Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN ETIKA DENGAN BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN


MANUSIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Profesi Guru
yang dibimbing oleh Ibu Murni Saptasari

Oleh:
Muhamad Feri Samsul Falah
140341603411

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat hidayah dan nikmat-Nya berupa kesehatan, waktu dan segala hal yang
penulis butuhkan sehingga penyusunan makalah untuk mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang berjudul Hubungan Etika dengan Berbagai Bidang
Kehidupan Manusia ini dengan lancar dan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Murni selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Profesi Guru dan
kepada orang tua, teman diskusi, dan pihak-pihak lain yang mendukung
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
ke arah kesempurnaan. Akhir kata, penulis menyampaikan terimakasih.

Malang, 22 Februari 2016

Penulis

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................

DAFTAR ISI........................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................

1.3 Tujuan...................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Etika dengan Profesi............................

2.2 Hubungan Etika dengan Agama...........................

2.3 Hubungan Etika dengan Budaya dan adat istiadat


...................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................

Daftar Rujukan.................................................................

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa
Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik (Isnanto, 2009).
Etika dikategorikan sebagai filsafat moral atau etika
normatif. Etika adalah suatu perilaku normatif. Etika normatif
mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya benar menurut
hukum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah
adalah salah dan sesuatu yang benar adalah benar. Sesuatu
yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya sesuatu
yang salah tidak dapat dikatakan benar. Benar dan salah tidak
dapat dicampur adukkan demi kepentingan seseorang atau
kelompok (Tim dosen, 2013)
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system
yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka
senang,

tenang,

tentram,

terlindung

tanpa

merugikan

kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah


dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
mendasari

tumbuh

kembangnya

etika

di

masyarakat

kita

(Isnanto, 2009).

Kehidupan dalam masyarakat juga bersifat sangat komplek


karena dalam masyarakat kita bisa dihadapkan pada berbagai
hal.

Didalam

masyarakat

terdapat

banyak

sekali

bidang

kehidupan yang ada. Bidang kehidupan dalam masyarakat yang


paling umum adalah dalam bidang agama, budaya dan profesi.
Dalam hal ini maka perlu diketahui hubungan antara etika
dengan berbagai bidang kehidupan masyarakat
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan

uraian

di

atas

maka

dapat

durmuskan

permasalahannya sebagai berikut,


1. Bagaimanakah hubungan etika dengan profesi?
2. Bagaimanakah hubungan etika dengan agama?
3. Bagaimanakah hubungan agama dengan budaya dan adat
istiadat?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai
berikut,
1. Untuk mengetahui hubungan antara etika dengan agama
2. Untuk mengetahui hubungan antara etika dengan budaya
3. Untuk mengetahui hubungan antara etika dengan profesi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Etika dengan profesi
Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak,
kemauan, will. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan
oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat)
variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya
baik.
c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa
suatu

hal

yang

berkaitan

dengan

bidang

yang

sangat

dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak


orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan
penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah
profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru,
militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai

mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis,


penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,
menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian
profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan
profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang
profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian
profesi (Isnanto, 2009).
Profesi mengandung paling tidak tiga unsur penting antara
lain: Keahlian dan ketrampilan khusus, profesi memiliki suatu
keahlian

dan

ketrampilan

khusus

tertentu

untuk

bisa

menjalankan pekerjaannya dengan baik. Komitmen, Profesi


dijalankan oleh seseorang berkomitmen beretika dan bermoral
tinggi untuk melakukan pengabdian diri kepada masyarakat. Izin,
Profesi tinggi memerlukan perizinan khusus untuk menjalankan
profesi tersebut. Kaum profesional biasanya menjadi anggota
dari suatu organisasi profesi karena adanya tuntutan tanggung
jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukannya (Tim dosen,
2013).
Menurut Isnanto (2009) secara umum ada beberapa ciri
atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian
dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan
kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi
di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan

sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi


harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu
profesi
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang
memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata dengan
demikian etika dari orang-orang tersebut haruslah tinggi. Di satu
pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di
lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik
dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua
bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu
standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta
suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
Prinsip dari etika profesi adalah sebagai berikut,
1. Tanggung jawab, dalam tanggung jawab seorang
professional harus bertanggung jawab.
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu

dan terhadap hasilnya.


Tanggung jawab terhadap dampak dari profesi itu
untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada

umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan
kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum
profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam
menjalankan profesinya.
Peranan Etika Dalam Profesi :
a. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang,
atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok
masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika

tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata


nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
b. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai
yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan
kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama

anggotanya,

yaitu

masyarakat

profesional.

Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya


tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para
anggotanya.
c. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala
perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak
didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai
contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia
peradilan, demikian juga

pada

profesi dokter

dengan

pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga


masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
2.2 Hubungan Etika dengan Agama
Etika

dan

moral

memiliki

obyek

yang

sama

yakni

membahas perbuatan manusia dari aspek nilainya; baik atau


buruk. Namun demikian etika dan moral memiliki perbedaan.
Etika menentukan nilai baik atau buruk perbuatan manusia
dengan menggunakan standar akal pikiran atau rasio. Sedangkan
standar moral adalah norma atau aturan yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat. Etika merupakan pemikiran dan
pandangan filosofis tentang tingkanh laku, sedangkan moral
merupakan aturan yang menjadi pegangan seseorang atau
sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya (Tim Penulis,
2015)

Dalam khazanah islam, ilmu yang mengkaji perbuatan


manusia yang bersifat baik atau burk disebut dengan istilah
akhlak. Secara etimologis akhlak berasal dari Bahasa arab yang
berarti kebiasaan, tabiat atau karakter. Akhlak merupakan sifat
yang tertanam dalam jiwa
macam

perbuatan

yang menimbulkan bermacam-

dengan

mudah

tanpa

memerlukan

pertimbangan dan pemikiran. Perbuatan yang benar adalah


perbuatan yang berpijak pada kebenaran yang telah digariskan
oleh doktrin agama yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadis.
Dengan demikian maka etika dan akhlak sesungguhnya
tidaklah sama, sebab terdapat perbedaan prinsip diantara
keduanya. Akhlak bersumber dari kebenaran wahyu sedangkan
etika bersumber daari kebudayaan yang dilandasi oleh hasil
pemikiran manusia. Obyek dari akhlak berupa hal yang benar
dan yang salah sedangkan obyek dari etika berupa baik atau
buruk.
Lalu

apa

hubungannya

etika

dengan

agama?

Pada

dasarnya hubungan antara etika, moral dan agama terkait satu


sama lain. terutama dengan rasa ketuhanan. Rasa kemanusiaan
hanya terwujud jika dilandasi rasa ketuhanan. Rasa kemanusiaan
yang lepas dari rasa ketuhanan, akan menyebabkan terjadinya
praktek-praktek

pemutlakan

sesama

manusia.

kemanusiaan sejati harus bertujuan pada

Karena

itu

keridlaan Tuhan

semata. Orientasi keridlaan Tuhan ini merupakan landasan bagi


peningkatan nilai-nilai kemanusiaan seseorang. Mengenai hal
tersebut dijelaskan dalam Al Quran: Barang siapa menghendaki
kemuliaan, pada Allah lah kemuliaan itu semua. Kepada Nyalah
naik

ide-ide

yang

baik

(al-khalim

at-thayyib),

dan

Dia

mengangkat (menghargai) perbuatan kebajikan.


Nilai kemanusiaan dalam iman seseorang merupakan
keseluruhan

pandangan

transendental

yang

menyangkut

kesadaran akan asal dan tujuan wujud serta hidupnya, yang

harus berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa. Karena manusia atau
nilai kemanusiaan menjadi ukuran amal perbuatan. Maka segala
sesuatu yang ada di muka bumi ini, dan tak bermanfaat bagi
manusia

dan

kemanusiaan

akan

sirna.

Sedangkan

yang

bermanfaat akan tetap bertahan (Majid, 2000).


Etika memang tidak dapat menggantikan agama. Tetapi di
lain pihak etika juga tidak bertentangan dengan agama, bahkan
diperlukan olehnya. Sebenarnya kita tidak perlu heran bahwa
kaum agama pun memerlukan etika. Etika adalah usaha manusia
untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan
masalah bagaimana ia harus hidup baik. Akal budi itu ciptaan
Allah dan tentu diberikan kepada manusia untuk dipergunakan
dalam semua dimensi kehidupan.
Etika
kebaikan

mempunyai tujuan untuk menerangkan hakikat


dan

kejahatan.

Hal

ini

penting

karena

manusia

senantiasa dikuasai oleh gagasan-gagasan mengenai yang benar


dan yang salah. Percakapan kita sehari-hari kebanyakan berisi
penilaian. Setiap hari jutaan orang membuat gosip mengenai halhal memuakkan yang dilakukan tetangganya atau yang dicurigai
demikian.

Setiap

hari

orang-orang

melontarkan

penilaian

mengenai politikus atau tokohtokoh publik lainnya. Masyarakat


biasa di seluruh dunia memberikan penilaian mengenai karakterkarakter yang ditampilkan dalam bukubuku, film, program TV,
dan lain sebagainya (Qomariyah, 2008).
Agama Islam dikenal juga sebagai agama etika. Konsep
etika dalam Islam terangkum dalam Iman, Islam dan Taqwa dan
Ikhlas. Dijelaskan dalam al-Quran bahwa tujuan para Rasul Allah
ialah mewujudkan masyarakat yang berketuhanan (rabbaniyyin)
sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-Imran ayat
79.7. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang
anggotanya dijiwai oleh semangat mencapai perkenan (ridho)
Allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada

seluruh makhluk. Inilah dasar pandangan etis kaum beriman.


Sehingga dipercaya oleh umat Islam bahwa iman yang kuat pasti
melahirkan budi pekerti yang kuat pula. Sebaliknya rusaknya
budi pekerti pasti akibat dari lemahnya iman, atau hilangnya
iman disebabkan oleh terlampau besarnya perbuatan jahat dan
kebodohan seseorang (Qomariyah, 2008). Dengan demikian
dapat diketahui jika etika tidak sama dengan akhlak walaupun
agama akan memengaruhi etika dari seseorang dan keduanya
memiliki hubungan yang erat dan bahkan islam juga bisa
dianggap sebagai agama etika.
2.3 Hubungan Etika dengan Budaya dan Adat Istiadat
Telah disadari kalau diperhatikan betul tentang definisi
budaya atau kebudayaa n, menurut AL Krober dan C. Kluchkhom
tidak kurang dari 160 butir, namun dalam kesempatan ini konsep
budaya yang dipergunakan adalah konsep budaya seperti yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu komplek gagasan,
perilaku dan hasil karya manusia yang d ijadikan milik diri dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang di dapat
dengan belajar secara terus menerus.
Dari uraiannya tampak jelas bahwa dalam setiap gerak
manusia baik secara individu ataupun kelompok dalam hajat
hidupnya senantiasa memili ki gagasan atau sistem ide, perilaku
atau sistem sosial dan hasil karya atau budaya fisik. Selama
semua dipergunakan dalam memenuhi hidupnya dan diperoleh
dengan cara belajar terus menerus berarti mereka berbudaya.
Pada tataran sistem ide merupakan suatu komplek gagasan yang
memang sangat abstrak, namun dapat diketahui oleh orang
dengan cara berdialog. Adapun wujudnya berupa adat -istiadat,
etika, norma, aturan, undang-undang, hukum. Benang merah
yang menyambung antara etika dan budaya sebenarnya terletak
pada ruang sistem ide ini. Karena beragam nilai sumbernya
memang dari gagasan yang dalam hal ini adalah sistem ide.

Semua ini bisa mengendalikan sistem sosial atau perilaku


manusia dalam hidupnya. Berarti bisa diungkapkan apabila
manusia itu memiliki suatu etika sudah barang tentu manusia itu
berbudaya demikian sebaliknya (Prasetyo, tanpa tahun).
Manusia untuk memahami etika tentu saja melalui suatu
proses yang disebut enkulturasi yang dapat diterjemahkan
dengan istilah yang lebih sederhana yaitu pembudayan. Dalam
proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran

serta

sikapnya

dengan

adat-istiadat,

norma

dan

peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Sejak


kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam warga sesuatu
masyarakat;
keluarganya,

mula

-mula

kemudian

dari
dari

orang
teman

di

dalam

-temannya

lingkungan
bermain.

Seringkali ia belajar dengan meniru berbagai macam tindakan,


setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan
tindakan meniru itu telah di internalisasi dalam kepribadiannya.
Dengan berkalikali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola
yang mantap (Prasetyo, tanpa tahun).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Profesi dijalankan oleh seseorang berkomitmen moral tinggi
untuk melakukan pengabdian diri kepada masyarakat. Kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur

10

perilaku yang berada di atas ratarata dengan demikian etika


dari orang-orang tersebut haruslah tinggi oleh sebab itu
terdapat prinsip tanggung jawab, keadilan, dan otonomi.
2. Etika dan akhlak bukanlah merupakan hal yang sama namun
kedua-duanya

memiliki

kesamaan

yakni

sama-sama

membahas perbuatan manusia. Etika memang tidak dapat


menggantikan agama. Kaum agama pun memerlukan etika
sebagai usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya
pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus
hidup baik.
3. Hubungan etika dan budaya sangatlah erat karena apabila
manusia itu memiliki suatu etika sudah barang tentu manusia
itu berbudaya demikian sebaliknya.

11

Daftar Rujukan
Isnanto, Rizal. 2009. BUKU AJAR ETIKA PROFESI. Program Studi
Sistem Komputer Fakultas Teknik: Universitas Diponegoro
Nurcholish Madjid. 2000. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah
Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan
Kemodernan. Jakarta: Penerbit Paramadina.
Prasetyo, Djoko Adi , tanpa tahun. CERMINAN ETIKA DALAM
HUBUNGAN ANTAR-MANUSIA Analisis pada Beberapa
Ornamen Candi Sukuh. (online),
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/CERMINAN%20ETIKA.pdf.
diakses pada 7 September 2016
Qomariyah, Nurul 2008 ETIKA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AGAMA
KHONGHUCU DAN ISLAM. Skripsi tidak diterbitkan
Tim dosen, 2013. APA ITU ETIKA. (Online)
http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/11902110151384
87302619November2013.pdf, diakses pada 7 September
2016
Tim penulis Dosen PAI UM. 2015. Pendidikan Islam Transformatif,
Membentuk Pribadi Berkarakter. Malang: Dream Litera.

Anda mungkin juga menyukai