Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG
Kemajuan sektor industri begitu cepat, hanya dalam jangka waktu kurang
lebih 100 tahun (1980-an,jaman revolusi) mengharuskan setiap negara
untuk mengeluarkan produk maupun jasa yang memiliki daya guna tinggi.
Dalam persaingan pasar baik Nasional maupun Internasional, harga atau
value merupakan tolak ukur paling signifkan dalam menentukan umur dari
suatu produk atau jasa yang dihasilkan.
Berhasilnya suatu keluaran perusahaan ditentukan dari beberapa aspek,
mulai dari sumber daya yang dipakai, metode yang digunakan dalam
proses, teknologi yang dipakai, harga yang ditawarkan, brand atau merek
yang dikeluarkan bahkan sampai pada aspek personal atau individu
menjadikan pasar selalu berkompetitif dengan ketat. Dapat dilihat bahwa
tuntutan pokok yang selalu dikejar oleh perusahaan-perusahaan industri
baik produk maupun jasa adalah kualitas.
Kualitas sendiri tidak dapat dilihat hanya dari sudut pandang perusahaan
saja, melainkan banyak faktor yang menunjang antara lain konsumen atau
pelanggan, produsen, dan pihak manajemen. Pengoptimalan produk
maupun jasa dapat ditempuh dengan mendengar setiap kekurangan produk
atau jasa terkait maupun kelemahan persaingan pasar jika dibandingkan
dengan para kompetitor. Hal ini menjadi salah satu faktor utama dalam
sebuah perusahaan mengembangkan produk atau jasa yang dihasilkan agar
semakin hari semakin menuju kesempurnaan kualitas, dimana definisi
kualitas secara umum adalah peningkatan ataupun pengoptimalan semua
usaha internal perusahaan dalam menyesuaikan produk maupun jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berubahubah dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, maka dibutuhkan pemahaman mengenai kualitas secara


menyeluruh yang tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, akan
tetapi dilihat dari berbagai sudut pandang yang ada, mulai dari sudut
pandang konsumen, produsen maupun manajemen.
I.2

TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat ditarik
tujuan pembahasan yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi kualitas dari sudut pandang konsumen.
2. Mengetahui definisi kualitas dari sudut pandang produsen.
3. Mengetahui definisi kualitas dari sudut pandang manajemen.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1SUDUT PANDANG KUALITAS


Terdapat tiga (3) sudut pandang berkenaan dengan kualitas, yaitu:
1. Kualitas berdasarkan sudut pandang konsumen.
Kebanyakan orang mengartikan pelanggan sebagai pembeli akhir atau
pengguna akhir dari sebuah produk atau jasa. Pelanggan-pelanggan ini
lebih tepat disebut konsumen, berbeda dengan para pelanggan
eksternal yang mempunyai standar khusus dalam menentukan
klasifikasi produk atau jasa.
Definisi kualitas dari sudut pandang konsumen didasarkan pada
asumsi bahwa keinginan konsumen menentukan kualitas. Tiap
individu memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda sehingga
standar kualitas pun menjadi beragam, yang akhirnya menuju pada
definisi kualitas berdasarkan pengguna bahwa :
Kualitas adalah kelayakan pakai atau (fitness for intended use) atau
seberapa baik produk tersebut melakukan fungsinya.
Menurut Krajewski dan Ritzman (1990) kualitas adalah nilai (value),
yaitu seberapa baik suatu produk atau jasa menyediakan tujuan yang
dimaksudkan dengan tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen
dalam menilai kualitas.
Pelanggan seringkali menilai terhadap kualitas dalam hubungannya
dengan harga, hal ini disebut dengan nilai (value). Dari sudut pandang
ini, produk berkualitas adalah produk yang sama bergunanya dengan
produk kompetitor dan dijual pada harga yang lebih rendah, atau yang
menawarkan kegunaan atau kepuasan yang lebih tinggi

Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


kualitas demi mencapai kepuasan konsumen (customer) diantaranya
menggunakan analisis PDCA. Metode ini terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
Plan (Perencanaan), perusahaan terlebih dahulu merencanakan semua
sumber daya bahkan teknis produk sebelum di wujudkan. Tahap ini
biasanya melibatkan kelompok-kelompok kecil ataupun bagian R&D
dalam menentukan spesifikasi produk yang akan dibuat.
Do (Perealisasian), pada tahapan ini perusahaan mulai memproduksi
atau lebih tepatnya merealisasikan rencana yang sudah ditetapkan.
Semua sumber daya di optimalkan demi tercapainya target
perusahaan. Dalam tahapan ini juga bagian pemasaran mengambil
peran penting dalam menunjang produk yang dikeluarkan.
Check (Pengecekan), perusahaan biasanya sudah mulai mendapatkan
feedback dari konsumen yang dapat membantu pengembangan
produk.

Pemeriksaan

terhadap

sistem

perusahaan

dalam

merealisasikan produk seperti (5M) di periksa secara berkala untuk


meningkatkan kekurangan yang terdapat pada produk (continues
imporovement).
Action (Pelaksanaan), berdasarkan solusi uji coba dan evaluasi,
perbaiki dan perluas atau tingkatkan solusi untuk membuat produk
atau jasa permanen dan menggabungkan pendekatan baru bilamana
mungkin untuk diterapkan.
2. Kualitas berdasarkan sudut pandang produsen.
Dari sisi produsen, ternyata pengertian mutu lebih rumit, karena
menyangkut berbagai segi mulai dari merancang (to design), memproduksi
(to produce), mengirimkan atau menyerahkan barang kepada konsumen
(to deliver), pelayanan pada konsumen (consumer service), dan
digunakannya barang maupun jasa tersebut oleh konsumen.

Dari sumber lain, ditinjau dari sisi produsen, mutu merupakan sebuah
conformance yaitu seberapa tingkat kesesuaian produk atau jasa yang
dihasilkan dengan desain/rancangan produsen.
Menurut Krajewski dan Ritzman (1990), dari sisi produsen kualitas adalah
kesesuaian terhadap spesifikasi, dalam hal ini produsen memberikan
toleransi tertentu yang dispesifikasikan untuk atribut-atribut kritis dari
setiap bagian yang dihasilkan.
Bila dinyatakan dalam faktor-faktor, maka mutu produk ditinjau dari sisi
produsen, dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu :
a) Bentuk rancangan (desain) barang atau jasa
b) Bahan baku yang digunakan
c) Teknologi yang digunakan untuk membuat produk
d) Cara menjual dan/atau mengirim ke konsumen termasuk cara
mengemasnya dan cara melayani konsumen
Jadi, ditinjau dari sisi produsen, mutu adalah keadaan, fisik, fungsi dan
sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah
dikeluarkan.
3. Kualitas berdasarkan sudut pandang manajemen.
Berkaitan dengan istilah manajemen, bahwa manajemen sebenarnya
adalah sebagian seni (art) dan sebagian ilmu pengetahuan (science). Jadi,
mutu berkaitan dengan seni dan ilmu pengetahuan. Kita juga mengetahui
bahwa mutu suatu barang berkaitan dengan bentuk, warna, dan dapat pula
dikaitkan dengan rasa seni itu sendiri. Mutu suatu barang berkaitan dengan
seni, karena mutu selalu dikaitkan dengan memenuhi selera indah
konsumen.

Kualitas dilihat dari sudut pandang manajemen adalah suatu perbandingan


antara kesesuaian produk dengan keuntungan atau profit yang diterima
perusahaan. Dalam pengertiannya, perusahaan akan selalu menuju pada
suatu tujuan utama yaitu keuntungan, dan pengoptimalan sumber daya dan
produk akhir menjadi unsur utama dimana produk atau jasa yang
dihasilkan harus mendapatkan positive sign baik dari internal perusahaan
maupun konsumen. Dengan adanya pemenuhan kualitas yang baik, pihak
manajemen

mengharapkan

perusahaan terkait.

adanya

peningkatan

produktivitas

dari

DAFTAR PUSTAKA

Evans, James R. dan Lindsay, William M. 2007. An Introduction to Six Sigma &
Process Improvement Pengantar Six Sigma. Jakarta : Salemba Empat.
Feigenbaum, A.V. 1996. Kendali Mutu Terpadu. Jakarta : Erlangga
Prawirosentono, Suyadi. 1987. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Total Quality Management Abad 21 Studi Kasus & Analisis Kiat Membangun
Bisnis Kompetitif Bernuansa Market Leader. Jakarta : Bumi Aksara
Syukron, Amin dan Kholil, Muhammad. 2012. Six Sigma Quality for Business
Improvement. Tangerang : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai