Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................
1
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1..........................................................................................................
Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban.....................................
3
2.1.1. Alasan-alasan
untuk
Melakukan
Desentralisasi
............................................................................................
3
2.1.2. Divisi-divisi dalam Perusahaan yang Terdesentralisasi
............................................................................................
4
2.2. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan
Laporan
Laba

Rugi
Variabel
dan
Absorpsi
..............................................................................................
4
2.2.1....................................................................................
Penilaian
Persediaan
.......................................................................................
5
2.2.2....................................................................................
Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel
dan

Abrospsi

.......................................................................................
5
2.2.3....................................................................................
Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba
.......................................................................................
6
2.2.4....................................................................................
Mengevaluasi
Manajer
Pusat
Laba
.......................................................................................
7
2.2.5....................................................................................
Laporan

Laba

Rugi

Segmen

dengan

Menggunakan

Perhitungan
Biaya
Variabel
.......................................................................................
8
2.3. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI........
9
2.3.1.........................................................................................
Pengembalian
atas
Investasi
............................................................................................
9
2.3.2.........................................................................................
Margin
dan
Perputaran
............................................................................................
9
2.3.3.........................................................................................
Keunggulan
ROI
............................................................................................
10
2.3.4.........................................................................................
Kelemahan
Pengukuran
ROI
............................................................................................
10
2.4. Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan
Laba

Residu

dan

Nilai

Tambah

Ekonomi

..............................................................................................
10
2.4.1 Laba
Residu
............................................................................................
10
2.4.2 Nilai
Tambah
Ekonomi
............................................................................................
11
2.5. Penetapan Harga Transfer.................................................................
12
2.5.1....................................................................................
Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan
Perusahaan
secara
Keseluruhan
.......................................................................................
12
2.5.2....................................................................................
Kebijakan
Penetapan
Harga
Transfer
.......................................................................................
13
2.5.3....................................................................................
Harga
Pasar
.......................................................................................
13
2.5.4....................................................................................
Harga
Transfer
Berdasarkan
Biaya
.......................................................................................
14
2.5.5....................................................................................
Harga
Transfer
yang
Dinegosiasikan
.......................................................................................
14
BAB III PENUTUP
3.1...........................................................................................................
Kesimpulan..............................................................................................
15

Daftar Pustaka..........................................................................................
17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garisgaris pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional dengan
bentuk piramidanya mengilustrasikan garis pertanggungjawaban
yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju
manajer madya dan manajer yang lebih rendah.
Sistem

akuntansi

pertanggungjawaban

(responsibility

accounting system) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil


yang dicapai pusat pertanggungjawaban menurut informasi
yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban

mereka.

Idealnya,

sistem

akuntansi

pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur


dari sebuah organisasi.
Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagibagi menjadi pusat-pusat laba, transfer barang atau jasa antar
pusat laba tersebut menimbulkan masalah penentuan harga
transfer,

karena

masing-masing

pusat

laba

diukur

kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang


atau jasa antar pusat laba akan berdampak terhadap laba
masing-masing pihak yang terkait.
Masalah

penentuan

harga

transfer

dijumpai

dalam

perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat


laba, dan antara pusat laba yang dibentuk terjadi transfer
barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga
transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis
dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan
diferensiasi bisnis.
1.2 Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi


rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana

dan

mengapa

perusahaan memilih

untuk

melakukan desentralisasi ?
2. Bagaimana perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi
dan variabel, serta menyiapkan laporan laba rugi segmen
?
3. Bagaimana perhitungan dan penjelaskan pengembalian
atas invertasi (return on investment ROI) ?
4. Bagaimana perhitungan dan penjelasan laba residu dan
nilai tambah ekonomi (economic value added EVA ?
5. Bagaimana

peran

penetapan

harga

transfer

pada

perusahaan yang terdesentralisasi ?


1.3 Tujuan Penulisan
Selain

untuk

memenuhi

tugas

softskill

Akuntansi

Manajemen, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk :


1. Menjelaskan bagaimana dan mengapa perusahaan memilih
untuk melakukan desentralisasi.
2. Menjelaskan perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi
dan variabel, serta menyiapkan laporan laba rugi
segmen.
3. Menghitung dan menjelaskan pengembalian atas investasi
(return on investment ROI).
4. Menghitung dan menjelasan laba residu dan nilai tambah
ekonomi (economic value added EVA.
5. Menjelaskan

peran

penetapan

harga

perusahaan yang terdesentralisasi.

transfer

pada

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 `
Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garisgaris pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional dengan
bentuk piramidnya mengilustrasikan garis pertanggungjawaban
yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju
manajer yang lebih rendah.
Perusahaan

yang

memiliki

beberapa

pusat

pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu dari dua


pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan
mereka yang rumit dan beragam .
Semua organisasi berada dalam rentang dari yang sangat
tersentraliasi

hingga

sangat

terdesentralisasi.

Kebanyakan

perusahaan berada di tengah di antara kedua ujung rentang


tersebut dengan mayoritas cenderung ke arah desentralisasi.
2.1.1

Alasan-alasan

untuk

Melakukan

Desentralisasi
a. Mengumpulkan

dan

menggunakan

informasi

lokal
Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh
kualitas

informasi

yang

tersedia.

Sejalan

dengan

pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi


dipasar dan area yang berbeda, manajemen pusat
mungkin tidak memahami kondisi lokal.
b. Memfokuskan manajemen pusat
Dengan

mendesentralisasikan

operasional,

manajemen

pusat

keputusan-keputusan
bebas

menangani

perencanaan dan pengambilan keputusan strategis.


Keberlangsungan

jangka

panjang

dari

perusahaan

harus lebih penting bagi manajemen pusat daripada


operasional sehari-sehari.
c.

Melatih dan memotivasi para manajer


Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih
untuk menggantikan posisi manajer jenjang ;ebih tinggi
yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang
yang

lain.

keputusan

Manajer-manajer
terbaik

adalah

yang

menghasilkan

manajer

yang

bisa

dipromosikan.

d. Meningkatkan daya saing


Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin
laba

secara

keseluruhan

mampu

menutupi

ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya.


Perusahaan-perusahaan

besar sekarang menemukan

bahwa mereka tidak mampu mempertahankan suatu


divisi yang tidak berdaya saing.

2.1.2

Divisi-divisi

dalam

Perusahaan

yang

Terdesentralisasi
Desentralisasi

biasanya

diwujudkan

melalui

pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Satu cara


pembagian dvisi adalah berdasarkan jenis barang atau
jasa

yang

diproduksi.

Dalam

latar

terdesentralisasi,

biasanya terdapat beberapa saling kebergantungan. Jika


tidak, satu perusahaan hanya akan menyerupai kumpulan
entitas yang terpisah secara total.

Pusat
segmen

pertanggungjawaban

bisnis

yang

manajernya

merupakan

suatu

bartanggung

jawab

terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Berikut


ini jenis utama pusat pertanggungjawaban.
-

Pusat biaya (cost center) : manajernya bertanggung

jawab hanya terhadap biaya


Pusat pendapatan ( revenue

bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.


Pusat laba (profit center ) : manajernya bertanggung

jawab terhadap penjualan dan biaya.


Pusat investasi (investment center
bertanggung

jawab

terhadap

center)

penjualan,

manajernya

manajernya
biaya,

dan

investasi.

2.2 PENGUKURAN

KINERJA

PUSAT

INVESTASI

DENGAN

MENGGUNAKAN LAPORAN LABA RUGI VARIABEL DAN


ABSORPSI
Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba rugi. Akan
tetapi, laporan laba rugi perusahaan secara keseluruhan tidak
terlalu berguna untuk tujuan ini. Dua metode perhitungan laba
yang telah dikembangkan, yaitu satu berdasarkan perhitungan
biaya variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya
penuh atau absorpsi. Perbedaan antara perhitungan biaya
variabel dan absorpsi bergantung pada perlakuan terhadap satu
biaya tertentu, yaitu overhead tetap.
Perhitungan biaya variabel yang juga disebut perhitungan
biaya langsung hanya membebankan biaya manufaktur variabel
ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead variabel.
Perhitungan biaya absorpsi membebankan semua biaya
manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal


yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya
absorpsi, overhead tetap dipandang sebagai biaya produk,
bukan biaya periode.

2.2.1

Penilaian Persediaan
Perhitungan

biaya

persediaan

akhir

dapat

menggunakan perhitungan biaya absorpsi dan perhitungan


biaya variabel. Pada persediaan absorpsi, persediaan akhir
mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel dan overhead tetap per unit.
Pada metode perhitungan biaya variabel, persediaan akhir
hanya mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead variabel. Tidak dimasukkannya
overhead tetap dalam hasil biaya persediaan perhitungan
biaya variabel membuat penilaian persediaan yang lebih
rendah daripada model absorpsi.
persediaan dinilai atas biaya produk atau produksi.
perhatikan data berikut dari Fairchild Company untuk
tahun lalu.
Unit di persediaan awal

Unit diproduksi

10.000

Unit terjual ($300 per unit)

8.000

Biaya variabel per unit:


Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead variabel

$50
100
50

Biaya tetap:
Overhead tetap per unit yang diproduksi 25
Penjualan dan administrasi tetap

2.2.2

100.000

Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan

Biaya Variabel dan Abrospsi


Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi
penghitungan harga pokok penjualan, metode perhitungan
biaya variabel dan absorpsi dapat mengakibatkan angka
laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi
karena jumlah overhead tetap yang diakui sebagai beban
pada kedua metode.
Laba menurut perhitungan biaya absoprsi akan lebih
tinggi daripada laba menurut perhitungan biaya variabel.
Perbedaan ini karena sebagian overhead tetap periode
tersebut yang masuk dalam persediaan ketika perhitungan
biaya absorpsi digunakan. Hanya sebagian besar dari
overhead tetap yang dimasukkan dalam harga pokok
penjualan

pada

perhitungan

biaya

absorpsi,

sisanya

ditambahkan ke persediaan. Akan tetapi, pada perhitungan


biaya variabel, semua biaya overhead overhead tetap
untuk periode tersebut ditambahkan ke beban pada
laporan laba rugi.
Beban penjualan dan administrasi tidak pernah
dimasukkan dalam biaya produk. Beban penjualan dan
administrasi selalu dikeluarkan dari laporan laba-rugi dan
tidak pernah muncul di neraca.

2.2.3

Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan

Laba
Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya
variabel dan laba menurut perhitungan biaya absorpsi
berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari barang
yang diproduksi, maka laba menurut perhitungan biaya
variabel akan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan
biaya absorpsi. Menjual lebih banyak dari yang diproduksi
berarti persediaan awal dan unit yang diproduksi telah
terjual. Menurut perhitungan biaya absorpsi, unit-unit yang
keluar dari persediaan mangandung overhead tetap dari
periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi
dan dijual telah mengandung seluruh overhead tetap
periode

berjalan.

Dengan

demikian,

jumlah

beban

overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih


besar dari overhead tetap periode berjalan, yaitu sebesar
jumlah overhead tetap yang keluar dari persediaan. Oleh
karena itu, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih
tinggi dari laba menurut perhitngan biaya absorpsi sebesar
jumlah

overhead

tetap

yang

mengalir

keluar

dari

persediaan awal.
Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak
ada perbedaan laba yang dilaporkan. Karena unit-unit
yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya
absorpsi seperti juga perhitungan biaya variabel akan
mengakui total overhead tetap periode tersebut sebagai
beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk atau keluar
dari persediaan.
Jika
1.

Maka
Produksi

>

Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih

Penjualan
2.

Variabel

Produksi

<

Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih

Penjualan
3.

Variabel

Produksi

Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih

Penjualan

Variabel

Kunci untuk menjelaskan perbedaan antara laba


yang

dihasilkan

perhitungan

biaya

absorpsi

dan

perhitungan biaya variabel adalah analisis terhadap arus


overhead

tetap.

Perhitungan

biaya

variabel

selalu

mengakui total overhead tetap periode sebagai beban.


Dilain pihak, perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui
overhead tetap yang ada pada unit-unit yang terjual. Jika
jumlah

yang

diproduksi

berbeda

dari

yang

terjual,

overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba


menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari pada
menurut perhitungan biaya variabel sebesar kenaikan
bersihnya. Jika overhead tetap persediaan berkurang,
maka laba menurut perhitungan biaya variabel lebih besar
daripada

laba

menurut

perhitungan

biaya

absorpsi

sejumlah penurunan bersihnya.


Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan
adalah tepat sama dengan selisih di antara kedua laba.
Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya
absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya
variabel dapat dinyatakan sebagai berikut
Laba

Laba

menurut

menurut

Tarif

perhitungan - perhitungan = overhead


biaya

biaya

absorpsi

variabel

tetap

(unit
x diproduksi
Unit terjual)

2.2.4

Mengevaluasi Manajer Pusat Laba


Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan

dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali


mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke
periode

berikutnya

dan

bagaimana

laba

aktual

dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering


digunakan

sebagai

petunjuk

terhadap

kemampuan

manajerial. Akan tetapi, laba harus mencerminkan usaha


manajerial agar dapat menjadi petunjuk bermakna. Secara
umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan
kinerja manajerial, maka manajer berhak mengharapkan
berlakunya hal-hal berikut:
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu
periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor
lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun

dari

satu

periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor


lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu
periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor
lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak berubah.

2.2.5

Laporan

Laba

Rugi

Segmen

dengan

Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel


Perhitungan

biaya

variabel

berguna

dalam

menyiapkan laporan laba rugi segmen karena perhitungan


ini

menyediakan

informasi

penting

mengenai

beban

variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari


suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan
laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen,
lini produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Akan tetapi,
dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi

menjadi dua kategori : beban tetap langsung (direct fixed


expense)

dan

beban

tetap

umum

(common

fixed

expense).
Beban tetap langsung (direct fixed expense) adalah
beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke
suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai beban
tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau
beban

tetap

yang

dapat

ditelusuri

(traceable

fixed

expenses) karena beban itu akan hilang jika segmen


ditutup atau dihapus.
Beban
disebabkan

tetap
oleh

umum
dua

(common

atau

lebih

fixed

expenses)

segmen

secara

bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika


salah satu segmen dihapus.
Kontribusi laba yang dihasilkan setiap segmen untuk
menutupi biaya tetap umum perusahaan disebut margin
segmen (segment margin). Suatu segmen harus mampu
menutup paling tidak biaya variabel dan biaya tetap
langsungnya sendiri.
Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan
perhitungan biaya variabel memiliki satu keistimewaan di
samping laporan laba rugi perhitungan biaya variabel yang
telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluruh beban
tetap dalam beban tetap langsung dan beban tetap umum,
memberikan informasi tambahan bagi manajer.
Karena beban tetap langsung dapat ditelusuri ke
suatu segmen, beban ini disebabkan oleh keberadaan dari
segmen itu sendiri. Jika segmen atau lini produk dihapus,
maka beban tetap ini akan hilang.

2.3 PENGUKURAN

KINERJA

PUSAT

INVESTASI

DENGAN

MENGGUNAKAN ROI
2.3.1 Pengembalian atas Investasi
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva
yang digunakan adalah dengan menghitung pengembalian
atas investasi (return on investment-ROI), yaitu laba yang
diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran
kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI
dapat didefinisikan sebagai berikut,
ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi Rata-rata
Laba operasi (operation income) mengacu pada laba
sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating
assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan

laba

operasi,

termasuk

kas,

piutang,

persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran


aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.
Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai
buuku bersih akhir)/2
2.3.2 Margin dan Perputaran
Cara

kedua

untuk

mengitung

ROI

adalah

memisahkan rumusnya (Laba operasi/aktiva operasi ratarata) dalam margin dan perputaran.
ROI = Margin x perputaran
= Laba operasi x
Penjualan

Penjualan _____
Aktiva operasi rata-rata

Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap


penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang
dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan
laba operasi yang dihasilkan dari setiap penjualan. Hal ini
menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk

bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu


ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendaptan
penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran
menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap
dollar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi.
2.3.3 Keunggulan ROI
Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI.
1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan
antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana
yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi
biaya.
3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi
aktiva operasi.
2.3.4 Kelemahan Pengukuran ROI
Penekanan

yang

berlebihan

pada

ROI

dapat

menghasilkan pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek


negative ROI yang sering disebutkan.
1. ROI

mengakibatkan

focus

yang

sempit

pada

profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas


keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer

untuk

focus

pada

kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan


kepentingan jangka panjang.
2.4 MENGUKUR

KINERJA

MENGGUNAKAN

LABA

PUSAT
RESIDU

INVESTASI
DAN

NILAI

DENGAN
TAMBAH

EKONOMI
Untuk

mengatasi

kecendurungan

ROI

untuk

menghalangi

investasi menguntungkan perusahaan, beberapa perusahaan

telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti laba residu.


Nilai tambah ekonomi adalah cara alternatif untuk menghitung
laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.
2.4.1

Laba Residu
Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi

dan pengembalian dollar minimum yang disyaratkan atas


aktiva operasi perusahaan.
Laba = Laba (Tingkat pengembalian minimum x aktiva
operasi rata rata)
residu operasi
Tingkat

pengembalian

minimum

ditentukan

perusahaan dan sama dengan burdle rate yang disebutkan


pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi
memperoleh lebih banyak tingkat tingkat pengembalian
minimum.

Jika

memperoleh

laba

lebih

residu

kurang

sedikit

dari

nol,

pengembalian

divisi

minimum.

Akhirnya laba residu yang sama dengan nol menunjukkan


divisi

memperoleh

tepat

sama

dengan

tingkat

pengembalian minimum.
a. Keunggulan Laba Residu
Menurunkan

ROI

menyebabkan

laba

perusahaan

terbebani. Laba residu sebagai ukuran kinerja akan


mencegah
menggunakan

kerugian

yang

perbandingan

terjadi.
laba

residu

Dengan
divisi

menunjukkan perbeadaan antara dua kelompok dan


penggunaan laba residu mendorong para manajer
untuk menerima proyek apapun yang menghasikan
tingkat di atas minimum.
b. Kelemahan Laba Residu

Laba residu bisa mendorong orientasi jangka pendek.


Masalah lainnya dengan laba residu tidak seperti ROI,
laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas.
Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua
pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena
tingkat investasinya bisa berbeda.
2.4.2

Nilai Tambah Ekonomi


Nilai Tambah ekonomi adalah laba bersih ( laba

operasi dikurangi pajak )

dikurangi total biaya modal

tahunan. Pada dasarnya nilai tambah ekonomi (EVA )


merupakan laba residu dengan biaya modal sama dengan
biaya modal akrual dari perusahaan ( sebagai ganti dari
suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan
perusahaan karena alasan lainnya. Jika EVA positif maka
perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika negative
maka perusahaan sedang menyia nyiakan modal.
Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah
suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu tingkat persentase
pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat
pengembaliann

seperti

ROI

karena

menghubungkan

penghasilan bersih ( pengembalian ) dengan modal yang


dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih
operasi dan biaya akrual dari modal.
a. Menghitung EVA
EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah
pajak dikurang biaya modal yang dipakai. Biaya modal
yang dipakai adalah presentase aktual dari biaya
modal

dikali

dengan

total

modal

yang

dipakai.

Persamaan EVA dinyatakan sbb.


EVA =
modal

laba operasi _

presentase biaya x Total

Setelah pajak

modal aktual

yang

dipakai
b. Aspek Perilaku EVA
Sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA
membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari
berbagai

divisi

semata-mata

dengan

pada

menunjukkan

pendapatan

menekanan

operasi

tidaklah

mencukupi. Alasan yang mendasarnya adalah EVA


mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.
2.5 PENETAPAN HARGA TRANSFER
Ketika

divisi

diperlakukan

sebagai

pusat

pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba


operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA.
Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi
divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai
atau harga internal disebut harga transfer. Dengan kata lain
harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu
komponen

oleh

divisi

penjualan

pada

divisi

pembeli

di

perusahaan yang sama.


2.5.1 Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi
dan Perusahaan secara Keseluruhan
Ketika suatu divisi menjual pada divisi lain, kedua
divisi

tersebut

dan

perusahaan

secara

keseluruhan

mendapat pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk


barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli
dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi
tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para
manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.
Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi
perusahaan sebagai suatu kesatuan, penetapan harga

transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang


dihasilkan perusahaan multinasional mmelalui pajak badan
dan persyaratan hukum lainnya yang ditetapkan negara
tempat berbagai divisi beroperasi.
2.5.2 Kebijakan Penetapan Harga Transfer
Perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan
lebih banyak wewenang pengambilan keputusan di tingkat
manajemen yang lebih rendah. Dalam penyusun sebuah
kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi
penjualan dan divisi pembelian harus dipertimbangkan.
Pendekatan biaya peluang mencapai tujuan tersebut
dengan

mengidentifikasi

harga

minimum

yang

ingin

diterima divisi penjualan dan harga maksimum yang ingin


dibayar

oleh

divisi

pembeli.

Harga

maksimum

dan

minimum tersebut sesuai dengan biaya transfer internal.


Berikut harga yang ditetapkan:
1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang
akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi
lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal
daripada dijual pada pihak l uar.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang
akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi
lebih buruk jika suatuinput dibeli secara internal.
Beberapa kebijakan penetapan harga transfer
digunakan dalam praktik. Kebijakan penetapan harga
transfer

ini

mencakup

berdasarkan

biaya,

harga
dan

pasar,
harga

harga
transfer

transfer
yang

dinegosiasikan.
2.5.3 Harga Pasar
Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik
untuk penetapan harga transfer. Karena divisi penjual

mampu menjual barangnya pada harga pasar, transfer


internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar
akan mengakibatkan divisi tersebut merugi. Divisi pembeli
yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar
untuk barang yang ditransfer secara internal.
2.5.4 Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut
bisa terjadi karena karena

produk yang akan ditrasfer

menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan


induk.dalam

hal

ini,

perusahaan

bisa

menggunakan

penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Sebagai


contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan
kepadatan tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat
tersebut dan perusahaan luar tidak memproduksi matras
semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan
telah menetapkan kebijakan penetapan harga transfer
berdasarkan

biaya,

maka

divisi

matras

akan

membebankan biaya penuh mencakup biaya bahan baku


langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan
bagian dari overhead tetap.
2.5.5 Harga Transfer yang Dinegosiasikan
Akhirnya, manajemen tingkat atas nisa mengizinkan
manajer divisi pembeli dan penjual untuk menegosiasikan
harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna
saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan
divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya
penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat
bisa dibagi di antara dua divisi.

BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, banyak
perusahaan memilih desentralisasi. Inti desentralisasi adalah
kebebasan

pengambilan

terdesentralisasi

keputusan.

membentuk

pusat

Perusahaan

pertanggung

yang

jawaban.

Empat pusat pertanggung jawaban adalah pusat pendapatan,


pusat laba, dan pusat rugi. Hasil-hasil aktual dari setiap pusat
pertanggung jawaban bisa dibandingkan dengan aktual yang
diharapkan.
Perhitungan biaya variabel memperlakukan overhead tetap
sebagai beban periode. Oleh karena itu, biaya unit produksi
menurut perhitungan biaya variabel terdiri atas bahan baku
langsung,

tenaga

Perhitungan biaya
sebagai biaya

kerja

langsung

absorsi

dan

overhead

memperlakukan

produk. Jadi, biaya

unit

variabel.

overhead

produksi

tetap

menurut

perhitungan biaya absorsi terdiri atas bahan baku langsung,


tenaga kerja langsung, overhead variabel dan bagian dari
overhead tetap.
Laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel
memisahkan beban menurut perilaku biaya, pertama, beban
variabel proses produksi, penjuaan dan administrasi dikurangi
dari penjualan untuk mendapatkan margin kontribusi kemudian,
sema beban tetap dikurangi dari margin kontribusi untuk
mendapatkan laba bersih perhitungan biaya variabel. Laporan
laba rugi menurut perhitungan biaya absorsi memisahkan beban
mnurut fungsi. Pertama, harga pokok penjualan dikurangi dari
penjuaan untuk mendapatkan laba kotor

kemudian beban

penjualan dan administrasi dikurangi dari laba kotor untuk


mendapatkan laba bersih perhitungan biaya absorsi. Laporan

laba rugi segmen memungkinkan pihak manajemen untuk


mengevaluasi

kontribusi

setiap

segmen

terhadap

kinerja

perusahan secara keseluruhan.


ROI adalah rasio laba operasi terhadap aktiva operasi ratarata. Rasio ini dapat dibagi dalam dua komponen: margin (rasio
laba

operasi

terhadap

penjualan)

dan

perputaran

(rasio

penjualan terhadap aktiva operasi rata-rata). Laba residu adalah


perbedaan antara laba dan tingkat pengembalian minimum yang
diminta perusahaan dikalikan dengan modal yang dipakai. EVA
sangat mirip dengan laba residu, tetapi laba setelah pajak dan
presentasi

aktual

perhitungan.
Pengembalian
manajer

yang

Pengembalian
memperhatikan

dari

biaya

atas

investasi

paling
atas

lazim

pada

investasi

perbaikan

modal

digunakan

adalah
unit-unit

mendorong

profitabilitas

ukuran

dalam
kinerja

desentralisasi.
manajer

divisinya

untuk
melalui

peningkatan penjualan, pengendalian biaya, dan pemanfaatan


aktiva secara efisien. Sayangnya, ukuran kinerja ini juga dapat
mendorong manajer meningkatkan ROI dengan mengorbankan
manfaat jangka panjang demi manfaat jangka pendek.
Laba residu adalah laba operasi dikurangi persentase
minimum dari laba modal dikalikan modal yang dipakai. Laba
residu positif berarti divisi memperoleh lebih banyak dari biaya
modal minimum. Laba residu negatif berarti divisi memperoleh
lebih sedikit dari biaya modal minimum. Laba residu yang sama
dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan
biaya modal minimum.
EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya
modal tahunan. Jika EVA positif, perusahaan menciptakan
kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan merusak modalnya.
EVA adalah dalam satuan dolar, bukan presentase tingkat
pengembalian. Fitur utama dari EVA adalah penekanan pada

laba operasi setelah pajak dan biaya modal aktual. Para investor
menyukai EVA karena menghubungkan laba dengan jumlah
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Perusahaan yang terdesentralisisasi mampu menghasilkan
kesesuaian tujuan dengan menciptakan program kompensasi
manajemen yang memberi penghargaan bagi para manajer
karena

melakukan

perusahaan.

Sistem

tindakan-tindakan
penghargaan

yang

yang

menguntungkan

mungkin

meliputi

kompensasi tunai dan tunjangan nonkeuangan.


Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menghasilkan
produk yang digunakan dalam proses produksi divisi lain, timbul
proses penetapan harga transfer. Harga transfer merupakan
pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang
membeli. Jadi, harga yang dikenakan terhadap barang antara
tersebut memengaruhi laba operasi kedua divisi. Karena kedua
divisi dievaluasi menurut profitabilitasnya, harga yang dikenakan
terhadap barang antara dapat dapat menjadi masalah yang
sangat serius. Ada tiga kebijakan penetapan harga transfer yang
lazim digunakan : harga pasar, harga transfer berdasarkan
biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hansen dan Mowen. 2009.
Akuntansi Managerial . Buku I Edisi 8, Jakarta : Salemba Empat.
Kaplan, Robert S., dan David P.

Anda mungkin juga menyukai