Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat seperti saat ini,

telah

menunjukan adanya penuruan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari
pengaruh globalisasi dan gaya hidup sehar-hari, dimana rasa bangga akan
merah putihpun semakin hari semakin berkurang di kalangan masyarakat,
termasuk kalangan remaja dan pelajar. Perubahan zaman pengaruh teknologi
membawa dampak yang begitu besar terhadap pola pikir generasi muda saat
ini, khususnya para pelajar yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan
berbau modern walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, berarti terjadinya pengikisan nilai-nilai
yang terdapat dalam ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, sehingga akan
berdampak pada menurunnya sikap nasionalisme di kalangan masyarakat
khususnya kalangan pelajar.
Kondisi yang sangat memprihatinkan yaitu ketika upacara bendera yang
dilangsungkan

di

sekolah-sekolah

dan

instansi-instansi

pemerintahan

contohnya, kegiatan upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin


hanya 45 menit saja masih banyak siswa-siswi yang tidak serius, ngobrol
dengan santai, bercanda dengan temannya, tidak khidmatnya menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan hanya menganggap upacara berupa rutinitas saja.
Keadaan di atas tidak sesuai dengan apa yang terkandung di dalam makna
dari upacara bendera di sekolah. Berdasarkan Direktorat Pembinaan
Kesiswaan, Dikdasmen Dikbud, 1998 upacara bendera adalah kegiatan
pengibaran atau penurunan bendera kebangsaan RI Sang Merah Putih, yang
dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, dihadiri
oleh siswa, diselenggarakan secara tertib dan khidmat, di sekolah.
Upacara bendera hari senin merupakan bukti bahwa negara kita selalu
menghargai jasa-jasa pahlawan yang sudah memperjuangkan kemerdekaan.
Hal tersebut sudah diamanatkan oleh proklamator kemerdekaan negara

Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada pidato Hari Pahlawan 10 November 1961,
beliau berkata bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa
pahlawannya. Pentingnya upacara bendera di sekolah juga bertujuan untuk
menanamkan dan membiasakan pelajar untuk memiliki sikap nasionalisme.
Dengan menanamkan sikap nasionalisme diharapkan siswa tumbuh menjadi
manusia

pembangun

yakni

generasi

yang

mampu

mengisi

dan

mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranya.


SMK Farmasi Yamasi Makassar merupakan sekolah menengak kejuruan
swasta dan memiliki akreditasi A yang sudah bertaraf nasional. Siswa yang
lulus di sekolah ini bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah sebagai asisten
apoteker ataupun analis kesehatan. Sekolah ini memiliki 22 mata pelajaran
yang konsisten setiap semester. Pada mata pelajaran tersebut, terdapat praktik
laboratorium yang mengharuskan setiap siswa untuk membuat laporan dan
modul. Selain itu, beberapa guru dari mata pelajaran seperti komputer, IPS,
fisika yang sangat sering memberikan tugas sekolah, serta jadwal pulang
sekolah yang terkadang terlalu lama bahkan sampai pukul 17.30 WITA.
Sekolah ini tidak begitu rutin melaksanakan upacara bendera setiap hari senin
sebagaimana yang dilakukan di sekolah-sekolah lainnya. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul pengaruh upacara bendera terhadap sikap nasionalisme siswa-siswi di
SMK Farmasi Yamasi Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi dan sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi terhadap
upacara bendera di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana presepi siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar terhadap
pelaksanaan upacara bendera di sekolah?
2. Bagaiamana sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi
Makassar?
3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap siswa-siswi di SMK
Farmasi Yamasi Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui dan


memperoleh data pendapat siswa-siswi mengenai pengaruh upacara
bendera terhadap mempertahankan sikap nasionalisme siswa-siswi di
SMK Farmasi Yamasi Makassar.
1.3.2

Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan:
1. Bagaimana peresepi siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar
terhadap pelaksanaan upacara bendera di sekolah
2. Bagaimana sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi
Yamasi Makassar
3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap siswa-siswi di

SMK Farmasi Yamasi Makassar


1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang penulis lakukan ada beberapa manfaat yang akan
dicapai oleh penulis baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis.
1.4.1 Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan sikap nasionalisme bangsa.
b. Dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi pihak-pihak
terkait

terutama

Guru

Pendidikan

Kewarganegaraan

dalam

memaksimalkan pemberian pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


kepada siswa.
1.4.2 Secara Praktis
a. Siswa lebih mengerti dan paham mengenai nasionalisme;
b. Siswa memahami peran Pendidikan Kewarganegaraan

dalam

membangun nasionalisme;
c. Siswa mampu mengaplikasikan konsep nasionalisme ke dalam
kehidupan sehari-hari;
d. Guru dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran terutama
mengenai nasionalisme.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Upacara Bendera
2.1.1 Tujuan Pelaksanaan Upacara Bendera
Ada enam tujuan pelaksanaan upacara bendera yaitu sebagai
berikut : (1) membiasakan bersikap tertib dan disiplin, (2) membiasakan
berpenampilan rapi, (3) meningkatkan kemampuan memimpin, (4)
membiasakan kesediaan dipimpin, (5) membina kekompakan dan
kerjasama, (6) mempertebal rasa semangat kebangsaan. Kegiatan
upacara bendera dapat mencakup berbagai butir-butir tujuan pendidikan
yang hendak dicapai, seperti sikap disiplin, kesegaran jasmani dan
rohani,

keterampilan

gerak,

keterampilan

memimpin

dan

pengembangan sifat bersedia dipimpin adalah merupakan hal-hal yang


dapat diperoleh melalui kegiatan upacara bendera. (Kemendikbud
dalam panduan pelaksanaan upacara bendera di SMP, 2011:1).
2.2 Pengertian Nasionalisme
2.2.1 Pengertian Nasionalisme
2.2.1.1 Menurut Smith (2012: 11)
Mengungkapkan bahwa Nasionalisme adalah

suatu

gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan


otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang
sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu
bangsa yang aktual atau bangsa yang potensial.
2.2.1.2 Menurut Sumarmi (2006: 20)
Menyatakan bahwa Nasionalisme berasal dari kata
nasional (bahasa Belanda, national) yang berarti paham atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara
potensial mempertahankan identitas, integritas, kemakmuran
2.2.2

dan kekuatan bersama-sama.


Indikator Sikap Nasionalisme

Sikap nasionalisme merupakan sikap cinta akan tanah air, menurut


(Aman, 2011: 141) ada 6 indikator yang menunjukan sikap
nasionalisme yaitu sebagai berikut:
2.2.2.1 Cinta tanah air
Cinta tanah air atau patriotisme merupakan modal yang
penting dalam membangun suatu Negara. Suatu negara yang
dihuni oleh orang-orang yang cinta tanah air akan membawa
kearah kemajuan. Sebaliknya negara yang tidak didukung oleh
cinta tanah air dari penduduk tersebut maka Negara tersebut
menunggu kehancuran. Pergerakan nasional yang tumbuh dan
berkembang pada masa kolonial, merupakan wujud cinta tanah
air yang puncaknya dengan diproklamasikan kemerdekaan
negara kesatuan republik Indonesia. Wujud negara yang cinta
tanah air ialah melestarikan budaya bangsa di era globalisasi
dunia, meningkatkan etos kerja, mempunyai disiplin dalam arti
luas,

penghargaan

terhadap

pahlawan,

peringatan

hari

bersejarah, mempunyai semangat kerja dan pengabdiaan


terhadap negara.
2.2.2.2 Menghargai jasa-jasa pahlawan
Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme adalah
bentuk nyata penghargaan terhadap para pahlawan. Dalam
kehidupan sehari-hari, dapat melatih diri supaya memiliki sifatsifat kepahlawanan dan semangat cinta bangsa dengan
memulainya

menghargai

para

pahlawan

bangsa

dengan

mengingat jasa-jasa mereka. Selain itu, mencontoh beberapa


sikap mereka seperti sikap rela berkorban, bersedia meminta dan
memaafkan.
2.2.2.3 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
Realitas menunjukan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
mengarahkan kepada bangsa Indonesia pluraritas diberbagai hal
seperti suku, budaya, ras, agama, dan sebagainya. Anugrah itu
patut disyukuri dengan cara menghargai kemajemukan tetap

dipertahankan, dipelihara, dan dikembangkan demi kemajuan


dan kejayaan bangsa (Soegito, 2005:95).
2.2.2.4 Mengutamakan persatuan dan kesatuan
Kata persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yaitu
sesuatu yang tidak terpisah-pisah. Nilai persatuan Indonesia
mengandung usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat
membina nasional dalam Negara. Mengutamakan persatuan dan
kesatuan merupakan suatu proses terwujudnya nasionalisme.
Modal dasar persatuan suatu warga negara Indonesia baik yang
asli maupun keturunan asing dari macam-macam suku bangsa
dapat menjalin kerjasama yang erat dalam gotong royong dan
kebersamaan.
2.2.2.5 Berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah
Kesadaran bernegara dari seseorang ditentukan oleh
kualitas mental sumber daya manusia itu sendiri. Kualitas
mental yang diharapkan adalah manusia yang berkualitas
tersebut maka diperlukan manusia yang berjiwa inovatif dan
tidak kenal menyerah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, usaha mempertahankan kelangsungan bangsa dan
tanah air, giat mempelajari sejarah bangsa.
2.2.2.6 Memiliki sikap tenggang rasa sesama manusia.
Tenggang rasa artinya dapat menghargai dan menghormati
perasaan orang lain, dengan tenggang rasa manusia dapat
merasakan atau menjaga perasaan orang lain sehingga orang lain
tidak merasa tersinggung. Pelaksanaan sikap tenggang rasa
dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebagai
berikut:
1) Menghormati hak-hak orang lain.
2) Kerelaan membantu teman yang mengalami musibah.
3) Kesediaan menjenguk teman yang sedang sakit.
4) Kemampuan mengendalikan sikap, perbuatan, dan tutur
kata yang dapat menyinggung atau melukai perasaan orang
2.2.3

lain.
Unsur-unsur Nasionalisme

Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan bahwa unsurunsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori :
a. Unsur kognitif menunjukan adanya pengetahuan atau pengertian
akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai
pengetahuan akan situasi kolonial pada segala parposinya.
b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukan keadaan yang dianggap
sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup
yang bebas dari kolonialisme.
c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukan situasi dengan
pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelakupelakunya.
2.3 Pengertian Pelajar
Pelajar adalah orang yang belajar, murid (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pelajar di sini merujuk pada remaja yang berusia pelajar yang sedang
menenpuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas. Masa remaja atau
masa adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa di mana individu dalam
proses pertumbuhannya ( terutama fisik ) telah mencapai kematangan. Periode
ini menunjukan suatu masa kehidupan, di mana kita sulit untuk memandang
remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka
tidak dapat mereka belum mencapai kematangan penuh dan tidak dapat
dimasukkan ke dalam kategori orang dewasa. Dengan kata lain periode ini
merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak
(childhood ) ke masa dewasa (adulthood ) ( Dadang S, 1995 : 1 ).
Menurut Gilmer perkembangan pelajar di bedakan berdasarkan jenis
kelaminnya. Untuk laki laki Gilmer mengemukakan sebagai berikut :
1) Pre adolesen, yaitu antara usia 10 13 tahun
2) Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13 17 tahun
3) Masa adolesen akhir, dari usia 18 21 tahun.
Laki- laki biasanya mencapai kematangan yang lebih lambat dari gadisgadis, sedangkan untuk wanita yang biasanya perkembangannya lebih cepat
pembagiannya adalah :
1) Pre adolesen pada usia 10 dan 11 tahun
2) Masa adoloesen awal antara usia 12 16 tahun

3) Masa adolesen akhir antara usia 17 21 tahun ( Dadang S, 1995:3)


Menurut Sigmund Freud, masa remaja atau yang dia sebut sebagai tingkat
genital adalah penghubung antara masa kanak-kanak dan dewasa. Ada 3
tahapan dalam tingkat ini :
1) Tahap pra puber : ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan libido.
2) Tahap puber : ditandai dengan pertumbuhan fisik, khususnya tanda-tanda
seksual sekunder dan kemampuan organik.
3) Tahap adaptasi : dimana pelajar yang bersangkutan menyesuaikan diri
terhadap dorongan-dorongan seksual dan perubahan-perubahan fisik yang
tiba-tiba ( Wirawan, 2003 : 135).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang di menggunakan metode penelitian Deskriptif
Kuantitatif. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian.
Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan
analisis statistik (Sulistyo- Basuki, 2006: 110). Sejalan dengan pendapat
Sugiyono (2011:14), yaitu metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penellitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam

penelitian ini peneliti mencoba untuk menggambarkan sebuah

fenomena atau fakta-fakta yang berkaitan dengan pengaruh upacara bendera


terhadap rasa nasionalisme siswa-siswa SMK Farmasi Yamasi Makassar di
Makassar. Setelah mendapatkan informasi atau data yang diperlukan, peneliti
akan melakukan analisis terhadap informasi tersebut yang kemudian akan
dilakukan tahap interpretasi terhadap informasi atau fakta-fakta yang
ditemukan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Farmasi Yamasi Makassar, Sulawesi
Selatan. Penelitian ini dilakukan selama tujuh hari, dimulai dari tahapan
merancang penelitian, membuat kuesioner, mengumpulka data, dan menyusun
hasil penelitian dari tanggal 24-30 November 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi

Sulistyo-Basuki (2006 :182) mengemukakan populasi adalah


keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah data jumlah siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar yaitu
sebesar 417 orang.
3.3.2

Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat
mewakili dari populasi tersebut. Sampel yang diambil melalui cara-cara
tertentu, jelas, dan lengkap (Hasan 2002: 58). Untuk menentukan
besarnya sampel menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian
populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau
20-25 %. Berdasarkan jumlah populasi siswa-siswi SMK Farmasi
Yamasi Makassar, sebanyak 417 orang, maka diambil sampel kelas X 3
sebanyak 20 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan data.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki
(2006: 147) meliputi:
3.4.1 Observasi nonpartisipan (pengamatan tidak terkendali)
Pada metode ini peneliti hanya mengamati, mencatat apa yang
terjadi. Metode ini banyak digunakan untuk mengkaji pola perilaku
3.4.2

pemustaka di perpustakaan.
Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh
responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan
dan kemudian mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo-Basuki, 2006:
110).

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah

pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden, sedangkan


kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup,
dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan
memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah

10

mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan


3.4.3

jangkauan jawaban.
Studi Literatur
Metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah
data tertulis berbentuk buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,

laporan kegiatan serta data yang relevan bagi penelitian.


3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96).
3.5.1

Variabel Bebas (X)


Variabel bebas ini juga variabel pengaruh. Sebab variabel ini
menerangkan tentang hubungan dengan fenomena yang diamati atau
dikontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: Upacara Bendera
Upacara bendera merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan
oleh sekolah dalam rangka untuk menghargai jasa pahlawan yang telah
gugur dan untuk membiasakan siswa mencintai negara Indonesia.
Indikator Upacara Bendera terdiri dari:

3.5.2

1. Pengibaran sang merah putih


2. Mengheningkan cipta
3. Pembacaan teks pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
4. Pembacaan teks Pancasila
5. Amanat pembina upacara
6. Pembacaan Doa
Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat ini disebut juga variabel dependen artinya variabel
terikat akan berubah karakteristiknya tergantung pada perubahan yang
terjadi pada karakteristik variabel bebas. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu: sikap nasionalisme.

3.6 Validitas dan Releabilitas


Menurut Hasan (2006: 15) untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian
yang dianggap sebagai penelitian ilmiah, kecermatan pengukuran sangat

11

diperlukan. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk
memperoleh suatu pengukuran yang cermat, yaitu Validitas dan Releabilitas.
Validitas artinya alat ukur yang digunakan dalam pengukuran, dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur ( Hasan, 2006 :15). Uji
validitas dimaksudkan untuk menguji ketepatan item-item dalam kuesioner,
apakah item-item yang ada mampu menggambarkan dan menjelaskan variabel
yang diteliti. Jadi validitas adalah seberapa jauh alat dapat mengukur hal atau
subjek yang ingin diukur.
Validitas diusahakan dengan pikiran logis, meminta pendapat orang
yang ahli, menggunakan kelompok yang telah diketahui sifatnya, kriteria
independen ( Nasution, 2000: 73). Item yang digunakan dalam penelitian ini
untuk selanjutnya diuji reliabilitasnya.
Menurut Hasan (2006: 15) reliabilitas artinya memiliki sifat dapat
dipercaya, yaitu apabila alat ukur digunakan berkali-kali oleh peneliti yang
sama atau oleh peneliti lain tetap memberikan hasil yang sama. Jadi
reliabilitas adalah seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan
hasil yang sama dalam mengukur hal dan subjek yang sama.
Reliabilitas mengandung 3 makna yaitu:
1. tidak berubah-ubah,
2. konsisten
3. dapat diandalkan
Reliabilitas diuji dengan cara:
a. tes-retes,
b. dua bentuk skala yang ekuvalen,
c. bagi-dua atau split-half. (Nasution, 2000: 73)

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SMK Farmasi Yamasi Makassar
Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Ma'bulo Sibatang (SMK
Yamasi). Saat ini memiliki dua jurusan yang dapat dipilih, yaitu Farmasi

12

dan Analis Kesehatan. Sekolah ini telah didirikan sejak 1985 dan
terakreditasi "A".
4.1.1 Profil Responden
Profil responden diperlihatkan pada gambar 4.1. dari 20 responden
yang terlibat dalam penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu dengan jumlah sebanyak sebelas responden atau dengan
mendapatkan nilai persentasi sebesar 55%. Sedangkan sisanya adalah
responden yang berjenis kelamin laki-lai yaitu dengan jumlah sembilan
responden atau nilai persentasinya sebesar 45%
Gambar 4.1
Jumlah Sampel Siswa-siswi

Perempuan
Laki-laki

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisis Data Hasil Pengisian Kuesioner
Sebagaimana dikemukakan dalam bab III sebelumnya,
teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Apakah adik rajin mengikuti upacara bendera?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak pernah
Tabel 4.2
Pilihan Jawaban

Jumlah

Persentase (%)

11

55%

40%

15%

13

Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa


sebagian besar (11 orang atau 55%) selalu mengikuti upacara
bendera.
2. Menurut adik, apakah upacara bendera itu bermanfaat?
Ya

Tidak
Tabel 4.3

Pilihan Jawaban

Jumlah

Persentase (%)

Ya

15

75%

Tidak

25%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat diketahui bahwa


sebagian besar (15 orang atau 75%) mengatakan bahwa
upacara bendera itu bermanfaat.
3. Menurut adik, apakah upacara bendera itu penting?
Ya
Tidak
Tabel 4.4
Pilihan Jawaban

Jumlah

Persentase (%)

Ya

17

85%

Tidak

15%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dapat diketahui bahwa


sebagian besar (17 orang atau 85%) mengatakan bahwa
upacara bendera itu penting.
4. Apakah adik-adik berminat menjadi petugas upacara bendera?
Ya
Tidak

Tabel 4.5
Pilihan Jawaban

Jumlah

Persentase(%)

Ya

13

65%

Tidak

35%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa


sebagian besar (13 orang atau 65%)siswa-siswi berminat
menjadi petugas upacara.

14

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bab terakhir ini penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang penulis teliti di SMK Farmasi Yamasi Makassar. Adapun tujuan
dari penelitian ini, peneliti memfokuskan Pengaruh Upacara Bendera terhadap
Sikap Nasionalisme dengan kesimpulan berikut:
1. Peresepsi siswa-siswi terhadap pelaksanaan upacara bendera di SMK
Farmasi Yamasi Makassar menunjukkan tanggapan yang baik. Hal ini
terbukti dengan sebagian besar siswa sangat antusias mengikuti setiap
kegiatan upacara bendera dilakukan dengan khidmat dan disiplin.
2. Sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki sikap nasionalisme yang
cukup tinggi, salah satunya dengan menunjukkan sikap menjaga dan
melindungi negara, rela berkorban, Indonesia bersatu, melestarika budaya
Indonesia, cinta tanah air, bangga berbangsa Indonesia, dan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan.
3. Hasil penelitian menujukkan bahwa pelaksanaan upacara bendera
berpengaruh besar terhadap sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi
Yamasi Makassar. Dalam kegiatan upacara bendera terdapat karakter yang
dapat dikembangkan, salah satunya yaitu karakter nasionalisme, jadi
sangatlah

penting

bagi

siswa

untuk

memerhatikan

bagaimana

mengembangkan sikap nasionalisme yang baik sesuai dengan nilai-nilai


pancasila. Sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi
Makassar sebagian besar menunjukkan sikap yang cukup baik.

15

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberi saran untuk
kedepannya agar dapat mengoptimalkan tujuan yang penulis teliti, adapun
saran yang penulis berikan sebagai berikut:
1.
Sekolah lebih meningkatkan perhatiannya

perhatiannya

dalam

pengembangan sikap nasionalisme siswa-siswi baik berupa dukungan


2.

dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler kegiatan siswa.


Guru memberikan pemahaman mengenai nasionalisme serta motivasi
kepada siswa agar selalu menerapkan nilai-nilai nasioalisme di dalam
lingkungan sekolah misalnya siswa aktif pada saat kegiatan upacara

3.

bendera salah satunya mejadi petugas upacara bendera.


Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa, harus mengamalkan
nilai-nilai pancasila yang dapat mewujudkan rasa nasionalisme yang
tinggi, ikut aktif berpartisipasi dalam kepengurusan kegiatan upacara
bendera karena upacara bendera merupakan sarana pembelajaran untuk
menanamkan sikap nasionalisme.

16

DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bhineka Cipta.
Dadang S. 1994. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan. Bandung :
Mandar Maju.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian Aplikasinya. Jakarta:
Ghalia Indoesia.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari
Emporium Sampai Imperium. Jakarta: Gramedia.
Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Smith, Anthony D. 2012. Nasionalisme Teori Ideologi Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugianto, Mikael. 2007. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Sumarmi. 2006. Citra Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Sekawan.
Wirawan, Sarlito. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

17

LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai