VIII, faktor V
teraktifasi menjadi Va dipicu oleh adanya trombin. Selain itu trombin juga mengubah faktor XIII
menjadi XIIIa yang akan membantu pembentukan cross-linked fibrin polymer yang lebih kuat.1
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat, dan hepatomegali ringan.
Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma terutama trauma lahir. Pada kebanyakan kasus
perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung, dan saluran cerna. Perdarahan kulit sering berupa purpura,
ekimosis, atau perdarahan melalui bekas tusukan jarum suntik. Tempat perdarahan utama adalah
umbilikus, membran mukosa, saluran cerna, sirkumsisi, dan pungsi vena. Akibat lanjut timbulnya
perdarahan intrakranial yang merupakan penyebab mortalitas atau morbiditas yang menetap. Pada
perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus didapatkan sakit kepala,
muntah, anak menjadi cengeng, ubun-ubun besar menonjol, pucat, dan kejang. Kejang yang terjadi
dapat bersifat fokal atau umum. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah fotofobia, edema papil,
penurunan kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor serta kelainan neurologik fokal.
DIAGNOSIS VKDB
Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola
pemberian makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan
fisik ditujukan untuk melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada tempat-tempat tertentu
seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi, dan lain sebagainya.3
Anamnesis
Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas minum,
lemah, banyak tidur.
Kejang fokal
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat pemanjangan waktu
pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan Thrombin
Time (TT) dan masa perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT scan (gambar 2) atau
MRI dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan
misalnya jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Selain itu respon yang baik terhadap
pemberian vitamin K memperkuat diagnosis VKDB.3
VKDB harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik yang didapat maupun yang
bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan gangguan sintesis
faktor-faktor pembekuan darah sehingga memberikan manifestasi klinis perdarahan. Tabel di bawah
ini memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan tersebut.
PENATALAKSANAAN VKDB
Penatalaksanaan VKDB terdiri dari penatalaksanaan untuk pencegahan dan penatalaksanaan
untuk mengobati kelainan ini, secara umum antara lain.
Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial. Manitol 0,51 gram/kgBB/kali atau
furosemid 1 mg/kgBB/kali dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial. Perlu
pemantauan yang ketat untuk terjadinya syok atau perdarahan yang bertambah.
Konsultasi ke bedah syaraf untuk tindakan operatif tergantung seberapa besar perdarahan
yang terjadi dan defisit neurologis yang timbul. Kriteria PDVK yang memerlukan tindakan
operatif yaitu volume perdarahan yang luas, menekan struktur penting otak (batang otak),
dan adanya sumbatan aliran liquor serebrospinalis akibat perdarahan.
Pengobatan
Bayi yang dicurigai mengalami VKDB harus segera mendapat pengobatan vitamin K1 dengan
dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari. Vitamin K1 tidak bolek diberikan secara intramuskular karena
akan membentuk hematoma yang besar, sebaiknya pemberian dilakukan secara subkutan karena
absorbsiya cepat. Pemberian secara intravena harus dipertimbangkan dengan seksama karena dapat
memberikan reaksi anafilaksis, meskipun jarang terjadi.3
Selain itu, pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi dengan
perdarahan yang luas dengan dosis 10-15 ml/kg, mampu meningkatkan kadar faktor koagulasi
tergantung vitamin K sampai 0,1 0,2 unit/ml. respon pengobatan diharapkan terjadi dalam waktu
4-6 jam, ditandai dengan berhentinya perdarahan dan pemeriksaan faal hemostasis yang membaik.
Pada bayi cukup bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24 jam maka harus dipikirkan
kelainan yang lain misalnya penyakit hati.3
Pemantauan
Evaluasi Skala Koma Glasgow, refleks okulosefalik (Dolls eye movement), pola napas,
ubun-ubun besar, dan kejang
Konsultasi ke departemen rehabilitasi medis jika pasien sudah stabil untuk mobilisasi
bertahap, mencegah spastisitas, dan kontraktur
Pencegahan
Pencegahan VKDB dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K profilaksis. Terdapat tiga
jenis vitamin K yang diketahui yaitu4,
1
Vitamin K1 (Phylloquinone), terdapat di dalam sayuran hijau, minyak sayur, dan produk olahan
susu. Vitamin K1 diberikan kepada neonatus sebagai profilaksis dalam bentuk cair.
Vitamin K3 (Menadione), vitamin K sintesis, larut air yang saat ini sudah tidak digunakan lagi
karena dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Pemberian vitamin K per oral sama efektifnya dibandingkan pemberian intramuskular dalam
mencegah terjadinya VKDB klasik, namun tidak efektif dalam mencegah timbulnya VKDB lambat.
Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis analog vitamin K1
yang larut dalam lemak, diberikan secara im.3
Thailand sejak tahun I988 merekomendasikan pemberian vitamin K 2 mg per oral untuk bayi
normal dan 0,5-1 mg im untuk bayi prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu menururunkan
angka kejadian VKDB dari 30-70 menjadi 4-7 per 100.000 kelahiran. Sejak tahun 1999 vitamin K 1
mg im harus diberikan pada semua bayi baru lahir dan diberikan bersama imunisasi rutin.3
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin K1 intramuskular 0,5 mg
(untuk bayi 1500 g) dan 1 mg (untuk bayi >1500 g) diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir.
Untuk orang tua yang menolak pemberian secara im, vitamin K1 diberikan per oral dengan dosis 2
mg segera setelah minum, diulang pada usia 2-4 minggu dan 6-8 minggu. AAP pada tahun 2003
merekomendasikan pemberian vitamin K pada semua bayi baru lahir dengan dosis tunggal 0,5-1 mg
im. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan rekomendasi pemberian vitamin K1
pada semua bayi baru lahir dengan dosis 1 mg im (dosis tunggal) atau secara per oral 3 kali @ 2 mg
pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari, dan umur 1-2 tahun.3
Untuk ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K1 5
mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam sebelum melahirkan. Selanjutnya
bayinya diberi vitamin K1 1 mg dan diulang 24 jam kemudian.3
PROGNOSIS VKDB
Prognosis VKDB ringan pada umumnya baik, setelah mendapat vitamin K1 akan membaik
dalam waktu 24 jam. Angka kematian pada VKDB dengan manifestasi perdarahan berat seperti
intrakranial, intratorakal, dan intrabdominal sangat tingi. Pada perdarahan intrakranial angka
kematian dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50-65%.3
DAFTAR PUSTAKA
Lee
KG,
2012.
Hemorrhagic
Disease
of
the
Newborn.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007320.htm
Available
Permono
at
B.
Nimavat,
DJ.
2012.
Hemorrhagic
Disease
of
Newborn.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/974489-overview#showall Kazmin A,
Wong RC, Sermer M. Koren G. Antiepileptic drugs in pregnancy and
hemorrhagic disease of the newborn. Canadian Family Physician. 2010.
56(12): 1291-1292