Anda di halaman 1dari 10

Analisis cerpen dari sudut tematik:

Dengan tema Sebuah ketetapan hati


Dalam sebuah cerpen yang berjudul HIPOTENUSA
HIPOTENUSA
Karya SUNGGING RAGA

Disusun oleh:
NUR MUSLIMUL AFIFI
NIM : (120210402066)

Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2013

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerpen HYPOTENUSA adalah sebuah cerpen karya Sungging Raga
yanag menceritakan tentang Oxymora yang mencari jati dirinya. Yang menarik
bagi saya, cerpen ini mengandung makna yang begitu mendalam, butuh ketelitian
mengungkapkan makna didalamnya. Bahasa yang tidak terlalu sulit untuk
dipahami dan kisah yang mungkin hanya ada dalam dunia khayal manusia dan
tidak ada dalam kehidupan nyata.
Dalam makalah ini, saya akan menguraikan beberapa tema yang ada dalam
cerpen HIPOTENUSA tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan tema?
2. Mendiskripsikan tema yang ada dalam cerpen HIPOTENUSA?

PEMBAHASAN

A. Cara-Cara Menentukan Tema


Tema ialah gagasan, ide, atau pikiran utama dalam karya sastra yang
terungkap secara jelas atau terselubung (tersembunyi). Tema tidak sama dengan
topik (pokok masalah). Tema terletak di balik pokok cerita. Itulah sebabnya dapat
dikatakan bahwa tema adalah pokok pikiran atau pokok persoalan dibalik pokok
cerita. Sebuah tema dapat dijabarkan atas beberapa pokok masalah. Untuk
menemukan tema sebuah cerita yang kita baca perlu memperhatikan dan
memahami bagian cerita yang melukiskan keadaan memuncak, klimaks, dan
penyelesaian cerita. Bagian ini akan sangat menolong kita untuk membuka tabir
hal-hal tersirat sebelumnya, dan mengungkapkan keutuhan cerita. Jika gambaran
dan kesan umum cerita itu telah kita temukan akan mudah kita menemukan
temanya. 1
Sehubungan dengan pengertian di atas maka tema suatu cerita hanya dapat
diketahui atau ditafsirkan setelah kita membaca ceritanya serta menganalisisnya.
Hal itu dapat dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan
dialog-dialognya. Ketiga hal tersebut sangat penting karena ketiganya saling
mendukuh. Dialog biasanya mendukung penokohan atau perwatakan sedangkan
tokoh-tokoh yang tampil dlam cerita tersebut berfungsi untuk mendukung alur.
Dari alur itulah dapat menafsirkan tema ceritanya.2
Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa
langkah berikut.3
1.

Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2.

Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang
dibaca.

3.

Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam


prosa fiksi yang dibaca.

Hendy Zaidan. Pelajaran Sastra 1. Jakarta:Gramedia, 1988, hal. 66.


Suroto. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: ERLANGGA, 1989, hal. 88.
3
Aminuddin.Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang:Sinar Algensindo Bandung, 2011. Hal. 98.
2

4.

Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5.

Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainya yang


disimpukan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6.

Menentukan

sikap

penyair

terhadap

pokok-pokok

pikiran

yang

ditampilkannya.
7.

Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak


dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkannya.

8.

Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam


satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang
dipaparkan pengarangnya.

Cara menafsirkan tema (Robert Stanton dalam Kusnadi, 2010:11-12)


1.

Penafsiran sebuah tema dalam karya fiksi mestinya mempertimbangkan


setiap detail dalam cerita (utamanya yang menonjol).Parameter ini merupakan
yang paling urgen. Sebab, identifikasi terhadap persoalan yang menonjol
dalam

cerita

fiksi,

umumnya

menunjukkan

bagaimana

cerita

itu

dikembangkan melalui konflik-konflik yang dibangun pengarang. Karena itu,


detail-detail ituakan mencakup pada pusaran masalah utama. Sebuah muara
cerita yang harus diseliai dan ditelusuri secara intensif.
2.

Penafsiran tema dalalm karya fiksi mestinya tidak bersifat bertentangan


dengan tiap detail cerita. Fakta-fakta dan peristiwa yang diangkat pengarang
yang baik, tidak akan memberikan detail bertentangan dan saling kontradiksi
dalam menjalin kebulatan tema. Namun, pertentangan yang dikemukakan,
biasanya mencakup persoalan tarik-menarik antara dua permasalahan yang
justru mengukuhkan fungsionalitas tema utama.

3.

Penafsiran tema mestinya tidak berdasarkan pada bukti-bukti yang kurang


akurat (tidak baik penyajiannya) baik langsung maupun tidak. Sebab tema
cerita memang tidak bisa hanya mendasarkan pada perkiraan pembaca saja,
sebaliknya harus melalui proses kajian yang intensif.

4.

Penafsiran tema dalam karya fiksi mestinya mendasarkan pada bukti-bukti


yang secara langsung ada di dalam cerita. Parameter ini mempertegas bahwa
penetapan tema haruslah didasarkan pada bukti-bukti yang ada dalam cerita
itu, baik langsung maupun tidak. Kesimpulan yang diambil karenanya tidak
boleh

bertentangan

dengan

bukti

dan

fakta-fakta

yang

ada.

(http://muntijo.wordpress.com/2011/04/02/cara-mencari-tema-dalam-fiksi/)

B. Mendiskripsikan Tema dalam Cerpen HIPOTENUSA


Dalam cerpen HIPOTENUSA ini mengandung beberapa tema. Yaitu
tema mayor dan tema minor. Tema mayor atau tema yang dominan dalam cerita
ini adalah Gejolak Ketetapan Jati Diri. Sedangkan tema minor atau tema
tambahan untuk melukiskan tema mayor adalah kebimbangan dalam menentukan
jati diri, perebutan kekuasaan, ketetapan jati diri.
a. Tema 1
Kutipan

: kebimbangan dalam menentukan jati diri.


: Oxymora, pemuda setengah manusia setengah iblis itu, sedang
duduk termenung di warung kopi. Ia masih ragu, apakah harus
mengikuti nalurinya sebagai iblisatau tetap menjadi manusia
sebagaimana nasihat Isara, perempuan yang telah membuatnya
jatuh cinta.

Komentar: menurut persepsi saya, kutipan tersebut menunjukkan bahwa


Oxymora adalah keturunan manusia dan iblis. Dia bingung apa
yang harus dia lakukan untuk menjalani hidupnya. Dia dihadapkan
diantara dua pilihan, yaitu menjadi manusia atau menjadi iblis.
Masalah seperti yang dijabarkan pada kutipan diatas menurut saya
sama sekali tidak berkaitan dengan kehidupan sekarang, karena di
zaman sekarang sudah tidak ada lagi manusia yang menikah
dengan iblis. Di zaman modern ini, manusia sudah kurang
memperdulikan bahkan tidak percaya dengan hal-hal gaib seperti
setan dan iblis. Padahal sebenarnya mereka ada disekeliling kita
dan selalu mencoba untuk menghasut mereka.
b. Tema 2

: Perebutan kekuasaan

Kutipan

: Kekuasaan ayah Oxymora memang diakui sepanjang sungai


Serayu. Tapi, sebagaimana takdir, segala kekuasaan di dunia ini
pasti memiliki akhir, dan biasanya menyedihkan.
Pada suatu musim gugur ada iblis pendatang dari London yang
bermigrasi ke banyumas. Iblis Itu bermaksud menguasai Serayu
sebagai lahan jajahan baru. Untuk memudahkan tujuannya, iblis
Londoh menghasut seorang dukun yang dikenal menyukai ilmu
sihir untuk membunuh ayah Oxymora.

Komentar : Menurut pengamatan saya kutipan tersebut mengandung nilai


politik. Dimana iblis London sangat ingin menguasai daerah
banyumas, bahkan dengan cara yang licik dia juga menghasut
seorang dukun untuk membunuh ayah Oxymora.
Kutipan tersebut cukup relevan dengan kehidupan sekarang
khususnya di dunia politik. Dimana para Calon Legislatif
menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan kekuasaan,
salah satunya dengan menyuap oknum-oknum tertentu dan
masyarakat awam.

c. Tema 3
Kutipan

: Ketetapan jati diri.


: Di warung kopi itu, Oxymora masih mengenang sang ayah,
membayangkan wajah dukun voodoo, sementara Isara masih setia
di sampingnya. Sesekali Oxymora memandang kecantikan wajah
Isara yang tak tertandingi oleh iblis perempuan manapun.
Kemudian pria itu berdiri dari kursinya, kedua tangannya
mengepal. Ia telah menentukan pilihan terbaik. kau benar, Isara,
sudah terlalu banyak iblis di dunia ini, katanya.

Komentar : Menurut pengamatan saya kutipan diatas menceritakan bagaimana


Oxymora mengambil keputusan hingga dia pun memutuskan untuk
tetap menjalani hidupnya sebagai manusia.

Hubungannya dengan kehidupan sekarang adalah kebanyakan anak


muda zaman sekarang melakukan segala sesuatunya tanpa pikir
panjang. kutipan diatas dapat dijadikan sebuah contoh bahwa kita
tidak boleh melakukan semuanya dengan sembrono. Kita juga
harus memikirkan masak-masak apa yang akan kita lakukan untuk
kedepannya.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, tema dalam cerpen
HIPOTENUSA karya Sungging Raga ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tema
mayor dan tema minor. Adapun tema mayor yang dapat diambil dari cerita
tersebut adalah Gejolak Ketetapan Jati Diri. Sedangkan tema minor terdiri dari:
kebimbangan dalam menentukan jati diri, perebutan kekuasaan, ketetapan jati diri.
Selain itu terdapat pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca salah satunya yaitu; seburuk apapun wujud seseorang, belum tentu
hatinya juga buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru


Algensindo Bandung.
(http://muntijo.wordpress.com/2011/04/02/cara-mencari-tema-dalam-fiksi/)

Sinopsis Cerpen HIPOTENUSA


By: Sungging Rangga

Oxymora adalah pemuda setengah manusia dan setengah iblis. Ibunya


yang seorang manusia menikah dengan seorang iblis penunggu sungai serayu.
Dalam hidupnya, Oxymora memiliki tanduk kecil di dahinya layaknya iblis,
namun ia dibesarkan layaknya seorang manusia biasa oleh sang ibu. Dia juga bisa
hidup bersama dengan orang-orang yang tinggal di desanya. Namun hal itu
membuat ayah oxymora kecewa. Karena ayah Oxymora mengharapkan kelak
putranya bisa menjadi penerusnya untuk menguasai sungai Serayu.
Pada suatu musim gugur, datang iblis London yang ingin menjajah dan
menguasai sungai serayu. Demi mempermudah tujuannya, iblis London
menghasut seorang dukun untuk membunuh ayah Oxymora. Akhirnya sang
dukunpun berhasil membunuh ayah Oxymora.
Mendengar berita bahwa sang ayah meninggal, Oxymora pun sedih. Para
iblis memaksa Oxymora untuk membalaskan dendam ayahnya. Namun Oxymora
tidak ingin menjadi seperti iblis-iblis itu. Dia bingung dengan apa uyang harus
dilakukannya.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Oxymora pun memutuskun untuk tetap
menjadi manusia dan tidak menghiraukan ucapan iblis-iblis bawahan ayahnya.

Anda mungkin juga menyukai