Anda di halaman 1dari 8

C.

KETERAMPILAN MENGELOLAH KELAS


Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk memotivasi
siswa belajar dan mewujudkan suasana pembelajaran aktif, kratif, enak dan
menyenangkan. dengan demikian, pengelolaan kelas merupakan usaha sadar
untuk mengatur kegiatan proses pembelajaran secara sistematis. Usaha sadar
itu diarahkan pada penyimpanan alat dan bahan belajar termasuk media
pembelajaran, pengaturan ruang belajar, pengaturan waktu, dan mewujudkan
kondisi oembelajaran aktif, kreatif, enak dan menyenagkan.
1. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan
pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam - macam kegiatan belajar peserta didik sehingga
subjek didik terhindar dari permasalahan mengganggu seperti peserta didik
mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan
pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
Hal demikian juga dikemukakan oleh Nurhayati (2011), bahwa guru
sebaiknya memperhatikan tujuan pengelolaan kelas yakni;
a. Mengatur fasilitas kelas dan media pembelajaran yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat mengganggu terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
c. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuannya semaksimalnya.
d. Membimbing dan membina peserta didik sesuai dengan latar sosial,
ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya.
2. Masalah dalam Pengelolaan Kelas

Masalah dalam pengelolaan kelas tidak dapat dipungkiri, hal denikian


karena berbagai faktor yang menjadi pemicu munculnya masalah. Adapun
masalah-masalah pengelolaan kelas adalah :
a. Masalah individu
Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan yang
ingin diterima oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila
kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi melalui cara yang baik, maka
indivudu yang bersangkutan akan mebcari cara lain untuk mencapai
kebutuhannya dengan berbiat tidak baik.
b. Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson
dan Bany, yakni :
1) kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu
dengan sub kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
2) Ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya
keributan,

kegaduhan,

berbicara

keras,

bertingkah

lakuyang

mengganggu saat mereka diharapkan bekerja dalam suasana tenang


ditempat duduk masing-masing.
3) Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas
4) Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru
5) Kecemderungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan dan kelakuan
yang dibuat-buat.
6) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan,
7) Semngat juang yang rendah.
Keterampilan mengelolah kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak
bagi terjadinya syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif. Serta hubungna yang baik antara peserta didik dengan guru sebagai
suatu syarat berhasilnya pengelolaan kelas.
3. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan


kelas sebagai pekerja profesional, sebab di dalam penggunaan pendekatan
tersebut harus terlebih dahulu yakin bahwa pendekatan yang dipilih oleh guru
merupakan alternatif yang dipilih oleh guru merupakan alternatif yang baik
untuk menangani kasus pengelolaan kelas sesuai dengan maslahnya. Adapun
pendekatan dalam pengelolaan kelas antara lain:
a) Pendekatan Modifikasi Perilaku
b) Pendekatan Iklim Sosial Emosional
c) Pendekatan Proses Kelompoks
D. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Keterampilan memberikan penguatan atau reinforcement (dalam Bahasa
Inggris), secara garis besar dapat dimaknai sebagai kemampuan guru dalam
memberikan respon terhadap perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
agar siswa terdorong untuk meningkatkan perilaku positif tersebut. Pada
dasarnya istilah penghargaan, hadiah, pujian yang sering disama artikan dengan
penguatan memiliki kedudukan sebagai bagian dalam keterampilan dalam
memberi penguatan.
Penguat (rainforcer) adalah setiap konsekuensi yang meningkatkan
frekuensi perilaku tertentu, terlepas dari apakah orang-orang menganggap
konsekuensi itu menyenangkan atau tidak. tindakan mengikuti sebuah respon
tertentu

dengan

sebuah

penguat

dikenal

sebagai

penguatan

(reinfercement).Pemberian penguatan oleh guru terhadap perilaku siswa akan


mendorong siswa tersebut agar berperilaku lebih baik.
Menurut pendapat J. J. Hasibuan dan Sulthoni (2000), penguatan
merupakan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku
tertentu

siswa

yang

memungkinkan

tingkah

laku

tersebut

muncul

kembali.Penghargaan mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik, yakni

mendorong peserta didik memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan


kegiatannya atau usahanya. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hamid
Darmadi (2010), penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut.
1. Tujuan Penguatan
Tujuan penguatan Menurut Moh. Uzer Usman (2013), penguatan
mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar dan
bertujuan sebagai berikut:
a) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran
b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
c) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang
produktif.
2. Komponen Pemberian Penguatan
Komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif, hati hati
disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar
belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi
siswa. Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah sebagai
berikut;
a) Penguatan Verbal
Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu melalui kata
kata dan melalui kalimat. Penguatan dalam bentuk kata kata dapat
berupa: benar, bagus, tepat, bagus sekali, ya, baik,mengagumkan, setuju,
cerdas, dan lain sebagainya
b) Penguatan Non Verbal
Penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
ialah sebagai berikut: (1) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan
(Gestural), (2) Penguatan dengan cara mendekati, (3) Penguatan dengan
sentuhan, (4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dan (5)
Penguatan berupa simbol atau benda.

Menurut pendapat Jeanne Ellis Ormrod (2008: 435 439), komponen


penguatan tidak hanya terdiri dari komponen penguatan verbal dan penguatan
non verbal, tetapi terdapat penguatan positif dan penguatan negatif.
1) Penguatan Positif
Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merespon perilaku
peserta didik yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa
senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan positif bertujuan untuk
mempertahankan dan memelihara perilaku positif.Penguatan positif dapat
berupa pujian, angka bintang, penambahan point, dan lain sebagainya.
2) Penguatan Negatif
Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan
sehingga peserta didik merasa terbebas dari keadaan tersebut.Penguatan
negatif menyebabkan peningkatan suatu perilaku melalui penghilangan
sebuah stimulus, alih-alih menambah suatu stimulus. Misalnya, seorang
guru berkata kepada peserta didiknya, Jika kamu telah selesai
mengerjakan soal ini, kamu boleh keluar.Atau jika kalian menjawab
minimal tujuh pertanyaan yang diberikan, kamu akan bebas dari pekerjaan
rumah (PR).Dari contoh tersebut boleh keluar lebih awal dan pekerjaan
rumah merupakan penguatan yang berupa pelarian dari situasi-situasi yang
tidak menyenangkan atau penguatan negatif.
Pemberian penguatan juga harus bermakna bagi siswa. Penggunaan
komponen penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati,
disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar
belakang, tujuan, dan sifat tugas.
3. Prinsip Prinsip Penggunaan Penguatan (Reinforcement)

Dalam pemberian penguatan yang penting harus sesuai dengan tindakan


yang dilakukan oleh siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan
berakibat fatal. Untuk itu guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemberian penguatan.
Menurut pendapat Barnawi dan Mohammad Arifin (2012), prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan guru saat memberikan penguatan ialah sebagai
berikut:
1) Kehangatan
Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan kehangatan.
Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap, tersenyum, melalui
suara dan gerak mimik.
2) Antusiasme
Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan
motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan
sungguh-sungguh di hadapan peserta didik. Misalnya, guru memberikan
penguatan dengan suara yang lantang dan tatapan mata yang tajam kepada
siswa dengan memberikan senyum yang ceria.
3) Kebermaknaan
Inti dari kebermaknaan ialah peserta didik tahu bahwa dirinya memang
layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan penampilannya
sehingga penguatan tersebut dapat bermakna baginya.Jangan sampai guru
memberikan penguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan
konteksnya.
4) Menghindari penggunaan respon yang negatif
Teguran dan hukuman yang berupa respon negatif harus dihindari oleh
guru.Respon negatif yang bernada hinaan, sindiran, dan ejekan harus
dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadawati. 2014. Keterampilan Pengelolaan Kelas. Jurnal Vol. II No. 02 Juli
2014.
Hamid Darmadi. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan dan Konsep
Implementasi). Bandung: Alfabeta.
Jeanne Ellis Ormrod. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh
danBerkembang. Jakarta: Erlangga.
Moh. Uzer Usman. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurhayati. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Makassar. Badan Penerbit
Universitas
Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai