Anda di halaman 1dari 25

Standar Profesional Akuntan Publik,

Generally Accepted Auditing


Standards,
International Standards on Auditing

Disusun untuk mata kuliah Pengauditan I


Lolyta Destiana Simorangkir
Nadya Trinova
M. Rizky Ramadhan
Devi Aryanti Siahaan
Putri Sakinah
Kelas 2.03

Daftar Isi

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah nya penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pengauditan I yang membahas tentang Standar Profesi
Akuntan Publik, International Standards on Auditing, dan Generally Accepted Auditing
Standards.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Komar
Darya selaku dosen mata kuliah Pengauditan I yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan untuk orang tua,temanteman dan narasumber yang telah memberikan dukungan,bantuan serta doa untuk penulis dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pihak yang
membacanya dan dapat memberikan wawasan baru yang belum pernah didapatkan
sebelumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna tetapi
penulis yakin tidak sedikit manfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Penulis berharap
apabila ada kritik maupun saran dapat langsung disampaikan kepada penulis, agar penulis
bisa lebih baik lagi di kemudian hari.

Jakarta, Maret 2016

Tim Penulis

Bab I
Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Tipe Standar Profesional
1

Standar Auditing

Standar Atestasi

Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar Jasa Konsultansi

Standar Pengendalian Mutu

Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
1

Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan
keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih
lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat,
standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang
dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum didalam
standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh
Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan

oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam PSA adalah
Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang
dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA.
Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI,
sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Standar umum
1

Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar pekerjaan lapangan


1

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan


audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.

Standar pelaporan
1

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan


penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh audito

Standar Atestasi

Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang


diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi
(assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah
suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh
pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan
manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2)

review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).


Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur
berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas
informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum
dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan
audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit
adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan
dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:

Kompilasi laporan keuangan penyajian informasi-informasi yang merupakan


pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan

Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis
yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas,
bahwa tidak terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan
agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

Laporan keuangan komparatif penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua
periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom

Standar Jasa Konsultansi

Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa
konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Jasa konsultansi dapat berupa:

Konsultasi (consultation) memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional


advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah
review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien

Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan,


kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh
jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik

Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya


dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai
tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem
komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.

Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus
klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan
kepailitan.

Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai
(dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk
melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah
pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini
adalah manajemen fasilitas pemrosesan data

Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis
jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer

Standar Pengendalian Mutu

Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi
kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis
jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:

independensi meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus


mempertahankan independensi

penugasan personel meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf


profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud

konsultasi meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai


yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai

supervisi meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang


ditetapkan oleh KAP

pemekerjaan (hiring) meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki


karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara
kompeten

pengembangan profesional meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan


memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan
profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan
pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan
untuk kemajuan karier mereka di KAP

promosi (advancement) meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk


promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang
lebih tinggi.

penerimaan dan keberlanjutan klien menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan

dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence)

inspeksi meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain


pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

Peer Review

Peer Review adalah suatu penelaahan yang dilakukan terhadap Kantor Akuntan Publik
untuk menilai apakah Kantor Akuntan Publik telah mengembangkan secara memadai
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar
Auditing (PSA) No.20 yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Quality Control
Standards Committee telah mengidentifikasikan lima elemen pengendalian mutu yang
harus dipertimbangkan KAP dalam menetapkan prosedur dan kebijakan pengendalian
mutunya. (Arens et. Al., 2003: 35-37). Secara lengkap disajikan dalam tabel 1.1.

Lima Elemen Pengendalian Mutu


Elemen
Persyaratan
Independensi,
Semua petugas audit harus
Integritas, dan
memelihara sikap
objektifitas
professional baik dalam
kenyataan maupun dalam
penampilan melaksanakan
seluruh tanggung jawab
professional dengan integritas
yang tinggi, dan memelihara
objektivitas dalam
menjalankan tanggung jawab
profesionalnya.

Manajemen
Personalia

Perusahaan harus menetapkan


kebijakan danprosedur untuk
memberikan keyakinan
memadai bahwa:
a) Seluruh staf baru harus
mempunyai kualifikasi yang
cukup agar dapat

Contoh Prosedur
Setiap partner dan staf harus
menjawab kuesioner
mengenai independensi setiap
tahun, yang antara lain
berkaitan dengan pemilikan
saham dan keanggotaan
sebagai dewan direksi.

Setiap staf professional harus


dievaluasi untuk setiap
penugasan audit, dengan
menggunakan laporan evaluasi
penugasan individual
perusahaan.

melaksanakan
tugasnya dengan kompeten.
b) Tugas diberikan kepada staf
yang mempunyai
pelatihan teknis dan keahlian
yang cukup.
c) Semua staf harus mengikuti
pendidikan profesi
berkelanjutan dan kegiatan
pengembangan profesi agar
dapat memenuhitanggung
jawab yang diberikan.
d) Staf yang dipromosikan
dalam jabatan yanglebih
tinggi, telah memiliki
kualifikasi yangdiperlukan
untuk memenuhi tanggung
jawab yang diberikan.
Penerimaan dan keberlanjutan
klien dan penugasan

Perusahaan harus menetapkan


kebijakan dan prosedur untuk
memutuskan apakah akan
menerima klien baru atau
mempertahankan klien lama.
Kebijakan dan prosedur ini
harus bisa mengurangi risiko
yang timbul dari klien
yang manajemennya tidak
memiliki integritas:
perusahaan sebaiknya hanya
menerima penugasan yang
sesuai dengan kemampuan
profesionalnya

Formulir evaluasi klien, yang


berisi komentar auditor
sebelumnya dan evaluasi
manajemen, harus dibuat
untuk setiap klien baru
sebelum diterimasebagai
klien.

Kinerja penugasan

Harus ada kebijakan dan


prosedur untukmeyakinkan
bahwa pekerjaan yang

Harus ada direktur akuntansi


dan auditing untuk konsultasi
dan mengotorisasi seluruh

Pemantauan

dilaksanakan oleh staf audit


memenuhi standar
professional yang berlaku,
persyaratan perundangundangan, dan standar
pengendalian mutu
perusahaan.

penugasan sebelum penugasan


tersebut selesai.

Harus ada kebijakan dan


prosedur untuk meyakinkan
bahwa keempat elemen
pengendalian mutu lainnya
diterapkan secaraefektif

Partner pengendalian mutu


harus mengetes prosedur
pengendalian mutu paling
kurang setahun sekali
untuk meyakinkan ketaatan
perusahaan terhadap prosedur
pengendalian mutu.

Bab II
Generally Accepted Auditing Standards
Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) dalam bahasa Indonesia disebut Standar
Pemeriksaan yang Diterima Secara Umum adalah aturan aturan dan pedoman umum yang
digunakan Akuntan Publik terdaftar atau bersertifikat (Certified Public Accountant/ CPA) dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan klien yang dikeluarkan oleh
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Pedoman itu meliputi referensi
untuk kualifikasi pemeriksa (standar umum), bidang kerja atau tugas pemeriksaan (laporan tugas
bidang), dan pelaporan hasil pemeriksaan (standar pelaporan).
Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar. yaitu Standar Umum
(General Standards), Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work), dan Standar
Pelaporan (Standards of Reporting).
A.

Standar Umum (General Standards)

1.

Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.


2.

Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.


3.

Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan seksama.

B.

Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)

4.

Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya

dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.


5.

Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang memadai

atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
6.

Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh

melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

C.

Standar Pelaporan (Standards of Reporting)

7.

Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit harus

menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
8.

Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkkan keadaan

yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.

9.

Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam laporan

keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
10.

Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan

keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diterima.

Bab III
International Standards on Auditing
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit terbaru yang telah diadopsi
di Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas Statement of Membership
Obligation and International Federation of Accountants. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik
wajib melakukan audit atas laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi
ISA diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
nternational Standards on Auditing (ISAs) dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance
Standards Board (IAASB) dari International Federation of Accountants (IFAC). IFAC adalah
organisasi di seluruh dunia untuk profesi Akuntan, dengan 159 anggota dari 124 negara, yang
mewakili lebih dari 2,5 juta Akuntan di seluruh dunia. IAASB berupaya untuk meningkatkan
keseragaman praktik audit dan layanan terkait di seluruh dunia dengan mengeluarkan pernyataan
pada berbagai jenis audit dan menegaskan fungsi, dan mempromosikannya pada seluruh dunia.
ISAs tidak mengesampingkan peraturan suatu negara yang mengatur audit keuangan atau
informasi lainnya, karena masing-masing negara umumnya mempunyai peraturan sendiri yang
mengatur praktik audit. Peraturan tersebut dapat berupa undang-undang pemerintah atau
pernyataan yang dikeluarkan oleh badan pengawas atau badan profesional, seperti Australian
Auditing & Assurance Standards Board atau Spains Instituto de Contabilidad y Auditora de
Cuentas. Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, mendasarkan standar auditing mereka pada
ISAs, yang dimodifikasi supaya sesuai dengan peraturan serta kebutuhan hukum di Amerika
Serikat.
ISA dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas bukti-bukti audit yang pada akhirnya
meningkatkan kualitas hasil audit. Lebih lanjut tertera di dalamnya:

Quality of audit evidence (kualitas bukti audit);

Using the work of others, to ensure that auditors are satisfied that there is an appropriate

basis on which to rely on the work of others, and to rely on others only when it is appropriate to
do so; and (menggunakan pekerjaan orang lain, untuk memastikan kepuasan auditor atas adanya

dasar yang sesuai untuk bergantung pada pekerjaan orang lain, dan bergantung pada orang lain
pada saat yang tepat, dan)

Auditor communications and reporting, to emphasize the importance of open and

constructive dialogue between auditors and those charged with governance/management, and to
help ensure that important matters are brought to users' attention in a clear and meaningful way
(komunikasi dan pelaporan auditor, untuk menekankan pentingnya dialog yang terbuka dan
konstruktif antara auditor dan pihak-pihak yang terkait dengan tata kelola/manajemen, dan untuk
memastikan bahwa persoalan yang penting agar diperhatikan oleh pengguna informasi dengan
jelas).
International Standards on Auditing amat terkait dengan International Standard on Quality
Control. International Standards on Auditing ini mempunyai 5 bagian, yaitu Introduction
mencakup tujuan, ruang lingkup, dan subjek materi; Objective menjelaskan kepentingan auditor;
Definitions yang menjelaskan pengertian yang dibakukan ISA; Requirements dalah bagian yang
menjelaskan bagaimana auditor seharusnya..; dan Application and Other Explanatory Material
menjelaskan bagaimana pelaksanaan berikut prosedur serta penjelasan hal lain yang masih
terkait. Secara garis besar, ISA terdiri dari beberapa hal pokok, yaitu:

Tanggungjawab (responsibilities)

ISA 200 Overall Objectives of the Independent Auditor and the Conduct of an Audit in
Accordance with International Standards on Auditing (Tujuan keseluruhan dari auditor
independen dan pengadaan audit yang sesuai dengan standar internasional audit)
ISA 210 Agreeing the Terms of Audit Engagements (Menyetujui persyaratan dari perikatan
audit)
ISA 220 Quality Control for an Audit of Financial Statements (Pengendalian kualitas audit
laporan keuangan)
ISA 230 Audit Documentation (Dokumentasi audit)
ISA 240 The Auditor's Responsibilities Relating to Fraud in an Audit of Financial Statements
(Tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan kecurangan pada audit laporan keuangan)

ISA 250 Consideration of Laws and Regulations in an Audit of Financial Statements


(Pertimbangan hukum dan regulasi dalam audit laporan keuangan)
ISA 260 Communication with Those Charged with Governance (Komunikasi dengan pihak yang
melakukan tata kelola)
ISA 265 Communicating Deficiencies in Internal Control to Those Charged with Governance
and Management (Mengkomunikasikan kekurangan pada pengendalian internal dengan pihak
yang melakukan tata kelola dan manajemen)

Perencanaan Audit (Audit planning)

ISA 300 Planning an Audit of Financial Statements (Merencanakan audit laporan keuangan)
ISA 315 Identifying and assessing the risks of material misstatement through understanding the
entity and its environment (Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dengan
pemahaman atas entitas dan lingkungannya)
ISA 320 Materiality in planning and performing an audit (Materialitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit)
ISA 330 The auditor's responses to assessed risks (Respon auditor terhadap risiko yang telah
dinilai)

Pengendalian Internal (Internal Control)

ISA 402 Audit Considerations Relating to an Entity Using a Service Organization (Pertimbangan
audit yang terkait dengan penggunaaan organisasi layanan oleh entitas)
ISA 450 Evaluation of Misstatements Identified during the Audit (Evaluasi salah saji yang
teridentifikasi saat audit)

Bukti Audit (Audit evidence)

ISA 500 Audit Evidence (bukti audit)

ISA 501 Audit Evidence Additional Considerations for Specific Items (bukti audit
pertimbangan tambahan untuk pos-pos tertentu)
ISA 505 External Confirmations (konfirmasi eksternal)
ISA 510 Initial Engagements - Opening Balances (perikatan audit tahun pertama saldo awal)
ISA 520 Analytical Procedures (prosedur analitis)
ISA 530 Audit Sampling and Other Means of Testing (sampling audit dan cara pengujian
lainnya)
ISA 540 Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value Accounting Estimates, and Related
Disclosures (estimasi akuntansi/audit, termasuk estimasi nilai wajar akuntansi, dan
pengungkapan terkait)
ISA 550 Related Parties (pihak terkait)
ISA 560 Subsequent Events (peristiwa kemudian)
ISA 570 Going Concern (kelangsungan usaha)
ISA 580 Written Representations (representasi tertulis)

Penggunaan Ahli (Using work of other experts)

ISA 600 Special Considerations - Audits of Group Financial Statements (Including the Work of
Component Auditors) (Pertimbangan Khusus pengauditan dari laporan keuangan kelompok,
termasuk pekerjaan dari auditor komponen)
ISA 610 Using the Work of Internal Auditors (Menggunakan pekerjaan auditor internal)
ISA 620 Using the Work of an Auditor's Expert (Menggunakan pekerjaan ahli auditor)

Kesimpulan Audit dan Laporan Audit (Audit conclusions and Audit report)

ISA 700 Forming an Opinion and Reporting on Financial Statements (Membentuk sebuah opini
dan pelaporan atas laporan keuangan)

ISA 705 Modifications to the Opinion in the Independent Auditor's Report (Modifikasi dari opini
dalam laporan auditor independen)
ISA 706 Emphasis of Matter Paragraphs and Other Matter Paragraphs in the Independent
Auditor's Report (penekanan pada paragraf penjelasan dan paragraf penjelasan lainnya dalam
laporan auditor independen)
ISA 710 Comparative Information - Corresponding Figures and Comparative Financial
Statements (informasi komparatif figur terkait dan laporan keuangan komparatif)
ISA 720 The Auditor's Responsibilities Relating to Other Information in Documents Containing
Audited Financial Statements (tanggung jawab auditor terkait dengan informasi lainnya di dalam
dokumen-dokumen yang termasuk laporan keuangan yang diaudit)

Bidang Khusus (Specialized Areas)

ISA 800 Special Considerations-Audits of Financial Statements Prepared in Accordance with


Special Purpose Frameworks (pertimbangan khusus audit laporan keuangan yang dikerjakan
sesuai dengan kerangka tujuan khusus)
ISA 805 Special Considerations-Audits of Single Financial Statements and Specific Elements,
Accounts or Items of a Financial Statement (pertimbangan khusus audit laporan keuangan
tunggal dan elemen, akun, atau pos-pos spesifik dalam laporan keuangan)
ISA 810 Engagements to Report on Summary Financial Statements (perikatan untuk melaporkan
ikhtisar laporan keuangan)
International Standards on Auditing (ISA) diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan hasil
audit melalui peningkatan individu auditor itu sendiri. Sebagai standar yang telah dibakukan,
ISA telah banyak diterapkan oleh negara negara di dunia terutama di Eropa.

Bab IV
Konvergensi dan Harmonisasi Standar Audit
Stamp dan Moonitz telah mengidentifikasi 7 keuntungan spesifik yang mereka yakni akan
muncul dari penyebarluasan dan penerapan standar akuntansi internasional:
1.

Adanya sekelompok standar auditing internasional, yang diketahui akan diterapkan, akan

memberi keyakinan, kepada pembaca dari laporan audit yang dihasilkan diluar negri, atas
pendapat auditor tersebut.
2.

Standar-standar auditing internasional akan menambah keuntungan-keuntungan yang

sebelumnya telah mengalir dari eksisitensi standar-standar akuntansi internasional.


3.

Standar-standar akuntansi internasional dengan menambah kekutan terhadap Standar-

standar akuntansi internasional, akan membantu pembaca dalam membuat perbandingan


keuangan internasional.
4.

Standar-standar akuntansi internasional akan memberikan insentif-insentif tambahan untuk

memperbaiki dan mengembangkan Standar-standar akuntansi internasional


5.

Adanya Standar-standar akuntansi internasional akan membantu arus modal investasi

terutama ke negara-negara yang masih berkembang,


6.

Pengembangan sekelompok standar-standar akuntansi internasional akan mempermudah

negara-negara berkembang dan terbelakang untuk menghasilkan standar-standar audit domestik,


dan ini akan menguntungkan bagi mereka.
7.

Auditing yang efektif dan terpercaya diperlukan dalam semua situasi dimana terdapat

pemisahaan antara manajemen dan pihak-pihak luar.


Proses penyusunan standar auditing internasional dewasa ini dipelopori oleh IFAC, yang
keberadaanya telah diperkenalkan dalam bab 6. Penyusunan Standar auditing internasional pasti
akan diikuti oleh perkembangan penyusunan standar audit nasional yang signifikan.

Bab V
Contoh Kasus Terkait Standar Audit
Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan
izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan
karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River
International Tbk (Great River) tahun 2003.
Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan pendapat atau
pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia
juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP).
Namun yang bersangkutan tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta
wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).
Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006 yang
membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik
(IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa
Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003
yang menyatakan bahwa AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan
mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari IAI dan atau IAI-KAP.
Menurut Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK, pihaknya sedang melakukan penyidikan terhadap
AP yang memeriksa laporan keuangan Great River. Seperti diketahui, sejak Agustus lalu,
Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku
2003. Fuad menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan
keuangan Great River. Sayangnya, dia tidak bersedia menjelaskan secara detail praktek
konspirasi dalam penyajian laporan keuangan emiten berkode saham GRIV itu.

Fuad juga menjelaskan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas laporan perusahaan.
Akuntan, menurutnya, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa dalam tugasnya. Dia bisa
dikenakan sanksi berat untuk rekayasa itu," katanya.
Menanggapi tudingan itu, Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah telah
melakukan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan Great River. Deputy
Managing Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku
Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau
penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang
diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. "Kami mengaudit berdasarkan data
yang diberikan klien," kata Justinus.
Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri
dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi
pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan
dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan.
Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan
sanksi perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima
perusahaan. Dia menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan
nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja.
Johan Malonda & Rekan mulai menjadi auditor Great River sejak 2001. Saat itu perusahaan
masih kesulitan membayar utang US$150 Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River
mendapat potongan pokok utang 85 persen dan sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari
Bank Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk
membayar pinjaman tersebut. "Kami hanya tahu kondisi perusahaan pada rentang 2001-2003,"
kata Justinus.
Sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah
melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan Great River ke Kejaksaan Agung pada tanggal
20 Desember 2006. Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan tekstil itu
ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja.

Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan
Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset
hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus
kas dan gagal membayar utang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan
keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian
account penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva
tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya, Great River
kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar utang Rp250 miliar kepada Bank
Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp400 miliar.
Pembahasan:
Dalam kasus Pembekuan Akuntan Justinus Aditya Sidharta dapat ditentukan bahwa terdapat
pelanggaran terhadap standar professional akuntan publik,dan kode etik akuntan public. Justinus
Aditya Sidharta dianggap tidak mematuhi Pasal 71 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, bahwa izin AP Pemimpin KAP
dibekukan apabila izin usaha KAP dibekukan yang mengartikan bahwa AP Justinus Aditya
Sidharta telah melanggar standar auditing, standar pengendalian mutu serta terdapat pelanggarn
pada beberapa prinsip dan aturan kompartemen yang menyatakan tentang sikap professional,
mematuhi standar relevan yang berlaku dan tanggung jawab profesi.
Pelanggaran terkait standar professional akuntan publik yaitu melanggar standar auditing dimana
pada standar auditing yang terdapat pada standar professional Akuntan Publik telah ditetapkan
segala ketentuan yang berlaku terkait pemberian jasa,hal ini juga terdapat pada peraturan
menteri keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik dimana hal tersebut
terdapat pada pasal 3 yang menjelaskan tentang batas waktu dari pemberian jasa yang
ditentukan untuk KAP paling lama 6 tahun buku berturut-turut. Selain itu hal ini juga tentu
melanggar standar pengendalian mutu sebuah KAP dimana seluruh KAP diwajibkan untuk
mematuhi standar yang relevan yang telah ditetapkan oleh badan- badan yang berwenang.
Selain Standar Profesional Akuntan Publik yang telah dilanggar KAP Justinus Aditya Sidharta
ini telah melanggar Kode Etik Akuntan Publik Indonesia dimana KAP tersebut telah melanggar

beberapa prinsip etika profesi akuntan indonesia dan aturan kompartemen akuntan public.
Dimana dalam prinsip etika profesi terdapat tanggung jawab profesi pada prinsip kesatu yang
berarti bahwa dalam menjalankan tugasnya dimana anggota KAP harus mampu bertanggung
jawab terhadap seluruh pekerjaan dan pemakai jasa. Menurut pengertiannya, integritas dapat
berarti kepatuhan terhadap nilai-nilai moral, prinsip-prinsip, serta nilai-nilai lainnya yang
terdapat dalam masyarakat pada umumnya. Pelanggaran integritas berarti seseorang telah
melanggar aturan-aturan yang telah disepakati secara umum, sedangkan objektivitas merupakan
pernyataan jujur dan apa adanya terhadap suatu hal. Pelanggaran objektivitas menunjukkan
bahwa seseorang telah berani melakukan tindak kebohongan / kecurangan dalam melakukan
suatu hal. Kedua nilai ini, bersama dengan independensi, merupakan nilai dasar yang harus
dimiliki oleh seorang akuntan publik agar seorang akuntan publik dapat menghasilkan suatu
laporan yang sifatnya akurat dan dapat dipercaya.

Daftar Pustaka
Tjun Tjun, L., Marpaung, E.I. and Setiawan, S., 2013. Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, 4(1), pp.33-56.
10 Standar Audit Menurut GAAS. (n.d.). Retrieved from
http://accounting.binus.ac.id/2015/09/21/10-standar-audit-menurut-gaas
Publik, I.A.I.K.A., 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2010). Auditing and assurance services: An
integrated approach. Upper Saddle River, N.J: Prentice Hall.
Rosalina, A.D., 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.
Standar Audit Internasional (ISA) untuk Indonesia - Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Gadjah Mada. (2013). Retrieved from http://feb.ugm.ac.id/id/berita/611-standar-auditinternasional-isa-untuk-indonesia.html
Standar Audit Internasional dan Amerika Serikat - KOMPASIANA.com. (n.d.). Retrieved from
http://www.kompasiana.com/arxilius/standar-audit-internasional-dan-amerikaserikat_55546ae16523bda41d4aef59
International Standards on Auditing (ISAs) |IAASB | IFAC. (n.d.). Retrieved from
https://www.iaasb.org/clarity-center/clarified-standards
Choi, Frederick. D.S. dan Gary K. Meek.2010.International Accounting. Buku 2.
Jakarta:Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai