ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang
tidak berhak.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :
1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak
dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat
perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;
5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib
Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak
dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat
perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
8. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak.
9. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektronik, yang
dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan disimpan
dalam disket, compact disk, tape backup, hard disk, atau media penyimpanan
elektronik lainnya.
10. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka Pemeriksaan
pada tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang
digunakan atau patut diduga digunakan sebagai tempat atau alat untuk menyimpan
buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik dan bendabenda lain, yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, atau sumber penghasilan Wajib Pajak yang diperiksa.
11. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) yang untuk
selanjutnya disebut Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara
Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan
dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.
12. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil
Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi,
perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib Pajak
untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
13. Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum disepakati
antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.
14. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh
Pemeriksa Pajak mengenai prosedur Pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan,
dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang
diambil sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan.
15. Penghasilan Kena Pajak Yang Tidak Dapat Dihitung adalah Pemeriksa Pajak tidak
dapat melakukan pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena
pajak dengan prosedur sesuai dengan standar pelaksanaan Pemeriksaan.
16. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan
hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta
sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.
17. Pemeriksaan Ulang adalah Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil Pemeriksaan sebelumnya untuk jenis
pajak dan masa/tahun pajak.
18. Kuesioner Pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan dan
penilaian oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pelaksanaan Pemeriksaan.
19. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan.
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN
LANDASAN HUKUM :
- psl 29 UU KUP tentang pemeriksaan
- psl 29AUU KUP tentang pemeriksaan tbk
- psl 30 UU KUP tentang penyegelan
- psl 31 UU KUP tentang tata cara pemeriksaan
- PMK 198/PMK.03/07 tentang penyegelan
- PMK 199/PMK.03/07 tentang tata cara pemeriksan
- PP 80 thn 07 tentang hak dan kewajiban WP
- SE-10/PJ.04?2008 kebijakan pemeriksaan utk menguji kepatuhan WP
- PER 19 thn '08 tentang petunjuk teknis pelaksaan pemeriksaan lapangan
- PER 20 thn '08 tentang petunjuk teknis pelaksaan pemeriksaan kantor
- PER 9/PJ/2010 tentang standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP
A. Pengertian Pemeriksaan
Pemeriksaan pajak merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh fiskus. Landasan dari
pemeriksaan pajak adalah Undang-undang no 6 tahun 1983 tetang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no 28 Tahun
2007 (sekarang UU KUP No.16 Thn 2009 ). Pemeriksaan pajak dilakukan oleh pemeriksa
pajak yang telah memiliki tanda pengenal pemeriksa serta dilengkapi surat perintah
pemeriksaan yang harus diperlihatkan kepada wajib pajak yang akan diperiksa. pasal 1 angka
25 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah
serangkaian keg.mnghimpun dan mngolah data, ket, dan atau bukti yg dilaksanakan
scra objetif dan profesional brdasarkan suatu standar pemeriksaan utk mnguji kepatuhan
kewajiban perpajakan dan atau untuk tjuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang2an perpajakan
*AWAL PROSES PEMERIKSAAN
1.kpala kntor KPP mmbrikan usulan pemeriksaan/ daftar n0rmatif kpd KANWIL
2. kanwil mmbrikan LP2 (lembar penugasan pmeriksan) kpd Kpala KPP
3. Kpala KPP membuat n0ta dinas dan menunjuk tim pemeriksa.
4. n0ta dinas dgunakan oleh tim pmeriksa sbg dasar persiapan n prencanan pmeriksaan
5. kpla KPP menerbitkan SP2 (surat perintah pemeriksan) dan dgunakan oleh tim pemeriksa
sbg dasar melaksnakan pmeriksaan pajak.
B. Sasaran Pemeriksaan
Yang menjadi sasaran pemeriksaan pajak adalah :
1. Interpretasi Undang-Undang yang tidak benar
2. Kesalahan hitung
3. Penggelapan secara khusus dari penghasilan
4. Pemotongan dan pengurangan yang tidak sesungguhnya, yang dilakukan wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
C.TujuanPemeriksaan
Mengapa Dilakukan Pemeriksaan ?, Itu karena amanat UU ( psl 29 UU KUP )
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil bahwa tujuan dari pemeriksaan
ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
2.
E. Jenis Pemeriksaan
Berdasarkan dengan tujuan di atas, pelaksanaan pemeriksaan perpajakan terbagi menjadi 2
jenis pemeriksaan, yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan atas suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun
berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau tujuan lain yang dilakukan di tempat
wajib pajak. Pemeriksaan lapangan ini dilaksanakan dapat dengan cara pemeriksaan lengkap
atau pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan lengkap terhadap wajib pajak dilakukan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada
umumnya sedangkan pemeriksaan sederhana dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana sesuai dengan ruang lingkup
pemeriksaan.
Pemeriksaan lapangan dapat dilakukan dalam jangka waktu tempat bulan dan dapat
diperpanjang paling lama delapan bulan yang dihitung sejak Wajib Pajak datang memenuhi
Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan kantor dilakukan atas suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan ini
hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.
Pemeriksaan kantor dapat dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan dan dapat diperpanjang
paling lama enam bulan yang dihitung sejak Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan
dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Dari perbedaan ruang lingkup pemeriksaan di atas berpengaruh pada jangka waktu
penyelesaianya. Untuk pemeriksaan lengkap, harus diselesaikan dalam jangka waktu dua
bulan dan dapat diperpanjang paling lama delapan bulan. Untuk pemeriksaan sederhana harus
diselesaikan dalam jangka waktu satu bulan dan dapat diperpanjang paling lama dua bulan.
Sedangkan pemeriksaan kantor yang dilakukan secara sederhana harus diselesaikan dalam
jangka waktu empat minggu dan dapat diperpanjang paling lama enam minggu.
Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor yang dilakukan ternyata ditemukan
indikasi adanya transaksi yang mengandung unsur transfer pricing, maka lingkup
pemeriksaanya ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan, sedangkan apabila dalam
pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi unsur transfer pricing yang memerlukan
pemeriksaan yang lebih mendalam serta waktu yang lebih lama, pemeriksaanya dilaksanakan
dalam jangka waktu paling lama dua tahun, akan tetapi jangka waktu dua tahun tersebut tidak
berlaku apabila pemeriksaan yang dilaksanakan berkenaan dengan surat pemberitahuan yang
menyatakan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
*Sebenarnya seluruh pemeriksaan di lakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. Hanya
beberapa pemeriksaan saja yang dilakukan dengan pemeriksaan kantor. contoh pemeriksaan
kantor adalah pemeriksaan terhadap badan/perusahaan go public yang laporan keuangan nya
WTP ( wajar tanpa pengucualian )
F. Jangka Waktu Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Menguji Kepatuhan
Petugas pemeriksa harus telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki
keterampilan sebagai pemeriksa pajak.
Dalam menjalankan tugasnya, petugas pemeriksa juga harus bekerja dengan jujur,
bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta wajib menghindarkan
diri dari perbuatan tercela.
Menuangkan hasil pemeriksaan dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP) sebagai bahan
untuk menyusun laporan pemeriksaan pajak (LPP)
Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan
tujuan pemeriksaan dan mendapat pengawasan yang seksama.
Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain
berkenaan dengan pemeriksaan.
Pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak harus didasarkan pada temuan yang kuat
dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Laporan pemeriksaan pajak (LPP) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang
lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, kesimpulan pemeriksa pajak yang
didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan yang memuat pola pengungkapan
informasi lain yang terkait.
LPP harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan
pemeriksaan.
I. Norma Pemeriksaan
1. Norma Pemeriksa Pajak
a.
b.
Petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
c.
Petugas pemeriksa harus menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan kepada Wajib
Pajak.
d.
e.
Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang
hasil pemeriksaan yang berbeda dengan surat pemberitahuan untuk ditanggapi wajib pajak.
f.
Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen
pendukung lainya yang dipinjam dari wajib pajak paling lama tujuh hari sejak selesainya
pemeriksaan.
g.
Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
mendapat informasi yang diberitahukan wajib pajak terhadap pemeriksa.
h.
Petugas pemeriksa harus melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Norma Pemeriksaan berkaitan dengan Pelaksanaan Pemeriksaan
a.
b.
Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, atau di kantor wajib
pajak, atau di kantor lainya, atau di tempat tinggal wajib pajak atau tempat lain yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak.
c.
Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu dapat
dilanjutkan di luar jam kerja.
d.
e.
f.
Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui oleh wajib pajak atau
kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut dan ditandatangani oleh
wajib pajak yang bersangkutan atau kuasanya.
g.
Terhadap temuan sebagai hasil Pemeriksaan Lengkap yang tidak atau tidak
seluruhnya disetujui oleh wajib pajak dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
dibuatkan Berita Acara hasil pemeriksaan.
h.
Berdasarkan LPP diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak,
kecualu pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan penyidkan.
d.
Dalam hal pemeriksaan lapangan, wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa
pajak untuk memperlihatkan surat perintah pemeriksaan dan tanda pengenal pemeriksa.
e.
Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
f.
Dalam hal pemeriksaan kantor, wajib pajak wajib memenuhi panggilan untuk
datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
g.
Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak rincian yang berkenaan
dengan hal-hal yang berberda antara hasil pemeriksaan dengan surat pemberitahuan.
h.
Wajib pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan
apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya.
i.
Dalam hal pemeriksaan lengkap, Wajib pajak atau kuasanya wajib menandatangani
berita acara hasil pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tidak atau tidak seluruhnya
disetujui.
J. Pelaksanaan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, keputusan menteri keuangan no 100/PMK.03/2007
juga telah menetapkan adanya wewenang pemeriksa pajak baik pemeriksaan lapangan
maupun pemeriksaan kantor. Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Lapangan
1. Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen
pendukung lainya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik
pengelola data lainya.
2. Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang diperiksa.
3. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan dokumen,
uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha wajib pajak dan
atau tempat-tempat lain yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di
tempat-tempat tersebut.
4. Apabila wajib pajak tidak menginjinkanya, maka pemeriksa berhak melakukan
penyegelan terhadap hal-hal di atas.
5.
Melakukan penyegelan tempat atau ruangan apabila Wajib pajak atau wakil atau
kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
dimaksud atau tidak ada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.
6. Meminta keterangan dan atau darta yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa
2. Wewenang Pemeriksa Pajak Dalam Melakukan Pemeriksaan Kantor
a.
b.
Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang diperiksa.
c.
Meminta keterangan dan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang
d.
B. Tujuan Penyidikan
Berdasarkan pengertuan di atas sangat jelas dapat kita simpulkan bahwa tujuan utama dari
dilakukanya proses penyidikan adalah untuk menemukan tersangka yang melakukan tindak
pidana dalam perpajakan. Dengan dilakukanya penyidikan, barang bukti untuk menemukan
tersangka diharapkan dapat ditemukan untuk kemudian segera menjadi dasar dalam
menetapkan tersangka
C. Pihak yang Melakukan Penyidikan
Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang berwenang untuk
melakukan proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di
bidang perpajakan. Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1.
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas.
2.
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.
3.
Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan.
5.
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
6.
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,
dan/atau dokumen yang dibawa;
8.
Perpajakan.
9.
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Sementara itu, apabila tindak pidana di bidang perpajakan dilakukan oleh pegawai Direktorat
Jenderal Pajak (dalam hal ini melakukan korupsi), maka pegawai Direktorat Jenderal Pajak
yang terbukti melakukan tindak korupsi tersebut akan diproses sesuai dengan UndangUndang Tindak Pidana Korupsi.
E. Penghentian Pelaksanaan Penyidikan
Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang no 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan, wewenang untuk menghentikan proses penyidikan dimilki oleh Menteri
Keuangan. Apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar,
atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan, maka Menteri Keuangan dapat meminta Jaksa Agung untuk segera
menghentikan penyidikan. Selanjutnya, Jaksa Agung dapat melakukan pengehentian
penyidikan sesuai dengan yang diminta oleh menteri keuangan paling lama enam bulan
setelah Menteri Keuangan menyampaikan surat permintaanya.
2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur sebagaimana butir 2.
3. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan
atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi
atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
4. Setiap orang yang dengan sengaja :
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak.
5. Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang
menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
B. Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun
sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
C. Delik Aduan Dan Sanksinya
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut masalah perpajakan.
Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan WP tersebut dapat diancam sanksi
pidana sebagai berikut :
1. Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan masalah
perpajakan Wajib Pajak antara lain: Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain
yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan, dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia,
dan dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berkenaan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
2. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban merahasiakan masalah perpajakan Wajib Pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).