Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
7 Trakeostomi
2.7.1 Anatomi trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh
cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang
berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus,
turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua
bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher
berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus
dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di
sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah
anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima.
Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di
bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan
adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid
dan hyoid (Davies, 1997).
2.7.2 Pengertian Trakeostomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka
dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan
nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
2.7.3 Indikasi trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk:
i. Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring.
ii. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian
atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
Dengan adanya stoma maka seluruh seluruh oksigen yang
dihirupkan akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal
di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan
paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
iii. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang
tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya
pada pasien dalam koma.
iv. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan).
tinggi
Gambar
2.1:
terjadinya
Indikasi
aspirasi
tindakan
(Robert,
1997).
trakeostomi
untuk
dibagi
sarana
kepada
sangat
trakeostomi
kurang
dan
darurat
dengan
trakeostomi
elektif
yaitu
pada
tipe
ini
dilakukan
insisi
pada
segala
resiko
tindakan
trakeostomi
termasuk
leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika
membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak
antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira
dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu
sempit,
dibuat
panjang
yang
kira-kira
tumpul,
lima
kulit
sentimeter.
serta
Dengan
jaringan
di
gunting
bawahnya
dipasang
dalam
jangka
waktu
lama,
maka
kanul
harus
untuk
menghindari
timbulnya
dermatitis.
Gunakan
serta
disertai
naiknya
tekanan
arteri
secara
rapatnya
jahitan
luka
insisi
sehingga
udara
yang
komplikasi
pneumomediastinum.
lanjut
seperti
pneumotoraks
dan
DAFTAR PUSTAKA
Adams, G.L., Boeis, L.R., and Hilger, P.A., 1994. Boeis- Buku Ajar Telinga
Hidung dan Tenggorokkan. Edisi ke-6. Jakarta: 473-479.
Bradley,
P.J.,
1997.
Management
of
Obstucted
Airway
and
Tracheostomy in Laryngology and Head and Neck Surgery, ScottBrowns Otolaryngology, Volume 5, 6th Edition. London, ButterworthHeinemann: 7 18.
Charlotte, W.L., 2004. Tracheostomy in American Medicine Journal,
Volume 129 (5), Otolaryngology Head and Neck Surgery, Jos
University Teaching Hospital at Nigeria: 523.
Davies, J. 1997. Embriology and Anatomy of The Larynx, Respiratory
Apparatus, Diaphragma and Esophagus. In: Paparella, Shumrick (eds).
Otolaryngology. Volume 1. Philadelphia: 52-58.
Efiaty Arsyad Soepardi, dkk, 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorokkan. Edisi ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Hal 204-209.
Endean et al., 2003. Tracheostomy. In: Logan Turner., Diseases of the
nose, throat and ear. 5th ed. Bristol, John Wright and Sons: 15671573.
University.
Available
from:
http://www.sussexcare.uk/clinical/documents/Tracheostomyguidelines.
html. [Accessed 10 July 10 2007].
Kenneth, C.Y., 2004. Airway Management and Tracheostomy in Current
Diagnosis and Treatment in Otolaryngology-Head and Neck Surgery,
5th Edition. Boston, McGraw-Hill: 541548.
Lee,
K.J.,
2003.
Tracheostomy
in
The
Laryng
in
Essential
Performed
At
Wahidin
Sudirohusodo
Hospital,
Medstudent
Homepage.
Available
from:
URL
Robert, H., 1997. Trakeostomi. In: Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 473-485.
Sastroasmoro Sudigo, Ismael Sofyan. 2002. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi 2. Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam
Terbitan, Jakarta. 2002; 110-128; 315-323.
Soetjipto D dan Mangunkusomu E, 2001. Penanggulan sumbatan laring.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala,
dan Leher. Edisi kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 261-266.
Spector, G.J., and Faw, K.D., 1999. Insufisiensi Pernapasan dan
Trakeostomi dalam Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher, Ballenger JJ, Alih Bahasa Bagian THT KL RSCM-FKUI, Jilid I.
Edisi ke-13. Jakarta, Binarupa Aksara: 435 462.
Steel,
P.M.,
Evans,
C.C., 1999.
Physiology of
The
Larynx and
Tracheobronchial Tree. In: Ballantyne, Grooves (eds). 1999. ScottBrown's Diseases of The Ear, Nose and Throat. 4th ed. Vol I. Basic
sciences. London, Butterworths: 433- 475.
Thomson,
A.,
2007.
Surgeries
and
Procedures.
Available
from:
http://pennhealth.com/health_info/Surgery/tracheostomy.html.
[Accessed on: 10 July 2007].
Weymuller, E.A., 2004. Acute Airway Management. In: Cummimg, C.,
ed. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 7th edition. St. Louis.
Mosby Year Book Company: 2389-2391.
Wright, D., 1996. Tracheostomy and Laryngotomy. In: Ballantyne, J.,
(eds). Operative Surgery and Fundamental International Techniques.
Nose and Throat. 3rd ed. London, Butterworths; 242-248.