PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat seperti saat ini,
telah
menunjukan adanya penuruan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari
pengaruh globalisasi dan gaya hidup sehar-hari, dimana rasa bangga akan
merah putihpun semakin hari semakin berkurang di kalangan masyarakat,
termasuk kalangan remaja dan pelajar. Perubahan zaman pengaruh teknologi
membawa dampak yang begitu besar terhadap pola pikir generasi muda saat
ini, khususnya para pelajar yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan
berbau modern walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, berarti terjadinya pengikisan nilai-nilai
yang terdapat dalam ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, sehingga akan
berdampak pada menurunnya sikap nasionalisme di kalangan masyarakat
khususnya kalangan pelajar.
Kondisi yang sangat memprihatinkan yaitu ketika upacara bendera yang
dilangsungkan
di
sekolah-sekolah
dan
instansi-instansi
pemerintahan
Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada pidato Hari Pahlawan 10 November 1961,
beliau berkata bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa
pahlawannya. Pentingnya upacara bendera di sekolah juga bertujuan untuk
menanamkan dan membiasakan pelajar untuk memiliki sikap nasionalisme.
Dengan menanamkan sikap nasionalisme diharapkan siswa tumbuh menjadi
manusia
pembangun
yakni
generasi
yang
mampu
mengisi
dan
Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan:
1. Bagaimana peresepi siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar
terhadap pelaksanaan upacara bendera di sekolah
2. Bagaimana sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi
Yamasi Makassar
3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap siswa-siswi di
terutama
Guru
Pendidikan
Kewarganegaraan
dalam
dalam
membangun nasionalisme;
c. Siswa mampu mengaplikasikan konsep nasionalisme ke dalam
kehidupan sehari-hari;
d. Guru dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran terutama
mengenai nasionalisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Upacara Bendera
2.1.1 Tujuan Pelaksanaan Upacara Bendera
Ada enam tujuan pelaksanaan upacara bendera yaitu sebagai
berikut : (1) membiasakan bersikap tertib dan disiplin, (2) membiasakan
berpenampilan rapi, (3) meningkatkan kemampuan memimpin, (4)
membiasakan kesediaan dipimpin, (5) membina kekompakan dan
kerjasama, (6) mempertebal rasa semangat kebangsaan. Kegiatan
upacara bendera dapat mencakup berbagai butir-butir tujuan pendidikan
yang hendak dicapai, seperti sikap disiplin, kesegaran jasmani dan
rohani,
keterampilan
gerak,
keterampilan
memimpin
dan
suatu
penghargaan
terhadap
pahlawan,
peringatan
hari
menghargai
para
pahlawan
bangsa
dengan
lain.
Unsur-unsur Nasionalisme
Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan bahwa unsurunsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori :
a. Unsur kognitif menunjukan adanya pengetahuan atau pengertian
akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai
pengetahuan akan situasi kolonial pada segala parposinya.
b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukan keadaan yang dianggap
sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup
yang bebas dari kolonialisme.
c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukan situasi dengan
pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelakupelakunya.
2.3 Pengertian Pelajar
Pelajar adalah orang yang belajar, murid (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pelajar di sini merujuk pada remaja yang berusia pelajar yang sedang
menenpuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas. Masa remaja atau
masa adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa di mana individu dalam
proses pertumbuhannya ( terutama fisik ) telah mencapai kematangan. Periode
ini menunjukan suatu masa kehidupan, di mana kita sulit untuk memandang
remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka
tidak dapat mereka belum mencapai kematangan penuh dan tidak dapat
dimasukkan ke dalam kategori orang dewasa. Dengan kata lain periode ini
merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak
(childhood ) ke masa dewasa (adulthood ) ( Dadang S, 1995 : 1 ).
Menurut Gilmer perkembangan pelajar di bedakan berdasarkan jenis
kelaminnya. Untuk laki laki Gilmer mengemukakan sebagai berikut :
1) Pre adolesen, yaitu antara usia 10 13 tahun
2) Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13 17 tahun
3) Masa adolesen akhir, dari usia 18 21 tahun.
Laki- laki biasanya mencapai kematangan yang lebih lambat dari gadisgadis, sedangkan untuk wanita yang biasanya perkembangannya lebih cepat
pembagiannya adalah :
1) Pre adolesen pada usia 10 dan 11 tahun
2) Masa adoloesen awal antara usia 12 16 tahun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang di menggunakan metode penelitian Deskriptif
Kuantitatif. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian.
Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan
analisis statistik (Sulistyo- Basuki, 2006: 110). Sejalan dengan pendapat
Sugiyono (2011:14), yaitu metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penellitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam
Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat
mewakili dari populasi tersebut. Sampel yang diambil melalui cara-cara
tertentu, jelas, dan lengkap (Hasan 2002: 58). Untuk menentukan
besarnya sampel menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian
populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau
20-25 %. Berdasarkan jumlah populasi siswa-siswi SMK Farmasi
Yamasi Makassar, sebanyak 417 orang, maka diambil sampel kelas X 3
sebanyak 20 orang.
pemustaka di perpustakaan.
Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh
responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan
dan kemudian mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo-Basuki, 2006:
110).
10
jangkauan jawaban.
Studi Literatur
Metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah
data tertulis berbentuk buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
3.5.2
11
diperlukan. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk
memperoleh suatu pengukuran yang cermat, yaitu Validitas dan Releabilitas.
Validitas artinya alat ukur yang digunakan dalam pengukuran, dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur ( Hasan, 2006 :15). Uji
validitas dimaksudkan untuk menguji ketepatan item-item dalam kuesioner,
apakah item-item yang ada mampu menggambarkan dan menjelaskan variabel
yang diteliti. Jadi validitas adalah seberapa jauh alat dapat mengukur hal atau
subjek yang ingin diukur.
Validitas diusahakan dengan pikiran logis, meminta pendapat orang
yang ahli, menggunakan kelompok yang telah diketahui sifatnya, kriteria
independen ( Nasution, 2000: 73). Item yang digunakan dalam penelitian ini
untuk selanjutnya diuji reliabilitasnya.
Menurut Hasan (2006: 15) reliabilitas artinya memiliki sifat dapat
dipercaya, yaitu apabila alat ukur digunakan berkali-kali oleh peneliti yang
sama atau oleh peneliti lain tetap memberikan hasil yang sama. Jadi
reliabilitas adalah seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan
hasil yang sama dalam mengukur hal dan subjek yang sama.
Reliabilitas mengandung 3 makna yaitu:
1. tidak berubah-ubah,
2. konsisten
3. dapat diandalkan
Reliabilitas diuji dengan cara:
a. tes-retes,
b. dua bentuk skala yang ekuvalen,
c. bagi-dua atau split-half. (Nasution, 2000: 73)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SMK Farmasi Yamasi Makassar
Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Ma'bulo Sibatang (SMK
Yamasi). Saat ini memiliki dua jurusan yang dapat dipilih, yaitu Farmasi
12
dan Analis Kesehatan. Sekolah ini telah didirikan sejak 1985 dan
terakreditasi "A".
4.1.1 Profil Responden
Profil responden diperlihatkan pada gambar 4.1. dari 20 responden
yang terlibat dalam penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu dengan jumlah sebanyak sebelas responden atau dengan
mendapatkan nilai persentasi sebesar 55%. Sedangkan sisanya adalah
responden yang berjenis kelamin laki-lai yaitu dengan jumlah sembilan
responden atau nilai persentasinya sebesar 45%
Gambar 4.1
Jumlah Sampel Siswa-siswi
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Persentase (%)
11
55%
40%
15%
13
Tidak
Tabel 4.3
Pilihan Jawaban
Jumlah
Persentase (%)
Ya
15
75%
Tidak
25%
Jumlah
Persentase (%)
Ya
17
85%
Tidak
15%
Tabel 4.5
Pilihan Jawaban
Jumlah
Persentase(%)
Ya
13
65%
Tidak
35%
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bab terakhir ini penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang penulis teliti di SMK Farmasi Yamasi Makassar. Adapun tujuan
dari penelitian ini, peneliti memfokuskan Pengaruh Upacara Bendera terhadap
Sikap Nasionalisme dengan kesimpulan berikut:
1. Peresepsi siswa-siswi terhadap pelaksanaan upacara bendera di SMK
Farmasi Yamasi Makassar menunjukkan tanggapan yang baik. Hal ini
terbukti dengan sebagian besar siswa sangat antusias mengikuti setiap
kegiatan upacara bendera dilakukan dengan khidmat dan disiplin.
2. Sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki sikap nasionalisme yang
cukup tinggi, salah satunya dengan menunjukkan sikap menjaga dan
melindungi negara, rela berkorban, Indonesia bersatu, melestarika budaya
Indonesia, cinta tanah air, bangga berbangsa Indonesia, dan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan.
3. Hasil penelitian menujukkan bahwa pelaksanaan upacara bendera
berpengaruh besar terhadap sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi
Yamasi Makassar. Dalam kegiatan upacara bendera terdapat karakter yang
dapat dikembangkan, salah satunya yaitu karakter nasionalisme, jadi
sangatlah
penting
bagi
siswa
untuk
memerhatikan
bagaimana
15
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberi saran untuk
kedepannya agar dapat mengoptimalkan tujuan yang penulis teliti, adapun
saran yang penulis berikan sebagai berikut:
1.
Sekolah lebih meningkatkan perhatiannya
perhatiannya
dalam
3.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bhineka Cipta.
Dadang S. 1994. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan. Bandung :
Mandar Maju.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian Aplikasinya. Jakarta:
Ghalia Indoesia.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari
Emporium Sampai Imperium. Jakarta: Gramedia.
Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Smith, Anthony D. 2012. Nasionalisme Teori Ideologi Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugianto, Mikael. 2007. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Sumarmi. 2006. Citra Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Sekawan.
Wirawan, Sarlito. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
17
LAMPIRAN
18